• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.2 Tipe Kepribadian Big Five

Pada tahun 1930-an, Allport dan Odbert untuk pertama kalinya meneliti mengenai sifat manusia, kemudian dilanjutkan oleh Cattell pada tahun 1940-an dan oleh Tupes, Christal dan Norman pada tahun 1960-an. Pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an, Costa dan McCrae juga meneliti hal yang sama yaitu mengenai sifat dari kepribadian (Feist & Feist 2009). Dalam masa tersebut, Costa dan McCrae awalnya hanya terfokus pada dua dimensi utama, yaitu neuroticism dan extraversion. Tidak lama setelahnya, Costa dan McCrae menemukan faktor ketiga

yang mereka sebut dengan keterbukaan pada pengalaman (openness to experience). Hampir semua studi awal Costa dan McCrae hanya terfokus pada ketiga dimensi ini. Pada tahun 1981 Lewis Goldberg muncul sebagai orang pertama yang menggunakan istilah “Big Five” untuk mendeskripsikan temuan dari analisis faktor atas sifat kepribadian. Akhirnya pada tahun 1985, Costa dan McCrae mulai melaporkan studi pada lima faktor kepribadian.

Kepribadian big five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah dimensi kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima dimensi trait kepribadian tersebut terdiri dari extraversion, agreeableness, neuroticism, openness dan conscientiousness.

2.2.1 Trait – trait dalam tipe kepribadian big five

Trait merupakan suatu pola tingkah laku yang relatif menetap secara terus menerus dan konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan. Trait mengacu pada perbedaan individu dalam berperilaku, konsistensi perilaku sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku pada berbagai situasi (Feist & Feist, 2009). Pada penelitian ini, kepribadian dilihat berdasarkan The Big Five Personality yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae. Trait-trait

dalam domain-domain dari Big Five Personality Costa dan McCrae (dalam Feist & Feist, 2009) adalah sebagai berikut:

a. Extraversion

Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Dimensi ini

menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitasnya, kebutuhan untuk didukung, kemampuan untuk berbahagia dan menikmati hidup (Costa & McCrae dalam Pervin & John, 2001). Individu dengan skor extraversion yang tinggi cenderung penuh perhatian, ceria, aktif berbicara,

senang berkumpul, selalu bersemangat, bahagia, menyenangkan dan penuh kasih sayang. Individu yang memiliki skor extraversion rendah cenderung cuek, pendiam, penyendiri, serius, pasif dan tidak mempunyai cukup kemampuan dalam mengekspresikan emosinya.

b. Agreeableness

Agreeableness menilai kualitas orientasi individu dengan kontinum mulai

dari lemah lembut sampai antagonis didalam berpikir, perasaan dan perilaku (Costa & McCrae dalam Pervin & John, 2001). Individu dengan skor agreeableness yang tinggi cenderung mudah percaya pada orang lain, murah

hati, suka menolong, mudah menerima dan baik hati. Individu yang memiliki skor agreeableness yang rendah cenderung penuh curiga, pelit, tidak ramah, mudah kesal dan mudah mengkritik orang lain.

c. Neuroticism

Trait ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi, mengidentifikasi kecenderungan individu apakah mudah mengalami stres, mempunyai ide-ide yang tidak realistis, mempunyai coping response yang maladaptif (Costa & McCrae dalam Pervin & John, 2001). Individu dengan skor neuroticism yang tinggi cenderung mudah menjadi cemas, temperamental, mengasihani diri, sangat sadar akan dirinya sendiri, emosional, rapuh, rentan terhadap gangguan yang berkaitan dengan stress, dan peka pada kritik. Individu yang memiliki skor neuroticism rendah biasanya tenang, tidak emosional dan puas terhadap dirinya.

d. Openness

Openness menilai bagaimana individu menggali sesuatu yang baru dan tidak

biasa, usaha secara proaktif mencari pengalaman baru dan penghargaan individu terhadap pengalaman itu sendiri (Costa & McCrae dalam Pervin & John, 2001). Individu yang secara konsisten mencari pengalaman yang

berbeda dan bervariasi akan memiliki skor yang tinggi pada keterbukaan terhadap pengalaman. Sebagai contoh, mereka menikmati mencoba jenis makanan baru di sebuah restoran atau mereka tertarik mencari restoran yang baru dan menarik. Sebaliknya, mereka yang tidak terbuka kepada pengalaman hanya akan bertahan dengan hal – hal yang tidak asing, yang mereka tahu akan mereka nikmati. Individu yang memiliki karakteristik skor openness yang tinggi cenderung kreatif, orisinil, imajniatif, penuh rasa

penasaran, terbuka, berpandangan luas, dan individu yang memiliki minat yang besar, sedangkan individu yang memiliki skor openness rendah biasanya konvensional, rendah hati, konservatif dan tidak terlalu penasaran terhadap sesuatu.

e. Conscientiousness

Conscientiousness menilai kemampuan individu dalam hal pengorganisasian, baik mengenai ketekunan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Sebagai lawannya conscientiousness menilai apakah individu tersebut tergantung, malas dan tidak rapi (Costa & McCrae dalam Pervin dan John, 2001). Individu yang memiliki karakteristik conscientiousness dengan skor yang tinggi biasanya orang yang terorganisir dengan baik dan teratur dalam setiap pekerjaan, pekerja keras, disiplin, bertanggung jawab, tekun dan berambisi pada tujuannya, sebaliknya individu yang memiliki skor conscientiousness yang rendah cenderung tidak memiliki tujuan yang jelas, tidak teratur, kurang dapat dipercaya, teledor dalam bekerja, dan lebih mudah menyerah saat menemui kesulitan dalam mengerjakan sesuatu.

2.2.2 Pengukuran tipe kepribadian big five

Kepribadian big five diukur dengan mengadaptasi skala International Personality Item Pool (IPIP) Big Five Factor yang dibuat pada tahun 1992

oleh Goldberg (dalam Goldberg et.al, 2006). Skala ini terdiri dari 50 item pernyataan yang diadaptasi sehingga memiliki empat rentang pilihan jawaban. Pada kepribadian big five terdapat lima variabel yaitu: extraversion, agreeableness, conscientiousness dan openness yang masing – masing variabel

terdapat 10 item (5 favorable dan 5 unfavorable).

Peneliti menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari International Personality Item Pool (IPIP) Big Five Factor karena menurut peneliti skala

tersebut sesuai untuk penelitian ini. Selain itu juga karena International Personality Item Pool (IPIP) Big Five Factor memiliki validitas dan

reliabilitas yang baik (Socha, et al., 2010; Guenole & Chernyshenko, 2005).

Dokumen terkait