INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR LINGKUNGAN
PESISIR DAN LAUT YANG BERASAL DARI NON POINT SOURCES DI TANJUNG BENOA
JAKARTA 2015
LAPORAN FINAL
ii DAFTAR ISI
Daftar Isi... ii Daftar Tabel ... iv Daftar Gambar ... iv Bab I. Pendahuluan ... 1-1 1.1. Latar Belakang... 1-1 1.2. Tujuan dan sasaran ... 1-2 1.3. Keluaran ... 1-2 1.4. Manfaat ... 1-2 1.5. Ruang Lingkup... 1-2 1.5.1 Lingkup Wilayah Kajian ... 1-2 1.5.2 Lingkup Materi Kajian ... 1-3 Bab II. Metodologi ... 2-1 2.1 Tahapan Kegiatan ... 3-1 2.2 Metode ... 2-5 2.2.1 Metode Pengumpulan Data ... 2-5 2.2.2 Metode Identifikasi Batas Wilayah (DAS) ... 2-6 2.2.3 Metode Penentuan Beban Pencemaran Air Tidak Tentu ... 2-6 Bab III Kondisi Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa………. 3-1
3.1 Wilayah Ekologi Dan Administrasi Daerah Tangkapan Air ……… 3-1 3.1.1 Wilayah Administrasi Daerah Tangkapan Air Kawasan
Teluk Benoa………. 3-1 3.2 Klimatologi ……… 3-5 3.2.1 Tipe Iklim ………. 3-5 3.2.2 Curah Hujan ………... 3-7 3.2.3 Suhu Udara ………. 3-7 3.2.4 Kelembaban Udara dan Lama Penyinaran Matahari ……… 3-8 3.3 GeomorfologI ………. 3-9 3.3.1 Togografi dan Kemiringan Lahan ………. 3-9 3.3.2 Geologi dan Jenis Tanah ……… 3-12 3.3.3 Hidrologi ………. 3-15 3.4 Penggunaan Lahan ……….. 3-21 3.5 Penduduk ……… 3-21 3.6 Kegiatan Sumber Pencemar Tidak Tetap ………. 3-28 3.6.1 Pertanian ……….. 3-28 3.6.2 Peternakan ……….. 3-31 3.6.3 Pariwisata ……… 3-33 3.7 Kondisi Kualitas Air Sungai Utama ………. 3-35 3.7.1 Tukad Mati ……….… 3-35 3.7.2 Tukad Badung ……… 3-37 Bab IV Hasil Inventarisasi ……… 4-1
4.1 Potensi Beban Pencemaran Dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan Domestik 4-1 4.2 Potensi Beban Pencemaran Dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan Pertanian 4-3 4.3 Potensi Beban Pencemaran Dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan Peternakan 4-7 4.4 Potensi Beban Pencemaran Dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan
Akomodasi Pariwisata ………. 4-10 4.5 Potensi Beban Pencemaran Dari Sumber Tidak Tentu Berbagai Kegiatan 4-13
iii Bab V Kesimpulan Dan Saran ……….……….. 5-1
5.1 Kesimpulan ………. 5-1
5.2 Saran ……… 5-3
Daftar Pustaka ……… 6-1
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Batas Wilayah Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir
dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa………… 1-3 2.1 Klasifikasi Sumber Pencemar Air ………... 2-4 2.2 Jenis, Sumber Data dan Tujuan Penggunaannya dalam Persiapan
Inventarisasi ……… 2-6 2.3 Faktor Emisi Limbah Domestik ………. 2-7 2.4 Rasio Ekuivalen Wilayah dalam Penghitungan Beban Pencemar
Limbah Domestik ……… 2-7 2.5 Faktor Emisi Limbah Pertanian ……… 2-8 2.6 Faktor Emisi Limbah Ternak ……… 2-8 2.7 Faktor Emisi Limbah Pariwisata (Hotel) ……….. 2.9 3.1 Wilayah Administrasi Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa…….. 3-2 3.2 Angka Perbandingan Curah Hujan Tahun 2013 dengan Angka Normal
setiap Bulan di DTA Teluk Benoa………. 3-7 3.3 Angka Perbandingan Suhu Udara Rata Tahun 2013 dengan Angka
Normal setiap Bulan di DTA Teluk Benoa ……… 3-8 3.4 Angka Perbandingan Kelembaban Udara Rata-Rata dan Lama
Penyinaran Matahari Tahun 2013 dengan Angka Normal setiap Bulan
di Kota Denpasar ……….. 3-9 3.5 Penggunaan Lahan menurut Desa/Kelurahan di Daerah Tangkapan
Air Kawasan Teluk Benoa Tahun 2013 ………. 3-21 3.6 Penggunaan Lahan menurut Daerah Tangkapan Air Tahun 2013 ………... 3-23 3.7 Jumlah Penduduk di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut Desa/
Kelurahan dan Daerah Tangkapan Air Tahun 2013 ……… 3-25 3.8 Produksi Komoditi Pertanian di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut
Desa/Kelurahan Tahun 2013……… 3-28 3.9 Populasi Ternak dan Unggas di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut
Desa/Kelurahan Tahun 2013 ……… 3-29 3.10 Populasi Ternak dan Unggas di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut
Daerah Tangkapan Air Tahun 2013 ………. 3-33 3.11 Akomodasi Pariwisata di DTA Kawasan Teluk Benoa menurut Desa/
Kelurahan Tahun 2014 ……… 3-34 3.12 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tukad Mati Tahap I Tahun 2014………… 3-36 3.13 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tukad Mati Tahap II Tahun 2014 ……….. 3-37 3.14 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tukad Badung Tahap I Tahun 2014…….. 3-38 3.15 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tukad Badung Tahap II Tahun 2014 …… 3-39 4.1 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan
Domestik menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa…….. 4-2 4.2 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan Pertanian
menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa………. 4-5 4.3 Distribusi Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan
Pertanian menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa ……. 4-5 4.4 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu menurut Jenis
Kegiatan Pertanian menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa 4-7 4.5 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan Peternakan
menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa ……….. 4-7 4.6 Distribusi Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan
Peternakan menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa ……. 4-7 4.7 Potensi Beban Pencemaran BOD dari Sumber Tidak Tentu menurut Jenis
Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa……….. 4-8
v 4.8 Potensi Beban Pencemaran COD dari Sumber Tidak Tentu menurut
Jenis Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa……. 4-8 4.9 Potensi Beban Pencemaran NO3 dari Sumber Tidak Tentu menurut Jenis
Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa……… 4-9 4.10 Potensi Beban Pencemaran NH4 dari Sumber Tidak Tentu menurut Jenis
Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa ……… 4-9 4.11 Potensi Beban Pencemaran Total N dari Sumber Tidak Tentu menurut
Jenis Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa…….. 4-9 4.12 Potensi Beban Pencemaran Total P dari Sumber Tidak Tentu menurut
Jenis Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa ……. 4-10 4.13 Potensi Beban Pencemaran Koli Total dari Sumber Tidak Tentu menurut
Jenis Ternak dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa…….. 4-10 4.14 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan
Akomodasi Pariwisata menurut Kelasnya di Daerah Tangkapan Air
di Kawasan Teluk Benoa ……….. 4-11 4.15 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu Kegiatan
Akomodasi Pariwisata menurut Daerah Tangkapan Air di Kawasan
Teluk Benoa ………. 4-12 4.16 Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu menurut Kelas
Akomodasi Pariwisata dan Daerah Tangkapan Air di Kawasan
Teluk Benoa ……….. 4-12 4.17 Potensi Beban Pencemaran Total dari Sumber Tidak Tentu menurut
Jenis Kegiatan di Daerah Tangkapan Air di Kawasan Teluk Benoa………. 4-13
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa, Bali……… 1-5 3.1 Peta Daerah Tangkapan Air dan Administrasi Kawasan Teluk Benoa … 3-2 3.2 Persentase Luas DTA yang Bermuara di Kawasan Teluk Benoa ……… 3-4 3.3 Peta Tipe Iklim Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa……… 3-4 3.4 Peta Topografi Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ……….. 3-10 3.5 Peta Kemiringan Lahan Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ………….. 3-11 3.6 Peta Geologi Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ………. 3-13 3.7 Peta Jenis Tanah Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ………. 3-14 3.8 Peta Sungai di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ……….. 3-18 3.9 Peta Akuifer Ait Tanah di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa ………… 3-19 3.10 Peta Cekungan Air Tanah di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa …… 3-19 3.11 Peta Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Air Teluk Benoa…….. 3-24 3.12 Sebaran Kepadatan Penduduk menurut Desa/Kelurahan di DTA Kawasan
Teluk Benoa tahun 2013 ……… 3-27 3.13 Jumlah Kamar Hotel menurut Daerah Tangkapan Air Tahun 2014…….. 3-35 4.1 Distribusi Potensi Beban Pencemaran dari Sumber Tidak Tentu di Daerah
Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa ……… 4-3 4.2 Distribusi Potensi Beban Pencemaran menurut Daerah Tangkapan Air…. 4-12
1-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kawasan Teluk Benoa di Provinsi Bali mengandung keanekaragaman hayati yang tinggi baik keanekaragaman ekosistem maupun keanekaragaman jenis. Kawasan ini merupakan habitat hutan mangrove yang berfungsi sebagai kawasan konservasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai. Perairan teluk merupakan habitat padang lamun, terumbu karang, rumput laut dan berbagai jenis biota laut. Kawasan perairan Teluk Benoa pun dimanfaatkan untuk rekreasi dan wisata air.
Pada saat ini perairan Teluk Benoa menghadapi permasalahan lingkungan yang kompleks. Salah satu permasalahan lingkungan yang mendapat perhatian banyak kalangan yaitu pencemaran perairan. Pencemaran lingkungan perairan dapat diakibatkan oleh kegiatan atau aktivitas di daratan dan lautan. Pencemaran yang bersumber dari daratan, antara lain buangan limbah industri, limbah cair domestik, limbah padat, limbah pertanian, penebangan hutan, konversi lahan mangrove dan lamun serta reklamasi pantai. Sementara pencemaran yang bersumber dari lautan diantaranya karena kegiatan pelayaran, eksplorasi dan eksploitasi minyak, budidaya laut (mariculture), perikanan dan dumping limbah ke laut. Adapun sumber pencemar non point sources pada kerangka acuan ini diantaranya adalah pertanian, penebangan hutan, budidaya laut (mariculture), perikanan, konversi lahan mangrove dan lamun serta reklamasi pantai. Tanjung Benoa merupakan semenanjung hasil reklamasi untuk kegiatan komersil di Pulau Bali yang berpotensi mencemari perairan pesisir dan laut di sekitarnya.
Pengendalian pencemaran lingkungan di sekitarnya merupakan upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan kualitas lingkungan agar kualitas lingkungan tetap sesuai dengan peruntukannya. Untuk melakukan upaya peningkatan kualitas air laut melalui penurunan beban pencemaran dari non point sources, perlu dilakukan inventarisasi sumber pencemar non point sources yang mencemari lingkungan pesisir dan laut serta
1-2 dihitung perkiraan aliran volume limbah yang mencemari laut. Menurut Permen LH No. 1 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air, sumber tak tentu (area/diffuse sources/non point sources) merupakan sumber-sumber pencemar air yang tidak dapat ditentukan lokasinya secara tepat, umumnya terdiri dari sejumlah besar sumber-sumber individu yang relatif kecil. Limbah yang dihasilkan antara lain berasal dari kegiatan pertanian, pemukiman, industri kecil-menengah, dan transportasi.
Inventarisasi sumber pencemar air merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui sebab dan faktor yang menyebabkan penurunan kualitas air. Hasil inventarisasi sumber pencemar air diperlukan antara lain untuk penetapan program kerja pengendalian pencemaran air (Permen LH No. 1 Tahun 2010). Hasil inventarisasi berupa baseline data yang diharapkan dapat menjadi data dasar bagi berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan yang targetnya berupa penurunan beban pencemar dan peningkatan kualitas air laut. Data dasar ini juga dapat menjadi data perhitungan untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan pesisir dan perairan laut.
Selain itu, data tersebut akan menjadi input untuk melakukan evaluasi terhadap rencana pemerintah daerah dalam kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan laut yang bersangkutan, serta tingkat ketaatan industri terhadap kewajiban yang diamanahkan dalam peraturan perundangan pengendalian pencemaran pesisir dan laut.
1.2 TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan Inventarisasi sumber pencemar lingkungan pesisir dan laut yang berasal dari non point sources di Tanjung Benoa adalah:
1. Melakukan inventarisasi sumber pencemar yang masuk ke dalam perairan Teluk Benoa khususnya pencemar tidak tentu atau non point sources.
2. Estimasi besaran beban pencemaran menurut sumbernya yang masuk ke dalam perairan Teluk Benoa.
Sedangkan sasarannya yaitu:
1. Tersedianya data dan informasi kondisi terkini (existing) sektor-sektor terkait penghasil limbah yang berpotensi menurunkan kualitas air Teluk Benoa.
2. Tersedianya data dan informasi mengenai besaran sumber pencemar air Teluk Benoa 1.3 KELUARAN
Keluaran dari studi ini adalah Laporan yang berisikan informasi mengenai sumber, jenis dan besaran pencemaran air di Teluk Benoa yang berasal dari sumber tidak tentu.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari studi ini adalah sebagai rujukan informasi dalam rangka pengendalian pencemaran perairan Teluk Benoa agar kualitas air di perairan dapat memenuhi persyaratan bagi kehidupan biota laut beserta ekosistemnya.
1.5 RUANG LINGKUP
1.5.1 Lingkup Wilayah Kajian
Wilayah kajian Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa terdiri dari wilayah ekologi dan wilayah administrasi. Wilayah ekologi yaitu daerah tangkapan air (catchment area) yang melingkupi dan bermuara di kawasan perairan Teluk Benoa. Daerah tangkapan air (DTA)
1-3 tersebut yaitu DTA Tukad Badung, DTA Tukad Mati, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngenjung, DTA Serangan, DTA Tuban, DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu (Gambar 1.1). Sedangkan wilayah administrasi meliputi 35 desa/kelurahan dan 4 kecamatan di Kota Denpasar serta 19 desa/kelurahan dan 5 kecamatan di Kabupaten Badung (Tabel 1.1).
Tabel 1.1
Batas Wilayah Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa
No Wilayah Admnistrasi Daerah Tangkapan Air
A B C D E F G H
A KOTA DENPASAR
a Kecamatan Denpasar Selatan
1 Pemogan
2 Pedungan
3 Sesetan
4 Sidakarya
5 Renon
6 Serangan
b Kecamatan Denpasar Barat
1 Pemecutan Kelod
2 Dauh Puri Kelod
3 Dauh Puri
4 Dauh Puri Kaja
5 Dauh Puri Kauh
6 Pemecutan
7 Padangsambian
8 Padangsambian Kelod
9 Padangsambian Kaja
10 Tegal Harum
11 Tegak Kerta
C Kecamatan Denpasar Utara
1 Dangin Puri
2 Dangin Puri Kauh
3 Dangin Puri Kangin
4 Ubung
5 Ubung Kaja
6 Tonja
7 Peguyangan
8 Peguyangan Kaja
D Kecamatan Denpasar Timur
1 Kesiman
2 Sumerta
3 Sumerta Kelod
4 Dangin Puri Kelod
5 Sumerta Kaja
6 Sumerta Kauh
B KABUPATEN BADUNG A Kecamatan Abiansemal
1 Darmasaba
B Kecamatan Mengwi
1 Sading
2 Sempidi
3 Lukluk
1-4
No Wilayah Admnistrasi Daerah Tangkapan Air
A B C D E F G H
4 Penarungan
C Kecamatan Kuta Utara
1 Kerobokan Kelod
2 Kerobokan
3 Kerobokan Kaja
4 Dalung
D Kecamatan Kuta
1 Kuta
2 Legian
3 Seminyak
4 Tuban
5 Kedongan
e Kecamatan Kuta Selatan
1 Jimbaran
2 Benoa
3 Tanjung Benoa
4 Ungasan
5 Kutuh
Keterangan: A = DTA Tukad Badung, B = DTA Tukad Mati, C = DTA Tukad Buaji, D = DTA Tukad Ngenjung, E = DTA Tuban, F = DTA Tukad Sama, G = DTA Tukad Bualu, H = DTA Serangan
1.5.2 Lingkup Materi Kajian
Kajian Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa meliputi kegiatan pokok yaitu:
a. Persiapan:
Penyusunan Rencana Kerja
b. Pelaksanaan:
Koordinasi Pelaksanaan Inventarisasi. Koordinasi sebelum pelaksanaan inventarisasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk menyusun rencana inventarisasi.
Pengumpulan data primer dengan tujuan untuk memperoleh data-data sumber pencemar non point sources di kawasan Tanjung Benoa dan perkiraan volume limbahnya yang tidak dimiliki oleh pemangku kepentingan, terutama pemerintah dan pemerintah daerah.
Pengumpulan data sekunder dengan tujuan untuk memperoleh data-data sumber pencemar non point sources di kawasan Tanjung Benoa dan perkiraan volume limbah yang diperkirakan mencemari lingkungan pesisir dan laut, yang dimiliki oleh pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
1-5 Gambar 1.1 Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa, Bali
1-6 c. Pasca Pelaksanaan:
Pengolahan data primer, data sekunder dan data /informasi lainnya. Pengolahan data dilakukan terhadap masing-masing jenis sumber pencemar non non point sources di kawasan Tanjung Benoa. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan input data jumlah kegiatan non point sources dan jumlah limbah ke dalam database, dan membuat matrik penaatan pengendalian pencemaran dalam bentuk excel. Hasil pengolahan data tersebut menjadi base line data yang dapat digunakan sebagai dasar penurunan beban pencemar, daya dukung dan daya tampung serta rencana pembangunan daerah di wilayah pesisir. Kegiatan pengolahan data dilakukan beberapa kali pertemuan.
Evaluasi Klarifikasi dan Verifikasi Data hasil pelaksanaan inventarisasi. Evaluasi hasil pelaksanaan inventarisasi oleh pemrakarsa dilakukan setelah Tim melakukan pengolahan data primer dan sekunder .Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan pertemuan untuk membahas hasil inventarisasi sementara dari pengolahan data.
Dalam pertemuan ini akan dibahas hal-hal yang ditemukan dalam lapangan.
Kegiatan klarifikasi dan verifikasi data dilakukan dengan pemrakarsa dan pemangku kepentingan. Penyusun menyampaikan data hasil olahan, pemrakarsa mengecek kelengkapannya dan melakukan klarifikasi apabila ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan. Dalam kegiatan ini penyusun perlu melakukan perbaikan dan penyempurnaan data hasil inventarisasi.
Menyusun Laporan Awal. Menyusun laporan sementara dilakukan dengan mengadakan pertemuan. Laporan awal yang disajikan merupakan hasil dari data- data primer dan sekunder yang telah diolah,
Evaluasi. Setelah laporan awal disampaikan ke pemrakarsa, tim mengadakan pertemuan dengan pemrakarsa terhadap hal-hal yang perlu mendapatkan perbaikan dan penyempurnaan dalan penyusunan baseline data sumber pencemar non point sourses di kawasan Teluk Benoa.
Penyusunan dan Penyampaian Laporan Akhir. Menyusun laporan sementara dilakukan dengan mengadakan pertemuan. Laporan awal yang disajikan merupakan hasil dari data-data primer dan sekunder yang telah diolah. Laporan akhir disampaikan kepada pemrakarsa.
2-1
BAB II
METODOLOGI
2.1 TAHAPAN KEGIATAN
Kajian Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa secara garis besar meliputi beberapa tahapan kegiatan seperti disajikan pada Gambar 2.1.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan terdapat dua kegiatan utama yaitu perencanaan dan pengumpulan data awal.
1) Perencanaan merupakan tahapan yang mencakup kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penetapan tujuan dan skala inventarisasi, pembentukan tim dan pembagian kerja, penyusunan metodologi dan rencana kerja, dan penjadwalan kegiatan.
2) Pengumpulan data awal yang akan digunakan sebagai rujukan dasar dalam melakukan identifikasi sumber pencemar dan pemetaan (plotting) lokasi baik sumber pencemar ataupun daerah tangkapan air (water catchment area).
b. Tahap Konsepsuatlisasi dan Kajian Teoritis
Konseptualisasi Kegiatan dan Kajian Teoritis merupakan kegiatan untuk merancang kerangka kerja kegiatan inventarisasi yang meliputi:
1) Penetapan tujuan dan skala inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air.
Kegiatan ini diperlukan untuk mengidentifikasi tujuan dan skala kegiatan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air. Kegiatan inventarisasi bertujuan untuk mengkarakteristikkan aliran-aliran pencemar dalam lingkungan wilayahnya.
Identifikasi sumber pencemar merupakan kegiatan untuk mengenali dan mengelompokkan jenis-jenis pencemar, sumber dan lokasi, serta pengaruh/dampak bagi lingkungan penerimanya. Tujuan inventarisasi yang telah ditetapkan sebelumnya pada tahap perencanaan ditetapkan sebagai landasan untuk merancang
2-2 rencana kerja inventarisasi sumber pencemar. Tujuan ini dikonseptualisasikan sesuai dengan program kerja yang relevan baik bersifat umum atau khusus. Untuk yang bersifat umum misalnya melakukan inventarisasi sumber pencemar dalam wilayah perairan, sedangkan yang bersifat khusus adalah melakukan inventarisasi sumber pencemar berdasarkan kegiatan tertentu, antara lain (pertanian, domestik, dan industri) atau jenis polutan tertentu (organoklor, merkuri, dan sianida).
Berdasarkan tujuan inventarisasi ini kemudian ditentukan skala inventarisasi yang diperlukan untuk membatasi ruang lingkup kegiatan inventarisasi yang sesuai dengan tujuan penggunaannya, serta keterbatasan sumber daya yang tersedia, agar didapatkan hasil estimasi sesuai dengan tingkat yang diinginkan.
2) Klasifikasi Sumber Pencemar Air
Dalam inventarisasi sumber pencemar air diperlukan data dan informasi untuk mengenali dan mengelompokkan serta memperkirakan besaran dari sumber pencemar air. Sumber pencemar air berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi sumber limbah domestik dan sumber limbah non-domestik.
Sumber limbah domestik umumnya berasal dari daerah pemukiman penduduk dan sumber limbah non-domestik berasal dari kegiatan seperti industri, pertanian dan peternakan, perikanan, pertambangan, atau kegiatan yang bukan berasal dari wilayah pemukiman. Untuk mempermudah inventarisasi, terutama dalam memperkirakan tingkat pencemaran air yang dilepaskan ke lingkungan perairan, sumber pencemar air berdasarkan karakteristik limbahnya diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar seperti dalam Tabel 2.1.
Pada kajian ini pengelompokan sumber pencemar air hanya pada jenis pencemar tidak tentu. Sumber Tak Tentu (Area/ Diffuse Sources) yaitu sumber-sumber pencemar air yang tidak dapat ditentukan lokasinya secara tepat, umumnya terdiri dari sejumlah besar sumber-sumber individu yang relatif kecil. Limbah yang dihasilkan antara lain berasal dari kegiatan pertanian, peternakan dan pemukiman.
Penentuan jumlah limbah yang dibuang tidak ditentukan secara langsung, melainkan dengan menggunakan data statistik kegiatan yang menggambarkan aktivitas penghasil limbah.
2-3 Gambar 2.1 Skema Tahapan Kegiatan Identifikasi Inventarisasi Sumber Pencemar Lingkungan Pesisir dan Laut yang Berasal dari Non Point Sources di Tanjung Benoa
2-4 Tabel 2.1
Klasifikasi Sumber Pencemar
Karakteristik Limbah Sumber Tertentu Sumber Tak Tentu Limbah Domestik Aliran limbah urban dalam
sistem saluran dan sistem pembuangan limbah domestik terpadu
Aliran limbah daerah pemukiman
Limbah Non-domestik Aliran limbah aktivitas industri, pertambangan
Aliran limbah pertanian, peternakan, dan kegiatan usaha kecil-menengah.
Sumber: Lampiran I Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 01 Tahun 2010
Memperkirakan beban pencemaran air dari sumber-sumber pencemar air tak tentu menggunakan pendekatan dan jenis data statistik kegiatan-kegiatan ekonomi, data kependudukan, data penginderaan jarak jauh, faktor emisi dan engineering data.
Peralatan yang memfasilitasi perkiraan dari sumber tak tentu adalah sistem informasi geografis (GIS) dan model komputer (seperti model aliran hidrologi.) Berikut ini merupakan beberapa contoh informasi yang digunakan untuk identifikasi dan memperkirakan tingkat pencemaran air dari sumber tak tentu, yaitu:
Data statistik yang menggambarkan jumlah buangan yang dilepas per jumlah populasi atau aktivitas (misalnya : kg total- N/m2 tanah pertanian)
Data geografis, topografi, dan hidrologi: untuk mengetahui lokasi sumber pencemar, bentang alam terutama batas daerah aliran sungai (watershed), jalur pembuangan air limbah terutama untuk sistem saluran (sewerage), arah aliran air permukaan dan air tanah.
3) Pengidentifikasian Batas Wilayah
Skala inventarisasi berhubungan erat dengan batas wilayah inventarisasi. Cakupan batas wilayah inventarisasi ini akan sangat menentukan tingkat akurasi estimasi tingkat pencemar. Semakin kecil wilayah geografis (tingkat resolusi geografis yang tinggi) maka besar yang diperkirakan akan semakin akurat. Adapun batas wilayah geografis yang diidentifikasi dalam kegiatan inventarisasi ini adalah :
a) Wilayah ekologi (catchment area), meliputi batas daerah tangkapan air Tukad Badung, DTA Tukad Mati, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngenjung, DTA Serangan, DTA Tuban, DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu yang bermuara di Teluk Benoa.
b) Wilayah administrasi, meliputi batas administratif wilayah inventarisasi, yaitu batas wilayah kabupaten/kota, kecamatan dan desa-desa di lingkup wilayah ekologi.
4) Pengidentifikasian sumber pencemar.
Semua sumber pencemar yang berada dalam wilayah inventarisasi kemudian diidentifikasi berdasarkan jenis pencemar dan sumbernya. Jenis pencemar yang berasal dari limbah domestik akan berbeda dengan jenis pencemar dari limbah non domestik. Karakteristik limbah yang diidentifikasi ditentukan berdasarkan tingkat bahaya dan toksisitasnya, semakin tinggi tingkat bahaya dan toksisitasnya menjadi prioritas inventarisasi. Hal ini menjadi isu penting dalam identifikasi jenis pencemar mengingat adanya beberapa pencemar yang bersifat toksik/berbahaya walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Selain itu, karakteristik limbah juga diidentifikasi berdasarkan jenis pencemar spesifik untuk masing-masing kegiatan.
2-5 5) Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan pada tahapan ini merupakan jenis data yang digunakan untuk menentukan faktor emisi atau faktor emisi itu sendiri (perkiraan spesifik), yang relevan sesuai dengan masing-masing kegiatan khususnya untuk kategori sumber pencemar air tak tentu.
c. Verifikasi Lapangan
Kegiatan ini merupakan kegiatan lapangan guna memverifikasi jenis pencemar dan lokasi sumber pencemar. Kegiatan lapangan dalam inventarisasi bertujuan untuk:
Mengaktualkan konsep kerja yang dirancang pada tahap konseptualisasi kegiatan.
Memverifikasi semua data sekunder yang diperoleh dengan data aktual di lapangan.
d. Penentuan Beban Pencemar
Pada kajian ini penentuan beban pencemar dilakukan terhadap sumber pencemar tak tentu (non point sources). Besaran dari sumber pencemar tak tentu diperkirakan dengan terlebih dahulu menentukan faktor emisi yang bersifat spesifik untuk masing- masing kategori kegiatan, mengingat keterbatasan dalam pengukuran langsung untuk setiap sumber pencemar tak tentu dalam wilayah inventarisasi.
2.2 METODE
2.2.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data awal yang akan digunakan sebagai rujukan dasar dalam melakukan identifikasi sumber pencemar dan pemetaan (plotting) lokasi baik sumber pencemar ataupun daerah tangkapan air (water catchment area) diperoleh dari instansi terkait melalui survei instansional. Jenis data, sumber data, dan tujuan penggunaannya pada pengumpulan data awal dalam rangka persiapan kegiatan inventarisasi seperti disajikan pada Tabel 2.2.
2-6 Tabel 2.2
Jenis, Sumber Data dan Tujuan Penggunaannya dalam Persiapan Inventarisasi
No Jenis Data Sumber Data Tujuan
1 Peta Dasar (Peta Rupa Bumi Indonesia, Peta DAS)
Bakosurtanal Balai Wilayah Sungai Bali- Penida
Rujukan pemetaan lokasi sumber pencemar tak tentu.
2 Lokasi dan jenis kegiatan/industri (data industri/profil industri)
BLH Provinsi Bali/Kota Denpasar/Kab. Badung BPS Provinsi Bali/Kota Denpasar/Kab. Badung
Memetakan posisi dan distribusi kegiatan yang menghasilkan pencemar dari
sumbernya khususnya sumber non-domestik.
3 Demografi/kependudu kan serta distribusinya
BPS Provinsi Bali Kota Denpasar/Kab. Badung
Memetakan daerah pemukiman yang memberikan kontribusi besar pada
pencemaran perairan dari sumber domestik.
4 Topografi, hidrologi, klimatologi, existing sewerage system, batas perairan dan sub- DAS, informasi/peta pemanfaatan lahan (existing land-use)
BPS Provinsi Bali Kota Denpasar/Kab. Badung, BMG Wilayah III, Bappeda Provinsi Bali, BWS Bali-Penida
Memetakan lokasi tangkapan pencemar pada perairan penerima serta untuk menjajaki distribusi pencemar dalam suatu wilayah sub- DAS (Daerah Air Sungai), pemetaan luas tata guna lahan, mengetahui kondisi hidrologis wilayah inventarisasi.
5 Kuantitas dan kualitas sumber air
BLH Provinsi Bali, BWS Bali-Penida
Mengetahui parameter pencemar dominan yang memberikan kontribusi
pencemaran yang tinggi yang mempengaruhi kualitas wilayah perairan tertentu.
6 Data pertanian/
Peternakan (AgriculturalData)
BPS Provinsi Bali Memetakan daerah pertanian/ peternakan, kondisi dan jenis tanah, serta mengetahui ketersebaran penggunaan pupuk/ pestisida berdasarkan jenis tanaman
2.2.2 Metode Pengidentifikasian Batas Wilayah (DAS)
Penentuan batas wilayah kajian yaitu batas daerah tangkapan air Tukad Badung, DTA Tukad Mati, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngenjung, DTA Serangan, DTA Tuban, DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu yang bermuara di Teluk Benoa secara hidrologi dan administrasi kabupaten/kota, kecamatan dan batas desa dilakukan dengan metode overlay menggunakan Sistem Informasi Geografis.
2.2.3 Metode Penentuan Beban Pencemaran Air Tak Tentu
Besaran dari sumber pencemar air tak tentu diperkirakan dengan terlebih dahulu menentukan faktor emisi yang bersifat spesifik untuk masing-masing kategori kegiatan, mengingat keterbatasan dalam pengukuran langsung untuk setiap sumber pencemar air tak tentu dalam wilayah inventarisasi.
a. Sumber Pencemaran Air dari Kegiatan Domestik
Sumber-sumber yang berasal dari kegiatan domestik dan penggunaan barang konsumsi berikut ini dapat dibedakan menjadi:
Emisi polutan yang berasal dari proses sanitasi dan pencucian;
Emisi lainnya yang berkaitan dengan kepadatan penduduk, misalnya dari proses korosi, dan pemeliharaan hewan.
Emisi ke air dari proses sanitasi dan penggunaan produk permbersih, emisi-emisi dari sampah padat (termasuk lindi ) secara umum dapat menyebabkan masalah-masalah lingkungan lewat kontaminasi sumber air permukaan dan air tanah. Pencemar air yang
2-7 terlibat mungkin bervariasi dari limbah organik sampai organik sintetis dan logam berat, bergantung pada proses pencucian dan sifat-sifat dari lindi sampah padat.
Perhitungan Potensi Beban Pencemaran (PBP) Domestik:
PBP = Jumlah Penduduk x Faktor emisi x Rasio ekuivalen wilayah x .
adalah river reaching coefficient dimana nilainya berdasarkan pola sanitasi yaitu 1 untuk pembuangan langsung ke sungai, 0,5 untuk saluran terbuka dan 0,25 untuk septic tank. Faktor emisi limbah domestik menurut parameter sebagai berikut (Tabel 2.3):
Tabel 2.3
Faktor Emisi Limbah Domestik
No Parameter Satuan Faktor Emisi
1 TSS Gram/hari 38
2 BOD Gram/hari 40
3 COD Gram/hari 55
4 Minyak & lemak Gram/hari 1,22
5 Detergen Gram/hari 0,189
6 NH4-N Gram/hari 1,8
7 NO2-N Gram/hari 0,002
8 NO3-N Gram/hari 0,01
9 Total-N Gram/hari 1,95
10 PO4-P Gram/hari 0,17
11 Total-P Gram/hari 0,21
12 Koli Tinja Jml/hari 3E+14
Sumber: Permen LH No. 1 Tahun 2010
Nilai rasio ekuivalen wilayah sebagai berikut (Tabel 2.4):
Tabel 2.4
Rasio Ekuivalen Wilayah dalam Penghitungan Beban Pencemar Limbah Domestik
No Wilayah Rasio Ekuivalen
1 Urban/kota 1
2 Semi urban 0,8125
3 Rural/pedesaan 0,6250
b. Sumber Pencemaran Kegiatan Pertanian
Sumber utama pencemar air yang berkaitan dengan kegiatan pertanian adalah :
Penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida.
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
Kandungan nutrien dalam pupuk menyebabkan proses eutrofikasi pada air permukaan, akumulasi nitrat dalam air tanah, pengasaman tanah, dan N2O (gas yang juga menyebabkan efek rumah kaca). Air lindi yang mengandung nitrat yang mencemari air tanah dan air permukaan juga mengancam ketersediaan sumber air minum. Nitrogen dan Fosfat yang terbawa menuju air permukaan menyebabkan eutrofikasi pada danau, sungai, dan perairan dangkal. Penggunaan limbah organik sebagai pupuk, seperti rabuk (pupuk kandang) dan lumpur pembuangan (sewage sludge), juga menyebabkan akumulasi logam berat dalam tanah.
Perhitungan Potensi Beban Pencemaran Kegiatan Pertanian :
PBP = Luas lahan jenis pertanian x Faktor emisi. Faktor emisi limbah kegiatan pertanian menurut jenis pertanian dan parameter sebagai berikut (Tabel 2.5):
2-8 Tabel 2.5
Faktor Emisi Limbah Pertanian
No Jenis Pertanian
Faktor Emisi menurut Parameter
BOD N P TSS Pestisida
(kg/ha luas tanam/tahun) (L/ha luas tanam/tahun) 1 Sawah (Jerami padi yang
membusuk)
225 20 10 0,04 0,16
2 Palawija (Humus yang terkikis) 125 10 5 2,4 0,08
3 Perkebunan lain (Humus yang terkikis)
32,5 3 1,5 1,6 0,024
c. Sumber Pencemaran Kegiatan Peternakan
Produksi rabuk (pupuk kandang) dari kegiatan peternakan prinsipnya merupakan sebuah komponen dari siklus nutrien keseluruhan dan keseimbangan dalam sistem pertanian. Akan tetapi, apabila kegiatan peternakan terdapat pada skala industri, pencemar amonia, nitrogen, dan fosfor ke air dan tanah dari limbah peternakan dapat menyebabkan masalah lingkungan. Pencemar amonia, khususnya terkonversi menjadi asam nitrat setelah terjadi deposisi atmosferik dan konversi mikroorganisme dalam tanah di daerahdaerah yang mengintensifkan kegiatan pertanian.
Perhitungan Potensi Beban Pencemaran Kegiatan Peternakan :
PBP = Jumlah populasi ternak x Faktor emisi. Faktor emisi limbah ternak menurut jenis ternak dan parameter sebagai berikut (Tabel 2.6):
Tabel 2.6
Faktor Emisi Limbah Ternak
No Jenis Ternak
Koli Total BOD COD NO2 NO3 NH4 N-Total P-Total
(jml/ekor/hr) (gr/ekor/hari)
1 Sapi 3,70E+06 292 716 0 0,18333 0,6067 0,933 0,153
2 Kerbau 9,20E+06 206,71 529,19 0,01637 0,17417 2,2046 2,599 0,39
3 Kuda 5,00E+05 226 558,1 0 0,08958 37,6792 38,083 0,306
4 Kambing 2,E+06 34,1 92,91 0,00272 0,075 1,46830 1,624 0,116
5 Domba 2,10E+05 55,68 136,23 0 0,03333 0,2175 0,278 0,115
6 Ayam 4,30E+04 2,36 5,59 0 0,00110 0,0006 0,002 0,003
7 Bebek 1,00E+05 0,88 2,22 0 0,00050 0,0003 0,001 0,005
8 Babi 3,70E+06 292 716 0 0,18333 0,6067 0,933 0,153
d. Sumber Pencemaran Kegiatan Pariwisata (Hotel)
Perhitungan Potensi Beban Pencemaran Kegiatan Pariwisata (Hotel) : PBP = Jumlah kamar hotel x Faktor emisi. Faktor emisi limbah hotel menurut parameter sebagai berikut (Tabel 2.7):
2-9 Tabel 2.7
Faktor Emisi Limbah Pariwisata (Hotel)
No Parameter Satuan Faktor Emisi
1 TSS Gr/kamar/hr 38
2 BOD Gr/kamar/hr 40
3 COD Gr/kamar/hr 55
4 Minyak & lemak Gr/kamar/hr 1,22
5 Detergen Gr/kamar/hr 0,189
6 NH4-N Gr/kamar/hr 1,8
7 NO2-N Gr/kamar/hr 0,017
8 NO3-N Gr/kamar/hr 0,002
9 Total-N Gr/kamar/hr 1,95
10 PO4-P Gr/kamar/hr 0,01
11 Total-P Gr/kamar/hr 0,21
12 Koli Tinja Jml/kamar/hr 3E+14
3-1
BAB III
KONDISI DAERAH TANGKAPAN AIR KAWASAN TELUK BENOA
3.1 WILAYAH EKOLOGI DAN ADMINISTRASI DAERAH TANGKAPAN AIR 3.1.1 Wilayah Administrasi Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa
Kawasan Teluk Benoa terletak di “kaki” Pulau Bali yang menghubungkan daratan utama (mainland) Pulau Bali dengan daerah perbukitan Nusa Dua. Berdasarkan peta daerah aliran sungai (BP DAS Unda-Anyar), secara ekologi daerah tangkapan air yang bermuara ke kawasan Teluk Benoa terdiri atas 8 daerah tangkapan air (DTA) yaitu DTA Tukad Badung, DTA Tukad Mati, DTA Tukad Buaji, DTA Tukad Ngenjung, DTA Serangan, DTA Tuban, DTA Tukad Sama dan DTA Tukad Bualu.
Secara adminsitrasi, daerah tangkapan air tersebut termasuk wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, meliputi empat kecamatan dan 35 desa/kelurahan di Kota Denpasar dan lima kecamatan dan 19 desa/kelurahan di Kabupaten Badung. Luas wilayah secara keseluruhan daerah tangkapan air kawasan Teluk Benoa yaitu 15.911 ha, terdiri atas 9.475 ha Kota Denpasar dan 6.436 ha Kabupaten Badung. Wilayah administrasi daerah tangkapan air Kawasan Teluk Benoa secara rinci disajikan pada Gambar 3.1 dan Tabel 3.1.
3-2 Gambar 3.1 Peta Daerah Tangkapan Air dan Administrasi Kawasan Teluk Benoa
3-3 Tabel 3.1
Wilayah Administrasi Daerah Tangkapan Air Kawasan Teluk Benoa
No Kecamatan Desa/Kelurahan
Luas Daerah Tangkapan Air (Ha)
Badung Buaji Ngenjung Serangan Mati Tuban Sama Bualu
I KOTA DENPASAR 4610 2471 289 481 1623 0 0 0
A DENPASAR SELATAN 1257 1871 251 481 0 0 0 0
1 Pemogan 843 128
2 Pedungan 413 336
3 Sesetan 739
4 Sidakarya 223 138
5 Renon 86 113
6 Panjer 359
7 Serangan 481
B DENPASAR BARAT 755 280 0 0 1357 0 0 0
8 Pemecutan Kelod 314 136
9 Dauh Puri Kauh 136 54
10 Tegal Harum 39 11
11 Tegalkerta 20 15
12 Pemecutan 166
13 Dauh Puri Kangin 59
14 Dauh Puri 22 38
15 Padangsambian Kelod 412
16 Padangsambian 374
17 Padangsambian Kaja 409
18 Dauh Puri Kelod 188
C DENPASAR UTARA 2291 0 0 0 266 0 0 0
19 Dangin Puri Kauh 64
20 Pemecutan Kaja 347
21 Ubung 61 42
22 Dauh Puri Kaja 109
23 Dangin Puri Kangin 75
24 Dangin Puri Kaja 142
25 Tonja 181
26 Peguyangan 644
27 Ubung Kaja 214 186
28 Peguyangan Kaja 454 38
D DENPASAR TIMUR 307 320 38 0 0 0 0 0
29 Sumerta Kauh 72 17
30 Sumerta Kaja 73
31 Sumerta Kelod 10 151 38
32 Sumerta 38 10
33 Kesiman 49
34 Dangin Puri Kelod 142
35 Dangin Puri 65
II KABUPATEN BADUNG 1069 0 0 0 1668 362 2128 1209
A ABIANSEMAL 433 0 0 0 0 0 0 0
1 Darmasaba 433
B MENGWI 636 0 0 0 147 0 0 0
2 Sempidi 99 147
3 Sading 284
4 Lukluk 149
5 Penarungan 104
C KUTA UTARA 0 0 0 0 659 0 0 0
3-4
No Kecamatan Desa/Kelurahan
Luas Daerah Tangkapan Air (Ha)
Badung Buaji Ngenjung Serangan Mati Tuban Sama Bualu
6 Kerobokan Kelod 244
7 Kerobokan 161
8 Kerobokan Kaja 177
9 Dalung 78
D KUTA 0 0 0 0 862 362 79 0
10 Tuban 58 147
11 Kuta 373 145
12 Legian 305
13 Seminyak 127
14 Kedonganan 70 79
E KUTA SELATAN 0 0 0 0 0 0 2049 1209
15 Jimbaran 1169
16 Benoa 551 970
17 Kutuh 106
18 Ungasan 222
19 Tanjung Benoa 239
Jumlah 5679 2471 289 481 3292 362 2128 1209
Secara geografis, daerah tangkapan air kawasan Teluk Benoa secara garis besarnya terdiri atas dua karakter yaitu daerah tangkapan air dari arah utara teluk dan dari arah selatan teluk. Daerah tangkapan air dari arah utara meliputi wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung merupakan aliran sungai-sungai parennial yang melewati wilayah dataran rendah sedangkan DTA dari arah selatan meliputi wilayah Kabupaten Badung merupakan wilayah perbukitan dengan aliran sungai intermitten.
Terdapat delapan DTA bermuara di Teluk Benoa dengan cakupan wilayah sebagai berikut:
1. DTA Tukad Badung
Luas DTA Tukad Badung adalah 5.679 ha, merupakan DTA terluas yang bermuara di Teluk Benoa yaitu mencakup area 35,70% dari keseluruhan luas DTA Teluk Benoa. DTA ini mencakup wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Di wilayah Kota Denpasar meliputi 4 kecamatan dan 25 desa/kelurahan. Di wilayah Kabupaten Badung meliputi 2 kecamatan dan 5 desa/kelurahan.
2. DA Tukad Buaji
DTA Tukad Buaji luasnya 2.471 ha atau 15,23% luas DTA kawasan Teluk Benoa.
Secara administratif, DTA ini hanya mencakup wilayah Kota Denpasar, meliputi 3 kecamatan dan 13 desa/kelurahan.
3. DTA Tukad Ngenjung
Gambar 3.2 Persentase Luas DTA yang Bermuara di Kawasan Teluk Benoa
Badung 35.70%
Buaji 15.53%
Ngenjung 1.82%
Serangan 3.02%
Mati 20.69%
Tuban 2.27%
Sama 13.37%
Bualu 7.60%
Daerah Tangkapan Air