BAB V BIAYA DAN JADWAL a Anggaran Biaya
MELALUI TOLERANSI LINGKUNGAN BUDIDAYA
Tutik Kdarini. M Yamin. Rendy G dan Achmad Musa
ABSTRAK
Ikan rainbow Ajamaru (Melanotaenia ajamaruensis) merupakan ikan
endemik di Danau Ajamaru, Papua Barat dan rentan punah yang belum diketahui teknik budidayanya. Salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan dengan domestikasi ikan yang berasal dari alam dengan budidaya melalui pendekatan manipulasi lingkungan. Setiap jenis dan ukuran ikan menghendaki lingkungan yang berbeda. Tujuan Untuk mengetahui toleransi lingkungan budidaya ikan rainbow Ajamaru. Bahan dan metode dalam kegiatan penelitian ada 2 tahap yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan. Tahap persiapan membutuhkan waktu selama 3-4 bulan yaitu memproduksi ikan rainbow ajamaru sebagai ikan uji sebanyak sekitar 2500 ekor yang berukuran 3-4 cm. Tahap pelaksanaan membutuhkan waktu sekitar 1- 2 bulan. Ada 4 sub judul uji coba toleransi lingkungan 1) Toleransi suhu 2) Toleransi salinitas 3) Toleransi pH dan 4) Toleransi Oksigen pada ikan rainbow. Uji toleransi salinitas terdiri 7 perlakuan dan 3 ulangan. Toleransi pH ada dua tahap perlakuan pH rendah dan pH tingggi masing ada 6 perlakuan dan 3 ulangan. Uji toleransi suhu ada dua tahap perlakuan suhu rendah dan suhu tinggi masing ada 5 perlakuan dan 3 ulangan. Toleransi oksigen menggunakan wadah berupa botol volume 2 liter dengan padat tebar 10 ekor/L. Selama pengujian, botol dalam keadaan tertutup dan sensor DO meter berada dalam air media pemeliharaan. Parameter yang diamati mencatat ikan yang mati, analisa air setiap hari, analisa ikan gambaran darah, glukosa darah dan histologi untuk melihat organ ikan yang terpapar perlakuan.
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang
Ikan rainbow Ajamaru (Melanotaenia ajamaruensis) adalah salah satu ikan hias asli Indonesia dari 76 spesies rainbow yang tersebar di Sulawesi dan Papua. Ikan rainbow ini termasuk endemik yang berasal dari Danau Ajamaru Papau Barat dan telah dinyatakan punah tetapi dapat ditemukan kembali tahun 2007 oleh tim ekspedisi Papua (BPPBIH Depok, IRD Perancis, APSOR). Usaha ke arah budidaya perlu dilakukan dengan penguasaan teknologi dan memperhatikan konservasi. Salah satu langkah yang dilakukan adalah domestikasi ikan yang berasal dari alam dengan penguasaan teknologi
58
budidaya melalui pendekatan diantaranya manipulasi lingkungan. Parameter lingkungan untuk budidaya ikan rainbow diantaranya pH. Suhu, Salinitas, kesadahan, alkalinitas dan oksigen. Setiap jenis ikan dan ukuran mempunyai toleransi lingkungan yang berbeda. Menurut Tapin (2010) bahwa ikan rainbow ajamaru di alam hidup pada toleransi sebagai berikut untuk oksigen terlarut ( D0) > 5 ppm, pH 6,5-7,8 dan suhu 22-24 oC ( pemijahan 28o C). Hasil penelitian 2016 bahwa toleransi benih ikan rainbow kurumoi (Melanotaenia parva) LC 50 selama 96 jam salinitas 11,1 ppt, pH basa 10,74, suhu tinggi 35,11 oC (Anonim, 2016) berkisar Dengan latar belakang tersebut maka dilakukan uji toleransi kualitas air (DO, suhu, salinitas dan pH) pada lingkungan budidaya. Sejauh mana ikan rainbow ajamaru merespon terhadap toleransi lingkungan budidaya setelah di domestikasikan yang berasal dari alam baik pada lingkungan toleransi kisaran yang terendah maupun tertinggi dalam hal ini untuk ukuran benih ikan.
b. Tujuan dan Sasaran.
Untuk mengetahui toleransi lingkungan budidaya (pH, salinitas, suhu dan oksigen)
ikan rainbow Ajamaru (Melanotaenia ajamaruensis ) dan Sasaranya pembudidaya, eksportir, penghobi, praktisi bisnis, akademisi
c. Kebaruan dan Terobosan Teknologi
Informasi tentang toleransi ikan khusus ikan rainbow Ajamaru belum ada karena ikan baru didomestikasi berasal dari alam.
II Metode Pelaksanaan Persiapan penelitian
- Kegiatan persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan ikan uji. Ikan uji diperoleh dari hasil budidaya atau produksi di Lab BPPBIH Depok dalam hal ini membutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan.
- Mempersiapkan bahan dan alat untuk kegiatan penelitian.
Pelaksanaan penelitian
Toleransi lingkungan ikan rainbow Ajamaru meliputi 4 kegiatan yaitu toleransi pH, toleransi Suhu, toleransi Salinitas dan toleransi Oksigen
59
2.1. Uji Toleransi suhu pada ikan rainbow Ayamaru (Moh Yamin)
Uji toleransi suhu ada dua tahap yaitu uji coba suhu rendah dan suhu tingggi. Uji toleransi suhu tinggi. Wadah yang digunakan untuk penelitian suhu rendah yaitu bok plastik sebanyak 16 buah. Wadah diisi air sebanyak 10 liter yang dilengkapi dengan aerasi dan heater. Terdiri 4 perlakuan dan 3 ulangan adalah sebagai berikut 1) 18±0,5oC; B) 20±0,5oC; C) 22±0,5oC; dan D) 24±0,5oC. Agar suhu stabil maka penelitian dilakukan diruangan yang ber AC. Ikan berukuran sekitar panjang total 3 cm ditebar dengan kepadatan 10 ekor/wadah atau 1 ekor/L. Pengamatan suhu dilakukan setiap hari. Ikan yang mati dikeluarkan dan dicatat. Analisa stres (glukosa/kortisol) dan histologi untuk melihat organ.
Uji toleransi suhu suhu tinggi. Wadah yang digunakan untuk penelitian suhu rendah yaitu bok plastik sebanyak 16 buah. Wadah diisi air sebanyak 10 liter yang dilengkapi dengan aerasi dan heater. Terdiri 4 perlakuan dan 3 ulangan adalah sebagai berikut 1) A) 25±0,5oC; B) 27±0,5oC; C) 29±0,5oC;
D) 31±0,5oC; E) 33±0.5oC; F) 35±0,5oC; dan G) 37±0,5oC. untuk menjaga
suhu stabil maka penelitian dilakukan diruangan yang ber AC. Ikan berukuran sekitar panjang total 3 cm ditebar dengan kepadatan 10 ekor/wadah atau 1 ekor/L. Pengamatan suhu dilakukan setiap hari. Ikan yang mati dikeluarkan dan dicatat. Analisa stres (glukosa/kortisol) dan histologi.
2.2. Uji Toleransi salinitas pada ikan rainbow Ayamaru (Rendi G)
Uji toleransi salinitas dilakukan pada benih ikan rainbow ajamaru yang berukuran panjang total sekitar 3 cm. Uji ini dilakukan untuk menentukan ambang konsentrasi salinitas dan uji LC50-48 jam. Penentuan ambang konsentrasi adalah konsentrasi ambang atas yang menyebabkan laju kematian benih ikan lebih dari 95% dalam waktu dedah 24 jam, dan konsentrasi ambang bawah adalah konsentrasi yang mendukung sintasan benih dari 95% dalam waktu dedah 48 jam. Penentuan ambang konsentrasi salinitas dilakukan dengan menguji salinitas berbeda, yaitu 0,1, 3, 6, 9, 12, dan 15 g/L.
60
Konsentrasi salinitas perlakuan diperoleh melalui penambahan air laut (salinitas 37 ppt) ke dalam air tawar hingga mencapai salinitas yang diinginkan sesuai perlakuan. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah ikan yang mati (mortalitas) dan yang hidup (sintasan) pada jam ke-0;24; 48; 72; dan 96 jam.
Uji LC50 yaitu dimana konsentrasi yang mematikan 50% dalam waktu dedah 48 jam. Konsentrasi yang digunakan pada uji LC50 adalah konsentrasi yang didapatkan dari pengujian konsentrasi ambang atas dan bawah dengan persamaan untuk mencari nilai tertentu dalam interval logaritma. Salinitas yang digunakan dalam penentuan LC50 adalah yaitu A) kontrol; B) 8,3 g/L; C) 9,1 g/L; D) 9,8 g/L; E) 11,1 g/L; F) 12,3 g/L, dan G)13,3 g/L. Masing- masing perlakuan diulang 3 kali. Ikan uji yang digunakan adalah sebanyak 210 ekor, berukuran panjang total sekitar 3 cm. Ikan ditebar dengan kepadatan satu ekor/L. Pengamatan dengan mencatat benih ikan yang mati dan benih yang hidup pada jam ke-0; 24; 48; 72; dan 96 jam. Salinitas di ukur setiap hari dan ikan yang mati dikeluarkan. Analisa glukosa/kortisol untuk melihat ikan stress dan histologi untuk melihat organ yang rusak.
2.3 Uji toleransi pH pada ikan Rainbow Ajamaru (Ahmad Musa).
Uji toleransi pH terdiri atas pH basa dan pH asam. Menurut Tappin (1990) bahwa ikan rainbow Kurumoi hidup pada kisaran pH 6,5-8,5. Penentuan ambang konsentrasi pH basa dilakukan melalui pengujian dengan berbagai tingkat yang berbeda, yaitu 6,0 (kontrol); 8,5; 10,5; 12,5; dan 13,5. Konsentrasi pH perlakuan diperoleh dengan cara menambahkan larutan NaOH ke dalam air media pemeliharaan hingga diperoleh nilai pH sesuai yang diinginkan. Tingkatan pH basa tersebut digunakan untuk menentukan konsentrasi ambang atas yaitu konsentrasi yang menyebabkan laju kematian benih ikan lebih dari 95% dalam waktu dedah 24 jam, dan konsentrasi ambang bawah adalah konsentrasi yang mendukung sintasan benih lebih dari 95% dalam waktu dedah 48 jam. Pengamatan dilakukan dengan mencatat benih ikan yang mati dan benih yang hidup pada jam ke-0; 24; 48; 72; dan 96 jam.
61
LC 50 adalah konsentrasi yang mematikan 50% dalam waktu dedah 48 jam. Konsentrasi pH yang digunakan pada uji toksisitas adalah konsentrasi yang didapatkan dalam konsentrasi ambang atas dan bawah dengan persamaan untuk mencari nilai tertentu dalam interval logaritma dan menghasilkan konsentrasi yaitu A) 6,0 (kontrol); B) 8,5; C) 9,2; D) 9,9; E) 10,7; F) 11,6 dan G) 12,5. Ikan uji yang digunakan adalah benih berukuran panjang total sekitar 3 cm dan bobot sebanyak 210 ekor dengan kepadatan 1 ekor per liter, masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Pengamatan dilakukan dengan mencatat benih ikan yang mati dan benih yang hidup pada jam ke-0; 24; 48; 72; dan 96 jam. Analisa glukosa/kortisol untuk melihat ikan stress dan histologi untuk melihat organ yang rusak
2.4 Uji toleransi Oksigen pada ikan Rainbow Ajamaru (Tutik Kadarini)
Uji toleransi oksigen terlarut menggunakan ikan rainbow ajamaru berukuran panjang total 3-4 cm. Konsentrasi oksigen terlarut dalam media pemeliharaan ikan uji diukur menggunakan DO meter digital Merk YSI@.
Pengujian toleransi oksigen menggunakan wadah berupa botol volume 2 liter dengan padat tebar 10 ekor/L. Selama pengujian, botol dalam keadaan tertutup dan sensor DO meter berada dalam air media pemeliharaan. Oksigen diukur setiap saju jam dan dicatat ikan yang mati.(Effendi,2000)
Parameter yang diamati mencatat ikan yang mati, analisa air setiap hari, Kualitas air meliputi Suhu, oksigen, salinitas, pH, kesadahan, alkalinitas, amoniak, nitrit, pada awal dan akhir penelitian dianalisa gambaran darah, glukosa darah dan histologi untuk melihat organ ikan yang terpapar perlakuan.
62
III.LUARAN
Luaran yang akan dicapai dalam kegaiatan ini publikasi ilmiah nasional yang terakreditasi.
No Jenis Luaran Tahapan Keterangan
1 Publikasi ilmiah 1) Internasionalbereputasi
Nasional terakreditasi 1 KTI
2 Hak Kekayaan Intelektual (HKI)2) Paten - Paten sederhana - Hak cipta - Merk dagang - Rahasia dagamg -
Desain produk industri -
Indikasi gegrafis -
Perlindungan varietas -
Perlindungan topografi Sirkuit terpadu
-
3 Teknologi Tepat guna 3)
4 Model Purwapura (Prototipe)/Desain 4)
5 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 5) 3