• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.2 Pengembangan Konsep Rencana

6.2.3 Tipe Agroforestri

Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, terdapat lima bentuk agroforestri manggis yang sesuai dikembangkan di Desa Barengkok. Pada kelima bentuk agroforestri manggis tersebut terdapat kriteria pada masing-masing agroforestri Perbedaan kriteria ini, berdasarkan atas intensifitasan teknik budidaya, dan berdasar atas Subaguono et al (2003), Nasrullah (2009), Mansur (2009), dan Santoso et al (2004). Pada setiap bentuk agroforestri ini juga terdapat perbedaan dalam acuan pola tanaman berdasarkan kemiringan lereng yang dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar26. Acuan umum proporsi tanaman pada kemiringan lahan yang berbeda (P3HTA, 1987). Subagyono et al (2003)

Berdasarkan acuan pada (Gambar 33) maka pengembangan konsep bentuk agroforestri, deskripsi , teknik budidaya, serta jenis tanaman tahunan dan tanaman semusim di Desa Barengkok antara lain:

a. Pekarangan

Berdasarkan hasil sintesis jenis pekarangan yang terdapat di Desa Barengkok umumnya merupakan lahan yang berada di sekitar pemukiman. Sesuai dengan kondisi tersebut maka teknik budidaya yang terdapat pada pekarangan merupakan teknik budidaya intensif, karena akan lebih mudah dalam pemantauan dan pengelolaannya. Letak yang berdekatan dengan pemukiman menyebabkan tanaman yang sering dibudidayakan merupakan tanaman pokok yang sering dibutuhkan oleh kebutuhan rumah tangga, seperti sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman berjenis obat-obatan (Gambar 27) dan (Gambar 28).

Gambar 27 Tipe Agroforestri pada Pekarangan

Oleh sebab itu, tanaman manggis dapat dimasukkan dalam tipe agroforestri pada pekarangan dengan dipadukan dengan tanaman sayuran, tanaman hias dan tanaman obat. Tanaman manggis ini dapat berfungsi sebagai tanaman peneduh dan tanaman produksi yang dapat memeberikan tambahan ekonomi kepada pemilik rumah.

Mengacu pada Subagyono et al (2003), mengenai acuan umum proporsi tanaman pada kemiringan lahan yang berbeda maka, pekarangan bisa berada pada kemiringan datar, landai, agak curam, maupun curam. Hal ini dikarenakan karakteristik pekarangan yang utama adalah letaknya yang berada di sekitar pemukiman. Namun, seringkali pemukiman lebih memilih pada kemiringan yang datar dan landai. Sehingga jenis tanaman yang berada pada pekarangan umumnya mempunyai komposisi:

1. Komponen Berkayu (Kehutanan) 25-50%

Contoh: Tanaman buah-buahan seperti manggis, mangga, jambu, kelapa, rambutan

2. Komponen Pertanian (Semusim) 50-75%

Contoh: Tanaman sayuran dan tanaman obat seperti (cabai, tomat, kunyit, dan temulawak)

Oleh karena itu berdasarkan komposisi jenis tanaman yang umumnya berada di pekarangan diatas, tanaman manggis akan tumbuh sebesar 25% dari total area dan sisanya merupakan tanaman buah-buahan yang lain seperti mangga, jambu, kelapa, rambutan dan tanaman semusim seperti tanaman sayuran dan tanaman obat. Berdasarkan hasil analisis, total area pekarangan yang ditumbuhi oleh komoditas manggis di Desa Barengkok sebesar 15,1 ha. Menurut Pusat Kajian Buah Tropis Institut Pertanian Bogor (2004), produktifitas tanaman manggis yang berada di Kecamatan Leuwiliang umumnya mencapai 25 kg/ pohon, dengan jarak tanam antar pohon 10 m x 10 m. Sehingga pada pekarangan mempunyai produktivitas manggis 37.750 kg.

b. Sawah

Sawah yang terdapat pada Desa Barengkok umumnya terdapat pada lahan subur dengan kemiringan datar sampai landai yang diprioritaskan untuk pertanian tanaman pangan yang bersifat field crops seperti padi dan palawija. Sawah

tersebut dapat dioptimalkan pemanfaatannya sebagai agroforestri. Tipe agroforestri pada sawah dapat dilakukan dengan penanaman sayuran seperti genjer yang dapat disisipkan di sekeliling padi untuk memberi hasil lebih cepat dari padi dan dengan menanam pohon manggis pada pematang sawah (Gambar 29).

Teknik budidaya pada sawah termasuk dalam teknik budidaya intensif. Hal ini dikarenakan karena lahan sawah diprioritaskan untuk pertanian tanaman pangan, sehingga dibutuhkan budidaya dan pengelolaan yang intensif. Berdasarka pada Nasrullah (2009), dan Mansur (2009), jenis tanaman yang berada pada sawah dapat berkomposisi:

1. Komponen Berkayu (Kehutanan) 5%

Contoh: Manggis dengan sistem surjan, Kayu Putih dan Kelapa yang ditanam pada pematang sawah.

2. Komponen Pertanian (Semusim) 95% Contoh: Tanaman pangan seperti padi

Pada komposisi jenis tanaman yang umumnya berada di sawah diatas, menunjukan bahwa tanaman manggis akan tumbuh sebesar 5% dari total area dan sisanya merupakan tanaman pangan seperti padi (Gambar 30). Berdasarkan hasil analisis, total area pada sawah yang berada di Desa Barengkok sebesar 7,07 ha. Menurut Pusat Kajian Buah Tropis Institut Pertanian Bogor (2004), produktifitas tanaman manggis yang berada di Kecamatan Leuwiliang umumnya mencapai 25 kg/ pohon, dengan jarak tanam antar pohon 10 m x 10 m. Sehingga pada tipe agroforestri sawah mempunyai produktivitas manggis 17.675 kg. Jumlah tanaman

manggis di tipe agroforestri sawah sedikit karena produk utama tanaman pertanian lebih dominan, sedangkan komponen kehutanan merupakan elemen pendukung bagi peningkatan produktivitas dan sustainabilitas sistem.

c. Talun (Hutan Rakyat)

Pada Desa Barengkok, tipe agroforestri talun dapat diterapkan. Talun ini akan berfungsi sebagai peminimalisir erosi yang terjadi dan juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Sesuai dengan deskripsi talun, maka teknik budidaya pada talun ini merupakan teknik budidaya yang ekstensif. Talun yang merupakan kebun campuran yang telah menghutan biasanya lebih difokuskan untuk fungsi konservatif. Sehingga dibiarkan tanpa budidaya yang penuh (Gambar 31) dan (Gambar 32).

Gambar 31 Tipe Agroforestri pada Talun Gambar 30 Ilustrasi Agroforetri Tipe Sawah

Berdasarkan acuan pola tanaman terhadap kemiringan lereng menurut Subagyono et al (2003), maka talun sesuai dengan tujuannya yang lebih kepada fungsi konservasi. Untuk itu, jenis tanaman yang berada pada talun umumnya mempunyai komposisi:

1. Komponen berkayu (kehutanan) sebagai komoditi utama 95% Contoh: Jenis tanaman berkayu jati, sengon, dan durian,

2. Komponen berkayu (kehutanan) dimana komponennya berupa unsur pendukung 5%

Contoh: manggis, duku, pala, dan rambutan

Oleh karena itu, umumnya tanaman manggis akan tumbuh sebesar 5% dari total area dan sisanya dengan memaksimalkan komponen berkayu (kehutanan) sebagai komoditi utama yang berfungsi sebagai konservasi. Berdasarkan hasil analisis, total area talun yang berada di Desa Barengkok sebesar 22,5 ha. Menurut Pusat Kajian Buah Tropis Institut Pertanian Bogor (2004), produktifitas tanaman manggis yang berada di Kecamatan Leuwiliang umumnya mencapai 25 kg/ pohon, dengan jarak tanam antar pohon 10 m x 10 m. Sehingga pada talun mempunyai produktivitas manggis 2.800 kg. Jumlah tanaman manggis pada talun sedikit karena pada talun lebih diprioritaskan kepada tanaman yang dapat mengkonservasi area.

Dokumen terkait