• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Titik Bakar dan Titik Nyala

Dalam mendesain material konstruksi sifat ketahan terhadap api merupakan suatu paramter penting yang harus di perhatikan. Sifat mampu nyala genteng komposit polimer dalam penelitian ini ditentukan dengan cara yang ditetapkan dalam JIS-K6911-1970. Data hasil penelitian diperoleh seperti dalam Tabel L.7 pada Lampiran B dan data kemampuan nyala rata-rata disajikan dalam Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Data pengukuran kemampuan nyala

Nomor

Data hasil uji nyala genteng komposit polimer didapatkan sampel yang paling cepat menyala adalah sampel 1 yaitu hanya 19 detik dan yang paling lama yaitu sampel 3, sampel 4 dan 5 yaitu 19,67 detik. Hal ini karena matrik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bahan polimer yang sangat mudah menyala. Dari data di atas dapat dibuat grafik hubungan antara persentasi serat ijuk yang digunakan dengan waktu penyalaan dari genteng komposit polimer seperti dalam Gambar 4.6 dibawah ini.

Gambar 4.6 Grafik kemampuan nyala genteng komposit polimer

Dari data yang dihasilkan pada pembakaran spesimen, maka diidentifikasi bahwa bahan genteng komposit polimer menggunakan resin poliester, aspal, styrofoam bekas dan serat ijuk sebagai bahan penguat termasuk ke dalam material yang habis terbakar sendiri. Karena rata-rata persentase pada variasi serat menunjukkan rata-rata kemampuan nyala pada waktu 19 detik. Hal ini dikarenakan sifat dari resin poliester dan polistiren yang tergolong ke dalam kelompok polimer terbakar sendiri dengan laju lambat (Surdia, 1995). Aspal juga tergolong kedalam material yang mudah terbakar karena aspal merupakan residu destilasi dari minyak bumi.

Komposit dari spesimen yang paling lama menyala adalah pada persentase serat ijuk 2% (sampel 3), 3% (sampel 4) dan 4%( sampe 5) yaitu 19,67 detik. Dari Gambar 4.6 juga diperlihatkan bahwa pemberian serat ijuk pada komposit polimer selain meningkatkan kekuatan mekanik juga dapat meningkatkan ketahanan nyala api.

Jarak bakar adalah panjang spesimen yang terbakar setelah waktu 30 detik.

Dari hasil pengujian yang dilakukan sebanyak tiga kali pengujian untuk setiap

19

19,33

19,67 19,67 19,67

19,33

18,6 18,8 19 19,2 19,4 19,6 19,8

0% 1% 2% 3% 4% 5%

Waktu Penyalaan (detik)

Persentase ijuk

sampel dan diperoleh data rata-rata jarak bakar genteng komposit polimer seperti yang digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.7 berikut ini:

Gambar 4.7 Grafik Jarak bakar terhadap komposisi serat ijuk

Dari data yang dihasilkan jarak bakar tertinggi diperoleh pada spesimen yang tidak menggandung serat (sampel 1) yaitu 16 mm, dan yang paling rendah yaitu pada sampel 5 dengan persentase serat ijuk 4% yaitu 12 mm. Laju bakar menyatakan jarak bakar persatuan waktu, dari data hasil pengujian waktu penyalaan dan jarak bakar diperoleh spemimen yang paling unggul yaitu spesimen dengan komposisi serat ijuk 4% atau sampel 5 dengan laju bakar 0,4 mm/detik.

Berdasarkan data hasil penelitian, karaktristik terbaik dari genteng komposit polimer yang dihasilkan baik dari uji fisis, uji mekanik dan uji termal diperoleh pada sampel 5 dengan perbandingan komposisi poliester, aspal, styrofoam, pasir dan serat ijuk masing-masing 29% : 5% : 1% : 61% : 4%,

4. 6 Pengaruh Orientasi Serat Ijuk

Perubahan arah orientasi serat ijuk memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap karakteristik genteng komposit polimer yang dihasilkan. Orientasi serat

16

berdampak langsung pada distribusi tegangan antara matrik dan serat. Kontribusi serat terhadap sifat-sifat komposit akan maksimum jika arah pembebanan searah dengan arah serat. Data hasil penelitian tentang pengaruh orientasi sudut serat terhadap karakteristik genteng dapat dilihat dalam Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.7 Karaktristik genteng pada orientasi sudut serat 0o, 45o dan 90 Besaran

o

Sudut Orientasi Serat Ijuk

0o 45o 90o

Berdasarkan data dalam Tabel L.8 pada Lampiran B dan Tabel 4.6 di atas, maka dapat diplot grafik kerapatan akibat pengaruh orientasi sudut serat seperti pada Gambar 4.8 di bawah ini:

Gambar 4.8 Grafik kerapatan terhadap orientasi sudut serat

Berdasarkan Gambar 4.8 di atas memperlihatkan bahwa sifat fisis genteng komposit polimer tidak banyak mengalami perubahan akibat adanya perubahan

1,76 1,76

sudut orientasi serat ijuk. Kerapatan yang diperoleh pada sampel 0o dan 45o adalah sama, namun untuk sampel dengan orientasi sudut 90o

Data hasil pengujian daya serap air selengkapnya dapat dilihat pada Tabel L.9 pada Lampiran B, dan di dapatkan grafik hubungan antara orientasi sudut serat dan daya serap air seperti dalam Gambar 4.9 berikut ini

kerapatannnya menurun sebesar 0,57%.

Gambar 4.9 Grafik daya serap air terhadap orientasi sudut serat

Daya serap air yang dihasilkan pada ketiga sampel memperlihatkan tidak ada perubahan yang signifikan, daya serap air yang diperoleh untuk sampel 0o dan 45o adalah sama, namun untuk sampel dengan orientasi sudut 90o

Perubahan sudut orientasi serat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kerapatan dan daya serap air genteng komposit polimer yang dihasilkan, hal ini dikarenakan tidak ada perubahan baik komposisi maupun metode dalam pembuatan genteng, perubahan yang dilakukan hanya pada penempatan serat sehingga nilai kerapatan dan daya serap air yang dihasilkan pada sudut 0

daya serap airnya meningkat sebesar 1,15%.

o dan 45 osama, perbedaan nilai kerapatan dan daya serap air pada sampel dengan sudut 90o, mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam pembuatan, proses pembuatan sampel yang masih manual memungkinkan terjadi banyak kesalahan baik dalam pengadukan bahan maupun dalam proses pencetakan.

0,87 0,87

0,88

0,85 0,9

0⁰ 45⁰ 90⁰

Daya serap air(%)

Sudut Orientasi Serat

Data hasil pengujian kuat tarik akibat pengaruh perubahan sudut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel L.10 pada Lampiran B. Dari data tersebut dapat diplot grafik seperti pada Gambar 4. 10 berikut ini:

Gambar 4.10 Grafik sifat mekanik genteng terhadap sudut orientasi serat

Dari Gambar 4.10 dapat diamati bahwa arah orientasi sudut serat ijuk memberi pengaruh terhadap sifat mekanik genteng yang dihasilkan terutama kekuatan tariknya. Arah orientasi merupakan hal penting dalam penguatan komposit, karena arah orientasi berkaitan erat dengan penyebaran gaya yang bekerja pada komposit.

Kekuatan lentur suatu material komposit sangat dipengaruhi oleh fraksi volume serat dan arah orientasi serat. Data hasil pengujian kekuatan lentur akibat pengaruh orientasi sudut serat selengkapnya disajikan dalam Tabel L.11 pada Lampiran B dan grafik hubungan antara efek orientasi sudut serat dan kekuatan lentur genteng komposit polimer disajikan pada Gambar 4.11. Dari Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa kekuatan genteng hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh letak serat. Kekuatan lentur optimal diperoleh pada sampel dengan orientasi serat 0o dan kekuatanlentur terendah diperoleh dari sampel dengan orientasi sudut 90o

79,28

51,78

42,87

30 40 50 60 70 80 90

0⁰ 45⁰ 90⁰

Kuat tarik (kgf/cm2)

sudut orientasi serat

Gambar 4.11 Grafik Hubungan sudut orientasi serat dan kekuatan lentur

Data hasil pengujian impak akibat pengaruh perubahan sudut orientasi serat panjang ijuk selengkapnya disajikan dalam Tabel L. 12 pada Lampiran B. Dan grafik hubungan orientasi serat dan kekuatan impak dapat dilihat pada Gambar 4.12 berikut ini.

Gambar 4.12 Grafik hubungan orintasi serat dengan kuat impak

230,46

Dari Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa kekuatan impak tertinggi diperoleh pada sudut dengan arah 0o dan kekuatan impak terendah diperoleh pada sudut 90o

Genteng komposit yang diperkuat serat kontinyu pada arah yang sama dengan arah tegangan kerja, kekuatannya adalah kekuatan maksimal. Kekuatan genteng menurun akibat berubah orientasi sudut serat. Kekuatan genteng yang paling rendah didapat pada sudut orientasi 90

.

o

Hasil pengujian kemampuan nyala genteng komposit polimer akibat perubahan sudut orientasi serat selengkapnya dapat dilihat pada Tabel L.13 pada Lampiran B. Grafik hubungan orientasi sudut serat dan kemampuan nyala disajikan dalam Gambar 4.13 berikut ini.

dimana arah pembebanannya tegak lurus terhadap arah serat. Hal ini dikarenakan arah serat yang tegak lurus terhadap pembebanan komposit sebenarnya tidak mempunyai ikatan kimia dengan matrik melainkan hanya ikatan secara fisika atau ikatan antar muka sehingga energi yang ditransfer oleh matrik tidak mampu diteruskan oleh serat.

Gambar 4.13 Grafik hubungan sudut serat terhadap waktu penyalaan

Dari grafik pada Gambar 4.13 dapat dilihat bahwa tidak ada perubahan waktu yang dibutuhkan oleh keseluruhan spesimen untuk menyala. Perubahan sudut

19,67 19,67 19,67

0 5 10 15 20 25

0⁰ 45⁰ 90⁰

Sudut orientasi serat

orientasi serat tidak memberikan perubahan terhadap waktu penyalaan genteng polimer yang dihasilkan.

Jarak bakar genteng akibat perubahan sudut orientasi dapat dilihat dalam grafik hubungan orientasi sudut serat terhadap jarak bakar dalam Gambar 4.14 berikut ini.

Gambar 4.14 Grafik hubungan sudut serat terhadap Jarak bakar

Berdasarkan grafik pada Gambar 4.14 dapat dilihat bahwa jarak bakar untuk keseluruhan sampel adalah sama yaitu 12 mm. Hal ini membuktikan bahwa perubahan tata letak dari serat tidak memberikan pengaruh terhadap sifat termal, khusunya kemampuan nyala genteng koposit polimer yang dihasilkan.

Kesamaan kemampuan nyala untuk seluruh sampel disebabkan karena dalam proses pembuatan sampel, para meter yang diubah hanya letak serat saja tanpa ada perubahan komposisi dari material penyusun atau perubahan metode yang digunakan.

12 12 12

11,7511,711,8 11,8511,9 11,9512 12,05

0⁰ 45⁰ 90⁰

Jarak bakar (mm)

Orientasi sudut serat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengujian sifat fisis, sifat mekanik dan sifat termal genteng komposit polimer dengan variasi komposisi serat ijuk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Genteng komposit polimer dapat dibuat dengan menggunakan bahan campuran poliester, aspal, styrofoam bekas, pasir dan serat ijuk. Karaktristik optimum diperoleh pada komposisi (29:5:1:61:4), dan diperoleh kerapatan sebesar 1,76 gr/cm3, daya serap air sebesar 0,87%, kekuatan tarik sebesar 79,34 kgf/cm2, kekuatan lentur sebesar 230,46 kgf/cm2, kekuatan impak sebesar 1,8 J/cm2

2. Penambahan serat ijuk dapat menambah kekuatan tarik hingga 321,13%, kekuatan lentur hingga 203,39% dan kekuatan impak hingga 718%

, waktu penyalaan sebesar 19,67 detik dan jarak bakar sebesar 12 mm.

3. Orientasi sudut serat ijuk memberi pengaruh terhadap sifat mekanik genteng.

Kekuatan genteng maksimal pada sampel yang diperkuat serat kontinyu pada arah yang sama dengan arah tegangan kerja (0o), Kekuatan komposit akan menurun jika sudut orientasi serat berubah. Kekuatan komposit yang paling rendah didapat pada sudut orientasi 90o, namun sifat fisis dan sifat termal genteng komposit polimer tidak mengalami perubahan akibat adanya perubahan sudut orientasi serat ijuk

5.2 Saran

1. Genteng komposit polimer yang dihasilkan masih terbilang sangat mudah terbakar, untuk penelitian lanjutan disarankan agar menambahkan aditif

pelambat api seperti bahan ester fosfor, oksida antimoni, berat seng dan lain sebagainya

2. Agar dapat diaplikasikan sebagai bahan bangunan menggantikan genteng-genteng yang telah ada, genteng-genteng harus memenuhi standar dan masih perlu melalui beberapa pengujian lanjutan, seperti uji DTA, uji biodegradibility, uji ketahanan angin dan cuaca, penentuan konduktivitas termal, uji dampak lingkungan serta uji ketahanan korosi.

DAFTAR PUSTAKA

Aishah, N. (2004). Pmbuatan Komposit Polimer Berpnguat Serat Sintetik untuk Bahan Genteng, Jurnal Sains Materi Indonesia Volume 5 No. 3, Juni 2004, hal : 1 - 8 ISSN : 1411-1098

Arif, A. (2006). Sifat Fisik Ijuk dan Potensinya Sebagai Perintang Fisik Serangan Rayap Tanah. Jurnal Perennial , Vol. 2. Nomor 1, 12-15.

Ariyadi, Yulli. (2010). Pengujian Karakteristik Mekanik Genteng. Program Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

diakses pada tanggal 25 Februari 2012 melalui www.eprints.ums.ac.id/10073/2/D200020067.pdf

Asnawi.2011. Pembuatan Genteng dari Pemanfaatan LDPE (Low Density Polyethilen) Bekas, Aspal Iran, dan Agregat Pasir Halus. dikutip pada tanggal 20 Februari 2012 melalui repository.usu.ac.id

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. (2010). luas Tanaman dan Produksi Aren Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2010. Dipetik Mei 20, 2012, dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara:

http://sumut.bps.go.id

Balai Penelitian Tanaman Palma. (2010). Varietas Unggul Aren Gajah Kutim : Awal Kebangkitan Tanaman Aren. Sulawesi Utara: Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain.

Balitka. (2010). Balai Penelitian Tanaman Palma. Dipetik Maret 29, 2012, dari http:// balitka.litbang.deptan.go.id.

Christiani, E. (2008). Karakterisasi Ijuk pada Papan Komposit Ijuk Serat Pendek sebagai Perisai Radiasi Neutron. Medan.

Ediputra, K. 2004. Studi Campuran Aspal Dengan Ban Bekas (Tire Rubber) sebagai Bahan Baku Genteng Polymer Menggunakan Bahan Perekat Isosianat :Universitas Sumatera. Dipetik 10 Februari 2012 dari www.

repository.usu.ac.id

Ellyawan. 2008. Panduan Untuk Komposit. dipetik maret 2012 dari http: //

www.ellyawan.dosen.akprind.ac.id

Gal. (2009) Ditemukan Lagi Arca dan Pasak Kayu Kuno, Kompas online edisi 24 Juli 2009, di akses melalui :

http://oase.kompas.com/read/xml/2009/07/24/18013939/ditemukan.lagi.ar ca.dan.pasak.kayu.kuno

Gibson, R. F. (1984). Pinsiple of Composite Material Mechanics. New York: Mc Graw Hill.

Hafizullah, A. (2011, Februari). Aspal Polimer. Diambil kembali dari http://ahmadhafizullahritonga.blog.usu.ac.id/2011/02/18/176/

Haryono, U. (2010, Januari 30). Polimer Termoplastik dan Thermoset. Dipetik februari 2012, dari www.chem-is-try.org

Hyer, M. W. (1998). Stress Analysis of Fiber-Reinforced Composite Matrial.

Singapore: McGraw-Hill.

Hull, D. (1981). An Introduction to Composite Material. New York: Cambridge University Press.

Husna, I. 2011. Pemanfaatan Serbuk Ban Bekas dan Styrofoam Dalam Campuran Aspal Untuk Pembuatan Genteng Polimer. Universitas Sumatera Utara

Kartini. R, Meredam Panas dengan Atap Ijuk, Harian Kompas, Jumat 8 April 2011 Harni, J. 2011. Pembuatan dan Karakterisasi Genteng Polimer Menggunakan

Bahan Aspal Dengan Campuran Serbuk Ban Bekas dan Polipropilen Bekas. Universitas Sumatera Utara

Kartini. R. (2002) Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Polimer Berpenguat Serat Alam, Jurnal Sains Materi Indonesia Volume 3 No. 3, Juni 2002, hal : 30 - 38 ISSN : 1411-1098

K. van Rijswijk, M.Sc, et.al. 2001. Natural Fibre Composites Structures and Materials. Laboratory Faculty of Aerospace Engineering Delft University of Technology

Macklin, B. (2009, January 20). Pengolahan Limbah Plastik Dengan Metode Daur Ulang (Recycle). Dipetik Mei 28, 2012, dari online buku:

http://onlinebuku.com/2009/01/20/pengolahan-limbah-plastik-dengan-metode-daur-ulang-recycle/

Mark Pierce, Extension Associate. (1998). Roofing Material Comparisons.

Cornell Coperative Extnsion, Departement of design and Cornell University. New York: Environmental Analysis Martha Van Rensselear Hall.

Mujiarto, I. (2005). Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif.

Jurnal Traksi , Vol. 3 No. 2.

Nurmaulita. (2010). Pengaruh Orientasi Serat Sabut Kelapa dengan Resin Poliester Karakteristik Papan Lembaran. Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nuryanto, A. 2008. Aspal Buton dan Propelan Padat. Jakarta

Oglesby, C.H. 1996. Teknik Jalan Raya. Edisi Keempat. Jilid II. Erlangga. Jakarta

Paroli, R. a. (1997). Properties and performance of roof coverings. Canada:

National Research Counsil Canada.

Ramatawa. (2008, 11 23). Komposit. Dipetik 6 12, 2012, dari Ramatawa:

http://ramatawa.wordpress.com/

Randing. (1995). Pengaruh Penambahan Serat Ijuk pada Pembuat Genteng Beton.

Jurnal Penelitian Permukiman , Vol 11-1/1995.

Ririh, N. (2011, April 2011). Meredam Panas dangan Atap Ijuk. Kompas .

Sarjono. W, Pengaruh Penambahan Serat Ijuk pada Kuat Tarik Campuran Semen Pasir dan Kemungkinan Aplikasinya, Jurnal Teknik Sipil vol 8 no.2 Pebruari 2008: 159-169

Sirait, D. H. (2010, September 22). Material Komposit Berbasis Polimer Menggunakan Serat Alami. Dipetik Februari 5, 2012, dari http://dedyharianto.wordpress.com

Smallman, R. (2000). Metalurgi Fisik Modrn dan Rekayasa Material (Edisi keenam ed.). (S. Djaprie, Penerj.) Jakarta: Erlangga.

Steven, M.P. 2007. Kimia Polimer, Cetakan kedua, Pradnya, Jakarta Surdia, T. (1995). Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Pradnya Paramita.

Suriadi. (2011). Analisa Pengaruh Penambahan Serat Ijuk arn Terhadap Sifat Mekanik dan sifat Fisik Gipsum Profil dengan Perekat lateks Akrilik.

Mda: Tesis Pasca Sarcana Universitas Sumatera Utara.

Vlack, L. H. (2004). Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material. (S. Djaprie, Penerj.) Jakarta: Erlangga.

Tjokrodimuljo, K. 1998. Pengetahuan Dasar Beton Sebagai Bahan Bangunan Alternatif. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Beton dan Software Untuk Perancangan Bangunan Sipil, Yogyakarta, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, Universitas Gajah Mada (UGM)

Vlack, L. H. (1985). Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta: Erlangga.

Widodo, B. (2008). Analisa Sifat Mekanik Komposit Epoksi dengan Penguat Serat Pohon Aren (Ijuk) model Lamina Berorientasi Sudut Acak (Random). Jurnal Teknologi TECHNOSCINTIA , Vol. 1 No. 1.

Wignall Arthur, Peter S. K, Roy Ancill, Malcolm Copson. 1999. Proyek Jalan, Edisi Keempat. Penerbit Erlangga

Zhang, C. F. (2008). Combined Modification of Asphalt by Waste Polystyrene and Ethylene - vinyl acetate Packaging Materials. IEEE .

LAMPIRAN A

Tabel L.1 Rekapitulasi Data Karakteristik Genteng Komposit Polimer

Nomor

LAMPIRAN B

Tabel L.2 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Kerapata Genteng Komposit Polimer

Nomor

Tabel L.3 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Daya Serap Air Genteng Komposit Polimer

Tabel L.4 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Kuat Tarik Genteng Komposit Polimer

Tabel L.5 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Kuat Lentur Genteng Komposit Polimer

Kuat Lentur Rata-rata )

Tabel L.6 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Kuat Impak Genteng Komposit Polimer

Tabel 7. Data uji bakar dan uji nyala

Tabel L. 8 Efek orientasi serat terhadap kerapatan genteng komposit polimer

Nomor Sampel

Komposisi

(pasir:ijuk) Uji ke

Massa sampel uji

(gram)

Panjang sampel uji

(cm)

Lebar

sampel uji (cm)

Tebal sampel uji

(cm)

Kerapatan Kerapatan rata-rata gr/cm3 Kg/m3

1 22,9 5,05 5,05 0,52 1,73

0O (61% : 4%) 2 22,8 4,96 5,00 0,52 1,77 1,76 1761,49

3 23,0 5,05 4,99 0,51 1,79

1 23,00 5,06 5,07 0,52 1,72

45O (61% : 4%) 2 22,80 5,12 5,05 0,51 1,73 1,76 1755,99

3 23,00 4,97 5,00 0,51 1,81

90O (61% : 4%) 1 23,30 5,05 5,01 0,54 1,71

2 22,80 5,02 5,00 0,52 1,75 1,74 1737,85

3 22,95 5,00 5,11 0,51 1,76

Tabel L.9 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Daya Serap Air Genteng Komposit Polimer akibat pngaruh orintasi sudut serat

Tabel L. 10 Data kekuatan tarik akibat orintasi sudut serat

Nomor

Sapel Komposisi

(pasir : ijuk) uji ke panjang sampel uji

(cm)

lebar sampel uji (cm) tebal sampel

uji (cm) Load, P

(kfg) Kuat Tarik

Rata-rata Kuat Tarik

(kgf/cm2

)

1 (61% : 4%) 1 6,00 0,81 0,52 33,9 80,84

Ѳ = 0⁰ 2 6,00 0,99 0,52 40,0 77,70 79,34

3 6,00 0,98 0,51 39,9 79,83

1 6,00 1,02 0,52 27,4 51,70

2 (61% : 4%) 2 6,00 1,00 0,50 26,0 52,00 51,78

Ѳ = 45⁰ 3 6,00 1,10 0,50 28,4 51,64

1 6,00 1,05 0,54 23,9 42,08

3 (61% : 4%) 2 6,00 1,02 0,50 22,2 43,53 42,87

Ѳ = 90⁰ 3 6,00 1,00 0,50 21,5 43,00

Tabel L. 11 Data kekuatan lentur akibat orientasi sudut serat

uji ke Komposisi (ijuk : pasir) Sudut serat

Jarak Sangga, L (cm)

lebar

sampel,b (cm)

tebal sampel, d

(cm) Load, P (kfg) Kuat Lentur

Kuat Lentur rata-rata

Kuat Lentur (Mpa)

1 (61% : 4%) 10,00 1,50 0,51 6,03 232,88

2 Ѳ = 0⁰ 10,00 1,51 0,52 6,23 228,87 230,46 22,60

3 10,00 1,50 0,51 6,00 230,68

1 (61% : 4%) 10,00 1,59 0,52 3,54 123,51

2 Ѳ = 45⁰ 10,00 1,50 0,50 3,10 124,00 123,96 12,16

3 10,00 1,51 0,50 3,13 124,37

1 (61% : 4%) 10,00 1,58 0,54 2,24 72,93

2 Ѳ = 90⁰ 10,00 1,50 0,50 1,84 73,60 73,61 7,22

3 (61% : 4%) 10,00 1,51 0,50 1,87 74,30

LAMPIRAN 12

Tabel L. 12 Data kekuatan impak akibat orintasi sudut serat Nomor

Sapel Komposisi

(pasir : ijuk) Uji ke lebar

sampel,b (cm)

tebal sampel, d

(cm) Enrgi Serap

(J) Kuat Impak

Kuat Impak rata-rata

Kuat Impak (Kj/m

1 (61% : 4%) 1 1,10 0,52 1,00 1,75

Ѳ = 0⁰ 2 1,01 0,52 0,98 1,87 1,80 18,0

3 1,02 0,51 0,93 1,79

2 (61% : 4%) 1 1,05 0,52 0,64 1,17

Ѳ = 45⁰ 2 1,00 0,50 0,58 1,16 1,17 11,70

3 1,02 0,50 0,60 1,18

3 (61% : 4%) 1 1,01 0,54 0,13 0,24

Ѳ = 90⁰ 2 1,00 0,50 0,12 0,24 0,24 2,41

3 0,98 0,50 0,12 0,24

Tabel L.13 Data kemampuan nyala genteng komposit polimer akibat perubahan orientasi sudut serat Nomor

Sapel Komposisi

(pasir : ijuk) Uji ke waktu penyalaan

(detik)

waktu penyalaan

rata-rata (detik) Jarak Bakar

(mm) Jarak Bakar rata-rata (mm)

1 16,00 12,00 12,00

0O (61% : 4%) 2 22,00 19,67 11,00

3 21,00 13,00

1 16,00 19,67 12,00 12,00

45O (60% :5%) 2 22,00 12,00

3 21,00 12,00

1 18,20 19,57 12,00 12,00

90O (60% :5%) 2 19,50 12,00

3 21,00 13,00

LAMPIRAN C

SPESIFIKASI GENTENG POLIMER KOMERSIL

LAMPIRAN D

DOKUMENTASI PENELITIAN

Serat ijuk Styrofoam bekas

Poliester Yaculac dan katalis MEXPO Pasir

Spsimen uji nyala

Spesimen uji lentur Alat uji lentur

Spesimen uji impak Alat uji impak

Dokumen terkait