• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kaitan Hukum antara Prinsip Good Governa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kaitan Hukum antara Prinsip Good Governa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kaitan Hukum antara Prinsip Good Governance dengan Penataan Ruang yang Termuat Dalam UU No 26 Tahun 2007

1. Partisipasi Masyarakat Pasal Pendukung:

Pasal 2 Butir F UU No 26 Tahun 2007 Pasal 65 UU No 26 Tahun 2007

Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa: “Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain, melakukan kegiatan, dan

memelihara kelangsungan hidupnya”.

Pada kebanyakan perencanaan tata ruang, masyarakat acapkali dilihat sekedar sebagai konsumen yang pasif. Memang mereka diberi tempat untuk aktivitas kehidupan, kerja, rekreasi, belanja dan bermukim, akan tetapi kurang diberi peluang untuk ikut dalam proses penentuan kebijakan dan

perencanaannya. Padahal, sebagai mahkluk yang berakal dan berbudaya, manusia membutuhkan rasa penguasaan dan pengawasan (a sense of mastery and control) terhadap habitat atau lingkungannya. Rasa tersebut merupakan faktor mendasar dalam menumbuhkan rasa memiliki untuk kemudian mempertahankan atau melestarikan.

Bila masayarakat tidak dilibatkan dalam proses perencanaan dan pembangunan lingkungannya, tidak diberi kesempatan untuk bertindak secara aktif memberikan “cap” pribadi atau kelompok pada lingkungannya, tidak memperoleh peluang untuk membantu, menambah, merubah,

menyempurnakan lingkungannya, akan kita dapatkan masyarakat yang apatis, acuh tak acuh, dan mungkin agresif.

(2)

pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan penataan ruang yang transparan, efektif dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan”. Sehingga dapat dipahami bahwa masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan serta masyarakat berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan berkewajiban menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, produk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan merupakan hasil kesepakatan seluruh pelaku

pembangunan (stakeholders), termasuk masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang juga disebutkan secara tegas tentang peran masyarakat, dalam Pasal 65, bahwa “Pemerintah melakukan penyelenggaraan penataan ruang dengan melibatkan peran masyarakat” Penataan Peran masyarakat tersebut, dilakukan antara lain melalui:

1. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang 2. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang, dan

3. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang

Bahwa dalam penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan asas-asas yang antara lain meliputi: keterpaduan, keserasian, keselarasan,

keseimbangan, keberlanjutan, keterbukaan, akuntabilitas, dan terhadap peran serta masyarakat dalam pengaturan penataan ruang digunakan pendekatan yang demokratis, kesetaraan gender, dan keterbukaan. Pendekatan ini merupakan dasar bagi pendekatan “community driven planning” yang menjadikan masyarakat sebagai penentu dan pemerintah sebagai

fasilitatornya. Sejalan dengan proses penataan ruang yang interaktif, maka keterlibatan masyarakat ada pada setiap proses tersebut dan selalu tanggap dan mengikuti setiap dinamika dan perkembangan di dalam masyarakat. Dengan demikian kita sadari bersama bahwa tujuan utama dalam

penyelenggaraan penataan ruang berkelanjutan adalah demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sehingga dalam pelaksanaan pembanggunan berkelanjutan (sustainable development), penyaluran aspirasi masyarakat dengan segenap stakeholder harus jelas bagaimana bentuk serta mekanisme nya, karena semakin tinggi partisipasi masyarakat maka akan

semakin meningkatkan kinerja penataan ruang.

(3)

ruang berupa manfaat ekonomi, sosial, lingkungan sesuai tataruang, serta demi tercapainya tujuan penataan ruang yaitu mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

Peran serta masyarakat di bidang tata ruang termuat dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 yang menggantikan Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 yang disebut masyarakat adalah: “orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan

nonpemerintah lain dalam penataan ruang” sedangkan untuk peran masyarakat dalam PP tersebut juga disebutkan bahwa “Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang”.

Dengan demikian dapat disebutkan bahwa penataan ruang diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintah dengan melibatkan masyarakat seperti telah disebutkan dan atau pemangku kepentingan non pemerintah dalam penataan ruang, yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koordinasi, baik ditingkat administrasi pemerintahan maupun antar

pemerintah dan masyarakat sehingga terhindar dari kesenjangan penanganan ataupun penanganan yang tumpang tindih dalam upaya mewujudkan tujuan penataan ruang.

Peran serta masyarakat dalam penataan ruang dapat diwujudkan dalam bentuk pengajuan usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah. Dalam mengajukan usul, memberikan saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam rangka penataan ruang bagian Kawasan Perkotaan dapat dilakukan melalui pembentukan forum kota, asosiasi profesi, media massa, LSM, lembaga formal kemasyarakatan (sampai tingkat lembaga perwakilan rakyat).

(4)

terjadi proses pembelajaran bersama dan pemahaman bersama (mutual understanding) berbagai pihak tentang penataan ruang.

2. Tegaknya Supremasi Hukum

Pasal Pendukung:

Pasal 55-64 UU No 26 Tahun 2007 Tentang Pengawasan Penataan Ruang dan Pengenaan Sanksi bagi yang melanggar Rencana Tata Ruang.

Untuk menegakan suatu hukum yang berlaku disuatu negara maka ditandai dengan pengenaan sanksi bagi yang melanggar hukum tersebut. Hal ini juga merupakan arti dari kata hukum yang berarti mengikat dan memaksa dan adanya sanksi bagi yang melanggar. Dalam kaitannya antara prinsip Good Governance dengan Penataan Ruang dari aspek Hukum, maka pada prinsip Good Governance “ Tegaknya Supremasi Hukum” bila dikaitkan dengan UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang terdapat pada Pasal 55-64 yang mengatur tentang pengenaan sanksi bagi pihak yang melanggar rencana tata ruang tersebut. Dengan demikian maka Prinsip kedua dalam Good

Governance juga terdapat pada UU Penataan ruang. Maka diharapkan dengan adanya kebijakan penataan ruang dapat menciptakan dan mencerminkan Pemerintahan yang Baik.

3. Transparansi

Pasal Pendukung:

Pasal 60 UU No 26 Tahun 2007 tentang Hak, Kewajiban dan Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang

Transparansi merupakan suatu ciri pemerintahan yang baik. Dalam kaitannya dengan penataan ruang yang diatur dalam UU No 26 Tahun 2007, Prinsip transparansi terlihat padapasal 60 mengenai hak, Kewajiban serta peranan Masyarakat. Pada pasal ini dijelaskan bahwa masyarakat Berhak untuk

mengetahui Rencana Tata Ruang yang telah dibuat dan merupakan Kewajiban Pemerintah untuk mensosialisasikan Rencana yang tela dibuat kepada

(5)

masyarakat ini maka fungsi prinsip transparansi Good Governance dalam penataan ruang dapat tercapai.

4. Peduli pada Stakeholder

Pasal Pendukung:

Pasal 7-11 mengenai pembagian Tugas dan Wewenang Pasal 35-54 Mengenai Pengendalian Tata Ruang

Inti dari prinsip Good Governance “Peduli Pada Stakeholder” adalah bahwa Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan. Didalam UU Penataan Ruang ini hal ini telah tampak dan diatur dengan adanya pembagian Tugas dan Wewenang serta mengenai Pengendalian Tata Ruang karena pada bagian tersebut, diatur

mengenai Tugas Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten Kota serta Pemerintah desa dalam mengatur dan menjalankan penataan ruang diwilayahnya masing-masing serta juga melayani masyarakat diwilayahnya dalam hal sosialisasi rencana tata ruang, pemberdayaan masyarakat dan

lainnya. Dengan adanya prinsip peduli pada stekholder ini dan juga tersirat dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maka diharapkan UU Penataan Ruang ini dapat menciptakan Pemerintahan yang baik didaerah maupun

nasional.

5. Berorientasi pada Konsensus

Pasal Pendukung:

Pasal 7-11 mengenai pembagian Tugas dan Wewenang Pasal 35-54 Mengenai Pengendalian Tata Ruang

(6)

dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur. Dalam UU Penataan Ruang ini terdapat 3 pihak yang berperan dan diatur yakni Pemerintah

sebagai Regulator, Swasta sebagai Developer dan Masyarakat Sebagai Subjek maupun Objek dalam pembangunan serta penikmat hasil pembangunan. UU ini juga telah menjembatani dan menjadi pegangan dalam membuat suatu keputusan. Contohnya jika ada pihak swasta atau developer yang ingin mengembangkan suatu kawasan maka pemerintah akan berperan sebagai regulator dan hasil pengembangan itu harus dapat dirasakan oleh

masyarakat. Degan begitu maka prinsip ini sesuai dan telah termuat dalam UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

6. Kesetaraan

Pasal Pendukung:

Pasal 2 mengenai asas dan tujuan poin b

Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau

mempertahankan kesejahteraan mereka. Tujuan dari penataan ruang dalam UU No 26 Tahun 2007 sendiri mengatakan tentang keadilan dan kesetaraan dalam arti bahwa semua masyarakat berhak untuk Memperoleh haknya seperti yang tercantum dalam UU No 26 Tahun 2007 tanpa membedakan RAS dan Golongan. Namun sejatinya bahwa haknya itu terpenuhi apabila kewajibannya dijalankan. Maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kesetaraan Untuk menjamin Good Governance atau pemerintahan yang baik juga terdapat dan diatur dalam UU Penataan Ruang sehingga dalam pelaksanaannya setiap masyarakat mendapat perlakuan yang sama.

7. Efektifitas dan Efisiensi

Pasal Pendukung:

Pasal 2 poin a,c,d mengenai asas dan tujuan penataan ruang

(7)

termuat dalam UU No 26 Tahun 2007 juga Efektivitas dan efisiensi menjadi penekenan yang serius. Hal ini terlihat dalam penggunaan Sumber Daya harus Seefisien mungkin dan mendatangkan manfaat sebesar mungkin. Prinsip efektif dan efisien ini mencerminkan bahwa penataan ruang harus brkelanjutan dan mengorganisasi semua aspek kehidupan.

8. Akuntabilitas

Pasal Pendukung:

Pasal 2 Poin i Mengenai Asas dan Tujuan

Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. Didalam Penataan ruang, prinsip akuntabilitas ini menyangkut pertanggungjawaban atas pelaksanaan penataan ruang. Hal ini bahwa

masyarakat sendiri berperan sebagai pengawas dari penataan ruang sehingga pertanggungjawabannya dapat dengan mudah diketahui dan adanya tindak pelanggaran juga dapat diketahui oleh masyarakat.

9. Visi Strategis

Pasal Pendukung:

Tersirat dalam seluruh isi UU

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun ada kecenderungan respon glikemik yang rendah pada pemberian puding rumpu laut Eucheuma cottonii sebanyak 100 gram, namun tidak terdapat perbedaan

Pada analisa ini dicari hubungan antara log dengan data seismik pada lokasi sumur dan menggunakan hubungan tersebut untuk memprediksi atau mengestimasi volum dari properti log pada

Berdasarkan identifikasi dan hasil analisis korelasi peubah-peubah lingkungan yang berpengaruh terhadap kelimpahan Collembola tanah ditentukan 5 indikator, diantaranya

(d) Kewajiban menunjukkan kartu atau sertifikat vaksinasi COVID-19 (fisik maupun digital) dikecualikan kepada WNA pemegang visa diplomatik dan visa dinas yang terkait

a) Model terbaik yang dapat digunakan dalam peramalan penjualan produk- produk nota di CV. Gemilang Indonesia adalah dengan variabel input sebanyak 5 node, variabel hidden

Peraturan Walikota Samarinda Nomor 24 Tahun 2008 tentang Penjabaran Fungsi dan Tata Kerja Struktur Organisasi Inspektorat, Badan Perencanaan Daerah dan Lembaga

Adapun yang ingin digambarkan dalam penelitian ini adalah Penerapan atraumatik care , Stres hospitalisasi pada anak serta mengetahui Hubungan Penerapan atraumatik

,QL VHPDNLQ PHPSHUFHSDW SURVHV NDSLWDOLVPH SHUL XUEDQ 'HQJDQ GDWDQJQ\D SHNHUMD GDUL OXDU NRWD GDQ OXDU SXODX PDND SHUWXPEXKDQ NDSLWDOLVPH VHPDNLQ SHVDW %DQ\DN LQYHVWRU EHUPXQFXODQ