• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS STRUKTUR TERHADAP NOVEL LANGIT DAN

4.2 Tokoh

Tokoh adalah unsur intrinsik yang paling penting dalam karya fiksi. Tokoh dapat menyampaikan ide pengarang pada pembaca karena tokohlah yang diceritakan, melakukan sesuatu, membuat konflik, dan lain-lain. Oleh karena itu, pembicaraan mengenai tokoh ini sangat menarik dalam menganalisis sebuah karya sastra (fiksi).

Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995: 165) menyatakan “Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam cerita naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”.

Sudjiman (1987: 17-21) menyatakan bahwa berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapatlah dibedakan dalam tokoh sentral dan bawahan. Tokoh yang memegang peran pimpinan disebut tokoh utama dan protagonis. Adapun tokoh yang merupakan penentang utama dari protagonis disebut antagonis atau tokoh lawan. Antagonis termasuk tokoh sentral. Dalam karya sastra tradisional, seperti cerita rakyat, biasanya pertentangan antara protagonis dan antagonis jelas sekali. Tokoh utama yang menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Kriteria yang digunakan bukan frenkuensi kemunculan tokoh, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita, sedangkan tokoh tambahan, yakni tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, namun kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Berdasarkan cara menampilkan tokoh dibedakan atas tokoh datar dan tokoh bulat. Tokoh datar atau tokoh sederhana adalah tokoh yang disoroti satu segi wataknya saja, tokoh ini bersifat statis, watak tokoh ini sedikit saja berubah, bahkan tidak

berubah sama sekali, sedangkan tokoh bulat atau tokoh kompleks adalah tokoh dilihat dari segala seginya, segi wataknya berangsur-angsur berganti dan mampu memberi kejutan.

Jika kita membicarakan tokoh pasti berhubungan dengan watak atau karakter yang dimilikinya. Setiap tokoh memiliki watak atau karakter sendiri. Penyajian watak tokoh ini oleh pengarang dapat melalui penggambaran sifat-sifat tokoh, hasrat, pikiran, perasaan, atau dengan menyisipkan komentar mengenai sifat- sifat tokoh itu. Penyajian watak tokoh da penciptaan citra tokoh ini yang disebut dengan penokohan (Sudjiman, 1987: 23).

Nurgiyantoro (1995: 166) menyatakan:

Istilah ‘penokohon’ lebih luas pengertiaannya daripada ‘tokoh’ dan ‘perwatakan’ sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan perkembangan tokoh dalam sebuah cerita.

Jadi, dapat dikatakan bahwa melalui pemaparan dan penyajian watak tokoh (penokohan) oleh pengarang dalam karyanya dapat memberi gambaran yang jelas mengenai karakter yang memiliki setiap tokoh cerita yang dapat membedakannya dari tokoh yang lain. Karakter ini merujuk kepada sifat, pikiran, perasaan para tokoh serta kualitas pribadinya.

Dari keterangan di atas, dapatlah dianalisis perwatakan para tokoh dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini yaitu:

1. Dini

Dini adalah tokoh utama dalam cerita ini, ia seorang anak gadis kecil yang tinggal bersama ke dua orang tuanya dan dua orang kakaknya laki-laki di sebuah desa tidak jauh dari kota. Dini seorang anak yang baik hati, baik kepada orang tuanya maupun kepada orang lain. Setiap hari ia selalu menuruti kata-kata Ibunya dan membantu pekerjaan yang dilakukan orang tuanya. Ia banyak belajar dari pengalaman hidup yang dialami keluarganya dan masyrakat sekitarnya pada masa penjajahan Belanda dan kependudukan Jepang. Ketika warga kekurangan dalam segala hal, Dini sangat tabah menghadapinya, memakan nasi menir atau bahan makanan yang berulat akhirnya menjadi kebiasaan sehari-hari.

“Tantangan yang paling sulit dihadapi Dini pada saat itu adalah membiasakan diri dengan makanan yang diberikan orang tuanya. Dengan memakan sayur dan nasi menir yang banyak kotorannya membuatnya muntah, hal ini disebabkan karena terlalu lama bahan makanan tersebut disimpan sehingga mulai busuk dan berulat. Kebiasaan yang dilakukan orang tuanya akhirnya Dini dan kedua kakaknya menerima kenyataan. Ketika pertempuran itu tiba, masyarakat kekurangan dalam segala-galanya bahkan semua penduduk menderita kelaparan, tetapi keluarga Dini tidak mengalami demikian karena mereka telah menyimpan banyak bahan makanan, melainkan mereka dapat membantu satu sampai tiga kelurga yang paling miskin pada saat itu” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 29).

Ketika kemiskinan telah melanda warga, Dini selalu tegar karena banyak bahan makanan yang disembunyikan Ayahnya. Dini yang masih kecil tetapi berpikiran dewasa karena pengalaman dan cerita Ayahnya hingga akhirnya ia memberi kejutan kepada orang tuannya kalau Ia adalah seorang pengarang.

“Hari itulah aku mengetahui untuk pertama kali, bahwa kecakapanku menuliskan isi hatiku merupakan sesuatu yang luar biasa. Hari itu disadarkan oleh orangtuaku dan saudara-saudaraku, bahwa tidak semua orang memiliki kemudahan menulis apa yang tertera di dalam hati maupun kepalanya” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 133).

Tidak hanya itu saja Dini juga sebagai tumpahan rahasia pada keluarga yang tinggal di rumahnya. Pengalaman yang dilhat dan diceritakan kepadanya membuatnya lebih dewasa dan mengerti arti kehidupan. Hubungan suami istri yang tidak sepantasnya Ia tahu tetapi belajar dari apa yang dilihat, Ia benar-benar mengerti.

“Umurku sepuluh tahun waktu itu. Dengan seluruh kesadaran, akan teringat selama hidupku bagaimana hari itu akan diperkenalkan YU Saijem kepada arti “hidup suami istri” hubungan akrab antara perempuan dengan lelaki, (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 89).

Sifat dan perbuatan yang dimiliki Dini pada cerita ini menunjukkan bahwa kedudukan tokoh sangat sentral yaitu keterlibatan dan intensitas tokoh ini dalam peristiwa yang terjadi dalam cerita sangat besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa tokoh ini tergolong sentral. Berdasarkan perwatakannya tokoh tergolong tokoh bulat dan kompleks, yaitu tokoh yang memiliki segi watak yang berangsur-angsur berubah dan dapat memberi kejutan bagi pembacanya (Sudjiman, 1987: 21).

2. Ayah

Ayah Dini adalah seorang pemimpin yang tegas dan bertanggungjawab baik dalam keluraga maupun di pekerjaan terutama terhadap warga. Oleh keran itu, semua warga menyayanginya. Ayah sangat sayang pada warganya hingga Ia berjuang mempertahankan tanah air untuk kembali ke tangan warga. Ia rela ditahan oleh Belanda demi kemakmuran warga.

“Sehingga mengetahui keberadaan masyarakat. Ayah Dini yang sedang pergi berkunjung ke rumah Pak Puspo, telah ditangkap Belanda bersama Pak Puspo dan Kang Marjo. Mereka ditahan oleh Belanda beberapa hari dengan tempat yang berbeda. Ayah Dini yang hanya memakai sarung merasakan kedinginan di dalam tahanan ditambah lagi kondisi ayahnya yang sakit-sakitan. Keluarga sangat bersedih karena sudah dua hari, baru

diketahui Ayah Dini ditahan” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 107-108).

Bukan hanya itu saja bahkan Ayah rela tidak bekerja sebagai pegawai sepil demi memperjuangkan tanah airnya. Ayah rela ditahan Belanda demi kemenangan warga yang ingin mengusir Belanda dari tanah air mereka.

“Ayah Dini yang terdaftar dalam pegawai negeri, pada saat itu ia tidak menjalankan tugas karena ia tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Bukan berarti tidak ada kegiatan lain, Ayahnya selalu bekerja di kebun dan kegiatan lainnya” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 79-82).

Perjuangan yang dilakukan oleh Ayah semenjak Ia pulang dari tahanan membuat keadaan menjadi baru lagi. Sejak beberapa waktu Ayah mendapat kunjungan yang membicarakan mengenai kemajuan yang hilang sekarang ingin dikembalikan ke tangan rakyat.

“Kunjungan Pak Puspo dan teman-teman Ayah memberikan isyarat akan terjadinya sesuatu yang baru. Sekali dua kali kutangkap percakapan mengenai perundingan-perundingan antara bangsa-bangsa sedunia membicarakan nasib Indonesia,” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009:128).

Tokoh ini tergolong tokoh sentral yang protagonis karena ia memiliki intensitas keterlibatan yang besar dalam membangun cerita. Ia merupakan tokoh yang menghubungkan tokoh sentral (antagonis) dengan tokoh sentral (protagonis). Pertemuan antara tokoh ini menyebabkan atau pertentangan yaitu antara Belanda dengan warga dalam cerita ini. Tokoh ini memiliki watak yang sedarhana (datar) dan statis yang menunjukkan satu segi watak saja, yaitu watak kepemimpinan yang baik. Dalam perkembangan cerita, watak ini tidak berubah hingga akhir cerita.

3. Pak Puspo

Pak Puspo adalah tetangga Dini. Mereka sahabat yang baik apalagi Ayah Dini yang selalu berjuang dengan Pak Puspo dan warga dalam kemajuan mengusir Tentara Sekutu. Mereka sejalan dan mau berkorban demi warga dan tanah air kecintaan mereka. Pak Puspo dan Ayah Dini berjiwa kepemimpinan mengusir penjajah dari kota mereka.

“Pada esok harinya, orang tua Dini dan Pak Puspo membicarakan tentang kemajuan tanah airnya. Dini dan kakaknya mendengar pembicaraan orangtuanya dan menjelaskan kepada anak-anaknya. Mereka membagun kembali Republik Indonesia dan tidak ada kekhawatiran lagi. Pemerintah kota akan segera pindah dan serdadu-serdadu segera angkat kaki dari Republik Indonesia. Sehingga keadaan semua pulih kembali, bendera kembali dikibarkan dan sanak saudara yang pergi mengungsi beberapa lama sekarang kembali ke kampung halamannya” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 128-129).

Para serdadu Belanda angkat kaki dari tanah mereka, dan semua warga kembali berbahagia karena tanah republik kecintaan mereka kembali tangan warga. Dan warga kembali bahagia atas kembalinya saudara-saudara dari tempat pengungsian.

Dari hari ke hari kami mendengar kenalan dan tetangga yang kembali dari pengungsian. Di sekolah banyak yang bermunculan murid-murid baru, (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 128).

Tokoh ini merupakan tokoh yang protagonis yang sangat berhubungan dengan jalan cerita, sehingga tokoh ini dinamakan tokoh sentral yang memiliki keterlibatan dalam membangun sebuah cerita. Tokoh ini memiliki watak sederhana atau datar dan statis yang menunjukkan satu segi sisi saja, yaitu watak kepemimpinan yang baik. Dalam perkembangan cerita, watak ini tidak berubah hingga akhir cerita.

4. Ibu Dini

Ibu Dini adalah `seorang Ibu yang sayang terhadap keluarganya, Ia bersifat dermawan terhadap warga. Pada saat masyarakat mengalami kekurangan dalam segala hal, Ibu dan Ayah suka membantu warga karena mereka memiliki bahan makanan yang disembunyikan Ayah waktu Tentara Sekutu menguasai kota mereka, sehingga mereka masih bisa membantu warga.

“Ketika pertempuran itu tiba, masyarakat kekurangan dalam segala-galanya bahkan semua penduduk menderita kelaparan, tetapi keluarga Dini tidak mengalami demikian karena mereka telah menyimpan banyak bahan makanan, melainkan mereka dapat membantu satu sampai tiga kelurga yang paling miskin pada saat itu” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 35-36).

Ibu juga sering membantu warga mulai dari hal kecil hingga besar, Ia sangat dermawan terhadap warga yang benar-benar membutuhkan bantuan. Ibu tidak hanya memikirkan keluarganya saja tetapi Ia juga memiliki nasib warga yang sangat membutuhkan bantuan orang lain. Pada saat Ibu panen di kebun Waten Dalem ia selalu memberi pada tetangga dan warga.

Seperti biasa pada waktu-waktu memetik buah, Ibu membagi hasil kepada tetangga-tetangga yang berdekatan, (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 74).

Selain berbagi pada warga Ibu juga dermawan terhadap bumi yang selalu diinjak dan tidak dipelihara oleh manusia tetapi ia selalu memberi kehidupan pada manusia. Begitulah sifat kedermawanan yang dimiliki oleh Ibu yang sangat mulia tidak hanya pada sesama manusia tetapi juga bumi yang memberi kita kehidupan.

Dan Ibu sekali lagi menunjukkan betapa luas serta tawakal hatinya. Seperti katanya yang sering diulang-ulanginya kepada kami, “Sabar dan dermawanlah seperti bumi. Dia kau injak, kau ludahi. Namun, tak hentinya memberimu makanan dan minuman.” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009:15).

Berdasarkan fungsi tokoh, tokoh ini tergolong tokoh bawahan (tambahan), yang kemunculannya dalam cerita ini hanya beberapa bagian saja. Keterlibatannya dalam peristiwa yang membangun cerita juga hanya sedikit, sedangkan berdasarkan cara penampilan tokoh, tokoh ini tergolong tokoh datar yang tidak menunjukkan perubahan watak dan sikapnya dari awal hingga akhir cerita.

Dokumen terkait