• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum

Setiap manusia mempunyai sifat, watak, kehendak, serta keperluan sendiri-sendiri. Seringkali keperluan itu searah dan sepadan satu sama lain, sehingga dengan kerjasama tujuan manusia untuk memenuhi keperluan itu akan lebih mudah dan lekas tercapai. Akan tetapi, acap kali pula kepentingan

commit to user

itu berlainan bahkan ada juga yang bertentangan, sehingga dapat menimbulkan pertikaian yang mengganggu keserasian hidup bersama. Dalam hal ini orang atau golongan yang kuat menindas orang atau golongan yang lemah. Apabila ketidakseimbangan hubungan masyarakat yang menjadi perselisihan itu dibiarkan maka mungkin akan timbul perpecahan dalam masyarakat. Oleh karena itu dalam masyarakat yang teratur, manusia/anggota masyarakat itu harus memperhatikan kaedah-kaedah, norma-norma ataupun peraturan-peraturan hidup tertentu yang ada dan hidup dalam masyarakat dimana ia hidup (C.S.T Kansil,1989: 33-34).

Sadar ataupun tidak sadar, manusia dipengaruhi oleh peraturan-peraturan hidup bersama yang mengekang hawa nafsu dan mengatur hubungan antar manusia. Peraturan hidup itu memberi ancer-ancer perbuatan mana yang boleh dijalankan dan perbuatan mana yang harus dihindari. Peraturan hidup itu memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia harus bertingkah laku dan bertindak di dalam masyarakat. Peraturan-peraturan hidup itu disebut peraturan hidup bermasyarakat atau kaedah hukum.

Hukum secara umum dapat diartikan sebagai keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum itu bukanlah merupakan suatu tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan yang sifatnya non-yuridis dan berkembang karena rangsangan dari luar hukum (Sudikno Mertokusumo, 2005: 40).

Menurut Van Apeldoorn dalam bukunya yang berjudul “Inleiding tot

de studie van het Nederlandse Recht”, adalah tidak mungkin memberikan

suatu definisi tentang apakah yang disebut hukum itu. Definisi hukum menurut Van Apeldoorn sangat sulit untuk dibuat, karena tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan (Van Apeldoorn dalam C,S,T Kansil, 1989: 34).

commit to user

Walaupun sulit diadakan suatu batasan yang jelas dan lengkap mengenai batasan apa itu hukum ada beberapa pendapat para ahli yang merumuskan mengenai pengertian hukum:

(a). S.M Amin

Mendefinisikan hukum sebagai “ kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi dan tujuan hukum adalah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara” .

(b) J.C.T Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto

Hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh Badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu (J.C.T Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto dalam C,S,T Kansil, 1989: 38 ).

(c) M.H Tirtaatmidjaja

Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian, jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya (M.H Tirtaatmidjaja dalam C,S,T Kansil, 1989: 38).

Hukum adalah kekuasaan yang mengatur dan memaksa. Dengan tiada berkesudahan ia mengatur hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh pergaulan masyarakat manusia. Dan hal-hal tersebut dilakukannya dengan menentukan batas kekuasaan-kekuasaan dan kewajiban-kewajiban tiap-tiap orang terhadap mereka dengan siapa ia berhubungan. Hukum misalnya mengatur hubungan antara orang yang meminjamkan uang dengan orang yang menerimanya dan itu dilakukannya antara lain dengan membentuk peraturan-peraturan siapa yang meminjamkan uang kepada orang lain, berhak meminta kembali uangnya sejumlah yang sama, dan pihak yang lain wajib

commit to user

memenuhinya. Hubungan yang diatur oleh hukum demikian itu dinamakan hubungan hukum (L.J Van Apeldoorn, 2004: 41).

Hubungan hukum terdiri dari ikatan-ikatan antara individu dan masyarakt dan antara individu itu sendiri. Ikatan-ikatan itu tercermin dalam hak dan kewajiban. Dalam mengatur hubungan-hubungan hukum itu caranya beraneka ragam, kadang-kadang hanya dirumuskan kewajiban-kewajiban. Dalam usahanya mengatur, hukum menyesuaikan kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat dengan sebaik-baiknya, berusaha mencari keseimbangan antara memberi kebebasan kepada individu dan melindungi masyarakat terhadap kebebasan individu. Mengingat bahwa masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang menyebabkan terjadinya interaksi, maka akan selalu terjadi konflik atau ketegangan antara kepentingan masyarakat. Hukum berusaha menampung ketegangan atau konflik itu dengan sebaik-baiknya (Sudikno Mertokusumo, 2005:40-41).

Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan. Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum mengkhendaki perdamaian (L.J Van Apeldoorn, 2004: 10). Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan.. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum. (Sudikno Mertokusumo, 2005: 77).

Menurut Van Apeldoorn, bahwa tujuan hukum semata-mata untuk mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yang merugikannya. Menurut

commit to user

Bentham tujuan hukum semata-mata mewujudkan apa yang berfaedah bagi orang. Sedangkan Van Kan menyebutkan bahwa tujuan hukum adalah menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu. Jelas disini, bahwa hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu dapat pula disebutkan bahwa hukum menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden), tidak mengadili dan menjatuhi hukuman terhadap setiap pelanggaran hokum terhadap dirinya. Namun tiap perkara. Harus diselesaikan melalui proses pengadilan, dengan perantaraan hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Lain halnya dengan Subekti yang mengatakan bahwa tujuan hukum adalah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya (C.S.T Kansil, 1989: 41-45).

Mengenai tujuan hukum tersebut ada beberapa teori tentang tujuan ukum yaitu :

1. Teori Etis

Menurut teori etis, hukum semata-mata bertujuan keadilan. Isi hukum ditentukan oleh keyakinan kita yang etis tentang yang adil dan yang tidak. Dengan perkataan lain hukum menurut teori ini bertujuan merealisir atau mewujudkan keadilan. Penganut teori ini adalah GENY.

2. Teori Utilistis

Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya (the greatest good of the greatest number). Pada hakekatnya menurut teori ini tujuan hukum adalah manfaat dalam menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang terbanyak. Penganut teori ini adalah JEREMY BENTHAM.

commit to user

Menurut Mochtar Kusumaatmadja tujuan pokok dan utama dari hukum yaitu ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini syarat pokok bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur. Menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto tujuan hukum ialah kedamaian hidup antar pribadi yang meliput ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi. Sedangkan Subekti berpendapat bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan negara, yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi rakyatnya (Sudikno Mertokusumo,2005: 77-81).

Mengenai pengertian perlindungan hukum, tidak ada pengertian perlindungan hukum secara rinci. Namun dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum merupakan bentuk pelayanan kepada seseorang dalam usaha pemulihan secara emosional atau dapat juga dikatakan bahwa perlindungan hukum adalah suatu hal atau perbuatan untuk melindungi subjek hukum berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku disertai dengan sanksi-sanksi apabila ada yang melakukan wanprestasi. Secara umum perlindungan hukum diberikan kepada subjek hukum ketika subjek hukum yang bersangkutan bersinggungan dengan peristiwa hukum. Bentuk perlindungan hukum dapat bermacam-macam, tergantung dari pihak yang berkepentingan. Sebagai contoh dalam hukum perdata ada lembaga yang namanya gijzeling, lembaga ini berfungsi untuk menahan seseorang untuk tidak keluar dari negara tempat ia tinggal karena dikhawatirkan akan melarikan diri dari kasus yang dihadapinya dan berpotensi merugikan pihak yang mengajukan gugatan (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid= 20070919215448AACmSCf 21 April 2010, pukul 20.00 WIB).

Menurut Philipus M.Hardjon perlindungan hukum bagi rakyat dibagi menjadi dua yaitu perlindungan hukum yang preventive dan represive. Perlindungan hukum yang preventive adalah adalah kepada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu

commit to user

keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. Sedangkan perlindungan hukum yang

represive adalah penanganan hukum bagi rakyat oleh peradilan umum di

Indonesia, yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa (Philipus M.Hadjon, 1985: 2-3). Menurut Rochmat Soemitro dalam Philipus M.Hadjon, di Indonesia badan yang menangani perlindungan hukum dikelompokkan dalam 3 (tiga) badan yaitu:

a. Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum;

b. Instansi pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi;

c. Badan-badan khusus (Rochmat Soemitro dalam Philipus M.Hadjon,1985: 13).

Dokumen terkait