• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dianggap berhasil jika nilai rata-rata yang dicapai siswa kelas V SDN Progowati Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2004 – 2005 untuk sub pokok bahasan kubus, limas dan kerucut mencapai minimal 6,5, dan ketuntasan belajar mencapai minimal 65%.

51 A. Hasil Penelitian

1. Siklus I

Berdasarkan pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing untuk guru diperoleh data bahwa pada siklus I kinerja guru mencapai 7,9 dari kinerja maksimal yang diharapkan, hal ini dapat dilihat pada lampiran 16. Sedangkan dari hasil pengamatan aktifitas siswa (lampiran 17) dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus I mencapai 9,7 %.

Data analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus I (lampiran 15 menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 76. Dari 21 siswa yang telah mencapai batas ketuntasan belajar sebanyak 12 siswa (57%), sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 9 siswa (43%).

2. Siklus II

Hasil pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing untuk guru menunjukkan bahwa kinerja guru mencapai 7,8 dari kinerja maksimal yang diharapkan (lampiran 32). Dan dari hasil pengamatan aktifitas siswa dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus II mencapai 9,7 (lampiran 15)

Analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 7,6 (lampiran 31). Siswa yang telah

tuntas belajar sebanyak 12 siswa (57%) sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 9 siswa (43%).

3. Siklus III

Berdasarkan pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing untuk guru diperoleh hasil pengamatan bahwa kinerja guru mencapai 80% dari kinerja maksimal yang diharapkan (lampiran 50). Sedangkan dari hasil pengamatan aktifitas siswa (lampiran 51) dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus III mencapai 97%.

Analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus III menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 9,6 (lampiran 49). Siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 21 siswa (100%), sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 0 siswa (0%).

B. Pembahasan

Pelaksanaan penelitian pada siklus I belum menunjukkan bahwa penggunaan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang mempelajari tentang kubus, hal tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata evaluasi siklus I yang mencapai 7,6 sudah mencapai nilai rata-rata-rata-rata evaluasi yang diharapkan, yaitu 6,5. Dari analisis daya serap siswa juga dapat dilihat bahwa siswa yang belajarnya hanya 57% dari semua siswa di kelas V SDN Progowati I Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.

Ketidakberhasilan penelitian siklus I ini terjadi karena baik guru maupun siswa baru pertama kali melaksanakan pembelajaran metode ini, sehingga baik

guru maupun siswa belum punya pengalaman dan belum punya gambaran terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

Pengelolaan pembelajaran oleh guru pada siklus I ini belum maksimal dilakukan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan untuk guru yang menunjukkan bahwa skor kinerja guru baru mencapai 7,9 % dari skor maksimal yang diharapkan. Kekurangan guru antara lain terletak pada perencanaan pembelajaran yang kurang matang, yang dapat dilihat dari kurang cermatnya dalam pembagian waktu. Kurang jelasnya keterangan guru tentang tugas dan peran siswa dalam pembelajaran serta kurang perhatian guru pada siswa yang kurang aktif juga merupakan kekurangan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus I ini.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I, siswa sudah menunjukkan aktivitas yang maksimal, hal ini dapat dilihat dari skor aktivitas siswa baru mencapai 9,7 dari skor maksimal yang diharapkan. Pada siklus I ini siswa sudah paham dengan apa yang harus dikerjakannya, sehingga tidak banyak minta bimbingan dan bertanya pada gurunya. Walaupun pembelajaran sudah didominasi oleh siswa, namun bimbingan guru masih sangat diperlukan oleh siswa. Proses penemuan dalam kerja kelompok berlangsung sangat lama sehingga menghabiskan banyak waktu dan kegiatan lain tidak bisa terlaksana. Interaksi siswa dalam kelompok juga sudah maksimal karena setiap kelompok terdiri dari kelompok laki-laki dan perempuan sehingga mereka merasa bebas dan saling membantu.

Semua kekurangan pada siklus I ini dimungkinkan karena siswa belum siap secara mental melaksanakan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, dan siswa sedang mengalami masa penyesuaian atau adaptasi dari cara lama ke metode ini.

Penelitian siklus I ini menuntut untuk diadakannya siklus lanjutan yaitu siklus II, yang pada dasarnya merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I. Perbaikan pada siklus II dilakukan dengan memperbaiki kinerja guru, memberi rangsangan agar secara mental lebih siap untuk pembelajaran, dan memacu agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Pada siklus II ini guru membuat rencana pembelajaran dan membuat kelompok baru yang lebih baik, dan guru melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik pula. Guru telah memperjelas peran dan fungsi siswa dalam pembelajaran dan memberi perhatian lebih dan bimbingan pada siswa yang kurang aktif. Siswa mendapat kelompok yang lebih baik dibanding kelompok pada siklus I, setiap kelompok terdiri dari siswa saja atau terdiri dari siswi saja, sehingga rasa malu bertanya, canggung untuk bekerjasama dapat berkurang dan siswa menjadi lebih aktif dalam kelompoknya. Proses penemuan juga tidak lagi memerlukan waktu yang lama.

Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus II masih stabil dilihat dari kinerja pengelolaan pembelajaran oleh guru, aktivitas siswa, maupun hasil evaluasi siklus II. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan untuk guru yang turun skornya dari 7,9 pada siklus I menjadi 7,8 pada siklus II, skor hasil pengamatan siswa stabil dari 76% pada siklus I menjadi 76% pada siklus II.

Hasil evaluasi siswa stabil dari nilai rata-rata 7,6 tetap 7,6 tetapi ketuntasan belajar naik dari 57% menjadi 71%.

Meskipun hasil evaluasi siklus II menunjukkan nilai rata-rata yang dicapai siswa stabil dari tolok ukur keberhasilan penelitian, namun ketuntasan belajar belum tercapai sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus III.

Pada siklus III guru melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik. Pelaksanaannya hampir sama dengan siklus II, pada siklus ini tiap kelompok terdiri dari 3 siswa. Setiap kelompok dibuat berjauhan tempat duduknya, sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif dan mandiri dalam melakukan proses pembelajaran. Pada siklus ini siswa juga dituntut untuk lebih percaya diri dalam memprediksi dan membuat kesimpulan, selain itu proses penemuan juga berlangsung lebih cepat dari sebelumnya.

Hasil pengamatan untuk guru menunjukkan bahwa kinerja guru mencapai 80%, aktivitas siswa mencapai skor 9,7 dan hasil evaluasi siklus III menunjukkan nilai rata-rata siswa mencapai 9,6 dan ketuntasan belajar 100%. Hasil belajar ini telah mencapai tolok ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, dengan demikian penelitian telah berhasil, dan pelaksanaan siklus berikutnya tidak perlu dilakukan.

56 A. Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah melalui pemanfaatan alat peraga, hasil belajar bangun ruang siswa kelas V SDN Progowati I Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang dapat ditingkatkan perolehan nilai akhir siklus III skor rata-rata 9,6 dengan ketuntasan belajar klasikal 100%.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas pada materi bangun ruang pada siswa kelas V SDN Progowati I, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut.

1. Diharapkan dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang, guru SDN Progowati I Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, menggunakan alat peraga kubus, limas dan kerucut. Dengan alat tersebut dapat membantu penalaran siswa pada operasi hitung volum kubus, limas dan kerucut.

2. Proses belajar mengajar yang baik disarankan melibatkan siswa secara aktif. Misal siswa diberi tugas membuat alat peraga, mendemonstrasikan, berdiskusi dalam memecahkan masalah dan soal-soal matematika.

3. Belajar matematika dalam kelompok belajar di dalam kelas perlu diupayakan. Berkelompok akan terjadi diskusi, tanya jawab, membantu dan menerima masukan. Siswa yang pandai diharapkan membantu siswa yang kurang pandai sehingga ketuntasan belajar klasikal dapat maksimal.

i

Amin Suyitno dkk, Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I, Jurusan Pendidikan Matematika F MIPA UNNES, 2001.

Dedi Junaedi dkk, 1998. Penuntun Matematika untuk SLTP Jilid 3. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Emi Pujiastuti, Suhito, Hand Out Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 2.

Muh Uzer Usman. 1996, Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 1992. Psykologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru. Program Semester, Kurikulum Sekolah Dasar Tahun 1994 yang disempurnakan Kelas V, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 1999.

Piaget Jean. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya.

Suharsimi Arikunto. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

ii

Dokumen terkait