• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI DAERAH TANGKAPAN AIR KAWASAN TELUK BENOA

3.2 KLIMATOLOGI .1 Tipe Iklim

3.3.1 Togografi dan Kemiringan Lahan

Daerah tangkapan air Kawasan Teluk Benoa terdiri atas dua unit topografi yang berbeda yaitu dominasi daerah dataran rendah di bagian utara dan daerah perbukitan di bagian selatan. DTA Teluk Benoa berada pada ketinggian 0 – 140 m dpl dengan kemiringan lereng beragam mulai dari 0 – 2% sampai > 40%. Kondisi topografi dan kemiringan lahan menurut daerah tangkapan air sebagai berikut:

 DTA Tukad Badung berada pada ketinggian 0 – 140 m dpl. DTA Tukad Badung umumnya landai dengan kemiringan lahan didominasi 0 – 2%, kecuali di daerah hulu terdapat lahan dengan kemiringan 2 – 15%.

 DTA Tukad Buaji berada pada ketinggian 0 – 25 m dpl dengan kemiringan lahan sebagian besar 0 – 2%, kecuali di bagian hulu dengan kemiringan 2 – 15%.

 DTA Tukad Ngenjung berada pada ketinggian 0 – 20 m dpl dengan kemiringan lahan seluruhnya 0 – 2%.

 DTA Serangan berada pada ketinggian 0 – 6 m dpl dengan kemiringan lahan seluruhnya 0 – 2%.

 DTA Tukad Mati berada pada ketinggian 0 – 90 m dpl. Kemiringan lahannya seluruhnya 0 – 2%, yang menunjukkan DTA ini tergolong landai.

 DTA Tuban berada pada ketinggian 0 – 20 m dpl dengan kemiringan lahan seluruhnya 0 – 2%.

 DTA Tukad Sama berada pada ketinggian 0 – 160 m dpl dengan kemiringan lahan bervariasi 0 – 2% di bagian hilir, meningkat menjadi 15 – 40% di bagian tengah, meningkat menjadi > 40% di bagian hulu dan mendatar menjadi 15 – 40% di bagian paling hulu.

 DTA Tukad Bualu berada pada ketinggian 0 – 71 m dpl dengan kemiringan lahan 0 – 2% di bagian hilir dan 15 - 40% di bagian hulu.

3-10 Gambar 3.4 Peta Topografi Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa

3-11 Gambar 3.5 Peta Kemiringan Lahan Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa

3-12 3.3.2 Geologi dan Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bali, Nusa Tenggara (Purwo-Hadiwidjojo dkk., 1998), geologi DTA Teluk Benoa tersusun atas endapan permukaan dan batuan sedimen serta batuan gunungapi. Struktur geologi regional di Bali pada umumnya dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama Miosin Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi Selatan. Sebaran formasi geologi yang terdapat di DTA Teluk Benoa selengkapnya sebagai berikut (Gambar 3.6):

 Endapan Aluvium, berupa kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lempung; sebagai endapan sungai, danau dan pantai. Batuan ini terbentuk pada kala Tersir Holosen, menempati lahan-lahan sekitar teluk (desa/kelurahan sekeliling teluk).

 Batuan Gunungapi Kelompok Buyan-Beratan & Batur, terbentuk pada kala Kwarter, terdiri dari breksi gunung api dan lava, setempat tufa. Batuan ini sebarannya sangat luas di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung bagian tengah (DTA Tukad Badung, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngendung, DTA Serangan, dan DTA Tukad Mati).

 Formasi Selatan, terbentuk pada kala Miosin, terdiri dari batugamping terumbu, setempat napal; sebagian berlapis, terhablur-ulang dan berfosil. Batuan ini terdapat di Kuta Selatan meliputi DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu.

 Daratan reklamasi, yaitu daratan hasil reklamasi di Pulau Serangan, berupa fraksi koral dan pasir yang diperoleh melalui pengerukan dasar laut di sebelah utara Pulau Serangan.

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Bali (1970), jenis tanah di DTA Teluk Benoa terdiri atas jenis Regosol, Latosol dan Mediteran. Sebaran jenis tanah di DTA Teluk Benoa sebagai berikut (Gambar 3.7):

 Regosol, terdiri atas Regosol Coklat Kelabu, Regosol Kelabu, Regosol Coklat dan Regosol Berhumus. Jenis tanah ini berbahan induk endapan laut, abu volkan dan intermedier dengan fisiografi beting pantai dan kipas volkan. Jenis tanah ini tersebar di daerah dekat kawasan teluk dan Pulau Serangan.

 Latosol, terdiri atas Latosol Coklat Kekuningan, Latosal Coklat, Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol. Jenis tanah ini berbahan induk abu dan tufa volkan serta intermedier. Sebarannya terdapat di DTA yang berada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung bagian tengah, meliputi DTA Tukad Badung, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngendung dan DTA Tukad Mati.

 Mediteran, terdiri atas Mediteran Coklat dan Mediteran Coklat Merah. Jenis tanah ini berbahan induk batu kapur karang dan batu gamping dengan fisiografi pantai berkarang dan bukit angkatan. Tersebar di DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu.

3-13 Gambar 3.6 Peta Geologi Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa

3-14 Gambar 3.7 Peta Jenis Tanah Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa

3-15 3.3.3 Hidrologi

a. Sungai

Sebagian besar sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung bermuara di Teluk Benoa. Sungai yang mengalir di DTA Teluk Benoa terdiri atas sungai utama, sungai yang terbentuk dari saluran irigasi akibat erosi kedalaman (vertikal) serta alur rawa-rawa dan sungai intermiten. Sungai-sungai yang mengalir di DTA Teluk Benoa yaitu (Gambar 3.8):

1) Sungai utama:

 Tukad Badung. Sungai ini merupakan sungai utama dan sungai terbesar di DTA Teluk Benoa dengan panjang 17 km. Sungai ini mengalir di tengah Kota Denpasar dan berperanan penting dalam sistem jaringan drainase pusat Kota. Pada muara sungai dibangun waduk (Waduk Muara Nusa Dua) untuk sumber air baku.

 Tukad Mati. Sungai ini panjangnya 12,0 km, mengalir di Kecamatan Denpasar Utara, Denpasar Barat dan Kuta.

2) Sungai terbentuk dari saluran irigasi dan alur rawa:

 Tukad Buaji. Sungai ini mengalir di Panjer dan perbatasan Desa Sesetan dan Kelurahan Panjer serta bermuara di Suwung Batan Kendal.

 Tukad Pekaseh. Sungai ini mengalir membelah Desa Sesetan dan bermuara di Suwung. Aliran sungai ini termasuk ke dalam DAS Buaji.

 Tukad Punggawa. Sungai ini merupakan anak sungai Tukad Buaji, mengalir di Panjer dan Sidakarya dan bermuara di Tukad Buaji di daerah Kerta Petasikan.

 Tukad Ngenjung. Sungai ini mengalir di Panjer dan Sidakarya dan bermuara di Suwung Kangin.

3) Sungai intermiten:

 Tukad Sama. Sungai ini mengalir di Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan.

 Tukad Bualu. Sungai ini mengalir di Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan.

b. Akuifer Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Aliran air tanah itu sendiri dimulai pada daerah resapan air tanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan. Proses penyusupan ini akan berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan atau struktur batuan yang bersifat kedap air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah luahan air tanah (discharge zone). Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini akan bergerak/mengalir baik secara gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol struktur batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran air tanah. Daerah aliran airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow zone).

Dalam perjalananya aliran air tanah ini seringkali melewati suatu lapisan akuifer yang di atasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara air tanah yang berada di bawah lapisan penutup dan air tanah yang berada di atasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai air tanah tertekan (confined aquifer) dan air tanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan air tanah bebas sering dalam

3-16 bentuk penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan air tanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan penutupnya.

Kondisi DTA Teluk Benoa secara umum merupakan daerah dataran rendah dan landai kecuali di Kecamatan Kuta Selatan yang berbukit. Sumber pengisian air tanah di DTA ini berasal dari daerah redischarge di wilayah hulu yaitu Kabupaten Bangli dan Kabupaten Badung bagian utara, ditambah dengan proses infiltrasi air hujan setempat yang diperkirakan mencapai 10%. Kedudukan muka air tanah akuifer bebas pada DTA Teluk Benoa mencapai 2 hingga 4 meter dari permukaan tanah, sehingga banyak dimanfaatkan sebagai sumur dangkal oleh masyarakat. Berdasarkan Peta Hidrogeologi Lembar P. Bali (Sudadi dkk, 1986), akuifer dan air tanah di DTA Teluk Benoa merupakan akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, aliran melalui celahan dan ruang antar butir, serta aliran celahan, rekahan dan saluran. Karakteristik dan produktivitas akuifer di DTA Teluk Benoa sebagai berikut (Gambar 3.9):

1) Aliran melalui ruang antar butir:

 Akuifer produktivitas tinggi dengan penyebaran luas. Akuifer dengan keterusan sedang sampai tinggi, muka air tanah atau tinggi pisometri air tanah umumnya dekat muka tanah, debit sumur umumnya > 10 liter/detik. Akuifer ini mendominasi DTA Teluk Benoa di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung bagian tengah.

 Akuifer produktif dengan penyebaran luas. Akuifer dengan keterusan sedang, muka air tanah atau tinggi pisometri air tanah dekat atau di bawah muka tanah, debit sumur umumnya 5 - 10 liter/detik. Akuifer ini terdapat di sekitar Teluk Benoa, meliputi wilayah pantai dan dekat pantai Desa Pemogan, Pedungan, Sesetan, Sidakarya, Kuta dan Tuban.

 Setempat akuifer dengan produktivitas sedang. Akuifer tidak menerus, tipis dengan keterusan rendah, debit sumur umumnya <5 liter/detik. Terdapat di Pulau Serangan, serta Tanjung Benoa dan sebagian Kelurahan Benoa yang merupakan DTA Tukad Bualu.

 Akuifer dengan produktivitas sedang dan penyebaran luas, muka air tanah beragam dari di atas atau dekat muka tanah sampai lebih dalam dari 10 meter di bawah muka tanah, debit sumur umumnya < 5 liter/detik. Terdapat di Kelurahan Tuban, Kedonganan dan Jimbaran.

2) Aliran melalui celahan dan ruang antar butir:

 Akuifer dengan produktivitas tinggi dan penyebaran luas, keterusan dan kisaran kedalaman muka air tanah sangat beragam, debit sumur umumnya > 5 liter/detik.

Akuifer jenis ini tersebar di bagian hulu DTA Tukad Badung dan DTA Tukad Mati.

3) Aliran melalui celahan, rekahan dan saluran:

 Setempat, akuifer produktif, aliran air tanah terbatas pada zona celahan, rekahan, dan saluran pelarutan, muka air tanah umumnya dalam. Terdapat di DTA Tukad Sama dan sebagian DTA Tukad Bualu di wilayah Kecamatan Kuta Selatan.

Menurut Kajian Teknis Air Tanah Kota Denpasar (Dinas PU Kota Denpasar, 2014), kedalaman muka air tanah DTA Teluk Benoa di wilayah Denpasar Selatan berkisar 0,45 – 4,50 m dan rata-rata 1,53 m. Sedangkan kedalaman sumur berkisar 2,00 – 6,40 m dan rata-rata 3,54 m. Di wilayah Kecamatan Denpasar Utara, kedalaman muka air tanah berkisar 0,80 – 16,10 m dan rata-rata 5,63 m. Sedangkan kedalaman sumur berkisar 2,60 – 24,10 m dan rata-rata 10,24 m. Kedalaman muka air tanah di Denpasar Timur berkisar 0,40 – 11,55 m dan rata-rata 4,06 m. Sedangkan kedalaman sumur berkisar 1,90 – 20,55 m dan rata-rata 7,22 m. Sementara itu, berdasarkan karakteristik sumur gali, kedalaman

3-17 muka air tanah di Denpasar Barat berkisar 2,40 – 18,20 m dan rata-rata 7,41 m.

Sedangkan kedalaman sumur berkisar 8,90 – 21,20 m dan rata-rata 12,41 m.

Potensi air tanah di DTA Teluk Benoa tersebar dalam dua Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu CAT Denpasar-Tabanan dan CAT Nusa Dua. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Secara umum air tanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan. Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan merupakan CAT lintas kabupaten/kota terluas di Bali yaitu 2.080 km2 dan potensi air terbesar pula yaitu air tanah bebas 894 juta m3/tahun dan air tanah tertekan 8 juta m3/tahun. Sementara itu, luas CAT Nusa Dua adalah 99 km2, dengan potensi air tanah bebas 38 juta m3/tahun dan tidak terdapat potensi air tanah tertekan. Sebaran CAT di DTA Teluk Benoa disajikan pada Gambar 3.10.

3-18 Gambar 3.8 Peta Sungai di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa

3-19 Gambar 3.9 Peta Akuifer Ait Tanah di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa

3-20 Gambar 3.10 Peta Cekungan Air Tanah di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa

3-21 3.4 PENGGUNAAN LAHAN

Berdasarkan data BPS Kota Denpasar (2014) dan BPS Kabupaten Badung (2014), penggunaan lahan di DTA Kawasan Teluk Benoa tahun 2013 terdiri dari sawah dengan luas 2.244,51 ha (14,11%), tegal/kebun dengan luas 1.883,63 ha (11,84%), perkebunan dengan luas 784,70 ha (4,93%), pekarangan dengan luas 8.849,22 ha (55,62%) dan lainnya (jalan, hutan, sungai lahan kosong, dll) dengan luas 2.149,19 ha (13,51%) (Tabel 3.5). Dengan demikian, lahan terbangun di DTA ini mencapai 55,62%. Tingginya proporsi lahan terbangun karena DTA ini merupakan kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk tertinggi di Bali dan pusat-pusat perekonomian daerah Bali.

Tabel 3.5

Sawah Tegal Pekarangan Perkebunan Lainnya Jumlah I KOTA DENPASAR 1411,15 210,62 6247,99 21,14 1584,33 9475,23

3-22

No Kecamatan Desa/Kelurahan

Penggunaan Lahan

Sawah Tegal Pekarangan Perkebunan Lainnya Jumlah

34 Dangin Puri Kelod 3,00 16,00 118,00 0 5,00 142,00

Sumber: BPS Kota Denpasar (2014) dan BPS Kabupaten Badung (2014)

Penggunaan lahan menurut daerah tangkapan air sebagaimana Tabel 3.6 terlihat bahwa penggunaan lahan untuk pekarangan mendominasi DTA Tukad Badung, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngenjung, DTA Tukad Mati dan DTA Tuban. DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu didominasi oleh lahan tegal sedangkan DTA Serangan didominasi oleh lahan lainnya (lahan kosong reklamasi).

Luas lahan pertanian di DTA kawasan Teluk Benoa luasnya 4.912,84 ha atau 30,88% dari luas DTA. Lahan pertanian terdiri dari sawah 2.244,51 ha atau 14,11% dari luas DTA, tegal/kebun campuran 1.883,63 ha atau 11,84% dan perkebunan 784,70 ha atau 4,93%.

Salah satu isu strategis di DTA kawasan Teluk Benoa yaitu alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun untuk perumahan, perdagangan dan jasa, industri serta fasilitas pariwisata. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya daerah resapan air sehingga tingkat limpasan permukaan (run off) semakin tinggi.

3-23 Tabel 3.6

Penggunaan Lahan menurut Daerah Tangkapan Air Tahun 2013

No Daerah Tangkapan Air Penggunaan Lahan (Ha)

Sawah Tegal Perkebunan Pekarangan Lainnya Jumlah

1 Badung 1442 240 62 3429 506 5679

Diolah dari BPS Kota Denpasar (2014), BPS Kabupaten Badung (2014) dan BP DAS Unda Anyar

3.5 PENDUDUK

Penduduk yang bermukim di DTA kawasan Teluk Benoa tahun 2013 berjumlah 785.200 orang. Jumlah penduduk di DTA Tukad Badung adalah terbanyak yaitu 354.078 orang atau 45,09%, disusul DTA Buaji berjumlah 201.171 orang (25,62%), DTA Tukad Mati 148.572 orang (18,92%), DTA Tukad Sama 31.378 orang (4,00%), DTA Tukad Ngenjung 19.334 orang (2,46%), DTA Tukad Bualu 14.418 orang (1,84%), DTA Tuban 12.265 orang (1,56%) dan terkecil di DTA Serangan 3.989 orang (0,51%) (Tabel 3.7).

Kepadatan penduduk di DTA kawasan Teluk Benoa tahun 2013 rata-rata 4.935 orang/km2, tergolong kepadatan penduduk sangat tinggi. Kepadatan penduduk menurut desa/kelurahan berkisar 455 orang/km2 sampai 61.157 orang/km2. Kepadatan penduduk tertinggi di Desa Tegalkerta Kecamatan Denpasar Barat dan terendah di Desa Kutuh Kecamatan Kuta Selatan. Sebaran penduduk menurut desa kelurahan disajikan pada Gambar 3.12.

Kepadatan penduduk menurut DTA berkisar 829 orang/km2 sampai 8.140 orang/km2 dimana kepadatan tertinggi di DTA Tukad Buaji dan terendah di DTA Serangan. Kepadatan penduduk relatif tinggi lainnya terdapat di DTA Tukad Ngenjung, DTA Tukad Badung, DTA Tukad Mati dan DTA Tuban (Tabel 3.7).

Secara relatif, penduduk di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung tergolong tinggi di Bali. Jumlah penduduk di kedua kota/kabupaten tersebut berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 masing-masing 788.589 orang dan 543.332 orang.

Pertumbuhan penduduk di kedua kota/kabupaten ini pun paling tinggi diantara kabupaten lainnya yaitu masing-masing 4,01% pertahun dan 4,62% pertahun. Sedangkan rata-rata pertumbuhan penduduk Provinsi Bali secara keseluruhan sebesar 2,14% pertahun.

Kecamatan-kecamatan di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung bagian selatan umumnya mempunyai laju pertumbuhan yang sangat tinggi menurut hasil sensus penduduk tahun 2010. Laju pertumbuhan penduduk di kecamatan-kecamatan Kota Denpasar berkisar 3,21 – 4,84% pertahun (tertinggi di Denpasar Selatan) sedangkan laju pertumbuhan di kecamatan-kecamatan Kabupaten Badung yang termasuk DTA kawasan Teluk Benoa berkisar 1,77 – 9,11% pertahun, tertinggi di Kuta Selatan.

Kota Denpasar dan Kabupaten Badung bagian selatan termasuk di DTA Kawasan Teluk Benoa merupakan pusat pemerintahan, perekonomian dan pendidikan di Bali.

Dengan demikian wilayah ini menjadi tujuan dari pusat-pusat migrasi penduduk masuk baik yang berasal dari kabupaten lainnya di Bali maupun dari luar Bali.

3-24 Gambar 3.11 Peta Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa

3-25 Tabel 3.7

Jumlah Penduduk di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut Desa/Kelurahan dan Daerah Tangkapan Air Tahun 2013

No Kecamatan/

Desa/Kelurahan Luas (Ha)

Jumlah Penduduk (Orang) Kepad.

(orang/

3-26

No Kecamatan/

Desa/Kelurahan Luas (Ha)

Jumlah Penduduk (Orang) Kepad.

(orang/

km2) Badung Buaji Ngenjung Serangan Mati Tuban Sama Bualu Jumlah

44 Dalung 78 2363 2363 3048

H KUTA 1303 0 0 0 0 15454 12265 2403 0 30122 2312

45 Tuban 205 3026 7668 10693 5216

46 Kuta 518 6379 2483 8862 1712

47 Legian 305 3532 3532 1158

48 Seminyak 127 2517 2517 1990

49 Kedonganan 149 2115 2403 4518 3041

I KUTA SELATAN 3258 0 0 0 0 0 0 28975 14418 43393 1332

50 Jimbaran 1169 21392 21392 1829

51 Benoa 1521 5215 9176 14391 946

52 Kutuh 106 484 484 455

53 Ungasan 222 1884 1884 849

54 Tanjung Benoa 239 5242 5242 2193

Jumlah 15911 354078 201171 19334 3986 148572 12265 31378 14418 785200 4935

Luas (Ha) 5679 2471 289 481 3292 362 2128 1209 15911

Kepadatan Pend

(orang/km2) 6234 8140 6685 829 4514 3392 1475 1193 4935

Sumber: Diolah dari BPS Kota Denpasar (2014) dan BPS Kabupaten Badung (2014)

.

3-27 Gambar 3.12 Sebaran Kepadatan Penduduk menurut Desa/Kelurahan di DTA Kawasan

Teluk Benoa tahun 2013

3-28 3.6 KEGIATAN SUMBER PENCEMAR TIDAK TETAP

3.6.1 Pertanian

Berdasarkan peta penggunaan lahan (Gambar 3.11) terlihat bahwa kegiatan pertanian di DTA Kawasan Teluk Benoa terdiri dari pertanian lahan basah (sawah) yang berlokasi di DTA bagian utara dan pertanian lahan kering (tegal dan perkebunan) di DTA bagian selatan. Luas lahan pertanian di DTA Kawasan Teluk Benoa tahun 2013 adalah 4.912,84 ha atau 30,88% dari luas DTA, terdiri atas sawah 2.244,51 ha, tegal 1.883,63 ha dan perkebunan 784,70 ha. Sawah tesebar di wilayah DTA Tukad Badung, DTA Tukad Mati, DTA Tukad Buaji dan DTA Tukad Ngenjung. Sedangkan lahan kering (tegal dan perkebunan) mendominasi di DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu.

Komoditi pertanian yang diusahakan meliputi padi, palawija, hortikultura dan beberapa komoditi perkebunan. Sesuai dengan sebaran sawah, produksi padi dihasilkan di DTA Tukad Badung, DTA Tukad Mati, DTA Tukad Buaji dan DTA Tukad Ngenjung.

Wilayah aministrasinya meliputi Kecamatan Abiansemal, Mengwi, Kuta Utara, Denpasar Barat, Denpasar, Utara, Denpasar Selatan dan Denpasar Timur. Di Kecamatan Kuta masih terdapat lahan sawah seluas 17,71 ha dengan produksi padi 274 ton. Komoditi palawija jenis kedelai terutama diusahakan di Kecamatan Denpasar Selatan, Mengwi dan Kuta Utara. Palawija jenis jagung banyak diusahakan di Denpasar Timur dan Kuta Selatan. Palawija jenis lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau, dan ubi kayu menyebar secara terbatas hanya di beberapa desa. Sedangkan komoditi perkebunan utamanya adalah kelapa, tersebar terutama di Kecamatan Mengwi, Kuta dan Kuta Selatan (Tabel 3.8).

Tabel 3.8

Produksi Komoditi Pertanian di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut Desa/Kelurahan Tahun 2013

No Kecamatan Desa/Kelurahan

Produksi Pertanian (Ton)

Padi Kedelai Jagung Kacang tanah Kacang hijau Ubi kayu Bayan

I KOTA DENPASAR

3-29

No Kecamatan Desa/Kelurahan

Produksi Pertanian (Ton)

Padi Kedelai Jagung Kacang tanah Kacang hijau Ubi kayu Bayan

21 Ubung 32,8

Sumber: BPS Kota Denpasar (2014) dan BPS Kabupaten Badung (2014)

3-30 Tabel 3.8

Produksi Komoditi Pertanian di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut Desa/Kelurahan Tahun 2013 (Lanjutan)

No Kecamatan Desa/Kelurahan

Produksi Pertanian (Ton)

Bawang merah Bawang putih Cabai Semangka Kelapa Mete Kakao

I KOTA DENPASAR

3-31

No Kecamatan Desa/Kelurahan

Produksi Pertanian (Ton)

Bawang merah Bawang putih Cabai Semangka Kelapa Mete Kakao

9 Dalung

Sumber: BPS Kota Denpasar (2014) dan BPS Kabupaten Badung (2014)

3.6.2 Peternakan

Usaha peternakan di DTA Kawasan Teluk Benoa merupakan peternakan skala kecil atau skala rumah tangga. Hewan ternak yang diusahakan didominasi sapi dan babi.

Jumlah populasi sapi tahun 2013 sebanyak 8.589 ekor dan babi sebanyak 11.035 ekor.

Walaupun sebagai daerah perkotaan namun populasi sapi dan babi menyebar di sebagian besar desa. Populasi sapi dan babi terbanyak terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan. Hewan ternak besar lainnya yaitu kerbau dan kuda jumlahnya hanya beberapa ekor dan hanya terdapat di Desa Pemogan. Sedangkan populasi kambing sebanyak 641 ekor, relatif sedikit dan terkonsentrasi di Denpasar Selatan (Tabel 3.9).

Ternak unggas yang diusahakan penduduk di DTA Kawasan Teluk Benoa adalah ayam dan itik. Jumlah populasi ayam mencapai 140.067 ekor, menyebar di seluruh desa dengan populasi terbanyak di Kecamatan Kuta Utara. Sedangkan populasi itik sebanyak 28.353 ekor dimana populasinya terkonsentrasi di Kecamatan Denpasar Barat yaitu mencapai 84,18% dari total populasinya.

Sebaran populasi hewan ternak dan unggas menurut daerah tangkapan air disajikan pada Tabel 3.10. Populasi sapi menyebar di seluruh DTA dengan jumlah terbanyak tersebar pada empat DTA yaitu Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Sama dan Tukad Buaji. Populasi babi menyebar tidak merata menurut DTA dimana sebagian besar (50,91%) terdapat di DTA Tukad Badung. Populasi kambing juga menyebar tidak merata dimana jumlah terbanyak di DTA Tukad Badung. Jumlah populasi ayam terkonsentrasi pada dua DTA yaitu DTA Tukad Badung dan DTA Tukad Mati yaitu dengan proporsi masing-masing 39,70% dan 31,63%. Demikian pula populasi itik terkonsentrasi pada dua DTA Tukad Badung dan DTA Tukad Mati yaitu dengan proporsi masing-masing 40,86%

dan 40,20%.

3-32 Tabel 3.9

Populasi Ternak dan Unggas di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut Desa/Kelurahan Tahun 2013

No Desa/Kelurahan Populasi Hewan Ternak dan Unggas (Ekor)

Sapi Babi Kerbau Kuda Kambing Ayam Itik

3-33

No Desa/Kelurahan Populasi Hewan Ternak dan Unggas (Ekor)

Sapi Babi Kerbau Kuda Kambing Ayam Itik

Sumber: BPS Kota Denpasar (2014) dan BPS Kabupaten Badung (2014)

Tabel 3.10

Populasi Ternak dan Unggas di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut Daerah Tangkapan Air Tahun 2013

No Daerah Tangkapan Air Populasi Ternak dan Unggas (Ekor)

Sapi Babi Kerbau Kuda Kambing Ayam Itik

Sumber: Dianalisis dari BPS Kota Denpasar (2014) dan BPS Kabupaten Badung (2014)

3.6.3 Pariwisata

Pariwisata merupakan sektor unggulan perekonomian Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Kota dan kabupaten ini merupakan pusat kegiatan pariwisata di Bali.

Salah satu fasilitas pariwisata yang terus berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Bali yaitu akomodasi pariwisata. Pada tahun 2014, di Kota Denpasar tersedia 26 hotal bintang dengan 3.463 kamar, 200 hotel melati dengan 4.858 kamar dan 67 pondok wisata dengan 364 kamar.

Salah satu fasilitas pariwisata yang terus berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Bali yaitu akomodasi pariwisata. Pada tahun 2014, di Kota Denpasar tersedia 26 hotal bintang dengan 3.463 kamar, 200 hotel melati dengan 4.858 kamar dan 67 pondok wisata dengan 364 kamar.

Dokumen terkait