• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langit Dan Bumi Sahabat Kami Karya Nh. Dini Analisis Sosiosastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Langit Dan Bumi Sahabat Kami Karya Nh. Dini Analisis Sosiosastra"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

LANGIT DAN BUMI SAHABAT KAMI KARYA NH. DINI ANALISIS SOSIOSASTRA

SKRIPSI OLEH JARIMA ZEBUA

070701009

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)

NOVEL LANGIT DAN BUMI SAHABAT KAMI KARYA NH. DINI ANALISIS SOSIOSASTRA

OLEH JARIMA ZEBUA

070701009

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Isma Tantawi, M.A. Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. NIP 19600207 198601 1 001 NIP 19620419 198703 2 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

(3)

ABSTRAK

NOVEL LANGIT DAN BUMI SAHABAT KAMI KARYA NH. DINI ANALISIS SOSIOSASTRA

JARIMA ZEBUA Fakultas Ilmu Budaya USU

Karya sastra merupakan hasil ciptaan pengarang melalui proses kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan nilai-nilai sosiosastra yang terdapat dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra melalui unsur intrinsik, kemudian akan melihat nilai-nilai ekstrinsik yang terdapat di dalamnya yaitu cinta, kejahatan, dan kemiskinan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu membuat fakta-fakta penginderaan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Teknik penelitian ini adalah studi perpustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan. Pada penelitian ini akan diperoleh data dan informasi tentang objek penelitian melalui buku-buku. Tema novel ini adalah liku-liku kehidupan di zaman peperangan yang serba kekurangan. Dari hasil penelitian adalah unsur intrinsik yaitu tema novel dan tokoh yang dianalisis dalam karya sastra ilmiah ini terdiri atas tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh bawahan, dan tokoh sederhana, sedangkan unsur ektrinsik yaitu: 1) Cinta storge (Cinta Ayah dan Ibu kepada putrinya), cinta philia (Cinta Ayah kepada saudaranya) dan, cinta agape (cinta Ayah kepada warga). 2) Kejahatan intimidasi yaitu tekanan yang dialami oleh warga pada saat pertempuran sehingga melakukan pencurian, dan kejahatan perampasan yaitu peramapasan yang dilakukan tentara sekutu sehingga para warga mengalami kemiskinan. 3) Kemiskinan yaitu ketika pertempuran tiba warga mengalami serba kekurangan dalam segala hal.

Penulis,

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetuhuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi.

Medan, Mei 2011

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian kesarjanaan di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu, kebesaran Tuhan Yang Maha Esa mudah-mudahan semakin kokoh menyertai penulis dalam mempertahankan dan menyempurnakan karya ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak di bawah ini:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra, Bapak Dr. Husnan Lubis, M.A. selaku PD1, Bapak Drs. Samsul Tarigan selaku PD II, dan Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. selaku PD III.

2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia serta Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia.

3. Bapak Drs. Isma Tantawi, M.A. Selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi masukan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(6)

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU yang telah memberi bimbingan dan pengajaran selama penulis menjalankan perkuliahan.

6. Pegawai Administrasi di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya.

7. Terima kasih tiada henti kepada kedua orang tua yang tanpa lelah bagai matahari menyinari hidupku dengan kehangatannya.

8. Seluruh keluarga besar tercinta Abang, Kakak, dan Adek.

9. Abang tercinta Bualazatulo Tafonao, terima kasih untuk semangatnya. 10.Sahabat tiada tara, Febriani Laoli, Irene Sani Napituplu, Muliwari Tarigan.

Segala tangis, tawa, dan semangat kita akan tetap menghiasi dunia ini sampai kita tak sanggup lagi bernafas.

11.Teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Tahun Ajaran 2007 yang telah memberikan inspirasi dan motivasi. Kita pasti bisa kawan!

12.Penghuni kos Paten 10, Agustina Manalu sahabat setia, Binsar, Rissa, Henny, Beben, Jefri dan, teman-teman yang lain. Tetap semangat!

13.Sahabat AKK, Kak Emsi selaku kakak kelompok yang telah sabar membimbing dan, Susi Munthe, Linda yang telah memberi semagat.

14.Teman-teman Persekutuan Lorong Gloria yang memberi motivasi dan menuntun dalam beribadah.

(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.

Medan, Mei 2011

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Batasan Masalah... 5

1.4Tujuan dan Manfaat ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep ... 7

2.2 Landasan Teori ... 11

2.3 Tinjauan Pustaka ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Metode Pengumpulan Data ... 14

3.2 Metode Analisis Data ... 20

BAB IV ANALISIS STRUKTUR TERHADAP NOVEL LANGIT DAN BUMI SAHABAT KAMI KARYA NH. DINI ... 21

(9)

4.2 Tokoh ... 24

4.3 Alur... 31

4.4 Latar ... 36

BAB V ANALISIS SOSIOSASTRA TERHADAP NOVEL LANGIT DAN BUMI SAHABAT KAMI KARYA NH. DINI ... 41

5.1 Cinta ... 41

5.1.1 Storge ... 42

5.1.2 Philia ... 43

5.1.3 Agape ... 44

5.2 Kejahatan ... 44

5.2.1 Intimidasi ... 46

5.2.2 Perampasan ... 46

5.3 Kemiskinan... 47

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1 Simpulan... 49

6.2 Saran ... 51

(10)

ABSTRAK

NOVEL LANGIT DAN BUMI SAHABAT KAMI KARYA NH. DINI ANALISIS SOSIOSASTRA

JARIMA ZEBUA Fakultas Ilmu Budaya USU

Karya sastra merupakan hasil ciptaan pengarang melalui proses kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan nilai-nilai sosiosastra yang terdapat dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra melalui unsur intrinsik, kemudian akan melihat nilai-nilai ekstrinsik yang terdapat di dalamnya yaitu cinta, kejahatan, dan kemiskinan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu membuat fakta-fakta penginderaan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Teknik penelitian ini adalah studi perpustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan. Pada penelitian ini akan diperoleh data dan informasi tentang objek penelitian melalui buku-buku. Tema novel ini adalah liku-liku kehidupan di zaman peperangan yang serba kekurangan. Dari hasil penelitian adalah unsur intrinsik yaitu tema novel dan tokoh yang dianalisis dalam karya sastra ilmiah ini terdiri atas tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh bawahan, dan tokoh sederhana, sedangkan unsur ektrinsik yaitu: 1) Cinta storge (Cinta Ayah dan Ibu kepada putrinya), cinta philia (Cinta Ayah kepada saudaranya) dan, cinta agape (cinta Ayah kepada warga). 2) Kejahatan intimidasi yaitu tekanan yang dialami oleh warga pada saat pertempuran sehingga melakukan pencurian, dan kejahatan perampasan yaitu peramapasan yang dilakukan tentara sekutu sehingga para warga mengalami kemiskinan. 3) Kemiskinan yaitu ketika pertempuran tiba warga mengalami serba kekurangan dalam segala hal.

Penulis,

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur budaya manusia itu sendiri yang dilakukan dalam kehidupan manusia dan dilakukan sesuai kebiasaan sehari-hari dan mampu menggambarkan kenyataan.

Karya sastra merupakan hasil ciptaan pengarang melalui proses kreatif dengan bahasa sebagai mediumnya. Sebagaimana dikatakan Luxemberg, dkk (1984: 5) “Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi.” Selanjutnya Luxemberg, dkk mengatakan:

“Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sebuah hasil tertentu dalam sebuah lingkungan kebudayaan. Sastra adalah teks-teks yang tidak harus disusun atau dipakai untuk suatu tujuan komunikatif dan hanya berlangsung untuk sementara waktu saja, (Luxemberg dkk, 1984: 9).”

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra tidak dapat diprediksi untuk mengetahui bentuk dan isinya, namun sastra hanya dapat dipelajari dan dipahami untuk mengetahui isi yang terkandung di dalamnya.

(12)

dengan berbagai ilmu lain yang dalam hal ini termasuk juga ilmu bantu bagi penelaahan ilmu sastra, diantaranya adalah psikologinya, sosiologi, dan filsafat.

Suatu karya sastra juga harus dilihat sebagai ekspresif pengarangnya dan bukan semata-mata kenyataan sosial yang murni. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat tempat karya sastra itu lahir sangat mempengaruhi proses penciptaannya. Pengarang merupakan bagian masyarakatnya yang menangkap pesan-pesan dari peristiwa-peristiwa dari lingkungannya lalu menuliskan semua itu dalam sebuah seni (sastra) yang telah melalui proses kreaktif. Dapat disimpulkan bahwa apapun yang akan diciptakan oleh seorang pengarang selalu mendapat pengaruh dari luar, karena tidak mungkin pengarang menjadi individu yang lepas jiwa dan raga dari lingkungannya.

Kesusasteraan merupakan wadah untuk mencurahkan cita-cita dan pengalaman jiwa seorang pengarang. Seiring berjalannya waktu, sastra pun berkembang menjadi ilmu yang lebih luas dan layak mendapat perhatian khusus dari masyarakat. Bukan semata hanya untuk mengangkat keberadaan ilmu sastra diantara ilmu-ilmu lainnya, tetapi juga sebagai jembatan untuk mengenal kehidupan masyarakat, mengingat bahwa sastra merupakan gambaran kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk cerita. Cerita tersebut berawal dari pengalaman pribadi pengarang, pengalaman orang lain, maupun hasil imajinasi pengarang itu sendiri.

(13)

berbagai aspek karena mengungkapkan berbagai perasaan di dalamnya misalnya latar belakang kehidupan masyarakat itu menjadi dasar penciptaan sebuah karya sastra. Fenomena ini dikenal sebagai simbol psikologis karena memilki respon emosional. Respon emosional tersebut dapat berasal dari pengarang itu sendiri maupun dari pembaca yang pada umumnya berupa kesenangan dan kebencian. Kekecewaan, penyesalan, kemarahan, dan sebagainya yang merupakan wujud tanggapan atau penilaian pembaca terhadap tokoh maupun tema cerita yang disungguhkan oleh pengarang.

Pada sisi lain sosiologi sastra mengkaji unsur penting dalam karya sastra, yaitu pengarang, pembaca, dan karya itu sendiri (khususnya tokoh cerita). Sosiologi sastra menjadi ilmu yang mewakili sastra dalam mengungkapkan perasaaan dan keadaan sosial pengarang, karya dan pembaca sebagai sebab dan akibat terciptanya suatu cerita, sedangkan pelopor dari sosiologi sastra ini adalah Johan Gottfriend Won Herder, seorang penulis kritik sastra yang berkebangsaan Jerman, yang beranggapan bahwa setiap karya sastra berakar pada suatu lingkungan sosial dan geografis tertentu (Sapardi Djoko Damono, 1984: 16).

(14)

melalui unsur- unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini dan juga masyarakat tersebut melalui tinjauan sosiologis.

Kisah-kisah hidup dalam kekangan yang dialami oleh Nh. Dini dan keluarganya serta masyarakat sekitarnya ini sangat menarik apabila dikaitkan dengan aspek sosiologi. Demikian pula penggambaran peristiwa demi peristiwa oleh Nh. Dini yang menegangkan dalam cerita ini sangat menarik perhatian pembaca. Dengan alasan ini maka penulis tertarik untuk menganalisis novel ini dengan melihat aspek-aspek sosiologisnya.

2. Masalah

Karya sastra merupakan dunia kemungkinan, artinya ketika pembaca berhadapan dengan kemungkinan penafsiran. Setiap pembaca berhak memiliki penafsiran yang berbeda terhadap karya sastra.

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini, masalah yang akan di bicarakan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah unsur intrinsik yang mencakup tema, alur, penokohan, dan latar belakang novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini?

(15)

3. Batasan Masalah

Mengingat masalah dunia sastra yang sangat luas, yaitu mencakup aspek sosiologi, psikologi, politik, dan sebagainya, maka dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup permasalahannya agar pembicaraan tidak terlalu mengambang dan tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai. Penelitian ini dibatasi pada analisis terhadap unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang terdapat dalam karya sastra. Unsur intrinsik meliputi alur (plot), tokoh (karakter), tema, suasana cerita, latar cerita (setting), sudut pandang cerita (point of view), dan gaya (style) tetapi dalam kesempatan ini penulis hanya membahas sebahagian saja unsur intrinsik, yaitu tema, alur, penokohan, dan latar. Adapun unsur ekstrinsik karya sastra mencakup ilmu atau aspek historis, aspek psikologis, aspek filosofis, aspek religi, dan sebagainya, akan tetapi dalam penelitian ini, yang dikaji hanya cinta, kejahatan, dan kemiskinan yang terdapat dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini.

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik, yaitu tema, penokohan, alur, dan latar dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini.

(16)

1.4.2 Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian yang berhasil apabila bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat menjadi jembatan antara karya sastra dan masyarakat pembaca dalam memahami novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini.

2. Dapat menambah wawasan dan gambaran bagi pembaca mengenai unsur-unsur intrinsik di dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini.

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. Dalam KBBI Depdiknas (2005: 588) dijelaskan mengenai:

Konsep memiliki arti sebagai berikut: 1. Rancangan atau buram surat, 2. Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, 3. Gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang dipergunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

Berdasarkan pengertian tersebut dalam mencari dan memahami defenisi atau yang tepat mengenai suatu istilah yang konkret, sering terdapat perbedaan ide, pendapat dari para ahli atau peneliti mengenai makna dan pengertian istilah tersebut. Seperti yang disebutkan Malo (1985: 47) “konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun kadang-kadang istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun makna dan pengertiannya dapat berubah”. Sehubungan dengan hal itu, maka peneliti akan menjabarkan atau mendefenisikan istilah yang dianggap berbeda maknanya diluar penelitian itu. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep yang berfungsi sebagai pedoman atau pendukung bagi peneliti. Konsep-konsep itu adalah sebagai berikut:

a. Sosiologi

(18)

manusia dan kehidupannya. Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, soio/socius berarti ‘masyarakat’ dan logos berarti ‘ilmu’. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal usul pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat (Ratna, 2003: 1).

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang erat sekali hubungannya dengan masyarakat, sosiologi mencoba mempelajari segala sesuatu tentang manusia dalam masyarakat, baik dalam hubungan antara individu, individu dengan kelompok, serta antara kelompok dengan kelompok. Jadi, dapat dikatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari seluk beluk masyarakat, baik secara ekonomi, politik, budaya, yang merupakan sebuah proses perubahan sosial yang pada gilirannya akan membentuk interaksi sosial, kelompok sosial, dan lembaga-lembaga sosial.

b. Sastra

(19)

c. Sosiologi Sastra

Ratna (2004: 339) mengatakan “sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan sastra”. Jadi, sosiologi merupakan kajian terhadap suatu karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan dengan penciptanya, gambaran masyarakat dalam karya itu, maupun pembacanya.

d. Karya Sastra

Wellek dan Waren (1984: 276) mengatakan bahwa “karya sastra adalah hasil ciptaan pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat di dalam kehidupan sehari-sehari.”

e. Sosiologis

Bersifat sosiologi: dalam karya sastra seperti novel, masalah-masalah yang timbul dan mendapat perhatian dari pengarangnya (KUBI, 1996: 1350).

f. Sosial

Segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat yaitu usaha yang memperhatikan kepentingan masyarakat (KUBI, 1996: 1350).

g. Sosiosastra

Menganalisis nilai-nilai yang ada pada masyarakat pada suatu karya sastra. atau nilai sosial yang ada pada masyarakat h. Cinta

(20)

memberikan kasih saying, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut

i. Kejahatan

Menurut Kartini Kartono (Dalam Suka Piring, 1987: 135-136):

Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertengtangan dengan moral kemanusiaan (immoral), merugikam masyarakat, asocial sifatnya, dan yang melanggar hukum serta undang-undang pidana. Secara sosiologis, kejahatan ialah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis, dan sosial-phsikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana).

j. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial. Soekanto (1928: 320) mengatakan bahwa:

(21)

2.2 Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian terhadap karya sastra dibutuhkan landasan teori yang mendasarinya sebagai titik tolak yang merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Seperti yang dikatakan Pradopo (2002: 17) “Dalam penelitian sastra perlu dikemukakan apakah dasar-dasar atau kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk mempertimbangkan karya sastra.” Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan teori sosiologi sastra untuk mendukung makna karya sastra secara lebih terperinci dengan melihat relevansi sosialnya dan dipahami melalui unsur intrinsik.

Jabrohim (2001: 158) menyatakan, “Pendekatan sosiologi sastra mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatannya. Pendekatan ini tidak berbeda pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosiologis atau pendekatan sosio-kultural terhadap sastra”. Kemudian Ratna (2003: 2) menyatakan “pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya”. Jadi, melalui teori ini juga akan terlihat gambaran tentang masyarakat di dalam sebuah karya sastra.

(22)

masyarakat dengan orang-seorang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang”.

Wellek dan Warren (1989: 157) dikatakan, “Karya sastra menyampaikan kebenaran yang sekaligus juga merupakan kebenaran sejarah dan kebenaran sosial. Karya sastra merupakan dokumen sosial karena merupakan monumen”. Nilai-nilai sosial yang mencakup cinta, kejahatan, dan kemiskinan tersebut merupakan suatu kebenaran sosial yang terjadi pada masyarakat yang dapat mewakili zaman kapan ia diciptakan dan dapat mencerminkan keadaan masyarakat itu sendiri.

Dari keterangan sebelumnya dapatlah dimengerti bahwa sosiologi sastra merupakan teori yang berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan refleksi masyarakat pada zaman karya sastra itu ditulis. Teori ini dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khususnya kaitannya dengan aspek-aspek ekstrinsik, seperti aspek sosial, institusi sosial, dan bentuk-bentuk konkrit nilai-nilai sosial lainnya.

2.3 Tinjauan Pustaka

(23)

Selain itu novel Langit dan Bumi Sahabat Kami, pernah dikaji dari segi psikolinguistik terhadap akronim bahasa Indonesia, analisis kontrasitif tingkat perbandingan kata sifat bahasa Inggris, bahasa Arab, efektifitas pengajaran kosakata melalui teknik pengajaran menyimak di SLTP Negeri Ampel Gading Pemalang Tahun Pelajaran 1999-2000, analisis kata majemuk bahasa Indonesia dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan di ruang kepustakaan. Pada penelitian ini diperoleh data dan informasi dari objek penelitian melalui buku-buku. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari novel yaitu:

Judul : Langit dan Bumi Sahabat Kami Karya : Nh. Dini

Jumlah hal : 139 halaman

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2009

Jenis : Novel Cetakan : kedelapan Ukuran : 13x20 cm

Gambar kulit : Seorang wanita berdiri yang sedang merenungkan masa lalu yang telah terjadi.

Sinopsis

(25)

membawa barang-barang berharga seperti perhiasan rumah, kain batik bahkan ayam dan itik. Mereka membawanya tanpa seijin yang punya, sehingga Ayah Dini memutuskan untuk menyembunyikan sebahagian barang-barang seperti lemari, beserta bahan makanan di dalam lubang yang sudah mereka gali. Seperti biasanya, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan tiba-tiba Teguh memberitahukan serdadu akan datang. Tetapi kedatangan para serdadu pada saat ini hanya meminta kayu pemukul kasur lalu membagikan coklat.

Tantangan yang paling sulit dihadapi Dini pada saat itu adalah membiasakan diri dengan makanan yang diberikan orang tuanya. Dengan memakan sayur dan nasi menir yang banyak kotorannya membuatnya muntah, hal ini disebabkan karena terlalu lama bahan makanan tersebut disimpan sehingga mulai busuk dan berulat. Kebiasaan yang dilakukan orang tuanya akhirnya Dini dan kedua kakaknya menerima kenyataan. Ketika pertempuran itu tiba, masyarakat kekurangan dalam segala-galanya bahkan semua penduduk menderita kelaparan, tetapi keluarga Dini tidak mengalami demikian karena mereka telah menyimpan banyak bahan makanan, melainkan mereka dapat membantu satu sampai tiga kelurga yang paling miskin pada saat itu.

(26)

dari rumah. Begitu juga dengan penduduk lainnya yang berbondong-bondong ke sungai mencuci dan mandi.

Pada esok harinya Ayah berencana membuat sumur di belakang rumah, anak-anaknya sangat setuju, tetapi Ibu tidak menerimanya karena kekurangn uang pada saat itu. Ayah menjelaskan kalau ia mendapat uang hasil dari penjualan burung dan itik. Oleh karena itu, Ayah memutuskan untuk pembuatan sumur. Kelurga Dini pada saat itu sangat bahagia, di zaman yang serba kekurangan mereka masih menikmati air bersih. Orang tua Dini pun dapat membantu warga.

Seiring barjalannya waktu, jumlah penduduk serta cara hidup mereka berubah. Di belakang rumah Dini pada mulanya padang ilalang yang sekarang menjadi sumber bahan makanan yang ditanami seperti singkong, sayur-sayuran, papaya, labu, turi, dan lain sebagainya. Karena pada saat itu penduduk kekurangan, sering sekali penduduk mencuri dan membawa tanaman tanpa seijin dan sepengetahuan keluarga Dini. Ayah dan Ibu Dini tidak keberatan, karena mereka suka membantu orang lain.

(27)

Penjual sudah mulai banyak di pasar Prambaen, rumah Dini menjadi persinggahan mereka sebelum dan sesudah pulang dari pasar, sehingga rumahnya pada saat itu tidak pernah kosong. Kemakmuran kembali seperti dulu, warga gelandangan tak punya rumah sekarang kembali normal dan utuh. Sekolah pun tetap lancar bahkan mata pelajaran bertambah dengan bahasa Belanda, sekalipun anak-anak tidak mengetahui asal usulnya. Kesibukan di kelurga Dini pun semakin bertambah. Ayam dan itik warga kembali berkeliaran di sekitar rumah. Peliharaan di rumah Dini juga berkembangbiak seperti kucing dan peliharaan lainnya. Dari pengalaman itu, Dini semakin mengetahui dan mengerti arti kehidupan yang dialaminya.

Sejak pintu perbatasan kota dibuka, semua kegiatan berlangsung kembali. Ayah Dini yang terdaftar dalam pegawai negeri, pada saat itu ia tidak menjalankan tugas karena ia tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Bukan berarti tidak ada kegiatan lain, Ayahnya selalu bekerja di kebun dan kegiatan lainnya. Ayahnya juga sering mendapat kunjungan dari kenalan yang tinggal di Batanmiroto, orang yang pernah mereka singgahi sewaktu Jepang masuk kota. Tetapi kegiatan yang dilakukakan keluarga Dini dan warga tidak berjalan lama, tiba-tiba Belanda datang dan menyerang kembali.

(28)

yang sakit-sakitan. Keluarga sangat bersedih karena sudah dua hari, baru diketa hui Ayah Dini ditahan. Dalam kelurga tidak ada semangat lagi, mereka hanya menangis. Setelah mereka temukan kondisi ayahnya sangat memprihatinkan. Pihak keluarga tidak diijinkan memberi pakaian dan membawa makanan. Pada esok harinya dengan berat hati Dini pergi ke sekolah, begitu juga sepulang sekolah seolah-olah tidak ada semangat bagi dirinya. Setelah beberapa hari ditahan akhirnya Ayah dan semua warga pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka sangat gembira, namun kelurga Dini sedih, karena kondisi Ayahnya yang sangat lemah.

Sejak itu kesehatan Ayah Dini menurun, setiap hari batuk, kadang-kadang sembuh dan kembali sakit, begitulah kondisinya setiap hari. Pada tengah malam tiba-tiba terdengar suara kebakaran tidak jauh dari rumah Dini. Kejadian tersebut membuat Nugroho dan Teguh senang karena pemilik rumah itu sangat dibenci warga yang dianggap sebagai tangan kanan Belanda. Warga berpikir kalau perbuatannya telah manerima balasan yang setimpal. Tetapi orang tua Dini melarang anak-anaknya untuk membenci orang sekaligus menasehatinya.

(29)

juga dengan warga. Saat itu penyakit ayahnya semakin parah sehingga dilarikan ke rumah sakit dan dirawat beberapa hari di sana karena mengalami penyakit paru-paru. Dini tidak diijinkan ikut ke rumah sakit, dengan cemas dan hati kosong dia hanya tinggal di rumah bersama Maryam dan keponakannya.

Selanjutnya metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode membaca heuristik dan hermeneutik. Pradopo (2000: 135) menyatakan: “pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik sistem pertama”. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik dengan memberi konvensi sastranya. Selanjutnya pradopo (2001: 135) menjelaskan, “Pembacaan heruistik cerita rekaan adalah tatabahasa ceritanya, yaitu pembacaan dari awal sampai akhir cerita secara berurutan.”

(30)

3.2 Metode Analisis Data

(31)

BAB IV

ANALISIS STRUKTUR TERHADAP NOVEL LANGIT DAN BUMI SAHABAT KAMI KARYA NH. DINI

4.1 Tema

Tema merupakan gagasan dasar atau ide pokok yang mendasari seorang pengarang dalam menciptakan karyanya. Karya sastra tidak akan tercipta tanpa adanya gagasan yang mendahuluinya. Pengarang memiliki ide dan mengangkat permasalahan kehidupan menjadi tema yang diungkapkan kembali dengan daya imajinasi yang tinggi ke dalam bentuk cerita rekaan atau fiksi. Dengan demikian, tema merupakan unsur penting bagi pengarang untuk menghasilakan karyanya. Begitu juga dengan pembaca, tema merupakan unsur yang mengantar kepada suatu pesan dari cerita yang dibacanya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sumardjo dan Saini K.M (1997:56):

“Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan mau sekedar bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar tentang kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semuanya didasari oleh ide pengarang tersebut.”

(32)

Jadi, melalui tema tersebut dapat diketahui apa yang menjadi gagasan dasar yang ingin disampaikan seorang pengarang kepada pembacanya yang terdapat dalam sebuah karya fiksi sesuai pengalaman dan pengamatan dengan lingkungan. Tema itu merupakan gagasan yang berkaitan dengan makna. Artinya, tema ini adalah tujuan utama dari cerita. Tujuan ini merupakan sesuatu yang membuat karya sastra lebih penting dari sekedar bacaan hiburan saja.

Sudjiman (1987: 50) menyatakan “Tema cerita dapat dinyatakan secara eksplisit (langsung), secara simbolik, dan juga dapat terungkap melalui dialog para tokoh”. Selanjutnya Sudjiman (1987: 50) menyatakan “Tema yang banyak dijumpai dalam karya sastra yang bersifat didaktis adalah pertentangan buruk dan baik. Secara lebih konkret tema pertentangan baik dan buruk ini dinyatakan dalam bentuk kebohongan melawan kejujuran, kelaziman melawan keadilan, korupsi melawan hidup sederhana”. Sudjiman menambahkan (1987: 51) “Tema bahkan dapat menjadi faktor pengikat peristiwa-peristiwa cerita dalam satu alur”. Jadi, dapat dikatakan bahwa tema merupakan persoalan yang mendasari seluruh perkembangan struktur cerita.

Dari keterangan di atas, penulis menemukan tema yang terdapat dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini. Adapun tema dari novel ini adalah zaman yang serba kekurangan, yaitu kemiskinan yang dialami masyarakat karena masuknya penjajahan Belanda. Penjajahan Belanda membuat masyarakat kekurangan dalam segala hal karena mengambil semua harta masyarakat.

(33)

memutuskan untuk menyembunyikan sebahagian barang-barang seperti lemari, beserta bahan makanan di dalam lubang yang sudah mereka gali” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 9-10).

Kemiskinan ini juga barpangkal dari peristiwa-peristiwa dalam cerita ini, masyarakat sering memperebutkan makanan yang berulat karena kurangnya bahan makanan yang masuk ke kota dan banyak penjual yang menyimpan bahan makanan karena persaingan dan harga yang tidak sesuai.

“Yang kami makan di zaman itu semuanya bubuken, penuh ulat. Serangga yang terdapat di dalam bahan makanan itu membentuk sarang, sehingga menggumpal merupakan sulur kotoran dan serbuk yang memuakkan. Ayah berkata, itu disebabkan karena terlalu lama ditimbun dan disekap Jepang. Seharusnya sudah dikeluarkan dan dibagikan selama dua setengah tahun ini. Ditambah pula oleh mimik pedagang-pedangang Cina yang mengharapakan kenaikan harga, lalu menyembunyikannya hingga busuk” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 29).

Kemiskinan yang dialami masyarakat terus berlanjut hingga akhirnya banyak warga yang gelandangan dan mencuri hak milik orang lain.

“Sejak zaman pendudukan Jepang, aliran listrik yang sampai di rumah-rumah sangat lemah, kadang-kadang diadakan giliran dalam kota, hal ini disebabkan karena Jepang menggunakan arus listrik dengan berbagai keperluan lain. Pipa air leding banyak rusak yang tidak diperbaiki sehingga penduduk tidak menerima aliran air dan pada saat itu penduduk kekurangan, sering sekali penduduk mencuri dan membawa tanaman tanpa seijin dan sepengetahuan keluarga Dini. Ayah dan Ibu Dini tidak keberatan, karena mereka suka membantu orang lain” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 37-39).

Kemiskinan yang dialami warga ini yang terus berkelanjutan hingga akhirnya menumbuhkan sikap kepahlawan masyarakat yang terus berjuang dalam mempertahankan tanah kecintaannya, penuh perjuangan warga kembali seperti semula makmur.

(34)

4.2. Tokoh

Tokoh adalah unsur intrinsik yang paling penting dalam karya fiksi. Tokoh dapat menyampaikan ide pengarang pada pembaca karena tokohlah yang diceritakan, melakukan sesuatu, membuat konflik, dan lain-lain. Oleh karena itu, pembicaraan mengenai tokoh ini sangat menarik dalam menganalisis sebuah karya sastra (fiksi).

Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995: 165) menyatakan “Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam cerita naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”.

(35)

berubah sama sekali, sedangkan tokoh bulat atau tokoh kompleks adalah tokoh dilihat dari segala seginya, segi wataknya berangsur-angsur berganti dan mampu memberi kejutan.

Jika kita membicarakan tokoh pasti berhubungan dengan watak atau karakter yang dimilikinya. Setiap tokoh memiliki watak atau karakter sendiri. Penyajian watak tokoh ini oleh pengarang dapat melalui penggambaran sifat-sifat tokoh, hasrat, pikiran, perasaan, atau dengan menyisipkan komentar mengenai sifat- sifat tokoh itu. Penyajian watak tokoh da penciptaan citra tokoh ini yang disebut dengan penokohan (Sudjiman, 1987: 23).

Nurgiyantoro (1995: 166) menyatakan:

Istilah ‘penokohon’ lebih luas pengertiaannya daripada ‘tokoh’ dan ‘perwatakan’ sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan perkembangan tokoh dalam sebuah cerita.

Jadi, dapat dikatakan bahwa melalui pemaparan dan penyajian watak tokoh (penokohan) oleh pengarang dalam karyanya dapat memberi gambaran yang jelas mengenai karakter yang memiliki setiap tokoh cerita yang dapat membedakannya dari tokoh yang lain. Karakter ini merujuk kepada sifat, pikiran, perasaan para tokoh serta kualitas pribadinya.

(36)

1. Dini

Dini adalah tokoh utama dalam cerita ini, ia seorang anak gadis kecil yang tinggal bersama ke dua orang tuanya dan dua orang kakaknya laki-laki di sebuah desa tidak jauh dari kota. Dini seorang anak yang baik hati, baik kepada orang tuanya maupun kepada orang lain. Setiap hari ia selalu menuruti kata-kata Ibunya dan membantu pekerjaan yang dilakukan orang tuanya. Ia banyak belajar dari pengalaman hidup yang dialami keluarganya dan masyrakat sekitarnya pada masa penjajahan Belanda dan kependudukan Jepang. Ketika warga kekurangan dalam segala hal, Dini sangat tabah menghadapinya, memakan nasi menir atau bahan makanan yang berulat akhirnya menjadi kebiasaan sehari-hari.

“Tantangan yang paling sulit dihadapi Dini pada saat itu adalah membiasakan diri dengan makanan yang diberikan orang tuanya. Dengan memakan sayur dan nasi menir yang banyak kotorannya membuatnya muntah, hal ini disebabkan karena terlalu lama bahan makanan tersebut disimpan sehingga mulai busuk dan berulat. Kebiasaan yang dilakukan orang tuanya akhirnya Dini dan kedua kakaknya menerima kenyataan. Ketika pertempuran itu tiba, masyarakat kekurangan dalam segala-galanya bahkan semua penduduk menderita kelaparan, tetapi keluarga Dini tidak mengalami demikian karena mereka telah menyimpan banyak bahan makanan, melainkan mereka dapat membantu satu sampai tiga kelurga yang paling miskin pada saat itu” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 29).

Ketika kemiskinan telah melanda warga, Dini selalu tegar karena banyak bahan makanan yang disembunyikan Ayahnya. Dini yang masih kecil tetapi berpikiran dewasa karena pengalaman dan cerita Ayahnya hingga akhirnya ia memberi kejutan kepada orang tuannya kalau Ia adalah seorang pengarang.

(37)

Tidak hanya itu saja Dini juga sebagai tumpahan rahasia pada keluarga yang tinggal di rumahnya. Pengalaman yang dilhat dan diceritakan kepadanya membuatnya lebih dewasa dan mengerti arti kehidupan. Hubungan suami istri yang tidak sepantasnya Ia tahu tetapi belajar dari apa yang dilihat, Ia benar-benar mengerti.

“Umurku sepuluh tahun waktu itu. Dengan seluruh kesadaran, akan teringat selama hidupku bagaimana hari itu akan diperkenalkan YU Saijem kepada arti “hidup suami istri” hubungan akrab antara perempuan dengan lelaki, (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 89).

Sifat dan perbuatan yang dimiliki Dini pada cerita ini menunjukkan bahwa kedudukan tokoh sangat sentral yaitu keterlibatan dan intensitas tokoh ini dalam peristiwa yang terjadi dalam cerita sangat besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa tokoh ini tergolong sentral. Berdasarkan perwatakannya tokoh tergolong tokoh bulat dan kompleks, yaitu tokoh yang memiliki segi watak yang berangsur-angsur berubah dan dapat memberi kejutan bagi pembacanya (Sudjiman, 1987: 21).

2. Ayah

Ayah Dini adalah seorang pemimpin yang tegas dan bertanggungjawab baik dalam keluraga maupun di pekerjaan terutama terhadap warga. Oleh keran itu, semua warga menyayanginya. Ayah sangat sayang pada warganya hingga Ia berjuang mempertahankan tanah air untuk kembali ke tangan warga. Ia rela ditahan oleh Belanda demi kemakmuran warga.

(38)

diketahui Ayah Dini ditahan” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 107-108).

Bukan hanya itu saja bahkan Ayah rela tidak bekerja sebagai pegawai sepil demi memperjuangkan tanah airnya. Ayah rela ditahan Belanda demi kemenangan warga yang ingin mengusir Belanda dari tanah air mereka.

“Ayah Dini yang terdaftar dalam pegawai negeri, pada saat itu ia tidak menjalankan tugas karena ia tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Bukan berarti tidak ada kegiatan lain, Ayahnya selalu bekerja di kebun dan kegiatan lainnya” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 79-82).

Perjuangan yang dilakukan oleh Ayah semenjak Ia pulang dari tahanan membuat keadaan menjadi baru lagi. Sejak beberapa waktu Ayah mendapat kunjungan yang membicarakan mengenai kemajuan yang hilang sekarang ingin dikembalikan ke tangan rakyat.

“Kunjungan Pak Puspo dan teman-teman Ayah memberikan isyarat akan terjadinya sesuatu yang baru. Sekali dua kali kutangkap percakapan mengenai perundingan-perundingan antara bangsa-bangsa sedunia membicarakan nasib Indonesia,” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009:128).

(39)

3. Pak Puspo

Pak Puspo adalah tetangga Dini. Mereka sahabat yang baik apalagi Ayah Dini yang selalu berjuang dengan Pak Puspo dan warga dalam kemajuan mengusir Tentara Sekutu. Mereka sejalan dan mau berkorban demi warga dan tanah air kecintaan mereka. Pak Puspo dan Ayah Dini berjiwa kepemimpinan mengusir penjajah dari kota mereka.

“Pada esok harinya, orang tua Dini dan Pak Puspo membicarakan tentang kemajuan tanah airnya. Dini dan kakaknya mendengar pembicaraan orangtuanya dan menjelaskan kepada anak-anaknya. Mereka membagun kembali Republik Indonesia dan tidak ada kekhawatiran lagi. Pemerintah kota akan segera pindah dan serdadu-serdadu segera angkat kaki dari Republik Indonesia. Sehingga keadaan semua pulih kembali, bendera kembali dikibarkan dan sanak saudara yang pergi mengungsi beberapa lama sekarang kembali ke kampung halamannya” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 128-129).

Para serdadu Belanda angkat kaki dari tanah mereka, dan semua warga kembali berbahagia karena tanah republik kecintaan mereka kembali tangan warga. Dan warga kembali bahagia atas kembalinya saudara-saudara dari tempat pengungsian.

Dari hari ke hari kami mendengar kenalan dan tetangga yang kembali dari pengungsian. Di sekolah banyak yang bermunculan murid-murid baru, (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 128).

(40)

4. Ibu Dini

Ibu Dini adalah `seorang Ibu yang sayang terhadap keluarganya, Ia bersifat dermawan terhadap warga. Pada saat masyarakat mengalami kekurangan dalam segala hal, Ibu dan Ayah suka membantu warga karena mereka memiliki bahan makanan yang disembunyikan Ayah waktu Tentara Sekutu menguasai kota mereka, sehingga mereka masih bisa membantu warga.

“Ketika pertempuran itu tiba, masyarakat kekurangan dalam segala-galanya bahkan semua penduduk menderita kelaparan, tetapi keluarga Dini tidak mengalami demikian karena mereka telah menyimpan banyak bahan makanan, melainkan mereka dapat membantu satu sampai tiga kelurga yang paling miskin pada saat itu” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 35-36).

Ibu juga sering membantu warga mulai dari hal kecil hingga besar, Ia sangat dermawan terhadap warga yang benar-benar membutuhkan bantuan. Ibu tidak hanya memikirkan keluarganya saja tetapi Ia juga memiliki nasib warga yang sangat membutuhkan bantuan orang lain. Pada saat Ibu panen di kebun Waten Dalem ia selalu memberi pada tetangga dan warga.

Seperti biasa pada waktu-waktu memetik buah, Ibu membagi hasil kepada tetangga-tetangga yang berdekatan, (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 74).

Selain berbagi pada warga Ibu juga dermawan terhadap bumi yang selalu diinjak dan tidak dipelihara oleh manusia tetapi ia selalu memberi kehidupan pada manusia. Begitulah sifat kedermawanan yang dimiliki oleh Ibu yang sangat mulia tidak hanya pada sesama manusia tetapi juga bumi yang memberi kita kehidupan.

(41)

Berdasarkan fungsi tokoh, tokoh ini tergolong tokoh bawahan (tambahan), yang kemunculannya dalam cerita ini hanya beberapa bagian saja. Keterlibatannya dalam peristiwa yang membangun cerita juga hanya sedikit, sedangkan berdasarkan cara penampilan tokoh, tokoh ini tergolong tokoh datar yang tidak menunjukkan perubahan watak dan sikapnya dari awal hingga akhir cerita.

4.3 Alur

Alur merupakan unsur karya sastra fiksi yang sangat penting, karena melalui alur akan didapat gambaran tentang hubungan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita. Alur cerita yang jelas dan sederhana akan mempermudah pemahaman pembaca atas cerita yang dibacanya. Namun, apabila alur yang ditampilkan kompleks, maka hubungan antara peristiwa yang terjadi dalam cerita sulit dipahami oleh pembacanya.

Aminuddin (2000: 83) mengatakan “Alur dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa-peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh pelaku dalam suatu cerita.”

Stanton (2007: 26) menyatakan “Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung.” Selanjutnya Stanton menyatakan:

(42)

keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen lain, alur memiliki hokum-hukum tersendiri, alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah dan akhir, yang nyata, meyakinkan, logis dapat menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan.”

Abram (dalam Nurgiyantoro, 1995: 113) mengemukakan “Plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yang sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efefk artistik tertentu.”

Dari beberapa pengertian yang tersebut di atas, semakin jelas bahwa alur sebuah cerita sangat penting dalam sebuah karya sastra atau fiksi, karena alur menjelaskan rentetan peristiwa demi peristiwa yang saling bertautan dalam cerita sehingga pembaca dapat memahami cerita yang ditampilkan dalam karya fiksi tersebut.

Aminuddin (2000: 84) menyatakan urutan peristiwa dalam plot atau alur adalah sebagai berikut:

(43)

sampai menuju conclusion atau penyelesaian cerita. Dari keterangan di atas peneliti mendapat gambaran mengenai urutan peristiwa yang terjadi dalam alur atau plot yang terdapat dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahap Exposition

Pada tahap exposition ini, pengarang menceritakan dan memaparkan mengenai bagaimana keadaan tempat serta pelaku cerita. Tempat ini adalah di sebuah Desa tidak jauh dari kota, tempat terjadinya suatu pertempuran yaitu masuk tentara sekutu.

“Cerita dimulai dengan penceritaan kembali oleh tokoh si aku yang bernama Dini, tentang keadaan masyarakat pada zaman penjajahan Belanda. Keluarga dan masyarakat dinama si aku tinggal yaitu sebuah Desa. Pada saat itu mengalami kekurangan dalam segala hal sehingga masyarakat memperebutkan bahan makanan menir yang berulat. Para serdadu asing sering mengunjungi rumah-rumah di kampung dan membawa barang-barang berharga seperti perhiasan rumah, kain batik bahkan ayam dan itik” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 9-11).

Di sebuah desa pengarang menggambarkan bagaimana keadaan pada masa penjajahan Belanda. Di sebuah desalah tempat tinggal tokoh pelaku utama dalam cerita ini dan, di desa inilah terjadi konflik antara warga dengan Belanda.

Demikian pula dalam cara hidup. Pada zaman perang itulah aku mulai mendapat pengertian apa arti keabadian. Keluarga kami tidak pernah mengalami hidup mewah yang berlebih-lebihan. Ketika pertempuran tiba, kekurangn dalam segala-galanya menimpa semua penduduk, (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009:33).

(44)

Dini adalah seorang perempuan kecil, yaitu putri bungsu dari keluarganya. Ia berumur kurang lebih dari 10 tahun. Ia sangat berkelakuan baik dan suka membantu orang lain sama seperti Ibu dan Ayahnya yang sangat menyayangi warga.

Pada bagian awal cerita juga diceritakan mengenai pelaku lain yaitu orang tua dari pada Dini yang berani dan rela berkorban mempertahankan kota kecintaan warga yaitu mengusir tentara Sekutu dari Kota.

Tetapi Bapak tidak ada di tempat Pak Puspo. Dia memang ke sana tadi ketika serdadu-serdadu datang. Bersama orang-orang lelaki kampung kami, Bapak masuk ke jaring penangkapan. Demikian pula Pak Puspo. Polisi tentara pendudukan mengetahui dengan rumah-rumah mana yang harus digeledah , dan membawa penghuninya, (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009:107).

Demikian tahap exposition yang tergambar dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini. Pengarang membuat perkenalan pada awal cerita yang berupa informasi mengenai pelaku cerita yang sangat mendukung jalannya peristiwa demi peristiwa dalam cerita sehingga pembaca tertarik membaca kelanjutan ceritanya. Kemudian cerita berlanjut pada pertentangan yang terjadi akibat penjajahan yang dilakukan oleh Belanda.

c. Tahap Inciting Force

Tahap Inciting Force berlangsung dalam cerita ini ketika warga tidak mau terus menerus dijajah oleh Belanda sehingga terjadi perlawanan antara warga dengan Belanda. Kejahatan yang dilakukakn oleh Belanda menyebabkan penduduk menderita yaitu terjadinya kemiskinan.

(45)

memperebutkan bahan makanan menir yang berulat. (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 9-10).

Peristiwa kejahatan Belanda terjadi pada masyarakat sehingga warga mengalami kemiskinan. Kota yang awalnya ramai kini menjadi sepi karena penduduk banyak yang mengungsi dan meninggalkan kota. Setelah warga mengalami hal demikian warga melakukan perlawanan dalam memperjuangkan tanah air kecintaan mereka.

“Pada esok harinya, orang tua Dini dan Pak Puspo bersama temannya yang datang kerumah membicarakan tentang kemajuan tanah airnya. Mereka membagun kembali Republik Indonesia dan tidak ada kekhawatiran lagi. Pemerintah kota akan segera pindah dan serdadu-serdadu segera angkat kaki dari Republik Indonesia.” (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 128-129).

Semua warga menanti kebahgiaan dengan kepulangan sanak saudara yang dari negeri jauh yang telah mengungsi beberapa lama karena penjajahan Belanda yang telah memisahkan mereka dari keluarga. Keluarga Dini yang telah lama merindukan kehadiran Heratih dan Maryam sekarang kembali setelah pertempuran selesai.

Tiba-tiba dari rumah terdengar suara ramai, seruan Ibu yang bercampur-aduk. Kata-kata “anakku ngger” dan sebutan Tuhan yangt Maha Pengasih berkali-kali sampai ke tempat kami, (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 130).

g. Tahapan Conclusion

(46)

“Lalu Teguh bercerita, bahwa truk-truuk berisi serdadu Belanda sering kelihatan beriringan menuju keluar kota. Katanya pemerintahan kota akan berpindah ke pihak lain. Kata-kata Republik Indonesia lebih sering diucapakan tanpa ketakutan maupun kekwatiran, (Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 128).”

Kekuatan dalam mempertahankan kejahatan yang dilakukan Belanda merupakan tantangan yang paling sulit dihadapi oleh warga walaupun akhirnya Belanda angkat kaki dari kota pertempurannya dengan perlawanan yang dilakukan oleh warga.

“Sehingga keadaan semua pulih kembali, bendera kembali dikibarkan dan sanak saudara yang pergi mengungsi beberapa lama sekarang kembali ke kampung halamannya. Keluarga Dini sangat bahagia kepulangan saudaranya Heratih dan Maryam, begitu juga dengan warga.” Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 200).

4.4 Latar

Latar atau setting merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam karya fiksi. Peristiwa dalam cerita terjadi dalam penggambaran latar yaitu tempat, waktu dan bagaimana keadaan atau situasi ketika peristiwa itu berlangsung. Suatu peristiwa tidak mungkin terjadi bila tidak ada latar. Dengan kata lain, semua karya fiksi mempunyai latar atau setting. Latar dapat mewarnai cerita karena merupakan pijakan yang jelas mengenai cerita. Latar menggambarkan realitas berupa tempat kejadian sehingga tempat atau suasana itu seperti benar dan nyata.

(47)

hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.”

Satanton (2007: 35) mengatakan :

“Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekor seperti sebuah café di Paris, pegunungan di California, sebuah jalan buntu di sudut kota Dublin dan sebagainya. Latar juga dapat berwujud waktu tertentu (hari, bulan, dan tahun), cuaca, atau periode sejarah. Biasanya latar diketengahkan lewat baris-baris kalimat deskriptif.”

Sudjiman (1987: 44) mengatakan “Latar segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.”

Selanjutnya Hudson (dalam Sudjiman 1987: 44) membedakan latar sosial dan latar fisik/material. “ Latar sosial mencakup keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain yang melatari peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan latar dan fisik adalah tempat dalam wujud fisiknya, yaitu bagunan, daerah, dan sebagainya.

Dengan mengetahui latar, pembaca lebih mudah memahami cerita dengan persepsi yang dimilikinya mengenai cerita yang sedang dibacanya. Pembaca dapat merasakan kebenaran yang diceritakan melalui penggambaran tempat, waktu dan, keadaan suatu kelompok atau masyarakat tertentu yang diciptakan pengarang sehingga cerita dapat dipahami secara lebih mendalam.

(48)

1. Sebuah Kota

Kota ini merupakan sebuah kota yang makmur, tetapi kedatangan Tentara Sekutu membuat kota ini menjadi miskin sehingga warga kekurangan dalam segala-galanya.

Selama beberapa waktu tentara sekutu berada di kota, dalam kekacauan alih pemerintah, bahan makanan menghilang dari pasaran. ( Langit dan Bumi Sahabat Kami: 9).

Kota yang semula makmur dan sejahtera namun, berubah menjadi buruk akibat dari jajahan Belanda. Warga banyak yang pergi meninggalkan kota sehingga keadaan pada saat itu sepi.

Keselamatan itik dan ayam menjadi terancam. Beberapa hari binatang-binatang masih dilepas, tetapi setelah kami perhatikan, yang pulang ke kandang semakin kurang. Kulihat dengan mata kepala sendiiri beberapa ekor ditembak beberapa oleh serdadu Gurkha untuk dibawa ke tangsi mereka, ( Langit dan Bumi Sahabat Kami: 9).

2. Waten Dalem

Watem Dalem adalah sebuah kebun yang berada di belakang rumah Dini. Watem Dalem ini merupakan sumber bahan makanan pada saat pertempuran terjadi dan kekurangan makanan.

(49)

Dengan Watem Dalem keluarga Dini tidak merasa kekurangan makanan bahkan dapat membantu satu dua masyarakat yang paling miskin pada saat itu. Walaupun warga sering mencuri isi Waten Dalem karena kekurangan yang terjadi tetapi keluarga Dini selalu saja membantu warga.

Kemudian tibalah panen, sebetulnya belum waktunya. Tetapi kata Ayah lebih baik dicabut seluruhnya, karena telah berkali-kali di pagi hari orang tuaku mengetahui bahwa ada beberapa pohon yang diambil orang. Menjelang mahgrib, entah telah berapa keranjang ubi singkong yang masuk ke dalam sepen, petang itu tidak sempat membagikan pada tetangga, “Besok saja,” sahut Ayah, ( Langit dan Bumi Sahabat Kami: 72-73).

3. Pasar Prambaen

Pasar Prambaen adalah tempat berjualan dan pembelian warga pada saat sebelum dan sesudah pertempuran terjadi, tetapi setelah terjadi pertempuran warga tidak ada lagi yang berjualan juga yang membeli. Setelah semuanya kembali pasar Prambaen kembali buka dan sudah banyak yang berjualan kembali.

Penjual sudah mulai banyak di pasar Prambaen, rumah Dini menjadi persinggahan mereka sebelum dan sesudah pulang dari pasar, sehingga rumahnya pada saat itu tidak pernah kosong, ( Langit dan Bumi Sahabat Kami: 91.

4. Batanmiroto

Batanmiroto adalah tempat pengungsian keluarga Dini pada waktu Jepang masuk ke kota, di sana mereka menyinggahi sebuah keluarga yang dekat dengan Ayahnya, sebelum akhirnya kembali ke kota.

(50)

5. Tahanan

(51)

BAB V

ANALISIS SOSIOLOGI TERHADAP NOVEL LANGIT DAN BUMI SAHABAT KAMI KARYA NH. DINI

5.1 Cinta

Cinta merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pada umumnya manusia tidak dapat terlepas dari cinta karena setiap manusia memiliki cinta. Ini disebabkan karena manusia adalah makhluk atau individu sosial yang hidup dengan individu lainnya. Manusia tidak dapat hidup tanpa pembauran, perhatian, pertolongan, dan bantuan orang lain. Pembauran, pertolongan, perhatian, dan bantuan antara sesama individu itu merupakan bentuk rasa cinta kepada orang lain. Oleh karena itu, cinta merupakan sebuah kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupannya. Cinta dapat dirasakan oleh setiap manusia dan memberi arti yang berbeda pada setiap yang merasakannya, sehingga sulit memberi satu defenisi yang pasti mengenai cinta.

(52)

Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

“Sebuah perasaan yang membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih saying, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.”

Wahdi (dalam

1) Eros, adalah cinta manusia semata, yang diinspirasi oleh sesuatu ysng menarik pada objeknya. Eros merupakan cinta yang tumbuh dari seseorang kepada yang lain, 2) Storge, adalah ikatan alami antara ibu dan anak, bapak dan anak, dan saudara, 3) Philia, adalah setingkat lebih tinggi dari eros, berhubungan dengan jiwa dari pada tubuh. Menyentuh kepribadian manusia-intelektual, emosi dan kehendak, melibatkan salaing menbagi, 4) Agape, adalah tingkat kasih yang paling tinggi. Ini adalah kasih Tuhan, kasih yang tidak mencari kesenangan sendiri, tetapi senang member tanpa menuntut balasan.

Dari keempat bentuk cinta di atas hanya dijumpai tiga bentuk cinta dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini yaitu:

5.1.1 Storge: (Cinta Ayah dan Ibu Kepada Putrinya)

Storge adalah perasaan atau ikatan alami antara ibu dan anak, bapak dan anak, dan saudara. Cinta ini tergambar pada orang tua Dini yaitu cinta ayah kepada Dini dan kedua kakaknya.

(53)

Dapat juga tergambar pada kakak Dini yang mengungsi beberapa tahun sejak penjajahan Belanda telah kembali dengan penuh kerinduan dan tangisan oleh kedua orang tua Dini.

“Tiba-tiba dari rumah terdengar suara ramai, seruan Ibu yang bercampu-aduk. Kata-kata “anakku ngger” dan sebutan Tuhan yang Maha Pengasih berkali-kali ke tampat kami. “Ada itu di rumah?” Tanya YU Saijem, tanpa menjawab, aku berlari menaiki tangga latar, masuk ke ruang makan. Kulihat Ibu berpelukan dengan Heratih kedua menangis bahagia, dan di ruang tengah Ayah juga berpelukan dengan Maryam kakakku, (Langit dan Bumi Sahabat Kami: 130).

5.1.2 Philia: (Cinta Ayah Kepada Saudaranya)

Philia adalah cinta yang setingkat yang lebih tinggi dari eros, berhubungn dengan jiwa dari pada tubuh. Menyentuh kepribadian manusia-intelektual, emosi, dan kehendak, melibatkan saling berbagi. Bentuk cinta dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami terlihat rasa cinta ayah Dini kepada sanak saudaranya yang tinggal di rumah mereka yaitu Kang Marjo bersama istrinya, Yu Saijem yang tinggal bersama keluarga Dini tanpa suaminya beberapa bulan karena ditangkap oleh Belanda.

“Ayah juga menerima pengungsian beberapa kerabat dan saudara yang memerlukan pertolongan. Di kamar belakang timur ada Kang Marjo dan Yu Saijem, dan beberapa pengungsi lainnya, karena Ibu tidak sampai hati melihat mereka, (Langit dan Bumi Sahabat Kami: 11).

(54)

5.1.3 Agape: (Cinta Ayah dan Ibu Kepada Warga)

Agape adalah tingkat kasih yang paling tinggi. Ini adalah kasih yang senang memberi tanpa menuntut balas. Cinta ini tergambar dari cinta yang dimiliki orang tua Dini kepada warga. Mereka membantu warga tanpa menuntut balasan walaupun dalam keadaan kekurangan, tetapi masih bisa membantu warga.

“Ketika pertempuran itu tiba, masyarakat kekurangan dalam segala-galanya bahkan semua penduduk menderita kelaparan, tetapi keluarga Dini tidak mengalami demikian karena mereka telah menyimpan banyak bahan makanan, melainkan mereka dapat membantu satu sampai tiga kelurga yang paling miskin pada saat itu, (Langit dan Bumi Sahabat Kami: 35).

Pada saat musim benar-benar menjadi kering Ayah juga masih bisa membantu warga. Dengan pembuatan sumur di belakang rumah, berkat peliharaan yang Ayah jual. Sehingga keluarga Dini dan warga bisa menikmakmati air bersih.

“Hari itulah betapa orang tuaku berbahagia. Keprihatinan karena kekurangan air menghilang berkat si suluk, kami memiliki sumber yang bisa memperpanjang kehidupan kami. Seperti biasa, Ibu tidak biasa berdiam melihat penderitaan orang lain. Ia segera menyilakan tetangga-tentangga terdekat untuk turut menikmati kegunaan sumber air, (Langit dan Bumi Sahabat Kami: 75).

5.2 Kejahatan

(55)

itu tentu saja merugikan orang lain. Oleh sebab itu, pelaku kejahatan harus diberi hukuman yang sebanding dengan perbuatannya.

Menurut Sudarto (dalam Anoraga dan Ninik Widiyanti 1987: 7) “ Kejahatan merupakan suatu gejala yang menyangkut setiap orang. Kejahatan berkisar dari bentuk yang ringan sampai yang berat, misalnya pembunuhan yang keji.” Selanjutnya Anoraga dan Ninik Widiyanti (1987: 12) menyatakan “Sifat hakikat alamiah kejahatan sebagai suatu pelanggaran terhadap perasaan-perasaan tentang rasa kasihan dan rasa kejujuran.” Soedjono (1973: 192) mengatakan “Jenis-jenis kejahatan yang banyak jumlah dalam suatu masyarakat sebagai wadah kehidupan bersama semua gejala yang mengganggu ketertiban dan ketentraman masyarakat dapat dikatakan sebagai ‘penyakit masyarakat.”

Menurut Kartini Kartono (Dalam Suka Piring, 1987: 135-136):

”Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoral), merugikam masyarakat, asosial sifatnya, dan yang melanggar hukum serta undang-undang pidana. Secara sosiologis, kejahatan ialah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis, dan sosial-phsikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana).”

Selanjutnya menurut Kartini Kartono (dalam Sukapiring, 1987: 136):

(56)

Dari bentuk-bentuk kejahatan di atas, dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami Karya Nh. Dini terdapat dua bentuk kejahatan yaitu:

5.2.1 Intimidasi

Intimidasi adalah bentuk kejahatan yang kelima (Kartini Kartono, dalam Sukapiring 1987: 136). Intimidasi merupakan tekanan yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Kejahatan ini oleh warga kepada Ayah Dini yaitu warga mekukan pencurian karena kekurangan pada saat itu. Karena pada saat itu penduduk kekurangan, sering sekali penduduk mencuri dan membawa tanaman tanpa seijin dan sepengetahuan keluarga Dini.

“Kemudian tibalah panen, sebetulnya belum waktunya. Tetapi kata Ayah lebih baik dicabut seluruhnya, karena telah berkali-kali di pagi hari orang tuaku mengetahui bahwa ada beberapa pohon yang diambil orang, (Langit dan Bumi Sahabat Kami: 75).

Hal ini Dini dan kedua kakaknya keberatan atas perlakuan warga yang sering mencuri bahan makanan mereka tetapi orang tua mereka tidak keberatan karena warga melakukan hal itu terpaksa.

”Malam ini saya ingin saya ingin menjaga pohon yang masih tinggal, kata Kang Marjo. “Saya turut juga, Kang? Tanpa menunggu, teguh membawa senjata sabit dan golok. Kalau ada pencuri, gampang. Dengan kedua senjata itu am,at mudah. Bisa dilemparkan dengan tepat. “ Ah Jangan!” Ibu mencampuri percakapan mereka. Biar dicuri tidak mengapa, kita sudah mendapat bagian yang banyak, Langit dan Bumi Sahabat Kami: 74).”

5.2.2 Perampasan

(57)

mengunjungi rumah-rumah warga karena kurangnya pertempuran di kota sehingga mereka mengunjungi rumah warga dan mengambil harta benda mereka.

“Para serdadu asing sering mengunjungi rumah-rumah di kampung dan membawa barang-barang berharga seperti perhiasan rumah, kain batik bahkan ayam dan itik. Mereka membawanya tanpa seijin yang punya, sehingga Ayah Dini memutuskan untuk menyembunyikan sebahagian barang-barang seperti lemari, beserta bahan makanan di dalam lubang yang sudah mereka gali, (Langit dan Bumi Sahabat Kami: 35).

Belanda dengan suka hati berkuasa, mereka tidak memikirkan kehidupan warga, banyak gelandangan pada masa penjajahan itu, begitulah yang terjadi pada warga selama beberapa tahun.

“Sejak datangnya tentara Sekutu, di kampung tidak ada listrik sama sekali. Banyak tiang tumbang dan pusat pembangun tenaga listrik rusak berhubung pecahnya pertempuran. Demikian pula air ledeng, banyak pipa rusak sehingga kami penduduk kampung tidak menerima aliran air lagi, (Langit dan Bumi Sahabat Kami: 37).

5.3 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial. Soekanto (1928: 320) mengatakan bahwa “Kemiskinan diartikan sebagai salah satu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, mapun fisiknya dalam kelompok tersebut.”

(58)

“Ketika pertempuran itu tiba, masyarakat kekurangan dalam segala-galanya bahkan semua penduduk menderita kelaparan, tetapi keluarga Dini tidak mengalami demikian karena mereka telah menyimpan banyak bahan makanan, melainkan mereka dapat membantu satu sampai tiga kelurga yang paling miskin pada saat itu, (Langit dan Bumi Sahabat Kami: 35).

Kemiskinan yang terjadi di kota ini berawal masuknya tentara sekutu yaitu Belanda. Kemiskinan yang terus menerus berlanjut mengakibatkan warga kekurangan dalam segala hal karena dirampas oleh Belanda.

“Cerita dimulai dengan penceritaan kembali oleh tokoh si aku yang bernama Dini, tentang keadaan masyarakat pada zaman penjajahan Belanda. Keluarga dan masyarakat dinama si aku tinggal pada saat itu mengalami kekurangan dalam segala hal sehingga masyarakat memperebutkan bahan makanan menir yang berulat. Para serdadu asing sering mengunjungi rumah-rumah di kampung dan membawa barang-barang berharga seperti perhiasan rumah, kain batik bahkan ayam dan itik. Mereka membawanya tanpa seijin yang punya, (Langit dan Bumi Sahabat Kami: 17).

Kemiskinan yang sedang dihadapi warga tidak berlanjut, akhirnya kemakmuran kembali ke tangan warga karena tentara Belanda berhasil diusir dan angkat kaki dari tanah kecintaan warga. Semua keadaan kembali pulih warga yang mengungsi kembali ke rumah masing-masing, warga pun kembali tersenyum atas kepulangan sanak saudaranya.

(59)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Cinta Storge yaitu: perasaan atau ikatan alami antara ibu dan anak, bapak dan anak, dan saudara (Cinta Ayah dan Ibu kepada Putrinya), Philia: adalah cinta yang setingkat yang lebih tinggi dari eros, berhubungn dengan jiwa dari pada tubuh (Cinta Ayah kepada Saudaranya), Agape: adalah tingkat kasih yang paling tinggi. Ini adalah kasih yang senang memberi tanpa menuntut balas (Cinta Ayah dan Ibu kepada Warga).

2. Kejahatan adalah suatu gejala yang menyangkut setiap orang yang sering dijumpai dalam kehidupan manusia dan ditemukan berbagai pelanggaran, baik dalam lingkungan keluarga ataupun lingkungan luar keluarga (dalam masyarakat). Intimidasi adalah kejahatan berupa tekanan yang dilakukan seseorang kepada orang lain, seperti yang dialami masyarakat dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami Karya Nh. Dini yang dikekang oleh Tentara Belanda. Perampasan adalah suatu tindakan untuk mengambil alih hak atas suatu asset tertentu dan instrumen yang dipergunakan dan diduga kuat diperoleh atau akan diperoleh dari tindak pidana.

(60)

perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru di kota sebelum penjajahan Belanda dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami Karya Nh. Dini. Kemiskinan bukan hanya pada novel ini saja dijumpai tetapi sampai saat ini kemiskinan ada di mana mana yang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan.

6.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian terhadap novel Langit Dan Bumi Sahabat Kami Karya Nh. Dini, maka perlu saya sarankan yaitu sebagai berikut:

1. Novel ini perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui lebih dalam kajian sosiosastra dan juga dapat dikaji dengan menggunakan teori yang berbeda.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S dan Sutam Mohammad Zaim. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Intergrafika.

Damono, sapardi Djoko. 1984. Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Jabrohim, 2001. Sosiologi Sastra: Beberapa Konsep Pengantar. Yogyakarta: Hanindita Graha Wijaya.

Lexemburg, dkk. 1984. Pengantaar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia. Malo, Monase. 1985. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Karunika. Mudzakkir, (dalam

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media.

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

__________________ 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soekanto, Soerjono. 1928. Sosiologi: Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: Rajawali. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teeuw, A.1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Wahdi (dalam

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusasteraan (Terjemahan oleh Melani Budianta). Jakarta: Gramedia

Wibowo Turnady

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu studi yang memfokuskan pembahasan pada literatur-literatur baik berupa buku, jurnal,

menggunakan studi kepustakaan.Teknik yang peneliti gunakan dalam penelitian yaitu penelitian perpustakaan ( library research ). Data-data yang dibutuhkan adalah dokumen, yang

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) danPenelitian Kepustakaan (Library

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis penelitiannya bersifat penelitian kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan datanya menggunakan

Penelitian ini merupakan studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui riset berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang

Maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain yang pertama dengan studi kepustakaan (library research) yaitu mempelajari, meneliti, dan menelaah

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu studi yang memfokuskan pembahasan pada literatur-literatur baik berupa buku, jurnal,

Metode pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan melakukan