• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum Tentang Penelitian Kemasyarakatan

BAB II PERAN PENELITIAN KEMASYARAKATAN DAN

B. Tinjauan Umum Tentang Penelitian Kemasyarakatan

Ciri-ciri dan tingkah laku individu susah dimengerti apabila tidak diselidiki saling hubungannya dengan individu lainnya di dalam kelompok masyarakat yang mempunyai struktur dan sifat-sifat yang khas.

Sejak dilahirkan individu itu sudah berinteraksi sosial dengan orang lain yaitu dengan orangtuanya, dan cara-cara bertingkah lakunya pada waktu itu dan kelak justru sangat dipengaruhi oleh cara-cara saling hubungannya dengan orang tuanya, antara kakak dan adiknya dalam keluarga, antara kawan-kawan sepermainannya, lingkungan sekolah dari mulai Sekolah Dasar hingga Universitas.

Seorang ahli sosiologi Charles H. Cooley yang dikutip oleh W. A. Gerungan yang mengatakan bahwa :

Terutama pandangan dan penghargaan terhadap diri sendiri, self conceptnya seorang individu merupakan suatu repleksi dari konsep-konsep orang lain terhadap dirinya sendiri itu.57

Manusia dalam bertingkah laku selain kekuatan dari dalam dirinya sendiri juga dipengaruhi oleh lingkungan kelompok masyarakatnya. Dimana proses sosial merupakan suatu proses yang didasarkan pada kegiatan pengaruh mempengaruhi antara sesamanya. Astri S. Susanto mengatakan sebagai berikut:

56

Ibid, hlm. 10 57

“Permulaan interaksi sosial ialah adanya kegiatan yang melibatkan sikap, nilai maupun harapan masing-masing individu. Karena inilah proses sosial merupakan suatu proses yang didasarkan pada kegiatan pengaruh mempengaruhi, merupakan proses yang dinamik. Pengaruh-mempengaruhi tadi, melibatkan system nilai maupun sikap yang akhirnya akan menyebabkan (sering dengan sendirinya) modifikasi dari sikap maupun tindakan masing- masing pesertanya.58

1. Dasar Hukum Pelaksanaan Penelitian Kemasyarakatan

Secara garis besar Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) dapat dibagi menjadi dua golongan:

a. Penelitian Kemasyarakatan yang dipergunakan sebelum terdakwa dijatuhi hukuman pada persidangan di Pengadilan Negeri yaitu Pre-Adjudication.

C. M. Maryanti Soewandi mengatakan bahwa:

Dalam suatu negara yang telah maju sebelum hakim melakukan sidang di Pengadilan Negeri dalam tugasnya mengadili pelanggar hukum (terdakwa), Hakim tersebut wajib mempelajari case study atau sosial study yang dibuat oleh pekerja sosial (Probation Officer) atau PK sehingga case study tersebut disebut pula Precentence Report59

b. Penelitian kemasyarakatan atau case study yang dipergunakan sesudah adanya putusan (vonis) dan tindakan (beschikking) hakim yaitu adjudication, seperti yang dikemukakan oleh C. M. Maryanti bahwa:

Kegunaan case study sesudah adanya putusan (vonis) dan tindakan

(beschikking) hakim adalah dalam rangka penentuan terapi pembinaan

terhadap klien baik yang berada dalam LP, LP Pemuda, LPAN dan pada Balai Bapas bahkan juga untuk tahanan yang mengalami kasus-kasus tertentu.60

58

Astrid. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Cetakan V Oktober, (Bandung : Bina Cipta, 1985), hlm. 16

59

Maryanti C.M, Fungsi Sosial Case Study dalam proses peradilan dan Pembinaan terhadap para pelanggar hukum, Pusdiklat Departemen Kehakiman RI, hlm. 16

60

Dasar hukum Penelitian Kemasyarakatan atau case study berdasarkan kedua golongan tersebut adalah:

a) Keputusan Preseidium Kabinet Ampera tanggal 3 Nopember 1966 No. 75/U/Kep/11/1966 tentang struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan Direktorat Bispa dan yang terbaru Keputusan Menteri Kehakiman RI tanggal 2 Mei 1987 No. M.02.PR.07.03 tentang struktur organisasi dan Tata kerja Balai Bispa dengan pengesahan 12 Balai Bispa yang baru.

b) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) 1. Pasal 14d (2) dan (3)

2. Pasal 15a (3) dan (5)

3. Pasal 16 (1) dan (2) yang menunjuk tentang Probation Board. 4. Pasal 45 butir (a) dan Pasal 46 (1)

c) Ordonansi pelaksanaan VV dan VI Stbl tahun 1926 No. 251, 4 Mei 1926

d) Dwang Opeding Regeling (DOR) Stbl. Tahun 1917 No. 741.

e) Standard Minimum Rules Implementation of Standard Minimum Rules for The Treatment of Prisoners

f) Peraturan MENKEH RI No. M.06-UM.01.06 Tahun 1983 tentang Tata Tertib Persidangan dan Tata Tertib ruang sidang tanggal 16 Desember 1983.

h) SE Hakim Agung Sri Widowati Wiranto Sukito SH tanggal 4 Januari 1971 No. MA/Pemb/04.8/1971 tentang Sidang Perkara Anak.

i) SKB Para Penegak Hukum DKI Jakarta Raya Tanggal 15 Juli 1974 dan Banjarmasin Tanggal 28 Januari 1982 No. 01/SKB/I-2/PT.Bjm/1982 tentang Keikutsertaan Petugas Balai Bispa Pada Pelaksanaan Peradilan Anak.

j) SE Jaksa Agung Muda Bidang Operasi tentang Pengiriman Putusan Pidana Bersyarat Untuk Dibina di Balai Bispa tanggal 27 Februari 1982 No. B.122/O/E/2/1982. Yang diikuti SE dari Kepala Kejaksaan Tinggi, akan tetapi ada susulan Keputusan Jaksa Agung tanggal 24 Maret 1982 No. Kep- 023/JA/3/1982 tentang Administrasi Perkara yang sifatnya mengahambat tugas Balai Bispa karena dalam Keputusan Jaksa Agung tersebut dalam FK 30 tentang pemberitahuan pemidanaan bersyarat tembusannya diserahkan pada Lembaga Pemasyarakatan, bukan kepada Balai Bispa.

k) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan Umum Departemen Kehakiman tanggal 29 November 1984 No. D-KP.08-10-54-84 tentang menjalin kerja sama dalam menangani anak pelanggar hukum kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri di tempat yang ada Balai Bispa seluruh Indonesia. SE tersebut menanggapi surat Dirjen PAS tanggal 8 Agustus 1984 No. E.3.PR.08.10-920 tentang hal tersebut.

l) SE Jaksa Agung RI tanggal 5 Januari 1986 dengan Nomor Rahasia : R-001/A- S/1/1986 tentang Penuntutan Perkara Tindak Pidana Narkotika Dengan Pelaku Muda Usia/Pelajar (Litmas, Psikiater) dan sebagainya.

2. Arti dan Tujuan Penelitian Kemasyarakatan

Balai Pemasyarakatan yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang dalam tugas sehari-harinya sebagai pelaksana Sistem Pemasyarakatan di luar Lembaga Pemasyarakatan, satu diantara tugas tersebut adalah membuat Penelitian Kemasyarakatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor. E.39-PR.05.03 Tahun 1987 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Klien Pemasyarakatan bahwa format penelitian kemasyarakatan (Litmas) untuk Sidang Peradilan Anak berdasarkan Petunjuk Pelaksana (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis):

a) Data identifikasi (Identifying Data)

Data ini berisi atau menyangkut data pribadi individu yang bersangkutan antara lain: 1) Nomor file (case file number)

2) Nomor register (dapat pula berisi nomor daftar seperti narapidana B1) 3) Nama klien.

4) Tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, status perkawinan.

5) Status klien, bagi klien yang sudah diputus pidana bersyarat (VV), AKOT/Wali, lepas bersyarat (VI, VO) dan lain-lain.

6) Putusan atau ketetapan Pengadilan Negeri, tanggal, nomor (bagi klien yang telah diputus).

Ciri-ciri khusus:

1. Data orang tua atau wali anak dan bagi orang dewasa dengan status kawing harus diberi data isteri atau suami.

2. Susunan keluarga yang terdiri atas orang tua, anak dan tanggungan lain yang disusun berurutan dengan penjelasan umur dan pendidikannya.

a) Masalah

Dalam masalah ini berisi data informasi antara lain: 1) Apakah klien ditahan, sejak kapan penahanan itu

2) Latar belakang perbuatan pelanggar hukum termasuk faktor penyebab terjadinya masalah itu, yang diuraikan secara kronologis dan lengkap 3) Uraikan tentang akibat yang ditimbulkan perbuatannya terhadap dirinya,

keluarga, korban (victim) dan masyarakat lingkungannya b) Riwayat hidup klien

1) Sejak kelahiran mulai pre-natal, fase perkembangan fisik dan mental serta sikap jiwanya

2) Perkembangan kesehatannya

3) Riwayat pendidikan formal dan non formal

4) Riwayat pekerjaan klien (bagi yang sudah bekerja), berisi pekerjaan apa, bagaimana prestasi kerjanya, dan bagaimana tanggung jawab yang diberikan kepada dia (klien)

5) Riwayat perkawinan (bagi klien yang sudah kawin) meliputi sejarah perkawinan, atas dasar suka sama suka, kawin paksa, kawin muda dan situasi perkawinan itu sendiri.

c) Pandangan masa depan

1) Bagaimana bakat dan interest-nya, cita-cita, dan rencana-rencana klien 2) Tanggapan klien terhadap masa yang dialami.

d) Keadaan Keluarga (Family)

1) Keadaan rumah tangganya, bagi yang sudah kawin. 2) Riwayat orang tua, bagi yang belum kawin.

3) Interaksi sosial antar keluarga dan antar masyarakat. Disini diuraikan antara hubungan suami istri, orang tua dengan klien, klien dengan saudaranya dan keluarga dengan masyarakat.

4) Keadaan sosial ekonomi keluarga. Apakah berasal dari keluarga mampu, sedang, kurang mampu dan kira-kira penghasilan rata-rata perbulan. 5) Keadaan rumah. Letak rumah, apakah milik pribadi, sewa dan lain-lain,

apakah bangunan permanen atau darurat bahkan mungkin mewah dan bagaimana penerangan lampunya, listrik atau bukan (nature of home). e) Keadaan lingkungan masyarakat

1) Dijelaskan strata kehidupan sosialnya, apakah termasuk daerah yang mendukung perkembangan pribadinya atau tidak misalnya daerah hitam. 2) Apakah lingkungan ABRI, pegawai negeri, pedagang, petani, nelayan dan

f) Tanggapan pihak keluarga, korban, masyarakat dan pemerintah setempat. g) Kesimpulan dan saran-saran (recommendation)

Kesimpulan dan saran-saran ini berisi tentang analisa dan evaluasi atau pragnosa, bukannya ringkasan laporan. Saran harus memperhatikan kepentingan klien, keluarga masyarakat yang dikaitkan dengan Undang-undang.

Penelitian kemasyarakatan atau case study ini adalah salah satu hal yang penting sebagai metode pendekatan dalam rangka pembinaan “Pelanggar hukum”. Hal ini merupakan suatu metode penelitian yang “khusus” dan penting yang harus dilakukan oleh petugas Balai Pemasyarakatan yakni Pembimbing Kemasyarakatan. Mengingat penting dan besarnya kegunaan pembuatan membantu hakim untuk membuat suatu putusan yang tepat dan seadil-adilnya serta untuk menentukan terapy harus bisa memberikan gambaran tentang latar belakang kehidupan klien baik dimasa lalu maupun setelah menjadi klien, sehingga segala masalah yang terkandung di dalam kehidupan serta lingkungan sosialnya dapat dicakup dalam isi laporan Penelitian Kemasyarakatan.

3. Klien Dalam Pembuatan Penelitian Kemasyarakatan

Klien yang dibuatkan Penelitian Kemasyarakatannya meliputi :

a. Para pelanggar hukum anak-anak atau orang dewasa baik yang masih status tahanan maupun yang sudah mendapat putusan (vonis) hakim dan anak nakal yang orangtuanya tidak sanggup lagi mengasuhnya dan memohon kepada hakim agar pengasuhnya diserahkan kepada negara, ini disebut sebagai anak sipil.

b. Terpidana yang akan diusulkan lepas dengan bersyarat yang berlaku bagi anak- anak disebut Voorwaardelijke Onslag (VO) dan bagi orang dewasa disebut

Voorwaardelijke Invrijheidstelling (VI) serta terpidana yang akan diusulkan cuti

menjelang bebas yang disebut cuti Pre Release Treatment (PRT). Hal ini diterangkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan tanggal 30 Juli 1968 No.KP.9.12/4166 (orang dewasa), tanggal 23 April 1969 No.DB.1.2/4/1 (anak-anak).

Peranan Pembimbing Kemasyarakatan di dalam memberikan pendampingan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum sangatlah penting, dan hal ini merupakan suatu tanggung jawab bagi Pembimbing Kemasyarakatan dalam menangani perkara anak nakal. Peranan Pembimbing Kemasyarakatan sangat dirasakan baik oleh anak nakal itu sendiri, anggota keluarga maupun anggota masyarakat dimana masyarakat sangat terbantu di dalam memperjuangkan hak-hak asasi manusia maupun perlindungan hukum terhadap anak-anak mereka dan atau terhadap anak yang melakukan pelanggaran hukum/anak yang berkonflik dengan hukum.

4. Kegunaan dan Manfaat Penelitian Kemasyarakatan

Diatas telah diuraikan akan kepentingan laporan Penelitian Kemasyarakatan, sebagai bahan pertimbangan dalam mengatasi serta usaha untuk memperbaiki kembali fungsi sosialnya para pelanggar hukum. Dengan tujuan secara minimal bisa kembali ke arah yang wajar dan dapat berfungsi sebagaimana anggota masyarakat lainnya, maksimal menjadi manusia berguna serta ikut berpartisipasi secara aktif, dan

kreatif dalam pembangunan. Dengan mengingat tujuan tersebut, maka penanganan terhadap pelanggar hukum perlu mendapat perlakuan sebaik mungkin dan penelitian secara seksama agar tujuan tersebut bisa dicapai, baik sebelum maju ke sidang pengadilan maupun sesudahnya. Dengan demikian kegunaan dan manfaat laporan Penelitian Kemasyarakatan ini dapat kita golongkan dalam 2 (dua) kategori sebagai berikut:

a. Sebelum maju ke sidang Pengadilan (Pre Adjudication)

Para pelanggar hukum ini sebelum maju ke sidang pengadilan harus mengalami atau melalui beberapa proses pemeriksaan dari instansi yang tercakup dalam proses tata peradilan, dengan harapan untuk memperoleh hasil yang baik. Hal ini tentunya diperlukan penelitian terhadap beberapa segi, sehingga langkah keputusan yang dihasilkan mempunyai dampak yang positif bagi pelanggar hukum itu sendiri maupun terhadap pihak yang dirugikan serta untuk menegakkan keadilan dan menjaga wibawa hukum.

Pemeriksaan terhadap orang atau anak-anak yang disangka melakukan pelanggar hukum oleh pihak kepolisian adalah merupakan penanganan para pelanggar hukum untuk yang pertama kali sehingga dalam membuat proses perkara memerlukan penelitian secara cermat dan teliti, dengan tujuan agar nantinya hasil pemeriksaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pada Pasal 42 (2) Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak dengan jelas dikatakan bahwa: “dalam melakukan penyidikan terhadap Anak Nakal, penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan dan apabila perlu juga

dapat meminta pertimbangan dan atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas Pemasyarakatan lainnya. Sehingga pihak Kepolisian dapat mempertimbangkannya apakah berkas perkaranya (BAP) perlu diteruskan kepada pihak Kejaksaan untuk dituntut di depan sidang Pengadilan Negeri atau tidak.

Seperti yang dikatakan oleh Suedi Husein, Direktur Reskrim Polda NAD: ” Anak yang bermasalah dengan hukum diupayakan semaksimal mungkin tidak diproses secara hukum formal atau terhindar dari penjara, karena berdasarkan hasil penelitian disebutkan pemenjaraan anak tidak menyelesaikan masalah... ia menjelaskan penyelesaian kasus anak tidak melalui hukum formal, itu dilakukan dengan musyawarah atau disebut dengan diversi atau restoratif justice”.61

Dengan demikian, kiranya perlu dilakukan penelitian mengenai latar belakang kehidupannya dan lingkungan sosial, ekonomi serta hal-hal lain yang ada kaitannya dengan si tersangka tersebut.

Penelitian disini paling tidak harus dapat mengungkapkan mengenai apakah seseorang itu melakukan perbuatan itu hanya karena terpaksa atau akibat paksaan orang lain atau situasi dan kondisi lingkungan yang memungkinkannya untuk berbuat kejahatan serta faktor viktim (korban) yang juga dapat mendorong orang untuk melakukan pelanggar hukum dan faktor lain yang kiranya dapat dijadikan pertimbangan bagi proses perkaranya.

Dalam hal pemeriksaan oleh pihak kejaksaan terhadap tersangka pelanggar hukum perlu memperhatikan segi psikologis. Jadi tidak hanya dipandang dari segi yuridisnya saja. Dalam hal ini agar pihak Kejaksaan dapat menentukan suatu tuntutan

61

terhadap tersangka pelanggar hukum itu tidak saja dari segi yuridis, maka pihak kejaksaan dapat mempergunakan dan memperhatikan laporan Penelitian Kemasyarakatan. Karena jika berdasarkan laporan Penelitian Kemasyarakatan ini pihak kejaksaan dapat mempertimbangkan apakah perkara tersebut diajukan ke depan persidangan, kalaupun diajukan ke persidangan tentunya dengan tuntutan yang wajar dan bijaksana tanpa mengurangi hak-hak dari pihak kejaksaan itu sendiri.

Hakim dapat menjatuhkan putusannya atau tindakannya terhadap perkara yang diajukan jaksa ke sidang pengadilan harus bijaksana dan adil. Dimana hakim harus dapat memberikan suatu putusan yang mempunyai arti dalam usaha perbaikan para pelanggar hukum maupun kewibawaan hukum. Jika hakim memandang perlu disertakannya laporan Penelitian Kemasyarakatan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusannya memungkinkan berhasilnya usaha tersebut. Karena di dalam laporan Penelitian Kemasyarakatan mencakup data mengenai penelitian sosial dan penelitian kasus serta hal-hal lain yang sifatnya memberikan informasi tentang latar belakang kehidupan dan sikap terdakwa sebelum dan setelah melanggar hukum. Keputusan laporan Penelitian Kemasyarakatan sesudah adanya putusan (vonis) dan tindakan (beschikking). Hakim adalah merupakan bahan untuk menentukan rencana terapi pembinaan terhadap klien baik yang berada dalam Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan Pemuda, Lembaga Pemasyarakatan Anak, dan pada BAPAS maupun para anak negara yang pengasuhannya diserahkan kepada orang tua asuh atau instansi lain.

C. Tinjauan Umum Tentang Kenakalan Anak

Dokumen terkait