• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Metode Titrimetrik untuk Analisis

2.3.1 Titrasi Argentometri

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri (mohr) disebut juga dengan titrasi pengendapan karena pada argentometri (mohr) memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah:

AgNO3 + Cl- AgCl(S) + NO3-

(Rohman dan Gandjar, 2007).

Titrasi pengendapan didasarkan pada reaksi pembentukan endapan yang sukar larut. Misalnya, ion-ion halida (kecuali fluorida) sering ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan perak nitrat. Titik akhir titrasi ditentukan dengan bantuan indikator khusus atau secara potensiometri (Rivai, 2006).

Metode argentometri (mohr) yang lebih luas lagi digunakan adalah metodetitrasi kembali (Rohman dan Gandjar, 2007). Titrasi-kembali dilakukan dengan menambahkan larutan baku (pentiter pertama) dalam jumlah berlebihan ke dalam larutan zat yang ditentukan. Kemudian kelebihan pentiter pertama yang tidak bereaksi dengan zat yang ditentukan dititrasi dengan larutan baku kedua (pentiter kedua) (Rivai, 2006).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Tempat

Penetapan kadar klorida pada air bersih dengan metode argentometri (Mohr) dilakukan di Laboratorium Kimia, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas I Medan yang bertempat di jalan K.H Wahid Hasyim No.15 Medan.

3.2Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel

1. Sampel 1 dengan Kode: 909/AB/15/03/16 2. Sampel 2 dengan Kode: 910/AB/15/03/16 3. Sampel 3 dengan Kode: 911/AB/15/03/16 4. Sampel 4 dengan Kode: 912/AB/15/03/16 5. Sampel 5 dengan Kode: 913/AB/15/03/16 3.2.2Alat

Alat-alat yang dibutuhkan dalam melaksanakan praktikum ini adalah buret 50 ml, gelas ukur 100 ml, labu erlenmeyer 250 ml, dan 500 ml, gelas beaker 100 ml, labu ukur 1000 ml, neraca analitik, pH meter, pipet volume 10 ml, serta klem dan statif.

3.2.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Air bebas mineral (air bersih)

2. Larutan Baku NaCl 0,0141 N

Larutan 824 mg NaCl yang telah dikeringkan pada suhu 14000C selama 2 jam dalam air bebas mineral dan encerkan sampai 1000 ml. Larutan ini mempunyai kadar klorida 500 mg Cl-/L.

3. Larutan Baku Perak Nitrat (AgNO3) 0,0141 N

Larutan 2,395 g AgNO3 dalam air bebas mineral dan encerkan sampai 1000 ml.

Bakukan dengan larutan NaCl 0,0141 N, simpan dalam botol berwarna coklat (gelap).

4. Larutan Indikator Kalium Kromat (K2CrO4) 5 %

Larutkan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah dengan jelas.Biarkan selama 12 jam, saring dan encerkan dengan air bebas mineral sampai 1 L.

5. Larutan Asam Sullfat (H2SO4) 0,1 N

Tambahkan 28 ml H2SO4sedikit demi sedikit ke dalam ± 800 ml air bebas mineral sambil diaduk dan diencerkan sampai 1 L.

6. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 N

Larutkan 40 g NaOH dalam air bebas mineral dan encerkan sampai 1 L 1. Pembakuan Larutan Perak Nitrat(AgNO3)

Pembakuan larutan Perak Nitrat (AgNO3) adalah sebagai berikut:

a. Pipet 25 ml larutan baku NaCl 0,0141 N, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, tambahkan air bebas mineral hingga menjadi 100 ml.

b. Tambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4

c. Titrasi dengan larutan AgNO3 hingga terbentuk warna kuning kemerahan sebagai titik akhir titrasi, catat kebutuhan larutan AgNO3 (A ml).

d. Lakukan Langkah 1 sampai 3 dengan menggunakan air bebas mineral sebagai larutan blanko, catat kebutuhan larutan AgNO3 (B ml).

e. Hitung normalitas larutan AgNO3 sebagai berikut:

Normalitas larutan AgNO3 = 𝑣𝑣−𝑛𝑛

(𝐴𝐴−𝐵𝐵)

Keterangan:

A= Volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan NaCl dinyatakan dalam satuan milliliter (ml)

B= Volume larutanAgNO3yang dibutuhkann untuk titrasi larutan blanko dinyatakan dalam satuan milliliter (ml)

N= Normalitas larutan NaCl

V= Volume larutan NaCl yang digunakan dinyatakan dalam satuan milliliter (ml).

3.3 Prosedur

1. Dipipet 10 ml contoh uji atau sejumlah volume contoh uji yang telah diencerkan menjadi 100 ml, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml.

2. Ditambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4

3. Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk warna kuning kemerahan sebagai titik akhir titrasi dan dicatat jumlah volume AgNO3 yang terpakai (A ml)

4. Dilakukan langkah pertama sampai ketiga dengan menggunakan air bebas mineral sebagai blanko, dicatat jumlah volume AgNO3 yang terpakai (B ml).

Perhitungan:

Cl (mg Cl-/L) = (𝐴𝐴−𝐵𝐵) 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝑥𝑥 35450 𝑉𝑉 𝑥𝑥 𝑓𝑓 Keterangan:

A= Volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan NaCl dinyatakan dalam satuan milliliter (ml)

B= Volume larutanAgNO3 yang dibutuhkann untuk titrasi larutan blanko dinyatakan dalam satuan milliliter (ml)

N= Normalitas larutan NaCl f = Faktor pengenceran

V= Volume contoh uji dalam satuan milliliter (ml).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada pengujian penetapan kadar klorida pada air bersih dengan metode argentometri (Mohr) yang dilakukan di Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Medan. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Hasil Analisis Klorida pada sampel air bersih

SAMPEL HASIL

909/AB/15/03/16 58,23 mg/L

910/AB/15/03/16 46,74 mg/L

911/AB/15/03/16 16,49 mg/L

912/AB/15/03/16 39,50 mg/L

913/AB/15/03/16 39,49 mg/L

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penetapan kadar yang diperoleh, sampel air bersih memenuhi persyaratan karena kadar rata-rata berada pada batas yang telah ditetapkan. Pengujian kadar klorida menggunakan metode argentometri (Mohr) dengan menggunakan larutan perak nitrat (AgNO3) dengan indikator kalium kromat (K2CrO4). Menurut Rivai (2006) metode argentometri didasarkan pada reaksi pengendapan yang sukar larut. Metode titrasi ini

menggunakan larutan peraknitrat (AgNO3) sebagai titran dan larutan kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator.

Penambahan indikator dilakukan untuk mempermudah penentuan titik akhir titrasi. Hal ini disebabkan karena kalium kromat (K2CrO4) warna endapannya sangat berbeda dengan endapan yang dihasilkan oleh klorida jika bereaksi dengan ion perak yaitu coklat untuk perak kromat dan putih untuk perak klorida (Suddharnatha, dkk, 2015).

Penentuan klorida dengan titrasi argentometri metode mohr menggunakan larutan baku sekunder perak nitrat. Larutan baku ini harus dilindungi dari cahaya matahari panas maka harus disimpan dalam botol berwarna coklat. Perak nitrat mudah terurai oleh cahaya menjadi perak oksida (Suddharnatha, dkk, 2015).

Kadar klorida dalam jumlah besar di dalam air membuat air terasa asin.

Semakin asin air tersebut semakin tinggi kadar klorida yang dikandung air tersebut.Jika air tersebut dikonsumsi mengakibatkan hipertensi atau tekanan darah tinggi pada manusia. Selain itu, kadar klorida yang tinggi juga dapat membahayakan kesehatan, jika klorida dikombinasikan dengan senyawa tertentu, seperti organoklorin. Dampaknya akan persisten di dalam tubuh karena sifatnya yang karsinogenik, akan menumbuhkan sel-sel kanker, bahkan sampai kepada kematian (Suddharnatha, dkk, 2015).

Permenkes RI Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1999 yang memberikan batas maksimal untuk ion klorida sebesar 600 mg/L. Kadar klorida yang berlebih dalam air bersih dapat menurunkan tingkat kualitas air tersebut dan air bersih tidak selayaknya digunakan oleh masyarakat jika melewati ambang batas yang telah ditetapkan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 5.1.1 Analisis Klorida

Berdasarkan hasil pengujian penetapan kadar klorida pada air bersih dengan metode argentometri (Mohr), kadar yang diperoleh adalah 58,53; 46,74;

16,49; 39;50 dan 39,49 mg/L . Kadar yang diperoleh memenuhi persyaratan yang sesuai dengan Permenkes Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 (< 600 mg/L), maka air layak digunakan.

5.2 Saran

Perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan metode spektrofotometri agar dapat dilihat dan diketahui perbandingan hasil kadar yang diperoleh dan metode yang digunakan dari penetapan kadar dengan cara titrasi dan dengan cara spektrofotometri.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan Edisi 1. Yogyakarta: Andi Offset.

Agusnar, dan Harry.(2007).Kimia Lingkungan. USU Press: Medan.

Asdak, C. (2007). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogjakarta.Gadjahmada University Press.Halaman 496 dan 498-510.

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI-Press. Halaman 28-33.

Mulia, R. (2010). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu. Halaman 39-47.

Rivai, H. (2006).Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI.Halaman 49-50 dan 52-55.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogjakarta:

UGM. Halaman 146-147.

Ryadi, A. (1986). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Penerbit Karya Anda.

Suddharnatha, I, Abadi, dan Sudarma. (2015). Penentuan pH Optimum untuk Analisis Kadar Klorida pada Air Minum. Bali: STIkes Wira Medika.

Suriawiria, U. (2005). Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat.

Bandung: PT.Alumni.Halaman 10 dan 11-13.

Sutrisno, C.T. (1987). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT Bina Aksara.

Underwood, A, dan Day, R. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.

Jakarta. Penerbit Erlangga. Halaman 49 dan 61-62.

Wardhana, W.A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta:

ANDI.Halaman 71.

Waluyo.(2009). Mikrobiologi Lingkungan. Malang: USM Press. Halaman 115-116 dan 129.

Lampiran 1. Daftar Tabel Persyaratan Air Bersih

Lampiran 2. Gambar Alat, Pereaksi, dan Sampel

Gambar 1. Sampel Air Bersih

Gambar 2. Larutan Kalium Kromat (K2CrO4) 5 %

Gambar 3. Larutan Perak Nitrat (AgNO3)

Gambar 4. Perubahan Warna yang tejadi saat penambahan indikator Kalium kromat (endapan kuning kemerahan)

Dokumen terkait