• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. PENGARUH JENIS HIDROKOLOID DAN MINYAK NILAM TERHADAP

4.2.1. Total Penguapan Zat Cair

Total penguapan zat cair diketahui dengan menimbang bobot gel pengharum ruangan dan menghitung penurunan bobot tersebut selama tiga minggu. Berat produk yang hilang merupakan minyak atsiri dan air yang menguap dari gel. Oleh karena itu, besar susut bobot berbanding terbalik dengan ketahanan gel. Semakin kecil bobot yang hilang atau semakin besar bobot yang tersisa berarti semakin sedikit minyak atsiri dan air yang telah menguap, artinya semakin besar ketahanan wangi gel tersebut. Rata-rata total penguapan zat cair selama tiga minggu dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Rata-rata total penguapan zat cair pada gel pengharum ruangan dengan campuran karagenan dan glukomanan sebesar 60 : 40 dan 100 : 0 dan konsentrasi masing - masing sebesar 3 % dan 5 % selama tiga minggu penyimpanan. Setiap gel diberi perlakuan dengan menggunakan nilam dan tanpa nilam

12.00 10.29 12.60 11.29 12.09 15.54 10.66 10.76 10 11 12 13 14 15 16 60 : 40; 3% 60 : 40; 5% 100 : 0; 3% 100 : 0; 5% P en g u ap an zat cai r ( % ) Formula

Dari grafik dapat dilihat apabila perbandingan 60 : 40 dan 100 : 0 dibandingkan pada konsentrasi yang sama, hasil menunjukkan bahwa perbandingan 60 : 40 yang mengandung nilam mengalami penguapan yang lebih rendah daripada perbandingan 100 : 0 yang mengandung nilam, dan perbandingan 60 : 40 yang tidak mengandung nilam menunjukkan penguapan yang lebih tinggi daripada perbandingan 100 : 0 yang tidak mengandung nilam. Artinya, penggunaan nilam pada gel yang mengandung glukomanan dengan perbandingan 60 : 40 lebih efektif mempertahankan penguapan zat cair daripada penggunaan nilam pada gel yang tidak mengandung glukomanan (perbandingan 100 : 0). Hal ini dapat dipengaruhi oleh sifat elastisitas glukomanan yang menyebabkan minyak atsiri dapat bercampur lebih baik dengan hidrokoloid sehingga nilam pun dapat mengikat minyak atsiri lebih baik, sedangkan kappa karagenan memiliki struktur gel yang rapuh dan lebih berongga sehingga minyak tidak begitu terikat dengan hidrokoloid, melainkan hanya mengisi rongga- rongga rantai heliks kappa karagenan.

Bila konsentrasi 3 % dan 5 % dibandingkan pada perbandingan yang sama, konsentrasi 5 % menghasilkan penguapan yang lebih rendah daripada konsentrasi 3 % pada gel pengharum ruangan yang menggunakan nilam. Sedangkan pada gel pengharum ruangan yang tidak menggunakan nilam, konsentrasi 5 % pada perbandingan 60 : 40 menunjukkan hasil penguapan yang jauh lebih tinggi. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan jauh yang ditimbukan pada konsentrasi 5 %. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konsentrasi 5 % menghasilkan gel yang cepat mengeras sehingga faktor pengadukan sangat memengaruhi hasil kehomogenan gel yang dihasilkan. Setelah gel mengeras, terdapat minyak atsiri yang tersisa di permukaan gel sehingga mudah mengalami penguapan. Namun, penggunaan minyak nilam membuat minyak atsiri menjadi lebih terikat. Selain itu, suhu yang lebih tinggi saat pengadukan membuat minyak atsiri lebih banyak menguap sebelum gel tersebut mengeras. Konsentrasi 5 % menghasilkan penguapan yang kurang stabil karena pengadukan yang sulit.

Data ini kemudian dicek menggunakan rancangan acak lengkap faktorial untuk melihat pengaruh jenis hidrokoloid/formula gel dan penggunaan nilam terhadap penyusutan bobot. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa formula gel, penggunaan minyak nilam, dan interaksi keduanya ternyata memberikan pengaruh yang nyata pada susut bobot (Lampiran 8). Untuk melihat pengaruhnya, dilakukan uji lanjut Duncan pada ketiga faktor tersebut.

Hasil uji Duncan pada faktor formula menunjukkan bahwa setiap formula memiliki besar susut bobot yang berbeda signifikan dengan formula yang lainnya (Lampiran 9). Hal ini disebabkan karena setiap formula memiliki sifat kekuatan gel dan sineresis yang saling berbeda sifnifikan, dimana kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh struktur gel yang akan memengaruhi kestabilan gel dalam mempertahankan penguapan zat cair. Selain itu, kekuatan gel dan sineresis ini memiliki interaksi yang nyata pada gel. Artinya, kekuatan gel dan sineresis memiliki pengaruh yang nyata terhadap penguapan zat cair. Hasil uji Duncan kekuatan gel dan sineresis dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11.

Gel perbandingan 60 : 40, konsentrasi 3 % memiliki kekuatan gel yang lebih rendah dan sineresis yang lebih tinggi daripada konsentrasi 5 % sehingga penguapannya lebih tinggi. Begitu pula pada gel perbandingan 100 : 0. Maka, kekuatan gel dan sineresis memberikan pengaruh nyata pada penguapan zat cair dimana perbandingannya terbalik dengan kekuatan gel dan berbanding lurus dengan tingkat sineresis. Kekuatan gel yang lebih rendah dan sineresis yang lebih tinggi menyebabkan stabilitas gel berkurang, zat cair yang berada di dalam matriks gel akan berdifusi perlahan-lahan ke bagian luar gel dan menguap.

Hasil uji Duncan pada faktor penggunaan minyak nilam menunjukkan bahwa gel dengan minyak nilam menghasilkan susut bobot yang signifikan lebih rendah daripada gel tanpa minyak nilam (Lampiran 12). Artinya, nilam memberikan pengaruh positif pada ketahanan bobot gel. Pengaruh ini positif dan efektif pada gel yang mengandung glukomanan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Menurut Rahmaisni (2011), nilam mengikat wangi karena memiliki titik didih dan uap

yang lebih tinggi ketimbang minyak jeruk purut dan minyak kenanga. Peran minyak nilam sebagai zat fiksatif wangi minyak atsiri lain, diduga oleh adanya semacam kohesivitas antara minyak nilam dengan komponen-komponen dalam minyak atsiri yang lain sehingga minyak jeruk purut dan kenanga tidak mudah menguap.

Hasil Uji Duncan terhadap interaksi formula dan nilam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa setiap sampel menghasilkan perbedaan yang signifikan dengan sampel yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh keragaman pada ketiga faktor (kekuatan gel, sineresis, dan penggunaan nilam) dan interaksi yang nyata pada ketiga faktor tersebut. Semakin beragam faktor-faktor yang memengaruhi dan semakin nyata interaksi antar faktor tersebut mengakibatkan semakin beragamnya penguapan zat cair yang dihasilkan.

Gel memiliki berat awal yang berbeda-beda, maka untuk melihat perubahannya setiap minggu, dilakukan perhitungan penurunan bobot gel secara grafimetri, yakni dengan menghitung nilai persentase berat tersisa terhadap berat awal produk. Produk gel pengharum ruangan yang memiliki nilai persentase berat tersisa terhadap berat awal lebih tinggi berarti memiliki penguapan yang lebih kecil, dengan kata lain memiliki ketahanan wangi lebih tinggi. Persentase penurunan bobot gel pengharum ruangan dilihat pada setiap konsentrasi, yaitu 3 % dan 5 %, grafik dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12.

Dari grafik terlihat bahwa setiap sampel mengalami penurunan bobot setiap minggunya. Ada tiga kondisi penurunan bobot gel pengharum ruangan selama penyimpanan yaitu, menurun lebih cepat dari gel yang lain, menurun lebih cepat dari minggu sebelumnya (mengalami percepatan penurunan), dan stabil. Gel pengharum ruangan yang menurun lebih cepat dari yang lain adalah gel yang titik bobotnya berada di bawah titik bobot gel yang lain, gel pengharum ruangan yang mengalami percepatan penurunan adalah gel yang garis bobotnya memotong garis bobot gel yang lain sehingga besar bobot sisanya menjadi lebih kecil, sedangkan gel pengharum ruangan yang stabil adalah gel yang menurun bobotnya namun tidak sampai melewati garis bobot gel lain.

Gambar 11. Grafimetri gel pengharum ruangan dengan konsentrasi hidrokoloid 3 % 88 90 92 94 96 98 100 0 7 14 21 B obot s is a (% )

Lama penyimpanan (hari)

60 :40, dengan nilam 60 :40, tanpa nilam 100 : 0, dengan nilam 100 : 0, tanpa nilam Perbandingan karagenan- glukomanan, penggunaan minyak nilam:

Gambar 12. Grafimetri gel pengharum ruangan dengan konsentrasi hidrokoloid 5 %

Pada konsentrasi 3 %, formula gel dengan perbandingan 60 : 40 tanpa minyak nilam dan perbandingan 100 : 0 dengan minyak nilam mengalami percepatan penurunan mulai minggu kedua. Sedangkan perbandingan 60 : 40 dengan minyak nilam serta perbandingan 100 : 0 tanpa minyak nilam mengalami penurunan yang stabil per minggunya.

Pada konsentrasi 5 %, terlihat penurunan bobot yang lebih stabil pada setiap jenis gel pengharum ruangan. Kecuali pada gel perbandingan 100 : 0 tanpa minyak nilam, dimana garis bobotnya mengalami percepatan penurunan pada minggu ke dua.

Susut bobot yang hilang pada semua sampel gel pengharum ruangan lebih besar daripada bobot minyak atsiri yang dikandungnya karena tidak hanya minyak atsiri yang menguap, namun juga air. Untuk mengetahui ketahanan minyak atsiri yang dikandung setiap sampel gel pengharum ruangan, dilakukan uji kekuatan wangi gel pengharum ruangan melalui uji sensorik. Melalui uji ini, dapat diketahui ketahanan wangi gel pengharum ruangan yang lebih baik setelah tiga minggu penyimpanan. Semakin tinggi kekuatan wanginya pada saat dilakukan pengujian maka semakin banyak minyak atsiri yang masih terkandung di dalam gel pengharum ruangan.

Dokumen terkait