BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Tinjauan Umum Tentang Eksploitasi Anak
1. Pengertian Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.16 Anak merupakan penyambung keturunan dan sebagai investasi masa depan yang menjadi sandaran di usia lanjut, anak dianggap sebagai modal untuk meningkatkan peringkat hidup yang dapat mengontrol status sosial orang tua. Anak juga sebagai harta dan penenang bagi orang tua, dan sewaktu-waktu bisa menjadi lambing penerus dikala orang tuanya telah meninggal.17
Anak merupakan amanah sekaligus karunia dari Allah swt. Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.18
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan
16
Repulik Indonesia, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal. 1 ayat (1). 17
Siska Lis Sulistiani, Kedudukan Hukum Anak Hasil Perkawinan Beda Agama Menurut
Hukum Positif dan Hukum Islam, (Cet. 1; Bandung: PT Refika Aditama, 2015), h. v. 18
pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang.19
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, dimana kata “anak” merujuk pada lawan dari orang tua, orang
dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Menurut psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima sampai enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar. Walaupun begitu istilah ini juga sering merujuk pada perkembangan mental seseorang, walaupun usianya secara biologis dan kronologis seseorang sudah termasuk dewasa namun apabila perkembangan mentalnya ataukah urutan
umurnya maka seseorang dapat saja diasosiasikan dengan istilah “anak”.20
Anak merupakan bagian dari keluarga yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan juga tempat yang aman bagi perkembangannya.21 Sedangkan dalam Islam menjelaskan anak adalah sesuatu yang dianggap baik dan sebagai perhiasan dunia (QS Al Kahfi/18:46).22
19
Mohammad Taufik Makarao, dkk. Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga, (Cet. 1; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h. 1.
20“Anak”, WikipediA. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak. (28 Oktober 2017)
21
Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Cet.10; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 33. 22
Kementrian Agama RI, Al-Quran Terjemahan dan Tafsir, (Cet. 1; Bandung: Syamil Quran,
16
Al-Ghazali berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang seimbang dan sehat. Kedua orangtuanyalah yang memberikan agama kepada mereka. Demikian pula anak dapat terpengaruh oleh sifat-sifat yang buruk. Ia mempelajari sifat-sifat yang buruk dari lingkungan yang dihidupinya, dari corak hidup yang memberikan peranan kepadanya dan dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya.23
Dalam berbagai perundang-undangan berlaku penentuan batas umur anak yang berbeda-beda. Batas umur anak merupakan batasan umur maksimum sebagai bentuk kemampuan anak menurut hukum. Hal ini mengakibatkan perubahan status umur anak menjadi umur dewasa atau menjadi subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri terhadap perbuatan dan tindakan hukum yang dilakukannya.24 Untuk itu, pengertian yang digunakan dalam uraian ini ialah menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yaitu seorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang ada dalam kandungan.
2. Pengertian Eksploitasi Anak
Eksploitasi adalah memanfaatkan, memperalat dan memeras orang lain untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau lembaga baik material maupun non material.25 Eksploitasi adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri, pengisapan,
23
Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 10.
24
Abdul Rahman Kanang. Hukum Perlindungan Anak dari Eksploitasi Seks Komesial
Perspektif Hukum Nasional dan Internasional (Cet. 1; Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 25-26.
25
Republik Indonesia, Perda Kota Makassar Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Anak
pemerasan (tentang tenaga orang lain). Eksploitasi atas diri orang lain merupakan perbuatan yang tidak terpuji.26
Eksploitasi (exploitation) adalah politik pemanfaatan yang secara sewenang-wenang atau terlalu berlebihan terhadap sesuatu subyek eksploitasi hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangkan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan.27
Saat ini, anak sering kali dijadikan sebagai subjek untuk mencari keuntungan oleh berbagai pihak baik itu dari orang-orang terdekatnya seperti orang tua maupun dari pihak lain dengan memanfaatkan tenaga dan waktu anak, hal ini biasa disebut dengan istilah eksploitasi anak.
Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh atau pemanfaatan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materil maupun in-materil.28
Eksploitasi anak adalah tindakan sewenang-wenang dan perlakuan yang bersifat diskriminatif terhadap anak yang dilakukan oleh masyarakat ataupun keluarga dengan tujuan memaksa anak tersebut untuk melakukan sesuatu tanpa
26 “Eksploitasi”, Arti Kata-Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
https://typoonline.com/kbbi?kata=Eksploitasi. (28 Oktober 2017). 27
Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. 4; Bandung: CV Yrama Widiya, 2007), h.
129. 28
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan
18
memperhatikan hak anak seperti perkembangan fisik dan psikisnya. Eksploitasi anak dibawah umur berarti mengeksploitasi anak untuk melakukan tindakan yang menguntungkan pada segi ekonomi, sosial ataupun politik tanpa memandang umum anak yang statusnya masih hidup dimasa kanak-kanaknya (kurang dari 17 tahun). (Soeharto:2005)
Sehingga dapat dikatakan bahwa, eksploitasi anak yaitu segala bentuk upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap anak laki-laki maupun perempuan yang masih berumur dibawah 18 tahun dengan tujuan pemanfaatan fisik maupun psikis yang menguntungkan bagi orang atau kelompok tersebut sehingga menimbulkan kerugian terhadap anak.
3. Ciri-ciri Anak yang Dieksploitasi
United Nations Children‟s Fund (UNICEF) telah menetapkan beberapa kriteria atau ciri-ciri anak yang di eksploitasi secara ekonomi, anatara lain:29
a. Kerja penuh waktu (full time) pada umur yang masih dini/ usia anak; b. Terlalu banyak waktu yang digunakan untuk bekerja;
c. Pekerjaan yang menimbulkan tekanan fisik, sosial dan psikologi yang tidak seharusnya terjadi;
d. Upah yang tidak mencukupi;
e. Tanggungjawab yang terlalu banyak;
f. Pekerjaan yang menghambat akses pada pendidikan; dan
29
Hardius Usman; Nachrowi Djalal Nachrowi, Pekerja Anak di Indonesia, (Jakarta: PT
g. Pekerjaan yang mengurangi martabat dan harga diri anak seperti: pebudakan atau pekerjaan kontrak dan eksploitasi seksual.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 dan berdasarkan Konvensi ILO Nomor 128 yakni bentuk-bentuk eksploitasi dan bentuk pekerjaan terburuk anak, antara lain:30
a. Segala bentuk perbudakan atau praktik sejenis perbudakan seperti penjualan dan perdagngan anak, kerja ijion, perhambahaan (kerja paksa) atau wajib kerja, termasuk pengerahan anak secara paksa dan untuk dimanfaatkan dalam konflik senjata;
b. Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran untuk pelacuran, produksi pornografi atau pertunjukan-pertunjukan porno;
c. Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang, khususnya untuk produksi dan perdagangan obat-obatan terlarang sebagaimana yang diatur dalam perjanjian internasioanal yang relevan; d. Pekerja yang sifat atau keadaan tempat pekerjaan itu dapat
membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.