• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT YANG BERASAL DARI NON POINT SOURCES DI TANJUNG BENOA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT YANG BERASAL DARI NON POINT SOURCES DI TANJUNG BENOA"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

                                                 

 

 

INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR LINGKUNGAN

PESISIR DAN LAUT YANG BERASAL DARI NON POINT SOURCES DI TANJUNG BENOA

JAKARTA 2015

LAPORAN FINAL

(2)

ii DAFTAR ISI

Daftar Isi... ii Daftar Tabel ... iv Daftar Gambar ... iv Bab I. Pendahuluan ... 1-1 1.1. Latar Belakang... 1-1 1.2. Tujuan dan sasaran ... 1-2 1.3. Keluaran ... 1-2 1.4. Manfaat ... 1-2 1.5. Ruang Lingkup... 1-2 1.5.1 Lingkup Wilayah Kajian ... 1-2 1.5.2 Lingkup Materi Kajian ... 1-3 Bab II. Metodologi ... 2-1 2.1 Tahapan Kegiatan ... 3-1 2.2 Metode ... 2-5 2.2.1 Metode Pengumpulan Data ... 2-5 2.2.2 Metode Identifikasi Batas Wilayah (DAS) ... 2-6 2.2.3 Metode Penentuan Beban Pencemaran Air Tidak Tentu ... 2-6 Bab III Kondisi Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa………. 3-1

3.1 Wilayah Ekologi Dan Administrasi Daerah Tangkapan Air ……… 3-1 3.1.1 Wilayah Administrasi Daerah Tangkapan Air Kawasan

Teluk Benoa………. 3-1 3.2 Klimatologi ……… 3-5 3.2.1 Tipe Iklim ………. 3-5 3.2.2 Curah Hujan ………... 3-7 3.2.3 Suhu Udara ………. 3-7 3.2.4 Kelembaban Udara dan Lama Penyinaran Matahari ……… 3-8 3.3 GeomorfologI ………. 3-9 3.3.1 Togografi dan Kemiringan Lahan ………. 3-9 3.3.2 Geologi dan Jenis Tanah ……… 3-12 3.3.3 Hidrologi ………. 3-15 3.4 Penggunaan Lahan ……….. 3-21 3.5 Penduduk ……… 3-21 3.6 Kegiatan Sumber Pencemar Tidak Tetap ………. 3-28 3.6.1 Pertanian ……….. 3-28 3.6.2 Peternakan ……….. 3-31 3.6.3 Pariwisata ……… 3-33 3.7 Kondisi Kualitas Air Sungai Utama ………. 3-35 3.7.1 Tukad Mati ……….… 3-35 3.7.2 Tukad Badung ……… 3-37 Bab IV Hasil Inventarisasi ……… 4-1

4.1 Potensi Beban Pencemaran Dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan Domestik 4-1 4.2 Potensi Beban Pencemaran Dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan Pertanian 4-3 4.3 Potensi Beban Pencemaran Dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan Peternakan 4-7 4.4 Potensi Beban Pencemaran Dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan

Akomodasi Pariwisata ………. 4-10 4.5 Potensi Beban Pencemaran Dari Sumber Tidak Tentu Berbagai Kegiatan 4-13

(3)

iii Bab V Kesimpulan Dan Saran ……….……….. 5-1

5.1 Kesimpulan ………. 5-1

5.2 Saran ……… 5-3

Daftar Pustaka ……… 6-1

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Batas Wilayah Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir

dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa………… 1-3 2.1 Klasifikasi Sumber Pencemar Air ………... 2-4 2.2 Jenis, Sumber Data dan Tujuan Penggunaannya dalam Persiapan

Inventarisasi ……… 2-6 2.3 Faktor Emisi Limbah Domestik ………. 2-7 2.4 Rasio Ekuivalen Wilayah dalam Penghitungan Beban Pencemar

Limbah Domestik ……… 2-7 2.5 Faktor Emisi Limbah Pertanian ……… 2-8 2.6 Faktor Emisi Limbah Ternak ……… 2-8 2.7 Faktor Emisi Limbah Pariwisata (Hotel) ……….. 2.9 3.1 Wilayah Administrasi Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa…….. 3-2 3.2 Angka Perbandingan Curah Hujan Tahun 2013 dengan Angka Normal

setiap Bulan di DTA Teluk Benoa………. 3-7 3.3 Angka Perbandingan Suhu Udara Rata Tahun 2013 dengan Angka

Normal setiap Bulan di DTA Teluk Benoa ……… 3-8 3.4 Angka Perbandingan Kelembaban Udara Rata-Rata dan Lama

Penyinaran Matahari Tahun 2013 dengan Angka Normal setiap Bulan

di Kota Denpasar ……….. 3-9 3.5 Penggunaan Lahan menurut Desa/Kelurahan di Daerah Tangkapan

Air Kawasan Teluk Benoa Tahun 2013 ………. 3-21 3.6 Penggunaan Lahan menurut Daerah Tangkapan Air Tahun 2013 ………... 3-23 3.7 Jumlah Penduduk di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut Desa/

Kelurahan dan Daerah Tangkapan Air Tahun 2013 ……… 3-25 3.8 Produksi Komoditi Pertanian di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut

Desa/Kelurahan Tahun 2013……… 3-28 3.9 Populasi Ternak dan Unggas di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut

Desa/Kelurahan Tahun 2013 ……… 3-29 3.10 Populasi Ternak dan Unggas di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut

Daerah Tangkapan Air Tahun 2013 ………. 3-33 3.11 Akomodasi Pariwisata di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut Desa/

Kelurahan Tahun 2014 ……… 3-34 3.12 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tukad Mati Tahap I Tahun 2014………… 3-36 3.13 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tukad Mati Tahap II Tahun 2014 ……….. 3-37 3.14 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tukad Badung Tahap I Tahun 2014…….. 3-38 3.15 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tukad Badung Tahap II Tahun 2014 …… 3-39 4.1 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan

Domestik menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa…….. 4-2 4.2 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan Pertanian

menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa………. 4-5 4.3 Distribusi Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan

Pertanian menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa ……. 4-5 4.4 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu menurut Jenis

Kegiatan Pertanian menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa 4-7 4.5 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan Peternakan

menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa ……….. 4-7 4.6 Distribusi Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan

Peternakan menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa ……. 4-7 4.7 Potensi Beban Pencemaran BOD dari Sumber Tidak Tentu menurut Jenis

Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa……….. 4-8

(5)

v 4.8 Potensi Beban Pencemaran COD dari Sumber Tidak Tentu menurut

Jenis Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa……. 4-8 4.9 Potensi Beban Pencemaran NO3 dari Sumber Tidak Tentu menurut Jenis

Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa……… 4-9 4.10 Potensi Beban Pencemaran NH4 dari Sumber Tidak Tentu menurut Jenis

Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa ……… 4-9 4.11 Potensi Beban Pencemaran Total N dari Sumber Tidak Tentu menurut

Jenis Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa…….. 4-9 4.12 Potensi Beban Pencemaran Total P dari Sumber Tidak Tentu menurut

Jenis Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa ……. 4-10 4.13 Potensi Beban Pencemaran Koli Total dari Sumber Tidak Tentu menurut

Jenis Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa…….. 4-10 4.14 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan

Akomodasi Pariwisata menurut Kelasnya di Daerah Tangkapan Air

di Kawasan Teluk Benoa ……….. 4-11 4.15 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan

Akomodasi Pariwisata menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan

Teluk Benoa ………. 4-12 4.16 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu menurut Kelas

Akomodasi Pariwisata dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan

Teluk Benoa ……….. 4-12 4.17 Potensi Beban Pencemaran Total dari Sumber Tidak Tentu menurut

Jenis Kegiatan di Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa………. 4-13

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa, Bali……… 1-5 3.1 Peta Daerah Tangkapan Air dan Administrasi Kawasan Teluk Benoa … 3-2 3.2 Persentase Luas DTA yang Bermuara di Kawasan Teluk Benoa ……… 3-4 3.3 Peta Tipe Iklim Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa……… 3-4 3.4 Peta Topografi Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ……….. 3-10 3.5 Peta Kemiringan Lahan Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ………….. 3-11 3.6 Peta Geologi Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ………. 3-13 3.7 Peta Jenis Tanah Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ………. 3-14 3.8 Peta Sungai di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ……….. 3-18 3.9 Peta Akuifer Ait Tanah di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ………… 3-19 3.10 Peta Cekungan Air Tanah di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa …… 3-19 3.11 Peta Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa…….. 3-24 3.12 Sebaran Kepadatan Penduduk menurut Desa/Kelurahan di DTA Kawasan

Teluk Benoa tahun 2013 ……… 3-27 3.13 Jumlah Kamar Hotel menurut Daerah Tangkapan Air Tahun 2014…….. 3-35 4.1 Distribusi Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu di Daerah

Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa ……… 4-3 4.2 Distribusi Potensi Beban Pencemaran menurut Daerah Tangkapan Air…. 4-12

(7)

1-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kawasan Teluk Benoa di Provinsi Bali mengandung keanekaragaman hayati yang tinggi baik keanekaragaman ekosistem maupun keanekaragaman jenis. Kawasan ini merupakan habitat hutan mangrove yang berfungsi sebagai kawasan konservasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai. Perairan teluk merupakan habitat padang lamun, terumbu karang, rumput laut dan berbagai jenis biota laut. Kawasan perairan Teluk Benoa pun dimanfaatkan untuk rekreasi dan wisata air.

Pada saat ini perairan Teluk Benoa menghadapi permasalahan lingkungan yang kompleks. Salah satu permasalahan lingkungan yang mendapat perhatian banyak kalangan yaitu pencemaran perairan. Pencemaran lingkungan perairan dapat diakibatkan oleh kegiatan atau aktivitas di daratan dan lautan. Pencemaran yang bersumber dari daratan, antara lain buangan limbah industri, limbah cair domestik, limbah padat, limbah pertanian, penebangan hutan, konversi lahan mangrove dan lamun serta reklamasi pantai. Sementara pencemaran yang bersumber dari lautan diantaranya karena kegiatan pelayaran, eksplorasi dan eksploitasi minyak, budidaya laut (mariculture), perikanan dan dumping limbah ke laut. Adapun sumber pencemar non point sources pada kerangka acuan ini diantaranya adalah pertanian, penebangan hutan, budidaya laut (mariculture), perikanan, konversi lahan mangrove dan lamun serta reklamasi pantai. Tanjung Benoa merupakan semenanjung hasil reklamasi untuk kegiatan komersil di Pulau Bali yang berpotensi mencemari perairan pesisir dan laut di sekitarnya.

Pengendalian pencemaran lingkungan di sekitarnya merupakan upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan kualitas lingkungan agar kualitas lingkungan tetap sesuai dengan peruntukannya. Untuk melakukan upaya peningkatan kualitas air laut melalui penurunan beban pencemaran dari non point sources, perlu dilakukan inventarisasi sumber pencemar non point sources yang mencemari lingkungan pesisir dan laut serta

(8)

1-2 dihitung perkiraan aliran volume limbah yang mencemari laut. Menurut Permen LH No. 1 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air, sumber tak tentu (area/diffuse sources/non point sources) merupakan sumber-sumber pencemar air yang tidak dapat ditentukan lokasinya secara tepat, umumnya terdiri dari sejumlah besar sumber-sumber individu yang relatif kecil. Limbah yang dihasilkan antara lain berasal dari kegiatan pertanian, pemukiman, industri kecil-menengah, dan transportasi.

Inventarisasi sumber pencemar air merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui sebab dan faktor yang menyebabkan penurunan kualitas air. Hasil inventarisasi sumber pencemar air diperlukan antara lain untuk penetapan program kerja pengendalian pencemaran air (Permen LH No. 1 Tahun 2010). Hasil inventarisasi berupa baseline data yang diharapkan dapat menjadi data dasar bagi berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan yang targetnya berupa penurunan beban pencemar dan peningkatan kualitas air laut. Data dasar ini juga dapat menjadi data perhitungan untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan pesisir dan perairan laut.

Selain itu, data tersebut akan menjadi input untuk melakukan evaluasi terhadap rencana pemerintah daerah dalam kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan laut yang bersangkutan, serta tingkat ketaatan industri terhadap kewajiban yang diamanahkan dalam peraturan perundangan pengendalian pencemaran pesisir dan laut.

1.2 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan Inventarisasi sumber pencemar lingkungan pesisir dan laut yang berasal dari non point sources di Tanjung Benoa adalah:

1. Melakukan inventarisasi sumber pencemar yang masuk ke dalam perairan Teluk Benoa khususnya pencemar tidak tentu atau non point sources.

2. Estimasi besaran beban pencemaran menurut sumbernya yang masuk ke dalam perairan Teluk Benoa.

Sedangkan sasarannya yaitu:

1. Tersedianya data dan informasi kondisi terkini (existing) sektor-sektor terkait penghasil limbah yang berpotensi menurunkan kualitas air Teluk Benoa.

2. Tersedianya data dan informasi mengenai besaran sumber pencemar air Teluk Benoa 1.3 KELUARAN

Keluaran dari studi ini adalah Laporan yang berisikan informasi mengenai sumber, jenis dan besaran pencemaran air di Teluk Benoa yang berasal dari sumber tidak tentu.

1.4 MANFAAT

Manfaat dari studi ini adalah sebagai rujukan informasi dalam rangka pengendalian pencemaran perairan Teluk Benoa agar kualitas air di perairan dapat memenuhi persyaratan bagi kehidupan biota laut beserta ekosistemnya.

1.5 RUANG LINGKUP

1.5.1 Lingkup Wilayah Kajian

Wilayah kajian Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa terdiri dari wilayah ekologi dan wilayah administrasi. Wilayah ekologi yaitu daerah tangkapan air (catchment area) yang melingkupi dan bermuara di kawasan perairan Teluk Benoa. Daerah tangkapan air (DTA)

(9)

1-3 tersebut yaitu DTA Tukad Badung, DTA Tukad Mati, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngenjung, DTA Serangan, DTA Tuban, DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu (Gambar 1.1). Sedangkan wilayah administrasi meliputi 35 desa/kelurahan dan 4 kecamatan di Kota Denpasar serta 19 desa/kelurahan dan 5 kecamatan di Kabupaten Badung (Tabel 1.1).

Tabel 1.1

Batas Wilayah Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa

No Wilayah Admnistrasi Daerah Tangkapan Air

A B C D E F G H

A KOTA DENPASAR

a Kecamatan Denpasar Selatan

1 Pemogan

2 Pedungan

3 Sesetan

4 Sidakarya

5 Renon

6 Serangan

b Kecamatan Denpasar Barat

1 Pemecutan Kelod

2 Dauh Puri Kelod

3 Dauh Puri

4 Dauh Puri Kaja

5 Dauh Puri Kauh

6 Pemecutan

7 Padangsambian

8 Padangsambian Kelod

9 Padangsambian Kaja

10 Tegal Harum

11 Tegak Kerta

C Kecamatan Denpasar Utara

1 Dangin Puri

2 Dangin Puri Kauh

3 Dangin Puri Kangin

4 Ubung

5 Ubung Kaja

6 Tonja

7 Peguyangan

8 Peguyangan Kaja

D Kecamatan Denpasar Timur

1 Kesiman

2 Sumerta

3 Sumerta Kelod

4 Dangin Puri Kelod

5 Sumerta Kaja

6 Sumerta Kauh

B KABUPATEN BADUNG A Kecamatan Abiansemal

1 Darmasaba

B Kecamatan Mengwi

1 Sading

2 Sempidi

3 Lukluk

(10)

1-4

No Wilayah Admnistrasi Daerah Tangkapan Air

A B C D E F G H

4 Penarungan

C Kecamatan Kuta Utara

1 Kerobokan Kelod

2 Kerobokan

3 Kerobokan Kaja

4 Dalung

D Kecamatan Kuta

1 Kuta

2 Legian

3 Seminyak

4 Tuban

5 Kedongan

e Kecamatan Kuta Selatan

1 Jimbaran

2 Benoa

3 Tanjung Benoa

4 Ungasan

5 Kutuh

Keterangan: A = DTA Tukad Badung, B = DTA Tukad Mati, C = DTA Tukad Buaji, D = DTA Tukad Ngenjung, E = DTA Tuban, F = DTA Tukad Sama, G = DTA Tukad Bualu, H = DTA Serangan

1.5.2 Lingkup Materi Kajian

Kajian Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa meliputi kegiatan pokok yaitu:

a. Persiapan:

 Penyusunan Rencana Kerja

b. Pelaksanaan:

 Koordinasi Pelaksanaan Inventarisasi. Koordinasi sebelum pelaksanaan inventarisasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk menyusun rencana inventarisasi.

 Pengumpulan data primer dengan tujuan untuk memperoleh data-data sumber pencemar non point sources di kawasan Tanjung Benoa dan perkiraan volume limbahnya yang tidak dimiliki oleh pemangku kepentingan, terutama pemerintah dan pemerintah daerah.

 Pengumpulan data sekunder dengan tujuan untuk memperoleh data-data sumber pencemar non point sources di kawasan Tanjung Benoa dan perkiraan volume limbah yang diperkirakan mencemari lingkungan pesisir dan laut, yang dimiliki oleh pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.

(11)

1-5 Gambar 1.1 Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa, Bali

(12)

1-6 c. Pasca Pelaksanaan:

 Pengolahan data primer, data sekunder dan data /informasi lainnya. Pengolahan data dilakukan terhadap masing-masing jenis sumber pencemar non non point sources di kawasan Tanjung Benoa. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan input data jumlah kegiatan non point sources dan jumlah limbah ke dalam database, dan membuat matrik penaatan pengendalian pencemaran dalam bentuk excel. Hasil pengolahan data tersebut menjadi base line data yang dapat digunakan sebagai dasar penurunan beban pencemar, daya dukung dan daya tampung serta rencana pembangunan daerah di wilayah pesisir. Kegiatan pengolahan data dilakukan beberapa kali pertemuan.

 Evaluasi Klarifikasi dan Verifikasi Data hasil pelaksanaan inventarisasi. Evaluasi hasil pelaksanaan inventarisasi oleh pemrakarsa dilakukan setelah Tim melakukan pengolahan data primer dan sekunder .Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan pertemuan untuk membahas hasil inventarisasi sementara dari pengolahan data.

Dalam pertemuan ini akan dibahas hal-hal yang ditemukan dalam lapangan.

Kegiatan klarifikasi dan verifikasi data dilakukan dengan pemrakarsa dan pemangku kepentingan. Penyusun menyampaikan data hasil olahan, pemrakarsa mengecek kelengkapannya dan melakukan klarifikasi apabila ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan. Dalam kegiatan ini penyusun perlu melakukan perbaikan dan penyempurnaan data hasil inventarisasi.

 Menyusun Laporan Awal. Menyusun laporan sementara dilakukan dengan mengadakan pertemuan. Laporan awal yang disajikan merupakan hasil dari data- data primer dan sekunder yang telah diolah,

 Evaluasi. Setelah laporan awal disampaikan ke pemrakarsa, tim mengadakan pertemuan dengan pemrakarsa terhadap hal-hal yang perlu mendapatkan perbaikan dan penyempurnaan dalan penyusunan baseline data sumber pencemar non point sourses di kawasan Teluk Benoa.

 Penyusunan dan Penyampaian Laporan Akhir. Menyusun laporan sementara dilakukan dengan mengadakan pertemuan. Laporan awal yang disajikan merupakan hasil dari data-data primer dan sekunder yang telah diolah. Laporan akhir disampaikan kepada pemrakarsa.

(13)

2-1

BAB II

METODOLOGI

2.1 TAHAPAN KEGIATAN

Kajian Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa secara garis besar meliputi beberapa tahapan kegiatan seperti disajikan pada Gambar 2.1.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan terdapat dua kegiatan utama yaitu perencanaan dan pengumpulan data awal.

1) Perencanaan merupakan tahapan yang mencakup kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penetapan tujuan dan skala inventarisasi, pembentukan tim dan pembagian kerja, penyusunan metodologi dan rencana kerja, dan penjadwalan kegiatan.

2) Pengumpulan data awal yang akan digunakan sebagai rujukan dasar dalam melakukan identifikasi sumber pencemar dan pemetaan (plotting) lokasi baik sumber pencemar ataupun daerah tangkapan air (water catchment area).

b. Tahap Konsepsuatlisasi dan Kajian Teoritis

Konseptualisasi Kegiatan dan Kajian Teoritis merupakan kegiatan untuk merancang kerangka kerja kegiatan inventarisasi yang meliputi:

1) Penetapan tujuan dan skala inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air.

Kegiatan ini diperlukan untuk mengidentifikasi tujuan dan skala kegiatan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air. Kegiatan inventarisasi bertujuan untuk mengkarakteristikkan aliran-aliran pencemar dalam lingkungan wilayahnya.

Identifikasi sumber pencemar merupakan kegiatan untuk mengenali dan mengelompokkan jenis-jenis pencemar, sumber dan lokasi, serta pengaruh/dampak bagi lingkungan penerimanya. Tujuan inventarisasi yang telah ditetapkan sebelumnya pada tahap perencanaan ditetapkan sebagai landasan untuk merancang

(14)

2-2 rencana kerja inventarisasi sumber pencemar. Tujuan ini dikonseptualisasikan sesuai dengan program kerja yang relevan baik bersifat umum atau khusus. Untuk yang bersifat umum misalnya melakukan inventarisasi sumber pencemar dalam wilayah perairan, sedangkan yang bersifat khusus adalah melakukan inventarisasi sumber pencemar berdasarkan kegiatan tertentu, antara lain (pertanian, domestik, dan industri) atau jenis polutan tertentu (organoklor, merkuri, dan sianida).

Berdasarkan tujuan inventarisasi ini kemudian ditentukan skala inventarisasi yang diperlukan untuk membatasi ruang lingkup kegiatan inventarisasi yang sesuai dengan tujuan penggunaannya, serta keterbatasan sumber daya yang tersedia, agar didapatkan hasil estimasi sesuai dengan tingkat yang diinginkan.

2) Klasifikasi Sumber Pencemar Air

Dalam inventarisasi sumber pencemar air diperlukan data dan informasi untuk mengenali dan mengelompokkan serta memperkirakan besaran dari sumber pencemar air. Sumber pencemar air berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi sumber limbah domestik dan sumber limbah non-domestik.

Sumber limbah domestik umumnya berasal dari daerah pemukiman penduduk dan sumber limbah non-domestik berasal dari kegiatan seperti industri, pertanian dan peternakan, perikanan, pertambangan, atau kegiatan yang bukan berasal dari wilayah pemukiman. Untuk mempermudah inventarisasi, terutama dalam memperkirakan tingkat pencemaran air yang dilepaskan ke lingkungan perairan, sumber pencemar air berdasarkan karakteristik limbahnya diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar seperti dalam Tabel 2.1.

Pada kajian ini pengelompokan sumber pencemar air hanya pada jenis pencemar tidak tentu. Sumber Tak Tentu (Area/ Diffuse Sources) yaitu sumber-sumber pencemar air yang tidak dapat ditentukan lokasinya secara tepat, umumnya terdiri dari sejumlah besar sumber-sumber individu yang relatif kecil. Limbah yang dihasilkan antara lain berasal dari kegiatan pertanian, peternakan dan pemukiman.

Penentuan jumlah limbah yang dibuang tidak ditentukan secara langsung, melainkan dengan menggunakan data statistik kegiatan yang menggambarkan aktivitas penghasil limbah.

(15)

2-3 Gambar 2.1 Skema Tahapan Kegiatan Identifikasi Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa

(16)

2-4 Tabel 2.1

Klasifikasi Sumber Pencemar

Karakteristik Limbah Sumber Tertentu Sumber Tak Tentu Limbah Domestik Aliran limbah urban dalam

sistem saluran dan sistem pembuangan limbah domestik terpadu

Aliran limbah daerah pemukiman

Limbah Non-domestik Aliran limbah aktivitas industri, pertambangan

Aliran limbah pertanian, peternakan, dan kegiatan usaha kecil-menengah.

Sumber: Lampiran I Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 01 Tahun 2010

Memperkirakan beban pencemaran air dari sumber-sumber pencemar air tak tentu menggunakan pendekatan dan jenis data statistik kegiatan-kegiatan ekonomi, data kependudukan, data penginderaan jarak jauh, faktor emisi dan engineering data.

Peralatan yang memfasilitasi perkiraan dari sumber tak tentu adalah sistem informasi geografis (GIS) dan model komputer (seperti model aliran hidrologi.) Berikut ini merupakan beberapa contoh informasi yang digunakan untuk identifikasi dan memperkirakan tingkat pencemaran air dari sumber tak tentu, yaitu:

 Data statistik yang menggambarkan jumlah buangan yang dilepas per jumlah populasi atau aktivitas (misalnya : kg total- N/m2 tanah pertanian)

 Data geografis, topografi, dan hidrologi: untuk mengetahui lokasi sumber pencemar, bentang alam terutama batas daerah aliran sungai (watershed), jalur pembuangan air limbah terutama untuk sistem saluran (sewerage), arah aliran air permukaan dan air tanah.

3) Pengidentifikasian Batas Wilayah

Skala inventarisasi berhubungan erat dengan batas wilayah inventarisasi. Cakupan batas wilayah inventarisasi ini akan sangat menentukan tingkat akurasi estimasi tingkat pencemar. Semakin kecil wilayah geografis (tingkat resolusi geografis yang tinggi) maka besar yang diperkirakan akan semakin akurat. Adapun batas wilayah geografis yang diidentifikasi dalam kegiatan inventarisasi ini adalah :

a) Wilayah ekologi (catchment area), meliputi batas daerah tangkapan air Tukad Badung, DTA Tukad Mati, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngenjung, DTA Serangan, DTA Tuban, DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu yang bermuara di Teluk Benoa.

b) Wilayah administrasi, meliputi batas administratif wilayah inventarisasi, yaitu batas wilayah kabupaten/kota, kecamatan dan desa-desa di lingkup wilayah ekologi.

4) Pengidentifikasian sumber pencemar.

Semua sumber pencemar yang berada dalam wilayah inventarisasi kemudian diidentifikasi berdasarkan jenis pencemar dan sumbernya. Jenis pencemar yang berasal dari limbah domestik akan berbeda dengan jenis pencemar dari limbah non domestik. Karakteristik limbah yang diidentifikasi ditentukan berdasarkan tingkat bahaya dan toksisitasnya, semakin tinggi tingkat bahaya dan toksisitasnya menjadi prioritas inventarisasi. Hal ini menjadi isu penting dalam identifikasi jenis pencemar mengingat adanya beberapa pencemar yang bersifat toksik/berbahaya walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Selain itu, karakteristik limbah juga diidentifikasi berdasarkan jenis pencemar spesifik untuk masing-masing kegiatan.

(17)

2-5 5) Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan pada tahapan ini merupakan jenis data yang digunakan untuk menentukan faktor emisi atau faktor emisi itu sendiri (perkiraan spesifik), yang relevan sesuai dengan masing-masing kegiatan khususnya untuk kategori sumber pencemar air tak tentu.

c. Verifikasi Lapangan

Kegiatan ini merupakan kegiatan lapangan guna memverifikasi jenis pencemar dan lokasi sumber pencemar. Kegiatan lapangan dalam inventarisasi bertujuan untuk:

 Mengaktualkan konsep kerja yang dirancang pada tahap konseptualisasi kegiatan.

 Memverifikasi semua data sekunder yang diperoleh dengan data aktual di lapangan.

d. Penentuan Beban Pencemar

Pada kajian ini penentuan beban pencemar dilakukan terhadap sumber pencemar tak tentu (non point sources). Besaran dari sumber pencemar tak tentu diperkirakan dengan terlebih dahulu menentukan faktor emisi yang bersifat spesifik untuk masing- masing kategori kegiatan, mengingat keterbatasan dalam pengukuran langsung untuk setiap sumber pencemar tak tentu dalam wilayah inventarisasi.

2.2 METODE

2.2.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data awal yang akan digunakan sebagai rujukan dasar dalam melakukan identifikasi sumber pencemar dan pemetaan (plotting) lokasi baik sumber pencemar ataupun daerah tangkapan air (water catchment area) diperoleh dari instansi terkait melalui survei instansional. Jenis data, sumber data, dan tujuan penggunaannya pada pengumpulan data awal dalam rangka persiapan kegiatan inventarisasi seperti disajikan pada Tabel 2.2.

(18)

2-6 Tabel 2.2

Jenis, Sumber Data dan Tujuan Penggunaannya dalam Persiapan Inventarisasi

No Jenis Data Sumber Data Tujuan

1 Peta Dasar (Peta Rupa Bumi Indonesia, Peta DAS)

Bakosurtanal Balai Wilayah Sungai Bali- Penida

Rujukan pemetaan lokasi sumber pencemar tak tentu.

2 Lokasi dan jenis kegiatan/industri (data industri/profil industri)

BLH Provinsi Bali/Kota Denpasar/Kab. Badung BPS Provinsi Bali/Kota Denpasar/Kab. Badung

Memetakan posisi dan distribusi kegiatan yang menghasilkan pencemar dari

sumbernya khususnya sumber non-domestik.

3 Demografi/kependudu kan serta distribusinya

BPS Provinsi Bali Kota Denpasar/Kab. Badung

Memetakan daerah pemukiman yang memberikan kontribusi besar pada

pencemaran perairan dari sumber domestik.

4 Topografi, hidrologi, klimatologi, existing sewerage system, batas perairan dan sub- DAS, informasi/peta pemanfaatan lahan (existing land-use)

BPS Provinsi Bali Kota Denpasar/Kab. Badung, BMG Wilayah III, Bappeda Provinsi Bali, BWS Bali-Penida

Memetakan lokasi tangkapan pencemar pada perairan penerima serta untuk menjajaki distribusi pencemar dalam suatu wilayah sub- DAS (Daerah Air Sungai), pemetaan luas tata guna lahan, mengetahui kondisi hidrologis wilayah inventarisasi.

5 Kuantitas dan kualitas sumber air

BLH Provinsi Bali, BWS Bali-Penida

Mengetahui parameter pencemar dominan yang memberikan kontribusi

pencemaran yang tinggi yang mempengaruhi kualitas wilayah perairan tertentu.

6 Data pertanian/

Peternakan (AgriculturalData)

BPS Provinsi Bali Memetakan daerah pertanian/ peternakan, kondisi dan jenis tanah, serta mengetahui ketersebaran penggunaan pupuk/ pestisida berdasarkan jenis tanaman

2.2.2 Metode Pengidentifikasian Batas Wilayah (DAS)

Penentuan batas wilayah kajian yaitu batas daerah tangkapan air Tukad Badung, DTA Tukad Mati, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngenjung, DTA Serangan, DTA Tuban, DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu yang bermuara di Teluk Benoa secara hidrologi dan administrasi kabupaten/kota, kecamatan dan batas desa dilakukan dengan metode overlay menggunakan Sistem Informasi Geografis.

2.2.3 Metode Penentuan Beban Pencemaran Air Tak Tentu

Besaran dari sumber pencemar air tak tentu diperkirakan dengan terlebih dahulu menentukan faktor emisi yang bersifat spesifik untuk masing-masing kategori kegiatan, mengingat keterbatasan dalam pengukuran langsung untuk setiap sumber pencemar air tak tentu dalam wilayah inventarisasi.

a. Sumber Pencemaran Air dari Kegiatan Domestik

Sumber-sumber yang berasal dari kegiatan domestik dan penggunaan barang konsumsi berikut ini dapat dibedakan menjadi:

 Emisi polutan yang berasal dari proses sanitasi dan pencucian;

 Emisi lainnya yang berkaitan dengan kepadatan penduduk, misalnya dari proses korosi, dan pemeliharaan hewan.

Emisi ke air dari proses sanitasi dan penggunaan produk permbersih, emisi-emisi dari sampah padat (termasuk lindi ) secara umum dapat menyebabkan masalah-masalah lingkungan lewat kontaminasi sumber air permukaan dan air tanah. Pencemar air yang

(19)

2-7 terlibat mungkin bervariasi dari limbah organik sampai organik sintetis dan logam berat, bergantung pada proses pencucian dan sifat-sifat dari lindi sampah padat.

Perhitungan Potensi Beban Pencemaran (PBP) Domestik:

PBP = Jumlah Penduduk x Faktor emisi x Rasio ekuivalen wilayah x .

 adalah river reaching coefficient dimana nilainya berdasarkan pola sanitasi yaitu 1 untuk pembuangan langsung ke sungai, 0,5 untuk saluran terbuka dan 0,25 untuk septic tank. Faktor emisi limbah domestik menurut parameter sebagai berikut (Tabel 2.3):

Tabel 2.3

Faktor Emisi Limbah Domestik

No Parameter Satuan Faktor Emisi

1 TSS Gram/hari 38

2 BOD Gram/hari 40

3 COD Gram/hari 55

4 Minyak & lemak Gram/hari 1,22

5 Detergen Gram/hari 0,189

6 NH4-N Gram/hari 1,8

7 NO2-N Gram/hari 0,002

8 NO3-N Gram/hari 0,01

9 Total-N Gram/hari 1,95

10 PO4-P Gram/hari 0,17

11 Total-P Gram/hari 0,21

12 Koli Tinja Jml/hari 3E+14

Sumber: Permen LH No. 1 Tahun 2010

Nilai rasio ekuivalen wilayah sebagai berikut (Tabel 2.4):

Tabel 2.4

Rasio Ekuivalen Wilayah dalam Penghitungan Beban Pencemar Limbah Domestik

No Wilayah Rasio Ekuivalen

1 Urban/kota 1

2 Semi urban 0,8125

3 Rural/pedesaan 0,6250

b. Sumber Pencemaran Kegiatan Pertanian

Sumber utama pencemar air yang berkaitan dengan kegiatan pertanian adalah :

 Penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida.

 Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.

Kandungan nutrien dalam pupuk menyebabkan proses eutrofikasi pada air permukaan, akumulasi nitrat dalam air tanah, pengasaman tanah, dan N2O (gas yang juga menyebabkan efek rumah kaca). Air lindi yang mengandung nitrat yang mencemari air tanah dan air permukaan juga mengancam ketersediaan sumber air minum. Nitrogen dan Fosfat yang terbawa menuju air permukaan menyebabkan eutrofikasi pada danau, sungai, dan perairan dangkal. Penggunaan limbah organik sebagai pupuk, seperti rabuk (pupuk kandang) dan lumpur pembuangan (sewage sludge), juga menyebabkan akumulasi logam berat dalam tanah.

Perhitungan Potensi Beban Pencemaran Kegiatan Pertanian :

PBP = Luas lahan jenis pertanian x Faktor emisi. Faktor emisi limbah kegiatan pertanian menurut jenis pertanian dan parameter sebagai berikut (Tabel 2.5):

(20)

2-8 Tabel 2.5

Faktor Emisi Limbah Pertanian

No Jenis Pertanian

Faktor Emisi menurut Parameter

BOD N P TSS Pestisida

(kg/ha luas tanam/tahun) (L/ha luas tanam/tahun) 1 Sawah (Jerami padi yang

membusuk)

225 20 10 0,04 0,16

2 Palawija (Humus yang terkikis) 125 10 5 2,4 0,08

3 Perkebunan lain (Humus yang terkikis)

32,5 3 1,5 1,6 0,024

c. Sumber Pencemaran Kegiatan Peternakan

Produksi rabuk (pupuk kandang) dari kegiatan peternakan prinsipnya merupakan sebuah komponen dari siklus nutrien keseluruhan dan keseimbangan dalam sistem pertanian. Akan tetapi, apabila kegiatan peternakan terdapat pada skala industri, pencemar amonia, nitrogen, dan fosfor ke air dan tanah dari limbah peternakan dapat menyebabkan masalah lingkungan. Pencemar amonia, khususnya terkonversi menjadi asam nitrat setelah terjadi deposisi atmosferik dan konversi mikroorganisme dalam tanah di daerahdaerah yang mengintensifkan kegiatan pertanian.

Perhitungan Potensi Beban Pencemaran Kegiatan Peternakan :

PBP = Jumlah populasi ternak x Faktor emisi. Faktor emisi limbah ternak menurut jenis ternak dan parameter sebagai berikut (Tabel 2.6):

Tabel 2.6

Faktor Emisi Limbah Ternak

No Jenis Ternak

Koli Total BOD COD NO2 NO3 NH4 N-Total P-Total

(jml/ekor/hr) (gr/ekor/hari)

1 Sapi 3,70E+06 292 716 0 0,18333 0,6067 0,933 0,153

2 Kerbau 9,20E+06 206,71 529,19 0,01637 0,17417 2,2046 2,599 0,39

3 Kuda 5,00E+05 226 558,1 0 0,08958 37,6792 38,083 0,306

4 Kambing 2,E+06 34,1 92,91 0,00272 0,075 1,46830 1,624 0,116

5 Domba 2,10E+05 55,68 136,23 0 0,03333 0,2175 0,278 0,115

6 Ayam 4,30E+04 2,36 5,59 0 0,00110 0,0006 0,002 0,003

7 Bebek 1,00E+05 0,88 2,22 0 0,00050 0,0003 0,001 0,005

8 Babi 3,70E+06 292 716 0 0,18333 0,6067 0,933 0,153

d. Sumber Pencemaran Kegiatan Pariwisata (Hotel)

Perhitungan Potensi Beban Pencemaran Kegiatan Pariwisata (Hotel) : PBP = Jumlah kamar hotel x Faktor emisi. Faktor emisi limbah hotel menurut parameter sebagai berikut (Tabel 2.7):

(21)

2-9 Tabel 2.7

Faktor Emisi Limbah Pariwisata (Hotel)

No Parameter Satuan Faktor Emisi

1 TSS Gr/kamar/hr 38

2 BOD Gr/kamar/hr 40

3 COD Gr/kamar/hr 55

4 Minyak & lemak Gr/kamar/hr 1,22

5 Detergen Gr/kamar/hr 0,189

6 NH4-N Gr/kamar/hr 1,8

7 NO2-N Gr/kamar/hr 0,017

8 NO3-N Gr/kamar/hr 0,002

9 Total-N Gr/kamar/hr 1,95

10 PO4-P Gr/kamar/hr 0,01

11 Total-P Gr/kamar/hr 0,21

12 Koli Tinja Jml/kamar/hr 3E+14

(22)

3-1

BAB III

KONDISI DAERAH TANGKAPAN AIR KAWASAN TELUK BENOA

3.1 WILAYAH EKOLOGI DAN ADMINISTRASI DAERAH TANGKAPAN AIR 3.1.1 Wilayah Administrasi Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa

Kawasan Teluk Benoa terletak di “kaki” Pulau Bali yang menghubungkan daratan utama (mainland) Pulau Bali dengan daerah perbukitan Nusa Dua. Berdasarkan peta daerah aliran sungai (BP DAS Unda-Anyar), secara ekologi daerah tangkapan air yang bermuara ke kawasan Teluk Benoa terdiri atas 8 daerah tangkapan air (DTA) yaitu DTA Tukad Badung, DTA Tukad Mati, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngenjung, DTA Serangan, DTA Tuban, DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu.

Secara adminsitrasi, daerah tangkapan air tersebut termasuk wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, meliputi empat kecamatan dan 35 desa/kelurahan di Kota Denpasar dan lima kecamatan dan 19 desa/kelurahan di Kabupaten Badung. Luas wilayah secara keseluruhan daerah tangkapan air kawasan Teluk Benoa yaitu 15.911 ha, terdiri atas 9.475 ha Kota Denpasar dan 6.436 ha Kabupaten Badung. Wilayah administrasi daerah tangkapan air Kawasan Teluk Benoa secara rinci disajikan pada Gambar 3.1 dan Tabel 3.1.

(23)

3-2 Gambar 3.1 Peta Daerah Tangkapan Air dan Administrasi Kawasan Teluk Benoa

(24)

3-3 Tabel 3.1

Wilayah Administrasi Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa

No Kecamatan Desa/Kelurahan

Luas Daerah Tangkapan Air (Ha)

Badung Buaji Ngenjung Serangan Mati Tuban Sama Bualu

I KOTA DENPASAR 4610 2471 289 481 1623 0 0 0

A DENPASAR SELATAN 1257 1871 251 481 0 0 0 0

1 Pemogan 843 128

2 Pedungan 413 336

3 Sesetan 739

4 Sidakarya 223 138

5 Renon 86 113

6 Panjer 359

7 Serangan 481

B DENPASAR BARAT 755 280 0 0 1357 0 0 0

8 Pemecutan Kelod 314 136

9 Dauh Puri Kauh 136 54

10 Tegal Harum 39 11

11 Tegalkerta 20 15

12 Pemecutan 166

13 Dauh Puri Kangin 59

14 Dauh Puri 22 38

15 Padangsambian Kelod 412

16 Padangsambian 374

17 Padangsambian Kaja 409

18 Dauh Puri Kelod 188

C DENPASAR UTARA 2291 0 0 0 266 0 0 0

19 Dangin Puri Kauh 64

20 Pemecutan Kaja 347

21 Ubung 61 42

22 Dauh Puri Kaja 109

23 Dangin Puri Kangin 75

24 Dangin Puri Kaja 142

25 Tonja 181

26 Peguyangan 644

27 Ubung Kaja 214 186

28 Peguyangan Kaja 454 38

D DENPASAR TIMUR 307 320 38 0 0 0 0 0

29 Sumerta Kauh 72 17

30 Sumerta Kaja 73

31 Sumerta Kelod 10 151 38

32 Sumerta 38 10

33 Kesiman 49

34 Dangin Puri Kelod 142

35 Dangin Puri 65

II KABUPATEN BADUNG 1069 0 0 0 1668 362 2128 1209

A ABIANSEMAL 433 0 0 0 0 0 0 0

1 Darmasaba 433

B MENGWI 636 0 0 0 147 0 0 0

2 Sempidi 99 147

3 Sading 284

4 Lukluk 149

5 Penarungan 104

C KUTA UTARA 0 0 0 0 659 0 0 0

(25)

3-4

No Kecamatan Desa/Kelurahan

Luas Daerah Tangkapan Air (Ha)

Badung Buaji Ngenjung Serangan Mati Tuban Sama Bualu

6 Kerobokan Kelod 244

7 Kerobokan 161

8 Kerobokan Kaja 177

9 Dalung 78

D KUTA 0 0 0 0 862 362 79 0

10 Tuban 58 147

11 Kuta 373 145

12 Legian 305

13 Seminyak 127

14 Kedonganan 70 79

E KUTA SELATAN 0 0 0 0 0 0 2049 1209

15 Jimbaran 1169

16 Benoa 551 970

17 Kutuh 106

18 Ungasan 222

19 Tanjung Benoa 239

Jumlah 5679 2471 289 481 3292 362 2128 1209

Secara geografis, daerah tangkapan air kawasan Teluk Benoa secara garis besarnya terdiri atas dua karakter yaitu daerah tangkapan air dari arah utara teluk dan dari arah selatan teluk. Daerah tangkapan air dari arah utara meliputi wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung merupakan aliran sungai-sungai parennial yang melewati wilayah dataran rendah sedangkan DTA dari arah selatan meliputi wilayah Kabupaten Badung merupakan wilayah perbukitan dengan aliran sungai intermitten.

Terdapat delapan DTA bermuara di Teluk Benoa dengan cakupan wilayah sebagai berikut:

1. DTA Tukad Badung

Luas DTA Tukad Badung adalah 5.679 ha, merupakan DTA terluas yang bermuara di Teluk Benoa yaitu mencakup area 35,70% dari keseluruhan luas DTA Teluk Benoa. DTA ini mencakup wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Di wilayah Kota Denpasar meliputi 4 kecamatan dan 25 desa/kelurahan. Di wilayah Kabupaten Badung meliputi 2 kecamatan dan 5 desa/kelurahan.

2. DA Tukad Buaji

DTA Tukad Buaji luasnya 2.471 ha atau 15,23% luas DTA kawasan Teluk Benoa.

Secara administratif, DTA ini hanya mencakup wilayah Kota Denpasar, meliputi 3 kecamatan dan 13 desa/kelurahan.

3. DTA Tukad Ngenjung

Gambar 3.2 Persentase Luas DTA yang Bermuara di Kawasan Teluk Benoa

Badung 35.70%

Buaji 15.53%

Ngenjung 1.82%

Serangan 3.02%

Mati 20.69%

Tuban 2.27%

Sama 13.37%

Bualu 7.60%

Daerah Tangkapan Air

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan

movement yang menggambarkan pengalaman keluarga penulis ketika.. menghadapi sebuah masalah dalam

Oleh kerana terdapat sambutan yang baik daripada penduduk setempat, beliau bercadang untuk menukarkan pemilikan perniagaan sedia ada kepada pemilikan perniagaan baharu yang

Dalam kaitannya antara prinsip Good Governance dengan Penataan Ruang dari aspek Hukum, maka pada prinsip Good Governance “ Tegaknya Supremasi Hukum” bila dikaitkan dengan UU No

Perhitungan bed dilakukan dengan cara mengalikan jumlah bed pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk total pada tahun perencanaan tahap I yaitu tahun 2020 lalu.

Kesimpulan penelitian ini adalah konflik peran tidak signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor, sedangkan komitmen organisasi dan locus of control

Konsep Sistem Informasi Manajemen (SIM) telah berkembang dari waktu ke waktu, dan para manajer semakin merasakan pentingnya pengelolaan informasi sebagai sumber daya maya

untuk mengandung beberapa jenis kesalahan. Kesalahan dapat berupa penulisan huruf, kosakata, atau pola kalimat dalam bahasa Jepang disesuaikan dengan level pembelajaran