• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peternakan

Kontribusi potensi beban pencemaran peternakan ayam jika diprediksikan semua limbah ternak ayam potong dibuang semuanya ke sungai maka potensi beban pencemaran BOD, COD,TN dan TP jauh lebih tinggi sebesar 8795.31 kg/hari, 20832.96 kg/hari dan 11.18 kg/hari.

Limbah ternak ayam merupakan penyumbang paling besar terhadap peningkatan BOD, TP dan COD. Hal ini disebabkan oleh tingkat pemeliharaan ternak oleh penduduk pada masa sekarang yang lebih menyukai memelihara ayam dibandingkan ternak lainnya. Potensi beban pencemar untuk BOD dari sektor peternakan mencapai 563.36 ton/bulan terdiri dari 67% Kota Serang dan 33% Kabupaten Serang dengan kontribusi terhadap empat parameter diatas adalah 34%. Untuk Parameter Total N dan Total P masing-masing 3.802 ton/bulan dan 0.74 ton/bulan atau 0.11% terhadap empat parameter tersebut.

c. Potensi beban pencemaran dari limbah Pertanian/Perkebunan

Perhitungan beban pencemaran dari pertanian dalam analisis ini bersumber aktifitas pertanian diperolah dari data luas lahan pertanian.

Tabel 18 Potensi beban cemar lahan pertanian di DAS Cibanten

Kabupaten Serang Kecamatan

( kg/hari ) % ( kg/hari ) % ( kg/hari ) % ( kg/hari ) %

Ciomas 605.70 11.09 3.25 6.66 PABUARAN 4768.88 63.96 26.59 53.27 WARINGINKURUNG 699.86 13.44 3.74 7.56 KRAMATWATU 410.91 4.81 2.29 4.57 PADARINCANG 8.74 0.17 0.05 0.09 BAROS 149.40 2.67 0.80 1.60 Kota Serang

Kecamatan BOD TSS Total P Total N

KASEMEN 1923.42 53.85 11.64 23.27 Taktakan 307.86 15.16 1.90 3.95 Serang 68.22 3.14 0.42 0.84 Cipocok Jaya 0.00 0.00 0.00 0.00 Kota Serang 2299.50 25.71 72.15 42.87 13.96 27.55 28.06 27.6 Kabupaten Serang 6643.50 74.29 96.14 57.13 36.71 72.45 73.76 72.4 Total Keseluruhan 8943.00 100.00 168.29 100 50.67 100 101.82 100

Sumber : Analisa dan Perhitungan 2013

Sementara itu faktor emisi parameter pencemaran pertanian diperoleh dari penelitian Balai Lingkungan Keairan, PUSLITBANG SDA, Kementrian Pekerjaan Umum/PU (2004). Beberapa tipe tutupan lahan seperti permukiman, sawah, tegalan/ladang dan lainnya diduga turut menyebabkan pencemaran air sungai sehingga terjadi penurunan kualitas air sungai. Pada Tabel 18 menunjukkan potensi beban cemar lahan pertanian (sawah, palawija dan perkebunan) terdiri dari Kabupaten Serang dan Kota Serang berdasarkan analisis data spasial. Potensi beban pencemar untuk BOD dari sektor lahan pertanian mencapai 745.25 ton/bulan terdiri dari 74.29% dari Kabupaten Serang dan 25.71% Kota Serang dengan kontribusi terhadap empat parameter adalah 96%. Hal serupa juga perna h dilaporkan oleh Rasyidin (1995), berdasarkan hasil penelitiannya di DAS Ciliwung diperoleh bahwa dengan berkurangnya hutan dan bertambahnya penggunaan hutan untuk lain-lain menyebabkan kualitas air salah satunya BOD, pada musim penghujan dan musim kemarau cenderung lebih besar. Potensi beban pencemar untuk TSS dari sektor lahan pertanian mencapai 14.02 ton/bulan terdiri dari 42.87% dari Kota Serang dan 57.13% Kabupaten Serang dengan kontribusi terhadap empat parameter diatas adalah 2%. Hill (2004) menyatakan bahwa limbah berupa limpasan dari area pertanian merupakan sumber pencemar utama TSS. Untuk Parameter Total N dan Total P masing- masing 8.49 ton/bulan dan 4.23 ton/bulan atau 1.1% terhadap empat parameter tersebut. Sumber pencemar Kabupaten Serang berasal dari kecamatan Pabuaran 72%, kecamatan Waringin Kurung 11%, kecamatan Ciomas 9%, kecamatan Kramatwatu 6%, kecamatan Baros 2%. Kota Serang berasal dari kecamatan Kasemen 75%, kecamatan Taktakan 21%, kecamatan Serang 4%. (Verbist et al. 2009) menyatakan bahwa perubahan tata guna lahan hutan menjadi pertanian dan permukiman merupakan faktor utama penyebab penurunan kualitas air sungai di daerah hulu melalui sedimentasi, penumpukan hara dan pencemaran bahan kimia pestisida.

d. Potensi beban pencemaran dari Hotel

Potensi beban pencemaran dari hotel diperoleh dengan menghitung tingkat hunian dan jumlah tempat tidur. Hasil perkalian antara tempat tidur dan tingkat hunian merupakan jumlah orang yang tinggal di hotel. Emisi yang dihasilkan dihitung sesuai dengan emisi perorangan setiap hari. Potensi beban pencemar untuk COD dari sektor Hotel mencapai 632.56 ton/bulan di Kota Serang dan potensi beban pencemar untuk BOD dari sektor Hotel mencapai 458 ton/bulan terdiri di Kota Serang dan potensi beban pencemar untuk TSS dari sektor Hotel mencapai 432.81 ton/bulan di Kota Serang dengan kontribusi COD terhadap tiga parameter diatas adalah 42%. Untuk Parameter BOD dan TSS masing-masing 30% dan 28% terhadap empat parameter tersebut pada Tabel 19. Seluruh hotel terletak di Kota Serang khususnya di kecamatan Serang.

e. Potensi beban pencemaran dari rumah sakit

Potensi beban pencemaran dari rumah sakit diperoleh dengan menghitung jumlah pasien yang menginap sebagai dasar asumsi. Hasil perkalian antara tempat tidur dengan jumlah pasien merupakan potensi beban pencemar. Beban pencemaran = jumlah tempat tidur x tingkat hunian pasien Jumlah beban pencemaran untuk tiap parameter mengacu kepada emisi perorangan tiap hari. Potensi beban pencemar untuk COD dari sektor Rumah Sakit mencapai 1.42 ton/bulan di Kota Serang, potensi beban pencemar untuk BOD dari sektor Rumah Sakit mencapai 0.46 ton/bulan terdiri di Kota Serang sedangkan potensi beban pencemar untuk TSS dari sektor rumah sakit mencapai 0.98 ton/bulan di Kota Serang dengan kontribusi COD terhadap tiga parameter diatas adalah 50%. Untuk Parameter BOD dan TSS masing-masing 16% dan 34% terhadap tiga parameter tersebut (Tabel 20). Seluruh Rumah Sakit terletak di Kota Serang khususnya di kecamatan Serang.

No. Nama Hotel Pencemar

BOD (kg/hari) Beban Pencemar TSS (kg/hari) Beban Pencemar COD (kg/hari) 1 Hotel Abadi 0.748 0.7072 1.0336 2 Hotel Mahadria 0.8789 0.83096 1.21448 3 Hotel Tamansari 0.8415 0.7956 1.1628

4 Hotel Wisata Baru 0.7854 0.74256 1.08528

5 Hotel Bintang Semesta 0.6171 0.58344 0.85272

6 Hotel Hikmah 0.6358 0.60112 0.87856

7 Hotel Surya 0.6545 0.6188 0.9044

8 Hotel Surabaya 0.6545 0.6188 0.9044

9 Hotel Royal Srikandi 0.6545 0.6188 0.9044

10 Hotel Kasih Sayang 0.6545 0.6188 0.9044

11 Hotel Anugrah 0.6545 0.6188 0.9044

12 Hotel Pangestu 0.6545 0.6188 0.9044

13 Wisma BKM 0.6545 0.6188 0.9044

14 Wisma KORPRI Serang 0.6545 0.6188 0.9044

15 Wisma PKPRI 0.6545 0.6188 0.9044

16 Hotel D’Griya 0.6545 0.6188 0.9044

17 Penginapan Srikandi 0.6545 0.6188 0.9044

18 Hotel Le Dian 1.672 1.5808 2.3104

19 Hotel Ratu Bidakara 1.881 1.7784 2.5992

Total 15.26 14.43 21.09

Tabel 20 Potensi Beban Pencemaran dari Rumah Sakit Nama Rumah Sakit Kecamatan

Tingkat Hunian (persentase) Jumlah Tempat Tidur Beban Pencemar BOD (kg/hari) Beban Pencemar COD (kg/hari) Beban Pencemar TSS (kg/hari)

RS. Budi Asih Serang 90 72 1.4256 4.38048 3.03264

RS. Kencana Serang 90 112 2.2176 6.81408 4.71744

RS. Bedah Benggala Serang 90 50 0.99 3.042 2.106

RS. Sari Asih Serang 90 150 2.97 9.126 6.318

RS. Puri Garcia Serang 90 50 0.99 3.042 2.106

Total 15.33 47.09 32.60

Sumber : Analisa dan Perhitungan, 2013

f. Potensi beban pencemaran dari Persampahan

Penanganan sampah di Kota Serang menggunakan sistem offsite dan on site. Sistem offsite (pengangkutan) terutama dilakukan pada kawasan perdagangan dan permukiman padat perkotaan. Fasilitas pengelolaan sampah terdiri dari bak sampah atau tong-tong sampah sebagai tempat pengumpulan sementara yang kemudian diangkut dengan gerobak dan truk menuju TPA, yang berlokasi di Desa Panggungjati Kecamatan Taktakan. Sampah yang paling banyak volumenya terdapat di Pasar Rau, di Jalan Hasanuddin, dan dari rumah tangga, sedangkan cara pengangkutannya dilakukan sehari 2 kali yang ditangani oleh Dinas Kebersihan. Sistem on-site masih dilakukan masyarakat pinggiran dengan memasukkan sampah pada lubang-lubang/tempat-tempat yang dibuat sendiri oleh penduduk kemudian ditimbun atau dibakar. Pada Tabel 21 menunjukkan jumlah sampah di kota Serang yang terangkut maupun timbulan sampah perhari.

Tabel 21 Data persampahan Kota Serang tahun 2010

No Uraian Volume (m3)

1 Jumlah timbulan sampah 9934.6

2 Jumlah sampah terangkut 1070

3 Jumlah sampah diolah 0

4 Lainnya 0

Sumber: Bidang Kebersihan Kota Serang, 2010

Beban sampah (kg/hr) = Berat sampah /orang/hari x jumlah pddk

Jika datanya dalam satuan volume, maka berat sampah dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Berat sampah (kg) = Berat jenis sampah (kg/l) x volume sampah (l) Berat jenis sampah organik=0.61 kg/l (Kastaman 2006)

1) Perhitungan sampah yang tidak tertangani

Berat sampah tdk tertangani (kg/hr)= (9934.6-1070) m3/hari X 0.61kg/ltr= 5407406 kg/hari

Penelitian yang dilakukan oleh INEGI dan SEMARNAP pada sungai di Mexico tahun 1998. Nila Aliefia Fadly (2008) menyatakan bahwa 1 gr sampah organik memiliki nilai BOD sebesar 2.82 gr Nilai inilah yang menyatakan beban BOD sampah (W sampah) tersebut

Beban BOD sampah (kg/hr) = Berat sampah tdk tertangani (5407406 kg/hr) x (2.82)X 60% (untuk organik)= 9149.33 kg/hari.

g. Total Potensi beban pencemaran air

Total potensi beban pencemaran air di DAS Cibanten merupakan hasil penjumlahan beban pencemaran sumber industri, rumah tangga, industri formal, pertanian, hotel dan rumah sakit yang dihitung per kecamatan. Total potensi beban pencemaran air dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Total Beban Pencemaran Air = Beban industri+ beban pencemaran domestik+Beban_pencemaran_peternakan+Beban_pencemaran_Pertanian....(2)

Berdasarkan hasil perhitungan potensi beban cemar dari seluruh sumber pencemar (pada Tabel 22) diatas maka kontribusi beban pencemar terbesar berasal dari sektor penduduk/domestik baik parameter BOD, COD, TSS, Total N maupun Total P. Hal ini berasal dari jumlah penduduk kota Serang maupun kabupaten Serang yang jumlahnya padat. Dari potensi beban cemar penduduk untuk parameter BOD sebesar 29572 kg/hari berasal dari kota Serang khususnya kecamatan Serang dengan jumlah penduduk terbanyak 207065 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 8001 jiwa/km2 (Kota Serang 2010). Disusul kecamatan Kasemen, kecamatan Cipocok Jaya dimana ketiga kecamatan tersebut dilewati langsung oleh sungai utama Cibanten. Namun untuk kecamatan Curug, kecamatan Walantaka dan kecamatan Taktakan memiliki saluran drainase yang semuanya bermuara ke sungai Cibanten.Karakteristik air limbah domestik bervariasi dari waktu ke waktu , dari kota ke kota, dan dari negara ke negara lainnya, bergantung pada struktur komunitas, kebiasaan hidup masyarakat, jenis aktivitas, tingkat ekonomi dan kesadaran lingkungan (Suprihatin dan Suparno 2013). Air limbah domestik umumnya banyak mengandung unsur hara (nitrogen dan fosfor) dan bahan-bahan organik (BOD, COD, dan TOC) yang mudah Tabel 22 Kontribusi pencemar pada non point source (NPS)

Sumber Pencemar

BOD Total COD Total TSS Total N Total P Total (kg/hari

)

% (kg/hari) % (kg/hari) % (kg/hari) % (kg/hari) %

Peternakan 18779 27.25 37048 38.31 0 0.00 126.72 7.56 24.78 10.66 Pertanian 8943 12.98 0 0.00 168 0.41 101.82 6.07 50.67 21.80 Penduduk 29572 42.90 40661 42.04 28093 68.82 1441.62 86.01 155.25 66.80 Rumah Sakit 0.99 0.00 3.04 0.00 2.11 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 Hotel 7.89 0.01 21.09 0.02 40.67 0.10 5.93 0.35 1.69 0.73 Sampah 9149 13.27 12580.33 13.01 8691.86 21.29 0.00 0.00 0.00 0.00 Industri 2473 3.59 6401.05 6.62 3823.04 9.37 0.00 0.00 0.00 0.00 Total 68925 100 96714.51 100 40819.14 100 1676.09 100 232.40 100 Sumber : Perhitungan 2013

terdegradasi secara biologis (Henry&Heinke 1996) dalam Suprihatin dan Suparno (2013).

Gambar 19 Potensi BOD total beban pencemaran air limbah

Rekapitulasi beban pencemar limbah total dari seluruh sumber pencemar yang di analisa dan diperhitungkan yaitu peternakan, penduduk, pertanian, rumah sakit, sampah, hotel dan Industri maka untuk parameter BOD (Gambar19) yang dominan berasal dari sektor penduduk dengan persentase 49.46% yang kedua adalah sektor peternakan 27.25%, ketiga adalah sampah 13.27%, pertanian 12.98%, industri 3.59%, rumah sakit 0.03% dan Hotel 0.01%.

Gambar 20 Potensi COD total beban pencemaran air limbah

Untuk parameter COD (pada Gambar 20) yang dominan berasal dari sektor penduduk sebesar 43.02%, kedua sektor peternakan 39.2%, ketiga sampah 13.31%, industri 4.45%, keempat hotel 0.02% dan kelima rumah Sakit 0.03%. Sedangkan parameter TSS (Gambar 21) yang dominan berasal dari penduduk sebesar 70.38%, kedua sampah 21.78%, industri 7.31%, pertanian 0.42%, hotel 0.1% dan rumah sakit 0.01%.

Gambar 21 Potensi TSS total beban pencemaran air limbah

Rekapitulasi beban pencemar total untuk parameter Total N dan Total P yang menonjol adalah sektor penduduk, kedua sektor peternakan, ketiga sektor pertanian.

Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran DAS Cibanten

Perhitungan daya tampung beban pencemaran (DTBP) yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan parameter kunci kualitas air di sungai yang meliputi BOD, COD, dan TSS. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa parameter kunci tersebut dapat memperlihatkan Gambaran umum tingkat kualitas air sungai untuk berbagai peruntukkan. Disamping itu, hasil pemantauan kualitas air sungai Cibanten secara periodik yang dilakukan oleh BPSDA Provinsi Banten menunjukkan bahwa TSS, BOD dan COD cenderung melebihi mutu air kelas II di seluruh segmen. Baku mutu air sungai yang digunakan dalam kajian ini menggunakan baku mutu air kelas II berdasarkan PP No.28 tahun 2001. kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayahnya. Pada semua segmen 1,2 dan 3 menggunakan mutu air (BMA) kelas II. Perhitungan ini menggunakan model kualitas air (Qual2Kw) yang merupakan model satu dimensi khusus untuk sungai dan stream. Parameter kualitas air yang dapat dimodelkan meliputi parameter organik konvensional termasuk BOD, COD, dan TSS. Agar model kualitas air (Qual2Kw) menghasilkan keluaran berupa kuantitas beban pencemaran yang masuk ke sungai Cibanten dan jumlah beban pencemar yang diperbolehkan dibuang ke wilayah yang sama, maka dilakukan simulasi dengan dua skenario yang berbeda. Skenario 1 dieksekusi dengan menggunakan kaulitas air hasil sampling di hulu (headwater), kemudian melakukan input beban pencemar hasil pemantauan untuk point source, sedangkan beban pencemar non point source diinput secara coba-coba (trial and error) sampai hasil simulasi mendekati data kualitas air hasil sampling di seluruh wilayah penelitian (Tabel 23). Beban pencemar yang diinputkan dari point source dan non point source kemudian dijumlahkan dan dianalisis.

Tabel 23 Skenario Simulasi Model Qual2Kw

Skenario

Debit Kualitas Air Beban Pencemar Output Kualitas Air

I Hasil Pengukuran Hasil Pengukuran Input data lapangan Hasil Sampling

II Hasil Pengukuran Hasil Pemantauan trial & error Kelas II di segmen 1, 2, dan 3 Sumber : Analisa dan Perhitungan, 2013

Hulu

Sementara itu skenario 2 dieksekusi dengan menggunakan data kualitas air di hulu sungai Cibanten yang sama seperti skenario 1, tetapi input beban pencemar dilakukan agar hasil simulasi mendekati kualitas air baku mutu air yang ditetapkan di setiap segmen sungai Cibanten yang dimodelkan. Skenario 1 dan 2 tersebut untuk debit air di sungai di Hulu Sungai Cibanten menggunakan debit hasil pengukuran sesaat pada bulan Juli 2013 yaitu 4.5 m3/detik. Kemudian untuk memahami pengaruh perubahan debit air sungai di hulu dan perbaikan kualitas air di hulu terhadap kualitas air di seluruh segmen sungai Cibanten, maka dilakukan simulasi menggunakan perubahan baik penambahan atau pengurangan debit dan perubahan penambahan/pengurangan kualitas air di point source dan non point source.

Segmentasi Sungai Cibanten

Berdasarkan pertimbangan wilayah administrasi, keberadaan sampling kualitas air, keberadaan bangunan tata air dan kondisi hidromorfologi dalam penelitian ini, sungai Cibanten dibagi menjadi 3 segmen sebagai berikut (pada Gambar 22). Segmen ke-1, segmen ke-2, segmen ke-3.

Headwater Sungai Cibanten

Headwater merupakan bagian hulu yang ditetapkan sebagai sumber utama air sungai Cibanten dalam penelitian ini. Dalam hal ini dilakukan pengumpulan data penampang dan karakteristik sungai untuk menentukan debit dan model hidrolik sungai. Tabel 24 menunjukkan profil sungai Cibanten dari hulu sampai hilir (teluk Banten). Debit sungai Cibanten di headwater (hulu) berdasarkan pengukuran dilapangan sebesar 4.5m3/detik.

3

Hulu Hilir

Nama Lokasi Pabuaran Teluk Banten

Nama Kecamatan yg saling berbatasan Koord X 106.046 106.17469 Koord Y -6.2185 -6.02975 106° 02' 45.6" BT 106° 10' 28.9" BT 6° 13' 06.6" LS 6° 01' 47.1" LS 2 Panjang Km 40.81

Jarak dari Hilir km 7.80

3 Ketinggian mdpal 150 60 60 30 30 15 15 0 4 Beda Tinggi m 5 Kemiringan Lereng 6 Lebar Penampang m 6 7 Debit m3/dt 4.5 8 Point Abstraction m3/dt

angka dari garis kontur

KETERANGAN

HW 1 2

Hulu-Hilir Hulu-Hilir Hulu-Hilir

106° 06' 14.3" BT 106° 09' 34.7" BT 106° 09' 10.4" BT 6° 11' 21.3" LS 6° 08' 24.1" LS 6° 04' 51.1" LS

11.14 10.78

NO PARAMETER SATUAN

L O K A S I S E G M E N

Koordinat Lokasi Titik perbatasan Segmen

-6.18925 -6.14003 -6.08086

Serang/Cipocok jaya Serang/Kasemen Kasemen

1 Koordinat Lokasi 106.10398 106.15964 106.1529 11.09 7.80 5.5 8 7 40.81 29.67 18.88 90 30 15 15 0.0081 0.0028 0.0014 0.0019 2.64 5.7 4.6

Analisa dan Simulasi Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) Parameter BOD

Berdasarkan analisa sampling kualitas air untuk BOD dapat dilihat bahwa konsentrasi BOD cenderung meningkat dari hulu sampai hilir. Hasil simulasi dengan menggunakan skenario I BOD pada Gambar 23 menunjukkan bahwa di seluruh segmen, konsentrasi BOD telah melebihi kelas yang ditetapkan di masing- masing segmen termasuk di hulu di jarak 40 kmyang telah melebihi kelas 2. Hal ini dapat diartikan bahwa sungai Cibanten sudah tidak memiliki daya tampung beban pencemaran (DTBP) air untuk parameter BOD.Total beban pencemaran air eksisting untuk parameter BOD yang masuk ke sungai Cibanten dari hulu sampai hilir adalah 24341.99 kg/hari atau730.26 ton/bulan terdiri dari 16828.85 kg/hari dari segmen ke-1, 6861.69 kg/hari dari segmen ke-2. 651.46 kg/hari dari segmen ke-3.

Gambar 23 Konsentrasi BOD hasil simulasi skenario I

Beban terbesar disumbang oleh segmen ke-1, kedua segmen ke-2 dan terakhir segmen ke-3, yang masing-masing menyumbang 69.14%, 28.19% dan 2.68%. Kondisi BOD eksisting akibat dari masuknya beban pencemar eksisting masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi BOD yang diinginkan (DTBP). Pada Gambar 24 menunjukkan hasil simulasi skenario ke-2 dengan diturunkan mulai dari kilometer 40 sampai kilometer 0 (nol) dari segmen ke-1 sampai segmen ke-3. Pada segmen ke-1 dan segmen ke-2 harus diturunkan sebesar 16268.26 kg/hari dan 3396.38 kg/harikecuali pada segmen ke-3, beban pencemar eksisting lebih rendah daripada DTBPA BOD yang diinginkan. Konsentrasi BOD yang diperbolehkan tersebut diperoleh dari simulasi menggunakan skenario II.

Gambar 24 Konsentrasi BOD hasil simulasi skenario II

Beban pencemar BOD total yang diperbolehkan masuk ke seluruh segmen sungai Cibanten 4893.35 kg/hari. Bila dibandingkan dengan beban eksisting yang masuk, maka terdapat selisih sebesar 19448.64 kg/hari/583.46 ton/bulan atau 80%. Selisih beban pencemar sebesar itu merupakan beban yang harus diturunkan agar kualitas air sungai Cibanten memenuhi kelas yang ditetapkan untuk parameter BOD yaitu kelas 2 di hulu ( segmen 1, 2 dan 3 ). Pada Tabel 25, menunjukkan beban pencemar eksisting di setiap segmen di sungai Cibanten. Segmen 1 meliputi kabupaten Serang sedangkan segmen 2 dan segmen 3 meliputi kota Serang.

Rekapitulasi beban pencemar BOD di setiap segmen. Sumbangan limbah berasal dari limbah industri dari Kegiatan manufaktur prasarana dan jasa di Kota serang terdiri dari 65 kegiatan antara lain 15 industri, 16 jasa pelayanan kesehatan, 8 jasa penginapan, 10 peternakan, 11 bengkel, dan kegiatan lainnya seperti mall, perumahan, dan percetakan (Kota Serang 2012).

Tabel 25 Rekapitulasi beban pencemar BOD eksisting dan daya tampung beban pencemar BOD setiap segmen

Wilayah Segmen Beban Pencemar eksisting (kg/hari) Kontribusi (%) DTBP (kg/hari) Penurunan Beban (kg/hari) Kontribusi (%) Kab.Serang Segmen 1 16828.85 69.14 560.59 16268.26 96.67 Kota Serang Segmen 2 6861.69 28.19 3465.31 3396.38 49.50 Kota Serang Segmen 3 651.46 2.68 867.46 -216.00 -33.16 Total 24341.99 100.00

Sumber : Analisa dan Perhitungan, 2013

Analisa dan Simulasi Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) Parameter COD

Berdasarkan analisa sampling kualitas air untuk COD dapat dilihat bahwa konsentrasi COD cenderung meningkat dari hulu sampai hilir. Hasil simulasi dengan menggunakan skenario I parameter COD pada Gambar 25, menunjukkan bahwa di seluruh segmen, konsentrasi COD telah melebihi kelas yang ditetapkan di masing-masing segmen termasuk di hulu yang telah melebihi kelas 2. Hal ini dapat diartikan bahwa sungai Cibanten sudah tidak memiliki daya tampung beban pencemaran (DTBP) air untuk parameter COD. Total beban pencemaran air eksisting untuk parameter COD yang masuk ke sungai Cibanten dari hulu sampai hilir adalah 33804.74 kg/hari. Beban terbesar disumbang oleh segmen ke-1, kedua segmen ke-2 dan terakhir segmen ke-3, yang masing-masing menyumbang 66.19%, 22.93% dan 10.89%. Pada Gambar 25 menunjukkan beban pencemar eksisting di setiap segmen di sungai Cibanten. Segmen 1 meliputi kabupaten Serang, segmen 2 dan segmen 3 meliputi kota serang. Perbedaan konsentrasi COD hasil sampling dengan konsentrasi COD kelas 2 seperti diperlihatkan pada Gambar 26 menunjukkan bahwa diperlukan penurunan beban pencemar agar konsentrasi COD memenuhi peruntukkan yang ditetapkan. Konsentrasi COD menurut besarnya daya tampung beban pencemar tersebut diperoleh dari simulasi menggunakan skenario 2.

Hasil simulasi skenario ke-2 dengan diturunkan dari kilometer 40 sampai kilometer 0 (nol) dimulai dari segmen ke-1 sampai segmen ke-3. Beban pencemar COD total yang diperbolehkan masuk ke seluruh segmen sungai Cibanten 14675 kg/hari. Bila dibandingkan dengan beban eksisting yang masuk, maka terdapat selisih sebesar 19128.96 kg/hari atau 21% yang berasal dari segmen ke-1, segmen ke-2 dan segmen ke-3. Selisih beban pencemar sebesar itu merupakan beban yang harus diturunkan agar kualitas air sungai Cibanten memenuhi kelas yang ditetapkan untuk parameter COD yaitu kelas 2 di hulu (segmen 1 dan 2) sedangkan pada segmen 3 adalah beban yang masih boleh dibuang atau allowable discharge loading sebesar 1296 kg/hari atau 38.88 ton/bulan. Konsentrasi BOD yang diperbolehkan tersebut diperoleh dari simulasi menggunakan skenario II.

Pada Tabel 26 menunjukkan daya tampung dan rekapitulasi beban pencemar COD di setiap segmen. Kontribusi daya tampung beban pencemaran masing-masing segmen adalah segmen ke-1 adalah 19.96 %, segmen ke-2 adalah 46.12% dan segmen ke-3 adalah 33.91%. Sumbangan limbah di segmen ke-1 berasal dari kegiatan peternakan sapi baik fatting maupun breeding, pertanian sedangkan di segmen ke-2 dan segmen ke-3 berasal dari anak sungai Cibanten maupun drainase air hujan yang masuk ke pusat kota Serang melalui kecamatan Serang

Gambar 25 Konsentrasi COD hasil simulasi skenario I

dan kecamatan Kasemen. Sedangkan kegiatan industri banyak berpusat di kecamatan Kasemen, kecamatan Walantaka dan kecamatan Serang yaitu industri kecap, pengolahan oli bekas, tempe, makanan(roti).Terdapat 12.602 Ha kawasan kumuh yang tersebar di masing-masing kecamatan di kota serang yang didiami oleh sekitar 2015 rumah. Kawasan kumuh terluas terdapat di kecamatan Taktakan, Serang dan di Cipocok Jaya, yang masuk dalam wilayah pusat kota Serang merupakan salah satu sumber penyumbang limbah domestik ke sungai Cibanten. Tabel 26 Rekapitulasi beban pencemar COD dan daya tampung beban pencemar

COD setiap segmen

Wilayah Segmen Beban Pencemar eksisting (kg/hari) Kontribusi (%) DTBP (kg/hari) Kontribusi (%) Penurunan Beban (kg/hr) Kontribusi (%) Kabupaten Serang Segmen 1 22374.34 66.19 2930.02 19.96 19444.32 86.90

Kota Serang Segmen 2 7749.76 22.93 6769.12 46.12 980.64 12.65

Kota Serang Segmen 3 3680.64 10.89 4976.64 33.91 -1296.00 -35.21

Total 33804.74 100.00

Sumber : Analisa dan Perhitungan, 2013

Analisa dan simulasi daya tampung beban pencemaran (DTBP) parameter TSS

Simulasi menggunakan skenario I untuk TSS seperti pada Gambar 27, menunjukkan bahwa di seluruh segmen, konsentrasi TSS masih memenuhi kelas II. Hal ini dapat diartikan bahwa sungai Cibanten masih memiliki daya tampung beban pencemaran (DTBP) air untuk parameter TSS.

Total beban pencemaran air eksisting untuk parameter TSS yang masuk ke sungai Cibanten dari hulu sampai hilir adalah 78571.20kg/hari/2357.14 ton/bulan. Beban terbesar disumbang oleh segmen 1, segmen 2 dan terakhir segmen 3, yang masing-masing menyumbang 49.97%, 17.23% dan 32.80%. Pada Gambar 27, menunjukkan beban pencemar eksisting di setiap segmen di sungai Cibanten. Segmen 1 meliputi kabupaten Serang, segmen 2 dan segmen 3 meliputi kota serang. Beban pencemar TSS total yang diperbolehkan masuk ke seluruh segmen sungai Cibanten 14675 kg/hari yang terdiri dari segmen 1 sebesar -9720 kg/hari

dan segmen 2 sebesar 13901.76 kg/hari. Bila dibandingkan dengan beban riil yang masuk, maka terdapat selisih sebesar -2825.28 kg/hari. Selisih beban pencemar sebesar itu merupakan beban yang masih boleh dibuang /allowable loading

Dokumen terkait