• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kelimpahan Collembola Tanah

Total jumlah individu Collembola tanah yang digunakan dalam model adalah 816 individu (Tabel 2). Pada penelitian ini, hutan alam memiliki kelimpahan Collembola tanah tertinggi yaitu 137 Rindividu. Tingginya kelimpahan Collembola tanah di hutan alam sangat erat hubungannya dengan ketersediaan bahan organik dan keanekaragam jenis vegetasi. Vegetasi merupakan penyumbang serasah yang merupakan sumber pakan dan tempat berlindung bagi Collembola tanah. Hutan alam juga menyediakan mikrohabitat yang sesuai bagi Collembola tanah.

Di areal revegetasi, kelimpahan Collembola tanah tertinggi dijumpai pada revegetasi berumur 8 tahun, yaitu sebesar 82 individu, sedangkan kelimpahan yang terrendah dijumpai pada umur revegetasi termuda yaitu mulai dari umur revegetasi 1 sampai dengan umur revegetasi 3 tahun. Adanya individu Collembola di awal tahun penanaman diduga berasal dari top soil yang diberikan pada tahap awal revegetasi. Pengelolaan top soil yang benar sangat berguna bagi fauna tanah, siklus hara dan perkembangan biodiversitas (Parrotta & Knowles 2001). Secara keseluruhan, terlihat bahwa semakin bertambah usia revegetasi, kelimpahan Collembola tanah semakin meningkat. Hal ini diduga terkait dengan berlangsungnya proses dekomposisi yang berjalan dengan baik, peningkatan kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman, sehingga kondisi mikrohabitat yang terbentuk semakin mendekati kondisi hutan alam. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan apa yang dilakukan Nurtjahya et al. (2008), dimana densitas populasi Collembola di tambang timah meningkat seiring dengan bertambahnnya umur revegetasi.

Jumlah famili Collembola tanah yang berhasil dikumpulkan di hutan alam dan area revegetasi adalah 8 famili yaitu Entomobryidae, Isotomidae, Paronellidae, Dicyrtomidae, Sminthuridae, Arrhopalitidae, Neanuridae dan Hypogastruridae. Jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan perolehan famili Collembola tanah di tambang timah yaitu sebanyak 4 famili yang terdiri dari Entomobryidae, Isotomidae, Paronellidae dan Sminthuridae

(2)

(Nurtjahya et al. 2008). Famili Collembola yang terkumpul merupakan kelompok kosmopolitan yang dapat beradaptasi pada berbagai habitat.

Famili Arrhopalitidae berpotensi sebagai spesies indikator diantara 8 famili yang dikumpulkan karena famili ini memiliki kelimpahan yang tinggi hanya pada area revegetasi umur 6 tahun atau tahun tanam 2003. Famili Arrhopalitidae tergolong sebagai indikator positif karena famili ini secara alami berada dalam lingkungan yang terganggu dalam jumlah yang banyak. Pada umur revegetasi 6 tahun rata-rata kondisi lingkungan abiotik dan biotik (Tabel 5) lebih baik dibanding dengan area revegetasi yang lain. Persentase pasir, ketebalan serasah dan jumlah individu Acarina pada umur 6 tahun paling tinggi namun memiliki nilai pH tanah yang paling rendah (masam) dibanding dengan lokasi penelitian lainnnya. Famili Arrhopalitidae diduga sebagai spesies indikator untuk tanah masam. Collembola berpotensi sebagai bioindikator tanah masam karena saluran pencernaan Collembola (2/3 bagian depan ususnya) mempunyai pH 5.4 -6.9 yang memungkinkan Collembola mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya (Suhardjono 2000).

Di hutan alam famili Collembola tanah yang ditemukan ada sebanyak 3 famili. Jumlah tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan area revegetasi. Di area revegetasi jumlah famili tertinggi yang dikumpulkan sebanyak 5 famili, mulai dari umur revegetasi 5 tahun sampai 7 tahun. Namun besarnya jumlah famili yang terkumpul tidak diimbangi dengan perolehan jumlah individu. Hal ini tidak sejalan dengan yang diperoleh Agus (2007), dimana keragaman jenis dan famili Collembola di hutan lebih tinggi dibandingkan dengan keragaman di lahan yang dibudidaya. Menurut penelitian Rahmadi et al. (2004) semakin rendah keragaman famili maka jumlah individu akan semakin tinggi dan tingginya dominansi salah satu famili menyebabkan famili lainnya menjadi rendah karena terjadinya kompetisi yang tinggi.

(3)

Tabel 2 Kelimpahan famili Collembola tanah pada area revegetasi PT NNT

Area revegetasi Tahun tanam Umur (tahun) Famili Jumlah Jenis Total (individu) Entomobryidae Isotomidae Paronellidae Dicyrtomidae Sminthuridae Arrhopalitidae Neanuridae Hypogastruridae

East Dump 2008 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 2 Tonggoloka Dump 2007 2 2 0 0 0 0 0 0 0 1 2 Tonggoloka Dump 2007 2 3 0 0 0 0 0 0 0 1 3 Tonggoloka Dump 2007 2 2 1 0 0 0 0 0 0 2 3 Tonggoloka Dump 2007 2 4 0 0 0 0 0 0 0 1 4 Tonggoloka Dump 2007 2 13 0 0 0 0 0 0 0 1 13 Tonggoloka Dump 2006 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tonggoloka Dump 2006 3 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 Tonggoloka Dump 2006 3 1 0 0 1 1 0 0 1 4 4 Tonggoloka Dump 2006 3 4 0 0 0 1 0 0 1 3 6 Tonggoloka Dump 2005 4 9 0 0 1 0 0 0 0 2 10 Tonggoloka Dump 2005 4 5 0 10 0 0 0 0 0 2 15 Tonggoloka Dump 2005 4 22 0 0 0 0 0 0 0 1 22 Tonggoloka Dump 2005 4 27 0 0 2 0 0 0 3 3 32 East Dump 2004 5 2 1 1 4 0 0 0 0 4 8 East Dump 2004 5 5 3 0 3 0 0 0 4 4 15 East Dump 2004 5 10 6 2 3 1 0 0 0 5 22 East Dump 2004 5 13 8 0 22 3 0 0 1 5 47 East Dump 2003 6 3 0 0 4 1 31 0 1 5 40 East Dump 2002 7 12 22 0 4 1 0 0 2 5 41 East Dump 2002 7 21 21 0 3 0 0 0 0 3 45 East Dump 2002 7 5 10 0 6 0 3 0 25 5 49 East Dump 2002 7 11 40 0 19 2 0 0 0 4 72 East Dump 2002 7 15 54 0 6 1 0 0 3 5 79 East Dump 2001 8 49 9 0 3 0 0 1 0 4 62 East Dump 2001 8 31 45 0 3 0 0 3 0 4 82 Hutan Alam 50 86 0 1 0 0 0 0 3 137 TOTAL 321 306 13 85 11 34 4 42 79 816 41

(4)

Famili yang jumlah individunya paling banyak dikumpulkan berturut-turut adalah Entomobryidae, Isotomidae dan Dicyrtomidae. Ketiga famili tersebut ditemukan di hutan alam. Entomobryidae merupakan famili yang individunya ditemukan diseluruh area revegetasi dan hutan alam. Menurut Greenslade (1991) Entomobryidae merupakan salah satu famili yang mampu beradaptasi pada berbagai habitat dan dapat ditemukan baik di lahan hutan maupun lahan budidaya tanaman. Entomobryidae dan Dicyrtomidae merupakan Collembola yang aktif di permukaan dengan morfologi yang khas yaitu tubuh berukuran besar, berpigmen, antenna dan furka berkembang baik (panjang). Sedangkan Isotomidae termasuk kelompok Collembola yang hidup di dalam tanah dan serasah (Greenslade et al. 2000; Rahmadi et al. 2004; Widyawati 2008). Isotomidae mempunyai genus yang banyak dan sebaran yang luas (kosmopolitan) (Greenslade 1996). Gambaran famili Collembola yang terkumpul secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Famili Collembola tanah yang terkumpul di area revegetasi tambang PT NNT

Famili Collembola Yang Terkumpul

Entomobrydae Isotomidae

Dicyrtomidae

Sminthuridae

Paronellidae

(5)

4.2. Hubungan antara Umur Revegetasi dengan Kelimpahan Collembola Tanah dan Nilai C-Organik

Gambar 10 Hubungan antara umur revegetasi dengan kelimpahan Collembola tanah dan C-organik

Sebagaimana ditunjukan pada Gambar 10. (Tabel data dapat dilihat pada Lampiran 1) kelimpahan Collembola tanah akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur vegetasi. Jumlah individu Collembola akan terus bertambah sampai terjadi proses huminifikasi yaitu proses akhir dekomposisi bahan organik. Pada awal tahun penanaman yaitu umur 1 sampai dengan umur 3 tahun, terjadi fase lambat bagi pertambahan jumlah individu Collembola tanah, terlihat bahwa kelimpahan Collembola tidak segera bertambah jumlahnya. Hal ini diduga berhubungan dengan kandungan nilai C-organik yang juga masih rendah pada awal tahun penanaman. C-organik adalah dasar untuk mengetahui kandungan bahan organik tanah yang merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci dinamika kesuburan tanah. Bahan organik menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme tanah, menyediakan energi untuk

0.730 0.780 0.830 0.880 0.930 0.980 1.030 1.080 1.130 1.180 1.80 11.80 21.80 31.80 41.80 51.80 61.80 71.80 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Esimasi Collembola Estimasi C-organik

Umur tanaman (tahun)

(6)

proses-proses biologi tanah dan memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tanah.

Umur revegetasi 4 tahun sampai dengan 8 tahun merupakan fase pertumbuhan terpacu bagi Collembola tanah diduga proses dekomposisi sedang berlangsung pada fase ini. Kondisi ini dapat dilihat dari laju pertambahan nilai C-organik yang tinggi pada umur revegetasi 4 sampai 7 tahun. Memasuki umur revegetasi 8 tahun nilai C-organik cenderung konstant diduga pada umur tersebut proses huminifikasi mulai berlangsung.

4.3. Pendugaan Waktu Pencapaian Keberhasilan Revegetasi

Pada penelitian ini, hutan alam yang sifatnya sudah dianggap stabil, dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penilaian terhadap keberhasilan revegetasi. Hutan alam mempunyai karakteristik atau struktur tegakan yang sudah relatif stabil. Hutan alam dianggap dapat menjalankan fungsinya (produksi, proteksi dan konservasi). Karakteristik hutan alam adalah memiliki keanekaragaman yang tinggi, memiliki stratifikasi tajuk, selalu hijau, adanya proses suksesi yang dapat dilihat dari adanya mekanisme yang berjalan, adanya regenerasi, adanya penambahan jenis dan terpenting adanya siklus hara tertutup yang merupakan pabrik kehidupan di dalam hutan. Siklus hara tertutup berhubungan dengan kesuburan tanah menyebabkan campur tangan manusia tidak diperlukan lagi di dalam hutan alam.Terjadinya siklus hara tertutup pada tanah hutan inilah yang menyebabkan tanaman hutan dapat tumbuh lebat, daun, ranting dan tanaman hutan bila mati akan gugur ke bumi. Daun tanaman dan organ akan dimakan oleh hewan tingkat tinggi ataupun hewan tingkat rendah termasuk fungi dan bakteri. Proses pemakanan jaringan tanaman oleh mahluk hidup tingkat tinggi dan rendah ini disebut dekomposisi. Tingkat akhir dari dekomposisi disebut mineralisasi (Rosmarkam & Yuwono, 2002).

Pendugaan waktu pencapaian keberhasilan revegetasi berdasarkan kelimpahan Collembola tanah dapat diduga dari model hubungan antara kelimpahan Collembola tanah dengan umur revegetasi (Gambar 11). Berdasarkan model tersebut diperoleh 3 bentuk persamaan regresi yaitu bentuk linear, logaritmik dan polinomial dengan koefisien determinasi di atas 50%. Hasil

(7)

verifikasi disajikan pada Tabel 3. Model terbaik dipilih berdasarkan hasil rangking tertinggi sebagaimana dirangkum pada Tabel 4.

Gambar 11 Analisis regresi hubungan antara kelimpahan Collembola (individu) dengan umur revegetasi (tahun)

Tabel 3 Hasil verifikasi model dugaan umur pencapaian keberhasilan revegetasi di area revegetasi tambang PT NNT

Model R2* SA* SR* RMSE* e* χ² hitung*

Linear 0.86 -0.444 -4.401 4.415 1.988 4572.05 Logaritmik 0.661 -2.275 -2.275 9.666 3.422 2951.979 Polinomial 0.934 -0.409 -9.341 4.722 2.146 4578.503

Keterangan :*) R2 : Koefisien determinasi, SA : Simpangan Agregat, SR : Simpangan Rata-rata, RMSE : Root Mean Square Error, e : bias, X2 hitung : uji beda nyata (Khi Kuadrat)

Tabel 4 Hasil peringkat dari verifikasi model dugaan umur pencapaian keberhasilan revegetasi di area revegetasi tambang PT NNT

Model R2 SA SR RMSE e Jumlah

Linear 2 2 2 3 3 12

Logaritmik 1 1 1 1 1 5

Polinomial 3 3 3 2 2 13

Keterangan :*) R2 : Koefisien determinasi, SA : Simpangan Agregat, SR : Simpangan Rata-rata, RMSE : Root Mean Square Error, e : bias

Model regresi yang memberikan hasil verifikasi terbaik (Tabel 3) dan

nilai peringkat tertinggi (Tabel 4) adalah persamaan polinomial yaitu (Li) y = 13.84x - 33.55 R² = 0.86 (Po) y = 1.491x2- 3.022x + 3.450 R² = 0.934 (Lo) y = 54.19ln(x) - 43.09 R² = 0.661 -100 -50 0 50 100 150 200 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 K e lim p ah an Co lle m b o la Tan ah (i n d iv id u )

Umur revegetasi (tahun)

Po Li Lo

(8)

y = 1.489x2 - 3.001x + 3.407, dimana y adalah kelimpahan Collembola tanah dengan x adalah umur revegetasi, oleh karena hutan alam dijadikan acuan dalam melakukan pemantauan revegetasi, maka kelimpahan Collembola hutan alam digunakan untuk menduga pencapaian keberhasilan revegetasi. Berdasarkan model persamaan polinomial diduga waktu yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan revegetasi berdasarkan kelimpahan Collembola tanah adalah 20 tahun (Gambar 12).

Gambar 12 Dugaan waktu pencapaian keberhasilan revegetasi berdasarkan kelimpahan Collembola tanah dan umur revegetasi

Waktu pencapaian keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah sangat tergantung dari berbagai upaya yang dilakukan mulai dari tahap awal revegetasi, dengan mengupayakan agar proses suksesi dapat berjalan dengan baik. Proses suksesi dapat dipercepat dengan bantuan manusia yakni dengan pembenahan tanah yang tepat dan pemilihan jenis vegetasi yang sesuai. Pembenahan tanah dilakukan di area revegetasi PT NNT dengan mengupayakan penambahan top soil dan bahan organik. Menurut Parrotta & Knowles (2001) penambahan top soil dapat mendukung perkembangan fauna tanah, siklus hara dan keragaman hayati. Hal lain yang juga penting adalah pemilihan jenis vegetasi pioner yang adaptif, bersifat katalitik, cepat tumbuh, menghasilkan serasah yang

y = 1.488x2- 2.995x + 3.404 R² = 0.996 -50 50 150 250 350 450 550 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 K e lim p ah an Co lle m b o la (i n d iv id u )

(9)

baik sangat diperlukan seperti Macaranga sp dan Mallotus sp yang anakannya banyak ditemukan di area revegetasi PT NNT pada umur paling muda.

Serasah menyediakan tempat hidup bagi berbagai makhluk terutama para dekomposer. Serasah berguna sebagai input bahan organik pada lahan terdegradasi. Bahan organik menjadi kunci bagi berlangsungnya dinamika kesuburan tanah, karena dengan dinamikanya sifat-sifat tanah bisa dikelola menuju kondisi yang ideal bagi tanaman. Collembola tanah mendaur ulang (recycle) bahan organik dengan cara memecah bahan organik menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga dapat dibusukkan oleh jasad renik seperti jamur dan bakteri. Collembola memerlukan jamur, ganggang hijau dan mikroba/jasad renik lain sebagai sumber makanannya. Pada saat mencari makan, Collembola bergerak dengan ekor pegasnya dan pada tubuhnya menempel jasad-jasad renik, sehingga selama pergerakannya berpindah tempat, Collembola membantu menyebarluaskan jasad renik. Aktivitas Collembola ini juga membantu memperluas dan mempercepat perombakan bahan organik.

4.4. Identifikasi Peubah-Peubah Lingkungan yang Mempengaruhi Kelimpahan Collembola Tanah

Variasi suhu dan kelembaban tanah antara hutan alam dengan rata-rata seluruh area revegetasi tidak jauh berbeda. Pada area revegetasi East dump tahun tanam 2002, suhu tanah lebih rendah dibanding dengan area revegetasi yang lainnya. Hal ini disebabkan saat pengambilan sampel dan pengukuran suhu pada lokasi tersebut cuaca mendung dan sedikit gerimis. Demikian juga halnya dengan kelembaban tanah di Tongoloka dump menunjukkan penurunan dibanding yang lain. Hal ini diduga berkorelasi dengan elevasi atau ketinggian lokasi pengamatan. Semakin tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut maka kelembaban udaranya akan semakin tinggi demikian juga sebaliknya (Kartasapoetra 2006).

Hasil analisis tekstur tanah diperoleh dua kelas tektur yaitu geluh lempungan (lempung berliat) dan geluh (lempung). Kelas tekstur tanah di hutan alam adalah geluh lempungan sedangkan rata-rata di area revegetasi tanahnya bertekstur geluh kecuali di Tongoloka dump. Tanah yang bertekstur geluh lempungan adalah tanah dengan tekstur halus sedang, yang memiliki kandungan

(10)

lempung (liat) yang lebih banyak. Sedangkan tanah yang bertekstur geluh secara keseluruhan adalah merupakan tanah yang memiliki sifat ideal karena memiliki komposisi pasir, debu dan lempung yang hampir sama. Pengukuran tektur tanah penting dilakukan karena tekstur tanah berhubungan dengan kemampuan tanah dalam mengikat unsur hara dan memperbaiki kapasitas tukar kation (KTK) serta kemampuan tanah dalam mengatur keseimbangan air dan udara, sehingga akan menentukan macam dan jumlah jasad renik dan aktivitasaya di dalam tanah.

Hasil pengukuran pH di lapangan lebih tinggi dibanding dengan pH H2O

(pH laboratorium). Kisaran pH tanah baik pH di lapangan maupun pH H2O

beragam mulai dari pH 4.9 sampai 6. Hal ini berarti tanah memiliki sifat keasaman yang tinggi sampai keasaman sedang (Rafi‟I 1994; Foth 1990). Pada kisaran ini diperkirakan tanah mengandung besi, tembaga dan seng. Hasil analisis pH H2O terlihat bahwa rata-rata di area revegetasi lebih asam dibanding dengan

hutan alam. Hal ini karena area revegetasi merupakan area bekas penambangan. Adanya aktivitas pertambangan dapat menyebabkan menurunnya pH tanah (Rahmawaty 2002). Pengukuran pH tanah sangat penting dalam menentukan

mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman, menunjukan adanya unsur-unsur beracun dan mudah larut pada tanah masam, disamping itu pH tanah

juga dapat mempengaruhi perkembangan organisme tanah (Hardjowigeno 2010). Nilai C-organik dan KTK tanah di hutan alam lebih tinggi dibanding dengan rata-rata area revegetasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Setiadi (2006) bahwa lahan-lahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahan yang marginal, miskinnya bahan organik dengan status KTK (Kapasitas Tukar Kation) yang rendah. Besarnya nilai C-organik di hutan alam menunjukan bahwa hutan alam memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Sumber utama bahan organik sebagian besar berasal dari jaringan tumbuhan, hewan dan organisme tanah (Buckman & Brady 1982; Suin 1989). Tingginya bahan organik akan berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah, salah satunya adalah meningkatnya nilai kapasitas tukar kation (KTK). Menurut Hardjowigeno (2010) nilai KTK sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa

(11)

dapat meningkatkan kesuburan tanah sebaliknya bila didominasi oleh kation asam dapat mengurangi kesuburan tanah.

Kerapatan vegetasi rata-rata di area revegetasi lebih tinggi dibanding dengan hutan alam. Sedangkan jumlah jenis tingkat tiang di hutan alam lebih banyak dibanding dengan area revegetasi. Namun sebaliknya jumlah jenis tingkat pancang dan semai di area revegetasi lebih banyak dibanding hutan alam. Kondisi ini menunjukkan bahwa proses regenerasi tegakan hutan, pada area revegetasi sedang berjalan dengan baik karena di setiap area hutan terdapat anakan pohon dengan kondisi kerapatan fase semai > fase pancang > fase tiang (Indriyanto 2006).

Ketebalan serasah di hutan alam dan area revegetasi East dump variasinya tidak terlalu jauh berbeda. Namun di area revegetasi Tongoloka dump serasahnya tergolong tipis jika dibanding dengan yang lainnya. Diduga ada kaitannya dengan umur vegetasi dan pengaruh lingkungan fisik seperti kelembaban tanah serta ketinggian. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Zamroni & Rohyani (2007); Soeroyo (2003); Ananthakrishna (1996) bahwa tebal tipisnya lapisan serasah dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi, jenis-jenis tumbuhan penyusun vegetasi, umur vegetasi dan keadaan iklim setempat.

Hutan alam memiliki jumlah individu Acarina lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata area revegetasi. Secara keseluruhan jumlah individu Acarina tertinggi ada di area revegetasi East dump tahun tanam 2003. Tinggi rendahnya jumlah Acarina berkorelasi dengan Collembola tanah karena Acarina merupakan predator bagi Collembola (Suhardjono 1985). Faktor lain yang berpengaruh terhadap populasi Acarina adalah pH tanah dan curah hujan (Leow 1978 dalam Suhardjono 1985).

(12)

50

Tabel 5 Nilai rata-rata kondisi lingkungan abiotik dan biotik yang diukur pada area revegetasi PT NNT

Parameter yang diukur Hutan alam

Nilai rata-rata area revegetasi

Lokasi areal revegetasi

East dump Tongoloka dump

2001 2002 2003 2004 2008 2005 2006 2007 Lingkungan abiotik Fisika Suhu (oC) 25 26 26 23 26 26 26 24 25 26 Kelembaban (%) 85 80 76 90 89 82 87 73 72 75 Ketinggian (dpl) 561 368 336 418 472 503 515 211 272 301 Pasir (%) 27 34 36.32 34.72 37.48 37.46 36.1 25.62 29.35 27.52 Debu (%) 44 40 38.31 40.61 40.76 39.81 42.1 45.29 38.95 34.76 Lempung (%) 29 27 25.38 24.68 21.76 22.74 21.81 29.1 31.71 37.72 Kelas tekstur Geluh Geluh Geluh Geluh Geluh Geluh Geluh Geluh Geluh Geluh

Lempungan Lempungan Lempungan Lempungan

Kimia pH H20 5.4 5.1 5 4.9 4.9 5 5.4 5.3 5.5 5.4 pH lapangan 5.8 5.8 6 5.7 5.3 5.8 5.7 6 5.6 5.8 C-organik (%) 3 1 1 1.2 0.9 0.9 0.9 0.7 0.8 0.8 Ktk (meq/100 g) 31 23 22 17 24 25 27 24 23 22 Lingkungan biotik

Vegetasi Kerapatan Tiang 250 274 230 230 140 160 0 740 590 170 Pancang 1960 2580 2520 2480 2600 1240 400 0 3700 7840 Semai 0 12346 4415 9200 3900 25300 41100 2200 6700 13800

Jumlah jenis Tiang 17 6 7 4 6 6 0 10 7 5

Pancang 5 7 10 7 5 8 4 0 7 11

Semai 0 7 7 7 4 9 7 6 7 8

Ketebalan Serasah (cm) 3 2 3 3 4 2 3 1 1 2

(13)

4.5. Pemilihan Peubah-peubah untuk Membangun Model

Dalam rangka memanfaatkan potensi Collembola tanah sebagai alat untuk memantau keberhasilan revegetasi dari aspek kesubur tanah, maka yang pertama harus diketahui adalah peubah-peubah lingkungan yang mendukung kelimpahan Collembola tanah. Pada pembangunan model-model prediktif, jika korelasi antar peubah bebas di atas nilai absolut 0.6 maka dapat menyebabkan terjadinya

redundancy yaitu pemborosan dalam membangun model dan menyebabkan

terjadinya autokorelasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian antar peubah penyusun model sehingga kesalahan karena adanya autokorelasi dapat di minimalisir. Korelasi antar peubah berdasarkan hasil pengujian disajikan pada Tabel 6.

Pada Tabel 6 terlihat bahwa peubah-peubah yang memiliki nilai korelasi kuat adalah hubungan positif antara kelembaban (RH) dengan elevasi yaitu sebesar 0.748, serta hubungan negatif antara persentase pasir dengan persentase liat sebesar -0.757. Hubungan antara kerapatan vegetasi dengan persentase liat dan persentase debu masing-masing sebesar 0.677 dan -0.649. Terakhir hubungan negatif antara jumlah individu acarina dengan pH-H2O sebesar – 0.743. Adanya

korelasi yang tinggi antar peubah tersebut menunjukan bahwa peubah yang satu bisa mewakili peubah yang lainnya. Sehingga peubah yang dipilih adalah peubah yang paling mudah dalam pengukurannya dan tidak berkorelasi dengan peubah yang lainnya yaitu kelembaban (RH) untuk mewakili elevasi, pesentase pasir mewakili persentase liat, kerapatan vegetasi mewakili persentase liat dan debu serta jumlah Acarina mewakili pH-H2O.

(14)

52

Tabel 6 Matriks korelasi antar peubah yang digunakan sebagai penyusun model kelimpahan Collembola Tanah

Peubah Suhu Rh Elevasi Pasir Debu Liat pH-lap pH-H2O C-Org KTK Serasah Acari Jenis veg

Suhu 1 Rh -0.145 1 Elevasi 0.044 0.748* 1 Pasir -0.318 0.348 0.307 1 Debu 0.041 -0.458 -0.430 -0.425 1 Liat 0.310 -0.040 -0.016 -0.757* -0.269 1 pH-lap 0.029 -0.289 -0.218 0.016 0.012 -0.024 1 pH-H2O 0.024 -0.412 -0.184 -0.437 0.111 0.382 0.107 1 C-ORG -0.242 0.306 0.503 0.238 0.156 -0.367 0.036 0.238 1 KTK 0.232 0.045 0.476 0.051 -0.066 -0.008 -0.039 0.521 0.416 1 Serasah 0.090 0.513 0.518 0.026 -0.006 -0.022 -0.251 -0.410 0.237 0.011 1 Acari -0.032 0.468 0.208 0.152 0.034 -0.185 -0.142 -0.743* -0.139 -0.420 0.502 1 Jenis_veg 0.054 -0.453 -0.506 -0.053 0.217 -0.098 0.112 -0.204 -0.293 -0.483 -0.151 0.025 1 Kerapatan 0.201 0.219 0.296 -0.197 -0.649* 0.677* -0.054 0.166 -0.265 0.104 -0.065 -0.213 -0.101

(15)

Berdasarkan hasil korelasi di atas maka peubah-peubah yang terpilih adalah suhu, kelembaban (RH) dan persentase pasir, pH lapangan, C-organik, KTK, jumlah vegetasi, kerapatan vegetasi, ketebalan serasah dan jumlah Acarina. Peubah-peubah terpilih tersebut kemudian dianalisis lagi untuk melihat korelasinya dengan kelimpahan Collembola tanah (Lampiran 2). Akhirnya peubah yang digunakan untuk membangun model keberhasilan revegetasi adalah peubah yang memiliki koefisien determinasi dengan kelimpahan Collembola tanah di atas 50% yaitu kelembaban (RH), C-organik, kerapatan vegetasi tingkat tiang, ketebalan serasah dan jumlah Acarina.

4.6. Standar Skor Kelimpahan Collembola Tanah

Peubah-peubah terpilih masing-masing memiliki satuan yang berbeda, untuk itu perlu dibuat standarisasi skor. Skor merupakan nilai standar yang diberikan untuk menilai besarnya pengaruh masing-masing peubah terhadap kelimpahan Collembola tanah mulai dari awal revegetasi sampai pada kondisi hutan alam yang ingin dicapai. Standar skor berasal dari skor estimasi yang diperoleh dari model hubungan antara kelimpahan Collembola tanah dengan peubah-peubah lingkungan yang mempengaruhinya. Nilai standar skor berkisar antara 10 sampai 100. Nilai maksimum 100 diberikan pada hutan alam merupakan kondisi stabil yang ingin dicapai dan nilai 10 diberikan pada area revegetasi berumur paling muda. Standar skor kelimpahan Collembola tanah diperoleh dari hubungan antara kelimpahan Collembola tanah dengan umur revegetasi (Tabel 7). Berdasarkan Lampiran 3 model terbaik yang terpilih adalah model polinomial dengan persamaan regeresi y = 1.489x2 - 3.001x + 3.407.

Berdasarkan identifikasi dan hasil analisis korelasi peubah-peubah lingkungan yang berpengaruh terhadap kelimpahan Collembola tanah ditentukan 5 indikator, diantaranya adalah indikator sifat fisik tanah dengan peubah kelembaban, indikator sifat kimia tanah dengan peubah C-organik, indikator komposisi vegetasi dengan peubah kerapatan vegetasi tingkat tiang, indikator serasah dengan peubah ketebalan serasah dan indikator predator dengan peubah jumlah Acarina.

(16)

Tabel 7 Nilai estimasi dan standar skor kelimpahan Collembola tanah dengan umur revegetasi

Umur (tahun)

Collembola estimasi* 1)

(jumlah individu/koloni) Skor Collembola* 2)

1 2 10 2 3 12 2 3 12 2 3 12 2 3 12 2 3 12 3 8 17 3 8 17 3 8 17 3 8 17 4 15 26 4 15 26 4 15 26 4 15 26 5 26 39 5 26 39 5 26 39 5 26 39 6 39 56 7 55 76 7 55 76 7 55 76 7 55 76 7 55 76 8 75 100 8 75 100 min 2 10 max 75 100

*1) dihitung menggunakan rumus Estimasi y = 1.489x2 - 3.001x + 3.407

*2) dihitung menggunakan rumus Skor = {[x – Nmin] / [N max – Nmin]} x 90 + 10

4.6.1. Skor indikator sifat fisik tanah (Kelembaban)

Indikator Sifat fisik tanah diwakili oleh kelembaban tanah. Berdasarkan hasil verifikasi (Lampiran 4) model terbaik hubungan antara kelembaban (Rh) dengan kelimpahan Collembola tanah mengikuti model polinomial dengan persamaan y = 0.023x3- 5.469x2 + 432.3x - 11372. Berdasarkan persamaan tersebut kemudian digunakan untuk menghitung nilai estimasi dan standar skor kelimpahan Collembola tanah (Tabel 8).

(17)

Tabel 8 Nilai estimasi dan standar skor kelembaban tanah

Kelembaban (RH) (%)

Collembola estimasi*1)

(jumlah individu/koloni) Skor kelembaban*2)

89 70 89 75 35 43 73 30 37 78 38 48 74 33 41 77 38 47 69 9 10 75 35 43 76 36 45 74 33 41 73 30 37 73 30 37 76 36 45 74 33 41 75 35 43 82 42 52 82 42 52 87 57 72 90 78 100 90 78 100 90 78 100 90 78 100 90 78 100 90 78 100 74 33 41 77 38 47 min 9 10 max 78 100

*1) dihitung menggunakan rumus Estimasi y = 0.023x3- 5.469x2 + 432.3x - 11372 *2) dihitung menggunakan rumus Skor = {[x – Nmin] / [N max – Nmin]} x 90 + 10

Pola hasil regresi (Gambar 13) menunjukkan bahwa kelimpahan Collembola tanah meningkat dengan semakin bertambahnya kelembaban tanah. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pfug & Wolters (2002) yang menyatakan adanya korelasi positif antara meningkatnya kelembaban tanah dengan kelimpahan Collembola tanah. Kelembaban yang rendah menyebabkan Collembola tanah bermigrasi kelapisan yang lebih dalam (Detsis 2000). Pada bulan-bulan kering dimana kelembaban tanah rendah, menyebabkan populasi Collembola akan berkurang jumlanya (Holt 1985).

(18)

Gambar 13 Hasil analisis regresi antara kelimpahan Collembola tanah dengan kelembaban

4.6.2. Indikator Sifat Kimia (C-Organik)

Gambar 14 Hasil analisis regresi antara kelimpahan Collembola tanah dengan C-Organik y = 0.023x3- 5.469x2+ 432.3x - 11372 R² = 0.337 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 65 70 75 80 85 90 95 K e lim p ah an Co lle m b o la Tan ah (i n d iv id u ) Kelembaban Tanah (%) y = -5188.x3+ 14675x2- 13437x + 4016 R² = 0.787 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 K el im p ahan Coll em b ola tan ah (i n d iv id u ) C-Organik

(19)

Tabel 9 Nilai estimasi dan standar skor C-organik

C-organik (%)

Collembola estimasi*1)

(jumlah individu/koloni) Skor C-organik*2)

0.90 27 46 0.80 2 10 0.80 2 10 0.80 2 10 0.80 2 10 0.80 2 10 0.80 2 10 0.80 2 10 0.80 2 10 0.80 2 10 0.70 21 37 0.70 21 37 0.70 21 37 0.70 21 37 0.90 27 46 0.90 27 46 0.90 27 46 0.90 27 46 0.90 27 46 1.20 57 89 1.20 57 89 1.20 57 89 1.20 57 89 1.20 57 89 1.00 65 100 1.00 65 100 min 2 10 max 65 100

*1) dihitung menggunakan rumus Estimasi y = -5188.x3 + 14675x2 - 13437x + 4016 *2) dihitung menggunakan rumus Skor = {[x – Nmin] / [N max – Nmin]} x 90 + 10

Indikator sifat kimia tanah yang terpilih adalah C-organik. Hasil verifikasi (Lampiran 5) menunjukan bahwa model terbaik hubungan antara C-organik dengan kelimpahan Collembola tanah adalah model polinomial dengan persamaan y = -5188.x3 + 14675x2 - 13437x + 4016. Persamaan yang diperoleh digunakan untuk membangun standar skor kelimpahan Collembola tanah berdasarkan nilai

C-organik (Tabel 9). Pola hubungan antara kelimpahan Collembola tanah dan C-Organik pada Gambar 14 menunjukan bahwa kelimpahan Collembola tanah

(20)

area revegetasi akan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya nilai C-organik tanah sampai dengan 1 %. Hasil ini sejalan dengan penelitian Subowo

(1988); Pinto et al. (1997); Eaton et al. (2004) dan Agus (2007), dengan ada

korelasi positif antara jumlah inidvidu Collembola tanah dengan kandungan C-organik tanah. Hal ini dimungkinkan karena dalam hidupnya Collembola

memakan jamur, ganggang hijau dan mikroba/jasad renik yang berasal dari bahan organik yang akan dan sedang mengalami perombakan (Suhardjono 1985).

4.6.3. Indikator Komposisi Vegetasi(Kerapatan vegetasi tingkat tiang)

Hasil verifikasi kerapatan vegetasi pada Lampiran 6 terlihat bahwa model regresi terbaik adalah polinomial dengan persamaan y = 8E-05x3 - 0.024x2 + 1.815x + 7.312. Berdasarkan persamaan tersebut dibangun standar skor pada Tabel 10. Pola regresi dari model tersebut dapat dilihat pada Gambar 15. Awalnya kelimpahan Collembola tanah akan semakin bertambah dengan semakin meningkatnya kerapatan vegetasi tingkat tiang, sampai pada kerapatan vegetasi tertentu, kemudian kelimpahan Collembola tanah berkurang dengan semakin bertambahnya kerapatan vegetasi. Hal ini diduga karena pada saat kerapatan vegetasi tingkat tiang bertambah vegetasi yang berperan berikutnya adalah vegetasi tingkat pohon, sehingga semakin bertambah kerapatan vegetasi tingkat tiang kelimpahan Collembola tanah akan berkurang.

Gambar 15 Hasil analisis regresi antara kelimpahan Collembola tanah dan kerapatan vegetasi tingkat tiang

y = 8E-05x3- 0.024x2+ 1.815x + 7.312 R² = 0.343 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 20 40 60 80 100 120 140 K el im p ahan Coll em b ola Ta n ah (i n d iv id u )

(21)

Tabel 10 Nilai estimasi dan standar skor kerapatan vegetasi tingkat tiang

Kerapatan vegetasi (individu)

Collembola estimasi*1) (jumlah individu/koloni) Skor kerapatan vegetasi*2) 0 7 10 0 7 10 170 15 28 0 7 10 0 7 10 0 7 10 0 7 10 60 47 98 100 29 57 150 10 15 110 23 45 110 23 45 120 18 33 110 23 45 20 35 70 20 35 70 10 23 45 40 47 97 30 42 87 80 40 82 50 48 100 50 48 100 20 35 70 30 42 87 130 13 23 30 42 87 min 7 10 max 48 100

*1) dihitung menggunakan rumus Estimasi y = 8E-05x3 - 0.024x2 + 1.815x + 7.312 *2) dihitung menggunakan rumus Skor ={[x – Nmin] / [N max – Nmin]} x 90 + 10

Kerapatan vegetasi menyebabkan jatuhan dan ketebalan serasah lebih tinggi, menyebabkan ketersediaan sumber pakan bagi Artropoda maupun Collembola akan semakin baik serta dapat mempertinggi kandungan bahan organik tanah (Sebayang et al. 2000). Kerapatan vegetasi juga secara tidak langsung menguntungkan bagi organisme tanah sebagai penghalang sinar matahari langsung ke lantai hutan atau sebagai naungan bagi organisme tanah (Szujecki 1987). Menurut Materna (2004) kerapatan vegetasi penutup tanah dapat

(22)

mengurangi terjadinya fluktuasi suhu dan kelembaban tanah yang ekstrim sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh pada keberadaan Collembola.

4.6.4. Indikator Serasah

Gambar 16 Hasil analisis regresi kelimpahan Collembola tanah dan ketebalan serasah

Indikator serasah dengan peubah yang diukur adalah ketebalan serasah. Berdasarkan hasil verifikasi (Lampiran 7), persamaan model terbaik adalah polinomial dengan persamaan y = 0.173x3 + 3.144x2 - 7.503x + 19.98. Persamaan tersebut menjadi dasar untuk membuat standar skor ketebalan serasah (Tabel 10). Pola hubungan antara kelimpahan Collembola tanah dan ketebalan serasah menunjukan hubungan positif antara meningkatnya jumlah individu Collembola tanah dengan meningkatnya ketebalan serasah (Gambar 16). Menurut Takeda (1978) dalam Suhardjono (1992) ketebalan serasah dan ketersediaan bahan organik berpengaruh terhadap kelimpahan Collembola tanah. Serasah yang tebal dan lembab menyediakan mikrohabitat yang cocok bagi Collembola (Rahmadi et

al. 2004). Menurut Wallwork (1970) dalam Widyawati (2008) akumulasi serasah

y = 0.173x3+ 3.144x2- 7.503x + 19.98 R² = 0.411 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0.6 1.6 2.6 3.6 4.6 5.6 K e lim p ah an Co lle m b o la Tan ah ( in d iv id u ) Ketebalan Serasah (cm)

(23)

di permukaan tanah merupakan sumber makanan untuk berbagai organisme, terutama organisme yang berperan dalam mendegradasi serasah.

Tabel 11 Nilai estimasi dan standar skor ketebalan serasah

Serasah (cm)

Collembola estimasi*1)

(jumlah individu/koloni) Skor serasah*2)

2 19 14 2 19 14 1 16 10 1.75 17 12 2.5 24 21 1.5 16 11 1.5 16 11 1.1 16 10 1 16 10 1.05 16 10 1.6 17 11 0.25 18 13 0.35 18 13 1.5 16 11 2.5 24 21 3 30 30 1 16 10 1.5 16 11 4 51 58 4 51 58 1.5 16 11 4 51 58 1.5 16 11 3.5 40 42 3.5 40 42 5 83 100 min 16 10 max 83 100

*1) dihitung menggunakan rumus Estimasi y = 0.173x3 + 3.144x2 - 7.503x + 19.98. *2) dihitung menggunakan rumus Skor = {[x – Nmin] / [N max – Nmin]} x 90 + 10

(24)

4.6.5. Indikator Predator

Gambar 17 Hasil analisis regresi antara kelimpahan Collembola tanah dan jumlah Acarina

Indikator predator dengan peubah jumlah individu Acarina, menghasilkan

model polinomial sebagai model terbaik berdasarkan hasil verifikasi (Lampiran 8). Persamaan model regresinya yaitu y = -2E-08x3 + 3E-05x2 +

0.036x + 5.399. Berdasarkan persamaan tersebut disusun standar skor kelimpahan Collembola tanah pada Tabel 12. Pola hubungan antara kelimpahan Collembola tanah dengan jumlah Acarina (Gambar 17) menunjukan bahwa kelimpahan Collembola tanah akan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah individu Acarina. Kelimpahan Collembola tanah akan berkurang saat jumlah individu Acarina mencapai lebih dari 1515 individu. Acarina merupakan faktor utama dalam menetukan ukuran populasi Collembola. Penurunan populasi Acarina akan meyebabkan kenaikan populasi Collembola (Sebayang 2000). Menurut Suhardjono (1985) Collembola dan pemangsanya (Acarina) selalu berada dalam keadaan berimbang, jika terjadi perubahan keseimbangan antara Collembola dengan pemangsanya berarti terjadi perubahan atau gangguan keadaan sifat tanah.

y = -2E-08x3+ 3E-05x2+ 0.036x + 5.399 R² = 0.618 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 15 515 1015 1515 2015 2515 K e lim p ah an Co lle m b o la Tan ah ( in d iv id u )

(25)

Tabel 12 Nilai estimasi dan standar skor jumlah individu Acarina

Acarina (jumlah individu/koloni)

Collembola estimasi*1)

(jumlah individu/koloni) Skor Acarina*2)

182 13 22 253 16 28 40 7 12 95 9 16 62 8 14 4 6 10 21 6 11 197 14 24 289 18 31 347 21 36 98 9 16 36 7 12 357 21 37 36 7 12 255 16 28 370 22 38 1229 58 100 590 33 57 2118 26 45 1596 58 100 206 14 24 2105 28 48 1086 54 94 1165 56 97 1229 58 100 1048 53 92 min 6 10 max 58 100

*1) dihitung menggunakan rumus Estimasi y = -2E-08x3 + 3E-05x2 + 0.036x + 5.399 *2) dihitung menggunakan rumus Skor = {[x – Nmin] / [N max – Nmin]} x 90 + 10

4.7. Perumusan Model Keberhasilan Revegetasi

Model keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah diperoleh dari standar skor masing-masing peubah terpilih yang kemudian diberi bobot. Nilai bobot diperoleh dari hasil analisis regresi ganda standar skor kelimpahan Collembola tanah dengan standar skor peubah-peubah lingkungan yang mempengaruhinya. Metode pembobotan dengan menjumlahkan semua peubah yang digunakan pada model sama dengan 1. Berdasarkan standar skor peubah

(26)

lingkungan yang terpilih kemudian dihitung bobot masing – masing peubah bobot (Tabel 13). Nilai bobot yang diperoleh menjadi dasar penyusunan model keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah. Hasil analisis regresi bobot dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 13 Bobot makro masing-masing indikator keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah di area revegetasi tambang PT NNT

Indikator model 1 Koefisien regresi Bobot

Sifat fisik F 0.103 0.088 Sifat kimia K 0.691 0.587 Komposisi vegetasi V 0.113 0.096 Predator P 0.141 0.120 Ketebalan serasah S 0.129 0.110 Jumlah 0.177 1.000

Indikator model 2 Koefisien regresi Bobot

Sifat kimia K 0.634 0.645

Komposisi vegetasi V 0.059 0.059

Predator P 0.121 0.123

Ketebalan serasah S 0.170 0.173

Jumlah 0.984 1.000

Indikator model 3 Koefisien regresi Bobot

Sifat kimia K 0.685 0.696

Predator P 0.125 0.127

Ketebalan serasah S 0.174 0.177

Jumlah 0.984 1.000

Indikator model 4 Koefisien regresi Bobot

Sifat kimia K 0.782 0.750

Ketebalan serasah S 0.202 0.250

Jumlah 0.984 1.000

Indikator model 5 Koefisien regresi Bobot

Sifat kimia K 0.879 1.000

Jumlah 0.879 1.000

Model 1 merupakan model yang dibangun berdasarkan seluruh nilai bobot makro. Model 2 dibangun berdasarkan pengurangan satu indikator yang memiliki nilai bobot makro paling rendah yaitu indikator sifat fisik tanah. Model 3 dibangun tanpa indikator komposisi vegetasi karena memiliki nilai bobot makro paling rendah. Model 4 dibangun berdasarkan indikator sifat kimia tanah dan

(27)

indikator ketebalan serasah. Model 5 dibangun berdasarkan satu indikator yang memiliki bobot makro tertinggi yaitu indikator sifat kimia tanah.

4.8. Model Keberhasilan Revegetasi dari Aspek Kesuburan Tanah

Keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah merupakan fungsi dari kelimpahan Collembola tanah dan umur revegetasi. Kelimpahan Collembola tanah sangat berkaitan dengan faktor lingkungan abiotik dan lingkungan biotik yang terdiri atas indikator sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, komposisi vegetasi, ketebalan serasah dan predator. Atas dasar tersebut dapat disusun 5 persamaan model kelimpahan Collembola tanah untuk memantau keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah (Tabel 14). Pemilihan model terbaik dilakukan berdasarkan hasil uji akurasi (Tabel 15) dan uji signifikansi (Tabel 16). Model terbaik yang terpilih dapat digunakan sebagai model untuk memantau keberhasilan revegetasi.

Tabel 14 Model keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah di area revegetasi tambang PT NNT

Model Peubah lengkap

Model 1 KR = {0.088 Fisik [Kelembaban]} + {0.587 Kimia [C-Organik]} + {0.096 Vegetasi [Kerapatan vegetasi tk tiang]} + {0.120 Predator}+ {0.110 Serasah}

Model 2 KR = {0.645 Kimia [C-Organik]} + {0.059 Vegetasi [Kerapatan vegetasi tk tiang]} + {0.123 Predator} + {0.173 Serasah} Model 3 KR = {0.696 Kimia [C-Organik]} + {0.127 Predator} + {0.177

Serasah}

Model 4 KR = {0.795 Kimia [C-Organik]} + {0.205 Serasah} Model 5 KR = {Kimia [C-Organik]}

Uji model dilakukan untuk mengatahui dan mengukur ketelitian dari model yang dihasilkan dalam menduga tingkat keberhasilan revegetasi terhadap kondisi sebenarnya di lapangan. Referensi yang digunakan adalah standar nilai C-organik (Puslitan 1983). Akurasi model dihitung berdasarkan koinsidensi antara model dan referensi dengan menggunakan matrik kesalahan (Confusion

matrix). Uji model dilakukan mengunakan akurasi umum (Overall accurasy) dan

(28)

penilaian yang tinggi (over estimate), karena hanya mempertimbangkan piksel-piksel diagonal saja. Akurasi Kappa umumnya mempunyai nilai akurasi lebih kecil dari akurasi rata-rata umum. Akurasi kappa mempertimbangkan semua elemen dalam matrik.

Berdasarkan hasil uji akurasi model 1 sampai dengan 5 (Tabel 15), model 2 dan 3 memiliki nilai akurasi yang sama dan tertinggi dengan nilai akurasi umum sebesar 77 % dan akurasi kappa sebesar 49.35 %. Akurasi yang sama juga terjadi pada model 4 dan 5 dengan nilai akurasi umum sebesar 73 % dan akurasi kappa yaitu 42.22 %. Nilai akurasi yang paling rendah adalah model 1 dengan nilai akurasi umum sebesar 65 % dan akurasi kappa sebesar 30.87 %. Guna melihat beda nyata antar model dilakukan uji signifikansi.

Tabel 15 Hasil uji akurasi model keberhasilan revegetasi berdasarkan aspek kesuburan tanah di area revegetasi tambang PT NNT

Model

Verifikasi Model

Akurasi rata-rata umum (%) Akurasi Kappa (%)

Model 1 65 30.97

Model 2 77 49.35

Model 3 77 49.35

Model 4 73 42.22

Model 5 73 42.22

Tabel 16 Hasil uji signifikansi model keberhasilan revegetasi berdasarkan aspek kesuburan tanah di area revegetasi tambang PT NNT

Model

Nilai Z

Model 1 Model 2 Model 3 Model 4

Model 1

Model 2 5.32

Model 3 5.32 0.00

Model 4 1.80 1.37 1.37

Model 5 1.80 1.37 1.37 0.00

Hasil uji signifikansi (Tabel 16) menunjukan bahwa model 1, model 2 dan 3 berbeda secara signifikan karena memiliki nilai z > 1,96. Model 4 dan 5 tidak berbeda secara signifikan dengan model 1 karena nilai z < 1,96. Model 1 dapat

(29)

mewakili model 4 dan 5. Model 2 tidak secara signifikan dengan model 3, 4 dan 5, sehingga model 2 atau model 3 dapat mewakili model 4 dan model 5. Berdasarakan hasil uji akurasi dan uji signifikasi, model terpilih yang dapat digunakan untuk memantau keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah adalah model 3. Model 3 dipilih karena memiliki nilai akurasi paling tinggi dan peubah yang lebih sederhana. Model 3 dibangun berdasarkan indikator sifat kimia tanah, indikator ketebalan serasah dan indikator predator.

Pemantauan merupakan suatu rangkaian penting yang harus dilakukan dalam kegiatan revegetasi tujuannya untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan serta upaya-upaya yang perlu dikembangkan agar keberhasilan revegetasi dapat dipercepat dan diprediksi waktu pencapaiannnya. Pemantauan keberhasilan revegetasi dengan melihat kelimpahan Collembola tanah akan lebih mudah dan murah untuk dilakukan. Kemudahan merupakan salah satu syarat pemantauan yang efektif, disamping itu harus hemat biaya, hal ini penting guna mencapai perbaikan yang berkelanjutan. Kunci kesuksesan pemantauan adalah bagaimana memilih indikator yang efektif, mudah diukur, dapat dibuktikan secara ilmiah dan dapat didefinisikan dengan jelas (Blood 2006). Indikator yang tepat akan lebih terperinci dalam memantau sistem yang menjadi perhatian.

Kegiatan pemantauan yang selama ini dilakukan di area revegetasi PT NNT meliputi perhitungan persentase tutupan efektif „basal‟ dan tutupan

vegetasi „aerial‟, potensi permudaan, tiang pancang dan pohon serta jumlah dan keragaman spesies. Pemantauan keberhasilan revegetasi menggunakan indikator invertebrata seperti Collembola tanah belum dilakukan. Indikator yang digunakan dalam menetapkan kriteria keberhasilan revegetasi di area tambang pada umumnya hanya berdasarkan pada kondisi fisik tanah dan pengukuran komunitas tumbuhan. Pengukuran terhadap fauna jarang dilakukan. karena binatang akan ada setelah kondisi flora stabil. Fauna yang dijadikan indikator kesuksesan hanya sebatas vertebrata yang di pertimbangkan, sedangkan keberadaan invertebrata atau Collembola tanah tidak pernah diperhitungkan (Bisevac & Majer 1998). Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa penggunaan kelompok Invertebrata untuk pemantauan keberhasilan rehabilitasi dilaporkan memiliki keunggulan tersendiri

(30)

diantaranya lebih hemat biaya dan menghasilkan informasi kondisi lingkungan yang lebih tinggi dibanding kelompok vertebrata dan tanaman. Invertebrata juga merupakan anggota kerajaan hewan yang paling beragam dan melimpah (Bisevac & Majer 1998) Invertebrata merupakan komponen utama dari keanekaragaman baik pada kawasan yang masih alami maupun terganggu (Majer 1989; Erwin 1991).

Tabel 17 Klasifikasi nilai estimasi kelimpahan Collembola tanah di area revegetasi tambang PT NNT

Umur Revegetasi

(tahun) Collembola rendah Collembola sedang Collembola tinggi

1 0-1 1-1 2 2 0-1 1-2 3 3 0-3 3-5 8 4 0-6 6-9 15 5 0-9 9-15 26 6 0-14 14-23 39 7 0-20 20-32 55 8 0-27 27-43 75 9 0-35 35-56 97 10 0-45 45-71 122 11 0-55 55-87 151 12 0-66 66-106 182 13 0-79 79-125 216 14 0-93 93-147 253 15 0-107 107-170 293 16 0-123 123-195 337 17 0-140 140-222 383 18 0-158 158-251 432 19 0-177 177-281 484 20 0-197 197-313 539

Berdasarkan nilai estimasi Collembola yang diproleh dari hubungan antara kelimpahan Collembola tanah dengan C-organik dan umur revegetasi, pemantauan menggunakan kelimpahan Collembola tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelas jumlah Collembola yaitu Collembola tinggi, Collembola sedang dan Collembola rendah (Tabel 17). Penggunaan data estimasi menyebabkan kelimpahan Collembola sampai umur 20 tahun dapat diketahui jumlahnya. Kelas monitoring menggunakan kelimpahan Collembola tanah dapat dilihat pada

(31)

Gambar 18. Pemantauan dengan menggunakan model 3 dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelas keberhasilan berdasarkan skor maksimum yang diperoleh yaitu kurang berhasil, cukup berhasil dan berhasil. Hasil klasifikasi kelas keberhasilan model 3 dapat dilihat pada Tabel 18, sedangkan untuk memonitoring keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah menggunakan model 3 disajikan pada Gambar 19.

Tabel 18 Klasifikasi nilai skor monitoring keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah di area revegetasi tambang PT NNT menggunakan model 3

Umur Revegetasi (tahun) Kurang berhasil Cukup berhasil Berhasil

1 0-1 1-7 10 2 0-1 1-9 13 3 0-2 2-13 19 4 0-3 3-19 29 5 0-4 4-26 39 6 0-5 5-34 56 7 0-7 7-45 76 8 0-9 9-60 90

Berdasarkan kelas kelimpahan Collembola tanah yang diperoleh di lapangan dapat dibuat peta sebaran kelimpahan Collembola tanah (Gambar 20). Berdasarkan model 3 dapat dibuat peta kelas keberhasilan revegetasi yang merupakan hasil akhir dari suatu rangkaian proses analisis spasial. Peta kelas keberhasilan revegetasi model 3 dibangun dari layer-layer indikator sifat kimia tanah yaitu C-organik (Gambar 21), indikator ketebalan serasah (Gambar 22) dan.indikator predator yaitu jumlah inidividu Acarina (Gambar 23). Peta kelas keberhasilan dapat menggambarkan luas area yang sudah dan belum tercapai keberhasilan revegetasinya. Berdasarkan peta keberhasilan revegetasi model 3 (Gambar 24) tahun tanam 2001 (umur 8 tahun) dan 2002 (umur 7 tahun) termasuk berhasil jika dibandingkan dengan seluruh area revegetasi PT NNT, namun jika dibandingkan dengan pencapaian kondisi hutan alam tahun tanam 2001 dan 2002 tergolong dalam kelas cukup berhasil dengan luasan mencapai kurang lebih 22.7040 ha. Tahun tanam 2003 tahun sampai dengan tahun tanam 2008 atau umur 6 sampai dengan umur 1 tahun tergolong dalam kelas kurang berhasil dengan

(32)

luasan mencapai 77.0050 ha. Luas hutan alam yang menjadi acuan keberhasilan revegetasi mencapai 41.0120 ha. Gambaran kondisi hutan alam dapat dilihat pada Gambar 24. Kondisi lapangan area revegetasi mulai dari umur 1 sampai 8 tahun atau tahun tanam 2001 sampai 2008 dapat dilihat pada Gambar 25 sampai dengan Gambar 32.

(33)

Gambar 18 Kelas monitoring keberhasilan revegetasi berdasarkan kelimpahan Collembola tanah dan umur revegetasi -50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 K e lim p ah an Co lle m b o la Tan ah ( in d iv id u )

Umur Revegetasi (tahun)

Coll tinggi Coll sedang Coll rendah

(34)

Gambar 19 Kelas monitoring keberhasilan revegetasi menggunakan model 3 pada area revegetasi tambang PT NNT 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 SK OR

UMUR REVEGETASI (tahun)

BERHASIL CUKUP BERHASIL KURANG BERHASIL

(35)

Gambar 20 Peta sebaran kelimpahan Collembola tanah pada area revegetasi tambang PT NNT

(36)

Gambar 21 Peta sebaran kandungan C-Organik pada area revegetasi tambang PT NNT

(37)

Gambar 22 Peta sebaran ketebalan serasah pada area revegetasi tambang PT NNT

80

(38)
(39)

Gambar 24 Peta kelas keberhasilan revegetasi pada area tambang PT NNT menggunakan Model 3

(40)

Gambar 25 Hutan Alam di area tambang PT NNT yang menjadi acuan keberhasilan revegetasi

Gambar 26 Area revegetasi PT NNT umur 8 tahun atau tahun tanam 2001 termasuk cukup berhasil

(41)

Gambar 27 Area Revegetasi PT NNT umur 7 tahun atau tahun tanam 2002 termasuk cukup berhasil

Gambar 28 Area Revegetasi PT NNT umur 6 tahun atau tahun tanam 2003 termasuk kurang berhasil

(42)

Gambar 29 Area Revegetasi PT NNT umur 5 tahun atau tahun tanam 2004 termasuk kurang berhasil

Gambar 30 Area Revegetasi PT NNT umur 4 tahun atau tahun tanam 2005 termasuk kurang berhasil

(43)

Gambar 31 Area Revegetasi PT NNT umur 3 tahun atau tahun tanam 2006 termasuk kurang berhasil

Gambar 32 Area Revegetasi PT NNT umur 2 tahun atau tahun tanam 2007 termasuk kurang berhasil

(44)

Gambar 33 Area Revegetasi PT NNT umur 1 tahun atau tahun tanam 2008 termasuk kurang berhasil

Gambar 34 Area Revegetasi PT NNT umur 0 tahun atau tahun tanam 2010

Referensi

Dokumen terkait

dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pola pikir induktif yang disusun secara sistematis, sehingga menjadi data yang konkrit mengenai

1) Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris dalam lingkup Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Ke- budayaan Republik Indonesia Nomor:

Pt.Wijaya Karya (WIKA) saat ini memiliki 6 Strategic Business Unit (SBU) yang meliputi konstruksi (Kontruksi sipil dan konstruksi Bangunan Gedung), Mekanikal

◊ Anda mungkin ingin mengatakan bahwa salah satu dari dua pilihan tersebut diterima, ATAU bahwa ini adalah sebuah kelompok yang berkomitmen untuk berpartisipasi dalam

memiliki perempuan lain selain Penggugat, dan dari hubungannya dengan perempuan lain tersebut, Tergugat sudah dikaruniai seorang anak.Sejak itulah sering

Gaya kepemimpinan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Dinas Perhubungan Kabupaten Bantaeng menggambarkan bahwa ternyata gaya kepemimpinan

budaya organisasi (X) dan kinerja widyaiswara (Y) diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka setiap perubahan skor budaya organisasi (X) sebesar