• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten Provinsi Banten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten Provinsi Banten."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban

Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai

Cibanten Provinsi Banten

BAHEREM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten Provinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

(4)

RINGKASAN

BAHEREM. Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten Provinsi Banten. Dibimbing oleh SUPRIHATIN dan NASTITI SISWI INDRASTI.

Sungai Cibanten merupakan salah satu potensi sumber daya alam penting yang dimiliki Kabupaten Serang maupun Kota Serang. Sungai ini berfungsi menunjang keberlanjutan pembangunan dan mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan dan industri, terutama industri di kawasan kecamatan Bojonegara dan Pulo Ampel.Sungai Cibanten adalah sungai paling potensial untuk dikembangkan sebagai sumber air baku. Analisa debit sungai Cibanten adalah Q80 = 1200 l/detik.

Potensi pencemaran di sungai Cibanten sangat tinggi.Pencemaran di sungai Cibantendisebabkan oleh tingginya potensi limbah pencemar yang masuk dari daratan,karena besarnya aktivitas dan semakin bertambahnya permukiman sepanjang sempadan sungai Cibanten, karena itu perlu diketahui berapa daya tampung beban pencemaran (TMDL) dan kapasitas asimilasi di sungai Cibanten.

Penelitian ini bertujuan menganalisis lokasi sumber dan mengkuantifikasi beban pencemaran di sungai Cibanten, menganalisis nilai daya tampung beban pencemaran dilihat dari parameter BOD, COD dan TSS di aliran sungai dengan menggunakan metode Qual2Kw, menganalisis kapasitas asimilasi Sungai Cibanten, serta menyusun strategi pengelolaan lingkungan dalam memperbaiki kualitas air sungai Cibanten.

(5)

menggunakan pendekatan persamaan regresi linier dengan fungsi Y menunjukkan kualitas perairan rata- rata di bagian tengah-hilir DAS Cibanten yang diukur pada jembatan Ciawi dan Kasemendari bulan Februari s/d Juli dan November 2013 sedangkan nilai X sebagai nilai baku mutu tiap parameter menurut PP 82 tahun 2001 kelas II ke persamaan fungsi Y.

Data responden pakar digunakan untuk menentukan strategi pengelolaan sungai Cibanten untuk pengelolaankualitas air sungai Cibanten melalui model analytical hierarchy process (AHP). Data tersebut kemudian diolah menggunakan program Expert Choice 11 sehingga dihasilkan alternatif prioritas terpilih yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi pengelolaan sungai Cibanten untuk penyediaan air baku.

Berdasarkan simulasi perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) maka nilai beban pencemarBOD eksisting segmen kecamatan Pabuaran (segmen ke-1) sebesar 16829 kg/hari dengan DTBP BOD segmen ke-1 sebesar 561 kg/hari sehingga harus diturunkan sebesar 16268 kg/hari agar memenuhi baku mutu air kelas II, nilai beban pencemar BOD eksisting segmen kecamatan Serang-kecamatan Cipocok Jaya (segmen ke-2) sebesar 6862 kg/hari dengan DTBP BOD segmen ke-2 sebesar 3465 kg/hari sehingga harus diturunkan sebesar 3396.38 kg/hari agar memenuhi baku mutu air kelas II, nilai beban pencemar BOD eksisting segmen ke-3 sebesar 651 kg/hari dengan DTBP BOD segmen kecamatan Kasemen(segmen ke-3) sebesar 867 kg/hari sehingga masih tersedia beban sebesar 216 kg/hari yang diperbolehkan untuk dibuang ke sungai Cibanten. Demikian juga total beban pencemaran eksisting COD sebesar 33804.74 kg/hari sedangkan total daya tampung beban pencemaran COD sebesar 14675 kg/hari. Sungai utama harus melakukan penurunan beban COD sebesar 19128.96 kg/hari. Total beban pencemaran TSS eksisting sebesar 78571.20kg/hari sedangkan daya tampung beban pencemaran TSS sebesar 14675 kg/hari. Sungai utama masih dapat menerima total beban TSS sebesar -2825.28 kg/hari.

Nilai kapasitas asimilasi masing-masing parameter yang dihitung adalah TSS 86.89 ton/bulan, BOD 2.922 ton/bulan, COD 13.29 ton/bulan, E-coli 15103.80 ton/bulan maka beban pencemaran TSS, BOD, COD, E-coli melebihi kapasitas asimilasi. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis kapasitas asimilasi parameter BOD, COD, TSS, E-coli maka sungai Cibanten dalam kondisi tercemar.

Sungai Cibanten dapat dikelola dengan tujuh alternatif strategi yaitu Pengawasan dan pemantauan ( 0.202 ), Menata Ulang Fungsi Tata Ruang (0.198 ), Penegakkan hukum (0.195), Koordinasi dan sinergi stakeholder (0.144), Sosialisasi dan penyuluhan (0.119), Penetapan daya tampung beban pencema ran (0.077) dan IPAL komunal (0.068).

(6)

SUMMARY

BAHEREM. Strategy for River Management based on Total Maximum Daily Loads and Assimilation Capacity – Case Study of Cibanten River, Banten Province. Supervised by SUPRIHATIN and NASTITI SISWI INDRASTI.

Cibanten River is one of the important natural resources located in Serang. The river serves to support sustainable development and to support economic growth in the urban and industrial areas, particularly in the area of industrial districts Pulo Ampel and Bojonegara. Cibanten River is the most potential river to be improved as a source of raw water. Analysis of streamflow Cibanten is Q80 = 1200 l / sec.

Potential pollution in the river is very high. Pollution in the river is caused by the pollutants that enter the waste of land, because of the activity and the increasing Cibanten settlements along the river banks, it is necessary to know how total maximum daily load (TMDL) and the assimilation capacity of the River Cibanten.

This study aims to analyze the location of the source and quantify the pollution load in the Cibanten river, analyzing the value of visible total maximum daily loads of BOD, COD and TSS in streams using Qual2Kw models, analyzing Cibanten river assimilation capacity, and to develop strategies for improving the quality of water environmental management Cibanten river.

(7)

The data of respondents expert is used to determine management strategies Cibanten river to management water quality Cibanten river through analytical hierarchy process (AHP) models. Then the data is processed using Expert Choice program 11 was chosen so that the resulting alternative priorities that can be used as recommendations for the management of Cibanten River supply raw water. Based on a simulation of total maximum daily load (TMDL) then the polluter BOD load of the existing Districts Pabuaran segment (segment 1) of 16 829 kg / day with TMDLof BOD segment amounted to 561 kg/day and should be reduced by 16268 kg / day in order to meet the water quality standard Class II, polluter value of BOD load existing segment kecamatan Cipocok jaya- Serang (second segment) is 6862 kg/day with total maximum daily load BOD second segment of 3465 kg/day and should be reduced by 3396.38 kg/day in order to meet the water quality standard Class II, BOD value of existing pollutant loads to the third segment of 651 kg/day with TMDL of BOD kecamatan Kasemen segment (segment 3) of 867 kg/day so it is still available load of 216 kg/day were allowed to dumped into the Cibanten river. Similarly, the total pollution load of the existing COD is 33804.74 kg/day while the total maximum daily load of 14675 kg COD / day. The main rivers should be doing a load drop of 19128.96 kg COD/dayexisting TSS total pollution load of 78571.20 kg / day while the TSS pollution load capacity of 14675 kg / day. The main rivers are still able to receive a total load of -2825.28 TSS kg /day.

Result of calculated assimilation capacity of each parameter is TSS 86.89 tons/month, BOD 2.922 tons/month, COD 13.29 tons/month, E. coli 15103.80 tons/month of the pollution load of TSS, BOD, COD, E. coli exceeds the assimilation capacity. Based on the calculation and analysis of the assimilation capacity of parameter BOD, COD, TSS, E-coli so that Cibanten river in polluted conditions.

Cibanten river can be managed with seven alternative strategies, namely supervision and monitoring (0.202), reorganizing spatial functions (0.198), law enforcement (0.195), coordination and synergies of stakeholders (0.144), socialization and counseling (0119), determination of total maximum daily load pollution (0.077) and communal sewage treatment plant (0.068).

(8)
(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)
(11)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban

Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai

Cibanten Provinsi Banten

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(12)
(13)

Judul Tesis : Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten Provinsi Banten.

Nama : Baherem NIM : P052100221

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Suprihatin Ketua

Prof.Dr.Ir Nastiti Siswi Indrasti Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan

Prof.Dr.Ir.Cecep Kusmana, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir.Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:15 Juli 2014 (tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:

(tanggal penandatanganan tesis oleh Dekan Sekolah

(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai dengan Agustus 2013 ini ialah pencemaran air sungai, dengan judul Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten Provinsi Banten.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof.Dr.Ir.Suprihatin selaku Ketua komisi pembimbing dan Prof.Dr.Ir.Nastiti Siswi Indrasti selaku anggota komisi pembimbing atas semua saran yang diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Etty Riani selaku dosen penguji tesis atas saran yang diberikan bagi perbaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Budi Kurniawan,D.Eng yang telah memberi banyak saran.Ibundaku Hj.Bahariyah dan istriku Nevy Rinda Nugraini yang selalu memberi dukungan serta para pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini, KLH Kota Serang, BPLH Kabupaten Serang, BPSDA Provinsi Banten, BLHD Provinsi Banten.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman PSL angkatan 2010, serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas dukungannya dalam masa penyelesaian studi penulis. Penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Ibunda dan Istri tercinta atas perhatian, kasih sayang, dan doanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi ilmu pengetahuan.

Bogor, Juli 2014

(16)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN v

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Kerangka Penelitian 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Model Kualitas Air 5

Sumber dan Komposisi Air Limbah 6

Swa Pentahiran ( Self purification ) Dalam Badan Air 7

Kapasitas Asimilasi 9

Daya Tampung Beban Pencemaran Air 11

Analytical Hierarchy Process (AHP) 12

3 METODE 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Bahan dan Alat 14

Prosedur Analisis Data 14

4 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15

Gambaran Umum Daerah Penelitian 15

Kondisi Geofisik DAS Cibanten 16

Topografi dan Bentuk wilayah 16

Sosial dan Ekonomi 18

Penggunaan Lahan ( Land Use ) 20

Hidrologi 21

Inventarisasi dan identifikasi Sumber Pencemar di Kota Serang 22

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Analisa Kualitas Air Sungai Cibanten 26

Penentuan Status Mutu Air 37

Kontribusi Sumber Pencemar di DAS Cibanten 39

Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran DAS Cibanten 47

(17)

Penyusunan Strategi Pengelolaan Sungai Cibanten 59

6 SIMPULAN DAN SARAN 71

Simpulan 71

Saran 72

DAFTAR PUSTAKA 72

(18)

DAFTAR TABEL

Kondisi keseimbangan DO dalam air ... 8

Hubungan kecepatan aliran air dengan penyerapan oksigen oleh air ... 9

Luas wilayah berdasarkan kelas kemiringan ... 16

Luas dan jenis tanah DAS Cibanten ... 17

Luas berdasarkan kedalaman Tanah ... 17

Data temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin, penyinaran matahari ... 18

Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di kecamatan pada DAS Cibanten ... 19

Komposisi tingkat pendidikan masyarakat ... 19

Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan ... 20

Anak sungai Cibanten ... 22

Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di kecamatan pada DAS Cibanten ... 23

Jumlah hewan ternak dari kegiatan peternakan di kab/kota Serang ... 24

Pelayanan rumah sakit di kota Serang ... 25

Beban pencemar dari kegiatan pariwisata dan perhotelan di kota Serang ... 25

Data pengamatan kualitas air sungai Cibanten ... 27

Potensi beban cemar penduduk/domestik ... 40

Potensi beban cemar peternakan ... 41

Potensi beban cemar lahan pertanian di DAS Cibanten ... 41

Potensi Beban Pencemaran Hotel ... 43

Potensi beban pencemaran rumah sakit ... 44

Data persampahan kota Serang tahun 2010 ... 44

Kontribusi pencemar pada non point source ... 45

Skenario simulasi model Qual2Kw ... 48

Profil segmentasi sungai utama Cibanten ... 49

Rekapitulasi beban pencemar BOD eksisting dan daya tampung beban pencemar BOD setiap segmen ... 51

Rekapitulasi beban pencemar COD dan daya tampung beban pencemar COD setiap segmen ... 53

Rekapitulasi beban pencemar TSS dan daya tampung beban pencemar TSS setiap segmen ... 54

(19)

DAFTAR GAMBAR

Bagan alir kerangka penelitian ... 4

Peta DAS Cibanten Provinsi Banten ... 14

Peta lokasi penelitian di Sungai Cibanten ... 14

Grafik analisa kualitas air parameter TSS Sungai Cibanten dari hulu sampai hilir (Januari- Desember 2013) ... 27

Grafik analisa kualitas air parameter pH sungai Cibanten dari hulu sampai hilir (Januari- Desember 2013) ... 28

Grafik analisa kualitas air parameter COD pada Sungai Cibanten pada pemantauan Januari s/d Desember 2013 ... 29

Grafik analisa kualitas air parameter COD di Sungai Cibanten pada pengamatan langsung bulan Juli 2013 ... 30

Grafik analisa kualitas air parameter BOD sungai Cibanten hasil pemantauan BPSDA periode Januari s/d Desember 2013 ... 30

Parameter BOD hasil pengamatan langsung pada lokasi penelitian pada bulan juli ... 31

Grafik analisa kualitas air parameter DO sungai Cibanten hasil pemantauan BPSDA periode Januari – Desember 2013 ... 31

Grafik analisa kualitas air parameter Nitrat sungai Cibanten hasil pemantauan BPSDA periode Januari s/d Desember 2013 ... 32

Grafik analisa kualitas air parameter Nitrit sungai Cibanten Hasil Pemantauan BPSDA periode Januari s/d Desember 2013 ... 33

Grafik analisa kualitas air parameter Total Nitrogen sungai Cibanten hasil pengamatan langsung bulan Juli 2013 ... 33

Grafik analisa kualitas air parameter Fosfat sungai Cibanten hasil pemantauan BPSDA periode Januari – Desember 2013 ... 35

Grafik analisa kualitas air E-coli pada sungai Cibanten dari hulu sampai hilir dari Januari s/d Desember 2013 ... 36

Grafik analisa kualitas air Total-coli pada sungai Cibanten dari hulu sampai hilir dari Januari s/d Desember 2013 ... 37

Grafik Status mutu air sungai Cibanten dari hulu sampai hilir pada bulan Januari s/d Desember 2013 dengan metode storet ... 37

Grafik Status mutu air sungai Cibanten) dari hulu sampai hilir (Juli 2013) dengan metode Indeks Pencemaran (IP ) ... 38

Potensi BOD total beban pencemaran air limbah ... 46

Potensi COD total beban pencemaran air limbah ... 46

Potensi TSS total beban pencemaran air limbah ... 47

Peta segmentasi sungai utama DAS Cibanten ... 48

Konsentrasi BOD hasil simulasi skenario I ... 50

Konsentrasi BOD hasil simulasi skenario II ... 50

Konsentrasi COD hasil simulasi skenario I ... 52

Konsentrasi COD hasil simulasi skenario II ... 52

(20)

Konsentrasi TSS hasil simulasi skenario II ... 54 Analisis regresi antara beban pencemar TSS dengan konsentrasi TSS

Sungai Cibanten pada bulan pengamatan Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli dan November 2013 ... 56 Analisis regresi antara beban pencemar BOD dengan konsentrasi BOD di

hilir Sungai Cibanten pada bulan pengamatan Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli dan November 2013 ... 57 Analisis regresi antara beban pencemar COD dengan konsentrasi COD di

hilir Sungai Cibanten pada bulan pengamatan Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli dan November 2013 ... 57 Analisis regresi antara beban pencemar E.coli dengan konsentrasi E. coli

di Sungai Cibanten pada bulan pengamatan Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli dan November 2013 ... 58 Hasil pembobotan faktor Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya

Tampung Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten Provinsi Banten ... 60 Hierarki pengambilan keputusan Strategi Pengelolaan Sungai

Berdasarkan Daya Tampung Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten Provinsi Banten beserta hasil bobot ... 60 Hasil pembobotan aktor Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya

Tampung Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten Provinsi Banten. ... 62 Hasil pembobotan subtujuan Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan

Daya Tampung Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi – Studi Kasus : Sungai Cibanten Provinsi Banten ... 65 Hasil pembobotan alternatif Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan

(21)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pencemaran yang terjadi di sungai, merupakan masalah penting yang perlu memperoleh perhatian dari berbagai pihak.Hal ini disebabkan beragamnya sumber bahan pencemar yang masuk dan terakumulasi di sungai. Sumber-sumber bahan pencemar tersebut antara lain berasal dari kegiatan produktif dan non-produktif di upland (lahan atas), dari permukiman dan dari kegiatan yang berlangsung di badan perairan sungai itu sendiri, dan sebagainya.

Meningkatnya beban pencemaran yang masuk ke perairan sungai juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang berdomisili di sekitar sungai. Umumnya masyarakat sekitar sungai membuang limbah domestik, baik limbah cair maupun limbah padatnya langsung ke perairan sungai. Hal ini akan memberikan tekanan terhadap ekosistem perairan sungai. Guo et al.(2001) menyebutkan degradasi lingkungan perairan sungai dan danau sangat dipengaruhi oleh subsistem populasi penduduk, subsistem sumberdaya air, subsistem industri, subsistem polusi (pencemaran), subsistem kualitas air, subsistem pariwisata dan subsistem pertanian. Karakteristik air limbah domestik bervariasi dari waktu ke waktu, dari kota ke kota, dari negara ke negara lainnya, bergantung pada struktur komunitas, kebiasaan hidup masyarakat, jenis aktivitas, tingkat ekonomi, dan kesadaran lingkungan (Suprihatin dan Suparno 2013).

Keadaan memenuhi kebutuhan air baku, kabupaten Serang maupun kota Serang memiliki beberapa sumber air permukaan yang relatif cukup besar, sungai Cidurian dan Ciujung di belahan Timur, sungai Cibanten di pusat kota dan sungai Cidanau di belahan Barat Kabupaten Serang.

Sungai Cibanten sebagai salah satu potensi sumber daya alam penting yang dimiliki Kabupaten Serang maupun Kota Serang, dalam menunjang keberlanjutan pembangunan dan mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan dan industri, terutama industri di kawasan kecamatan Bojonegara dan Pulo Ampel, wilayah yang juga merupakan lokasi rencana pembangunan pelabuhan Bojonegara. Berdasarkan hasil studi Kogas Driyap Konsultan tahun 2000 berjudul “Technical Assitance Services To PDAM Kabupaten Serang” diperoleh kesimpulan bahwa Sungai Cibanten adalah sungai paling potensial untuk dikembangkan sebagai sumber air baku. Analisa debit andalan yang dilakukan Konsultan Kogas menunjukan bahwa debit andalan sungai Cibanten untuk Q80 = 1200 l/detik.

(22)

pertumbuhan penduduk yang menjadi beban tersendiri bagi lahan Das di luar perkotaan. Beban ini mulai dari hulu sampai ke hilir, lahan dieksploitisir dengan berlebihan dan dengan cara yang tidak mengindahkan aspek pelestarian lingkungan. Debit puncak sungai Cibanten pada musim penghujan mencapai puncak 26.74 m3/detik, sedangkan debit terendah pada musim kemarau mencapai puncak 9.73 m3/detik (Balai Pengelolaan Sumber Daya Air 2003).

Berdasarkan dari berbagai sungai yang ada, sungai Cibanten dianggap potensial untuk dipergunakan sebagai sumber air baku kebutuhan untuk kebutuhan domestik, perkotaan, irigasi, industri, aktivitas kepelabuhanan, pariwisata dan penggelontoran kota. Dalam review RTRW Kabupaten Serang tahun 2000-2010, disebutkan bahwa pemakaian air dari saluran irigasi pada tahun 2020 diperkirakan 3717 liter/detik. Dari rencana pemenuhan kebutuhan tersebut sungai Cibanten hanya mampu menyediakan debit sebesar 1385 liter/detik. Sisanya berasal dari bendungan Cidanau maupun bendungan Ciwaka. Hal ini belum mengestimasi untuk pemenuhan kebutuhan pariwisata maupun penggelontoran kota. Untuk penggelontoran kota dibutuhkan paling sedikit 2 m3/detik berdasarkan hasil analisa Dinas PU Cabang Irigasi Kabupaten Serang. Sampai saat ini perhitungan kebutuhan penggelontoran kota ini belum ada, hal ini dikarenakan diperlukan kajian khusus, meliputi kondisi topografi, sedimentasi, cemaran dari aktifitas perkotaan, luas perkotaan serta parameter lainnya. Namun demikian, walaupun penggelontoran belum ada perhitungan/kajian khusus, kebutuhan untuk penggelontoran kota tetap diperlukan. Penggelontoran diperlukan terutama saat musim kemarau, saat aliran sungai di perkotaan mengecil, sementara limbah yang masuk ke sungai telah melarut maupun mengendap atau terakumulasi. Dalam rangka mengantisipasi pengembangan dimasa mendatang dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan kebutuhan air bersih maka perlu dilakukan perhitungan daya tampung beban pencemaran air DAS Cibanten guna membuat rencana pengembangan daerah, pengelolaan dan upaya-upaya untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya air yang tersedia sehingga dapat lestari dan berkesinambungan.

Potensi pencemaran di sungai Cibanten diperkirakan tinggi, tingginya tingkat pencemaran di Cibanten disebabkan oleh tingginya potensi limbah pencemar yang masuk dari daratan melalui Sungai Cibanten yang akan menambah beban pencemaran dari tahun ke tahun. Mengingat besarnya aktivitas dan semakin bertambahnya permukiman sepanjang sempadan sungai Cibanten, maka perlu diketahui berapa Daya Tampung Beban Pencemaran (TMDL) dan Kapasitas Asimilasi di sungai Cibanten.

Perumusan Masalah

(23)

akan berpengaruh pada menurunnya nilai atau fungsi dari sungai serta berdampak pada kelangsungan fungsi sungai. Beberapa aktivitas yang diperkirakan mencemari sungai Cibanten adalah limbah rumah sakit/klinik medis dan non medis, sampah organik, limbah domestik dari permukiman, limbah pestisida dari pertanian, limbah industri. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya pengendalian sumber pencemaran yang masuk ke perairan sungai melalui pendekatan sistem dan kebijakan yang dapat diterima oleh berbagai pihak.

Limbah cair maupun limbah padat yang dibuang ke sungai Cibanten dapat menyebabkan pencemaran air pada saat yang sama debit berkurang maka dapat melampaui daya tampung beban pencemaran sungai Cibanten. Berdasarkan literatur maupun kearsipan dokumen di Provinsi Banten sampai tahun 2010 daya tampung beban pencemaran sungai Cibanten belum diketahui bahkan belum pernah dilakukan penelitian secara khusus.

Dari identifikasi tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah : 1. Berapakah daya tampung beban pencemaran sungai Cibanten? 2. Bagaimana kondisi kapasitas asimilasi sungai Cibanten? 3. Bagaimana status mutu air sungai Cibanten?

4. Bagaimana strategi penyusunan pengelolaan sungai Cibanten di Provinsi Banten?

Kerangka Penelitian

(24)

penurunan kualitas air atau tidak. Sedangkan pengaturan jumlah beban pencemar yang boleh dibuang ke sungai didasarkan atas kajian ilmiah tentang daya tampung beban pencemaran pada sungai dimaksud.

Hal ini dilakukan bahwa bahan pencemar yang dibuang ke sungai tidak melampaui kemampuan air sungai untuk membersihkan sendiri. Perairan sungai dikatakan tercemar apabila beban pencemar lebih besar dari kapasitas asimilasinya yang ditandai dengan tingginya konsentrasi bahan pencemar dibandingkan dengan konsentrasi ambang batas baku mutu yang berlaku. Dalam studi ini nilai kapasitas asimilasi diasumsikan merupakan fungsi dari kualitas air dan beban limbah. Kerangka penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1.Menganalisis lokasi sumber dan mengkuantifikasi beban pencemaran di sungai Cibanten.

2.Menganalisis nilai daya tampung beban pencemaran BOD, COD dan TSS di aliran sungai (sepanjang sungai utama di daerah penelitian dengan menggunakan metode Qual2Kw).

3.Menganalisis kapasitas asimilasi Sungai Cibanten.

4.Menyusun strategi pengelolaan lingkungan dalam memperbaiki kualitas air sungai Cibanten.

Identifikasi karakteristik sumber pencemar tertentu (Point source) & Tak tentu

(Non Point source)

Identifikasi Jenis bahan pencemar & Beban ( debit

&konsentrasi) . . Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Air Data Hidrologi Data Klimatologi

Data Peta Dasar Data Demografi Data Morfologi

Topografi Aktivitas kegiatan dan

masyarakat di sekitar sungai Cibanten

Identifikasi &Inventarisasi Sumber

Pencemar

Berdasarkan status kualitas Air sungai

Cibanten kelas 2 (PP No.82 tahun 2001)

Penentuan Daya Tampung beban pencemaran Model simulasi QUAL2KW Penentuan Kapasitas Asimilasi Penentuan status

mutu air dengan metode Storet

Penyusunan Strategi Kebijakan Pengelolaan air

Mengkuantifikasi Jumlah Beban Pencemar Saat ini

Analisis AHP

(25)

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya mengenai sungai Cibanten. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Provinsi Banten untuk menerapkan

berbagai pilihan kebijakan untuk menurunkan beban pencemaran beserta dampaknya terhadap sungai Cibanten.

3. Mendapatkan informasi jumlah beban pencemaran yang harus dikurangi dari masing-masing sumber pencemar serta penerapan upaya lainnya agar mutu air sasaran sungai Cibanten.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian terbatas pada menentukanstatus mutu air dengan metode storet dan indeks pencemaran (IP), potensi beban pencemaran DAS Cibanten, kapasitas asimilasi dan daya tampung Beban Pencemaran (DTBPA) Sungai Cibanten berdasarkan parameter BOD, COD, TSS sepanjang sungai Cibanten dengan metode Qual2KW. Dalam metode ini yaitu hasil perhitungan cemaran sungai dibandingkan dengan kelas sungai berdasarkan lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Dari simulasi ini dapat diperoleh daya tampung beban cemaran untuk masing-masing kelas. Kemudian untuk penyusunan strategi pengelolaan sungai Cibanten melalui pendekatan proses hirarki analitis (AHP) yang bertujuan untuk memberi rekomendasi dan saran tindaklanjut.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Model Kualitas Air

Perhitungan DTBP sungai merupakan proses sangat komplek dan rumit karena merupakan dampak dari interaksi antara zat pencemar dengan hidro-morfologi sungai yang keduanya memiliki karakteristik dan perilaku yang belum dipahami sepenuhnya. DTBP ditentukan oleh hubungan antara beban pencemar dengan kondisi kualitas air untuk memprediksi DTBP tersebut diperlukan model yang merupakan alat (tool) yang mampu menirukan proses tersebut walaupun tentunya dengan menggunakan penyederhaan dan asumsi-asumsi.

Pemodelan lingkungan bermanfaat untuk memahami secara lebih baik polutan di lingkungan dan peran manusia dalam siklus polutan tersebut.

Model adalah representasi suatu sistem yang komplek yang disederhanakan. Pemodelan dimaksudkan untuk menggantikan kondisi nyata sehingga memungkinkan untuk mengukur dan bereksperimen dengan cara yang mudah dan murah ketika eksperimen yang di laboratorium tidak mungkin dilakukan, terlalu mahal, atau membutuhkan waktu yang lama. Pemodelan merupakan salah satu cara yang paling baik dalam pengorganisasian dan sintesis data lapangan yang juga bisa digunakan untuk membantu analisis secara kuantitatif.

(26)

terhadap suatu sistem. Sementara itu para praktisi menggunakan model untuk membantu dalam manajemen dan pengambilan keputusan. Dalam hal ini biasanya pemodelan berperan sebagai alat untuk mengoptimalkan fungsi data dan informasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan karakteristiknya, model yang terkait dengan pengelolaan dan perlindungan sumberdaya air yang dikembangkan US-EPA terbagi menjadi dua kategori, yaitu :

1. Receiving Water Model atau Stream Model:

Dynamic One-Dimensional Model of Hydrodynamics and Water Quality (EPDRiv1)

Stream Water Quality Model (QUAL2K)

A Two-Dimensional,Laterally Averaged, Hydrodynamicand Water Quality Model (CE-QUAL-W2)

Conservational Channel Evolution and Pollutant Transport System (CONCEPTS)

Environmental Fluid Dynamics Code (EFDC)

Water Quality Analysis Simulation Program (WASP) AQUATOX

2. Watershed Models:

Watershed Assessment Model (WAMView) Storm Water Management Model (SWMM) Hidrologycal Simulation Program Fotran (HSPF) Loading Simulation Program in C++ (LSPC) Basin

SWAT

Pemodelan kualitas air dapat diterapkan untuk perhitungan DTBP di sumber air yaitu; sungai, danau atau waduk serta muara sungai (estuari). Streams model misalnya memodelkan persebaran dan perubahan fisik, kimia dan biologi (fate) zat pencemar di sungai dengan memasukan faktor kondisi iklim lokal, kondisi hidrolik dari badan sungai (kedalaman, lebar, gradien dan material penyusun dasar sungai), sifat dan perilaku zat pencemar. Selain itu pengambilan air sungai (abstraction) serta interaksi antara sungai dengan airtanah berupa aliran dasar (baseflow) biasanya diintegrasikan dalam model.

Sumber dan Komposisi Air Limbah

Djabu et al.(1991) menyebutkan bahwa sumber air limbah pada dasarnya berasal dari domestik, industri dan rembesan. Sumber domestik meliputi air limbah yang berasal dari daerah perumahan, permukiman, perdagangan, perkantoran dan fasilitas rekreasi.

Menurut Asdak (2002) sumber pencemaran dapat dikelompokkan menjadi point source dan nonpoint source. Point source adalah tempat-tempat yang menjadi sumber pencemaran yang diketahui secara pasti, misalnya : limbah yang berasal dari pabrik kimia. Nonpoint source adalah pencemaran yang berasal dari area luas seperti pertanian , perdesaan atau permukiman yang tidak tersedia sistem riool secara khusus.

(27)

source discharges (sumber titik) dan (2) non point source (sumber menyebar). Sumber titik atau sumber pencemaran yang dapat diketahui secara pasti dapat merupakan suatu lokasi tertentu seperti dari air buangan industri maupun domestik serta saluran drainase.Pencemar bersifat lokal dan efek yang diakibatkan dapat ditentukan berdasarkan karakteristik spasial kualitas air. Sedangkan sumber pencemar yang berasal dari sumber menyebar berasal dari sumber yang tidak diketahui secara pasti. Pencemar masuk ke perairan melalui run off (limpasan) dari permukaan tanah wilayah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk, atau limpasan dari daerah permukiman dan perkotaan.

Apabila tidak tersedia data tentang kapasitas air limbah domestik, maka untuk keperluan perencanaan diperkirakan 150 – 380 liter/orang/hari (Metcalf dan Eddy 1979). Menurut Tchobanoglus (Linsley dan Franzini 1995) volume air limbah juga dapat diperkirakan dari total penggunaan air bersih yakni berkisar antara 60 – 75% volume air bersih. Jumlah pemakaian air bersih minimal untuk keperluan rumah tangga diperkirakan 100 liter/ orang/ hari (Irianto dan Waluyo, 2004). Komposisi air limbah domestik terdiri dari air dan pertikel padat terlarut berupa zat organik (protein, karbohidrat dan lemak) dan zat anorganik, 70% partikel terlarut merupakan bahan organik. Menurut Djabu et al.(1991) zat organik adalah suatu senyawa yang tersusun dari senyawa atau kombinasi Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) bersama dengan Nitrogen (N). Dalam beberapa kasus elemen yang penting seperti Sulfur, Phospor, Iron dan lain-lain juga ada zat organik dalam air atau air limbah dalam bentuk protein, karbohidrat, minyak dan lemak. Zat lain yang ada dalam air limbah padat berupa garam, mineral renik, pestisida dan logam.

Menurut Linsley dan Franzini (1995) keberadaan bahan organik dalam air diketahui menggunakan parameter BOD (Biological Oxygen Demand = Kebutuhan oksigen untuk oksidasi biologis), COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan oksigen untuk oksidasi kimiawi), TOC (Total Organik Carbon = Karbon organik total), ThOD (Theoritical Oxygen Demand = kebutuhan oksigen tioritis). Sanropie et al.(1984) mengatakan bahwa kehadiran zat organik dalam air dapat ditentukan dengan mengukur angka Permanganat (KMnO4)=Kalium Permanganat). Konsentrasi zat organik (BOD) dan (COD) dalam air sesuai dengan kelas dan peruntukan badan air.

Swa Pentahiran ( Self purification ) Dalam Badan Air

Air limbah baik yang diolah ataupun yang tidak diolah apabila masuk ke badan air akan mengalami tekanan oleh ekosistem air. Tekanan tersebut berupa pengurangan atau penghilangan bahan pencemar oleh berbagai proses yang ada dalam air. Proses ini meliputi pengenceran secara fisik, penyebaran dan pengendapan, reaksi kimia, adsorbsi, penguraian secara biologis dan stabilisasi. Proses-proses tersebut pada dasarnya merupakan sifat alalmiah air yang memiliki kemampuan untuk membersihkan atau menghancurkan berbagai kontaminan dan pencemar yang dibawa air limbah. Kemampuan air untuk membersihkan diri secara alamiah darai berbagai kontaminan dan pencemar dikenal sebagai swa pentahiran (Imholf 1979).

(28)

dapat menimbulkan gangguan, dan jga proses anaerob lebih lambat disbanding aerob. Pada umumnya proses anaerob yang terjadi pada badan air tidak dapat diterima oleh msyarakat, sehingga pengertian swa pentahiran hanya digunakan untuk proses penguraian bahan pencemar dalam kondisi aerob (Fair 1956).

Bahan pencemar organik dalam air atau air limbah akan diuraikan oleh jasadrenik menjadi Karbondioksida (CO2), Amoniak (NH3) dan sel baru. Bakteri juga perlu respirasi dan melakukan sintesa untuk kelangsungan hidupnya. Pada reaksi respirasi berlangsung proses oksidasi dimana 1 unit biomasa yang dioksidasi membutuhkan 1.42 unit O2 ( Binefild & Randal 1980).

Plankton yang ada pada badan air diyakini sangat berperan dalam proses swa pentahiran. (Imholf 1979) mengemukakan bahwa plankton berperan menaikkan kadar oksigen terlarut dalam air, kapasitas swa pentahiran akan meningkat apabila terjadi pertumbuhan plankton yang melimpah.

Keseimbangan oksigen terlarut juga dapat berpengaruh pada biota dalam air. Organisme tingkat tinggi pada badan air selalu membutuhkan terpeliharanya kondisi aerob. Ikan dan biota air lainnya hanya dapat hidup pada kondisi kadar oksigen terlarut (DO = oxygen demand) dalam air diatas 3-4 mg/l. Agar kadar DO dapat terus terjaga diatas 3-4 mg/l. Seringkali diperlukan aerasi buatan, terutama ketika kondisi sangat darurat. Asupan oksigen terlarut secara alamiah terjadi melalui fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air, aerasi dalam bentuk riak gelombang dan tujuan dari aliran air dan masuknya gas oksigen dariudara Phelps (Imholf 1979).

Kadar DO juga ditentukan oleh adanya berbagai proses yang ada dalam badan air, meliputi :(a).Oksidasi biologis dan dari pembusukan material karbon organik oleh bakteri dan fungi/jamur, (b). oksidasi amoniak dan nitrogen organik menjadi nitrat (nitrifikasi), (c)sediment oxygen Demand, oksigen dibutuhkan oleh lapisan atas endapan organik didasar badan air, (d). respirasi algae dan tumbuhan air pada malam hari, (e). oksidasi bahan kimia yang ada dalam air, (f). cuaca yang akan berpengaruh pada kelarutan oksigen dari atmosfer. Menurut Linsley dan Franzini (1995) tingkat kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh temperature udara lingkungan setempat. Konsentrasi oksigen terlarut dalam air akan selalu menuju ke keseimbangan sesuai temperatur udara, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1. Kadar oksigen terlarut yang ditunjukan pada table tersebut bukan merupakan batas relatif tetapi merupakan kadar maksimal sesuai dengan temperatur.

Tabel 1 Kondisi keseimbangan DO dalam air No Temperatur ( oC) Konsentrasi oksigen

terlarut (mg/l)

1 0 14,5

2 5 12,7

3 10 11,3

4 15 10,1

5 20 9,2

6 25 8,4

7 30 7,7

8 40 6,8

(29)

Kecepatan aliran air yang tinggi dapat menimpulkan olakan air atau percikan air apabila menabrak benda yang tegar.Kecepatan aliran air yang tinggi juga dapat menimbulkan pusaran air yang kuat apabila menjumpai belokan saluran. Olakan air, percikan air dan pusaran air yang kuat akan menimbulkan efek aerasi. Areasi pada air sungai merupakan peristiwa yang sangat menguntungkan. Aerasi akan menyebabkan pengikatan Oksigen (O2) di udara oleh air, sehingga dapat meningkatkan kadar okeigen terlarut (DO) dalam air sungai. Sebagai gambaran tentang pengaruh kecepatan air terhadap tingkat penyerapan oksigen oleh air Prodjopangarso (1995) pernah melakukan penelitian percobaan tentang korelasi antara kecepatan air dengan tingkat penyerapan oksigen dalam air.Hasil penelitiannya disajikan pada Tabel 2.

Kapasitas Asimilasi

Kapasitas asimilasi didefinisikan Quano (1993) dalam Anna (1999) sebagai kemampuan air atau sumber air dalam menerima pencemaran limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukannya. Sementara itu konsentrasi dari partikel polutan yang masuk ke perairan akan melalui tiga macam fenomena, yaitu pengenceran (dilution), penyebaran (dispersi) dan reaksi penguraian (Efendi 2003). Pengenceran terjadi pada arah vertikal ketika air limbah sampai di permukaan air. Peristiwa penguraian merupakan pengenceran pada permukaan perairan ketika limbah tercampur karena gelombang. Hal yang perlu diperhatikan adalah sesuai kaidah alam ada keterbatasan self purifikasi di dalam sungai sehingga apabila masuk sejumlah bahan pencemar dalam jumlah banyak maka kemampuan tersebut menjadi tidak terlalu berarti mengembalikan sungai dalam kondisi yang lebih baik. Kemampuan proses biologi dapat terjadi secara bakterial dimana bakteri membantu merubah senyawa beracun menjadi senyawa tidak beracun.

Perhitungan kapasitas asimilasi sangat bersifat spesifik untuk setiap lokasi (site specific), dengan membutuhkan pengembangan data model skala hidrolik dan model komputer yang menggunakan elemen terbatas dari persamaan penyebaran dari larutan. Walaupun demikian metode ini tetap masih memiliki

Tabel 2 Hubungan kecepatan aliran air dengan penyerapan oksigen oleh air

No Lokasi

pengukuran Kecepatan aliran air (m/dt) Waktu (menit) Penyerapan Oksigen (ppm) 1 Seloka sawah

Kuningan Yogjakarta

0,50 10 0,4

2 Sungai Kuningan Yogjakarta

0,60 15 0,7

3 Selokan Mataram Yogjakarta

0,60

417

(30)

kelemahan, karena setiap lokasi penelitian badan airnya diasumsikan sebagai empat persegi panjang dengan lebar dan panjangnya yang tidak terbatas, yang berarti hanya terjadi sedikit saja pengaruh fisik pada permukaan dan dasar perairan.

Menurut Quano (1993) dalam Anna (1999) menguraikan beberapa metode yang biasa digunakan untuk menentukan nilai kapasitas asimilasi diantaranya adalah dengan menggunakan hubungan antara kualitas air dengan beban limbahnya. Dalam metode ini, kapasitas asimilasi ditentukan dengan cara memplotkan kualitas air suatu perairan pada kurun waktu tertentu dengan beban limbah yang dikandungnya kedalam suatu grafik, yang selanjutnya direferensikan dengan nilai baku mutu air yang diperuntukkan bagi pengendalian pencemaran air berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Dan titik potong yang diperoleh melalui grafik ini kemudian diketahui waktu terjadinya dan selanjutnya dilihat nilai beban limbahnya. Nilai beban limbah inilah yang dimaksud dengan nilai kapasitas asimilasi (Dahuri 1999). Menurut Quano (1993) dalam Anna (1999) metode lain untuk menentukan kapasitas asimilasi diantaranya :

Metode penghitungan pengurangan limbah awal, dispersi dan penguraian

Metode ini dapat ditentukan nilai kapasitas asimilasi melalui penggabungan nilai pengurangan limbah awal, nilai dispersi limbah dan nilai pengurangan limbah. Limbah awal dapat ditentukan dengan beberapa faktor antara lain kecepatan percampuran antara limbah dan air sungai, kedalaman air limbah yang mengalir dibadan air dan lebar penyebaran limbah serta debit air limbah.

Kelebihan dari metode ini adalah penghitungan lebih ditekankan pada faktor-faktor fisik sehingga ketepatan perhitungannya tinggi. Adapun kelemahan metode ini kurang memperhitungkan faktor-faktor kimia, artinya perbedaan jenis limbah yang masuk ke sungai tidak diperhatikan.

Metode arus bermuatan partikel

Kapasitas asimilasi pada metode ini dapat ditentukan dengan caramembandingkan konsentrasi limbah dengan konsnetrasi air sungai yang menerima limbah. Hal-hal yang diperhitungkan antara lain; kecepatan aliran, perbedaan konsentrasi dan debit air sungai.

Kelebihan metode ini adalah adanya perbandingan antara konsentrasi limbah dan air sungai yang sangat panting bagi penentuan kapasitas asimilasi. Kelemahan metode ini adalah kesulitan dalam penghitungan konsentrasi limbah berupa bahan kimia yang masuk ke sungai yang membutuhkan waktu lama. Metode penurunan oksigen dari streeter dan phelps

Kapasitas asimilasi pada metode ini dapat ditentukan dengan cara mengamati pengurangan nilai oksigen terlarut. Faktor yang diperhitungkan dalam metode ini antara lain waktu perjalanan limbah di sungai dan konsentrasi asam karbonat yang tetap pada saat perjalanan limbah.

(31)

Daya Tampung Beban Pencemaran Air

Daya tampung beban pencemaran diartikan sebagai kemampuan air pada suatu sumber atau badan air untuk menerima beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar (KepMen LH No. 110 Tahun 2003). Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan daya tampung beban pencemaran pada badan air adalah metode Neraca Massa dan metode Streeter-Phelps. Namun pada KepMen LH No. 110 Tahun 2003 pasal 4 ayat (1) yang berbunyi” Apabila timbul kebutuhan untuk menggunakan metoda lain yang juga berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kapasitas daerah, maka dapat digunakan metode diluar metode sebagaimana dimaksud pasal (2) dan ayat (2) berbunyi “ Metode sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) digunakan setelah mendapat rekomendasi dari instansi yang bertanggung jawab dibidang lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan. Jadi selain kedua metode diatas yaitu Neraca Massa dan metode Streeter-Phelps maka metode Qual2E telah direkomendasikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup RI untuk menerapkan yaitu melalui KepMen LH No. 110 Tahun 2003, sebagaimana ditunjukan pada lampiran III.

(32)

kerangka bagi studi Sungai Cibanten. Model QUAL2K juga mempunyai kemampuan untuk mensimulasi atau memprediksi perubahan kualitas sungai jika aliran limbah dikurangi atau ditambah. Simulasi seperti inilah yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui daya tampung beban pencemaran suatu sungai sesuai dengan kriteria mutu air yang ditetapkan. Sungai Cibanten diwakili stasiun pengamatan Desa Pabuaran(hulu) – Muara Cibanten (hilir), dibagi menjadi 1 ruas dan 3 segmen.

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Model proses hierarki analitik (analytical hierarchy process) merupakan model pengambilan keputusan dan perencanaan strategis yang diperkenalkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty pada era 1970-an (Dermawan 2005). Suatu persoalan yang kompleks dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Model AHP juga mampu menyederhanakan persoalan yang kompleks dan mempercepat pengambilan keputusan atas persoalan tersebut (Marimin 2005).

Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan persoalan yang kompleks menjadi bagian-bagian yang tertata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel dibandingkan dengan variabel lain secara subjektif dan kemudian diberikan nilai atau bobot numerik. Sintesa terhadap bobot variabel-variabel tersebut akan menghasilkan variabel dengan prioritas tertinggi dan berperan dalam mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin dan Maghfiroh 2010).

AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem. Pada penyelesaian persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :

1) Decomposition, setelah mendefinisikan permasalahan atau persoalan yang akan dipecahkan, maka dilakukan dekomposisi, yaitu : memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika menginginkan hasil yang akurat, maka dilakukan pemecahan unsur-unsur tersebut sampai tidak dapat dipecah lagi, sehingga didapatkan beberapa tingkatan persoalan.

2) Comparative Judgement, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatif diantara dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen yang disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison.

3) Synthesis of Priority, yaitu melakukan sintesis prioritas dari setiap matriks pairwise comparison “vektor eigen” untuk mendapatkan prioritas lokal. Matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, oleh karena itu untuk melakukan prioritas global harus dilakukan sintesis diantara prioritas lokal.

4) Logical Consistency, yang dapat memiliki dua makna, yaitu :

a) Obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keseragaman dan relevansinya;

b) Tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

(33)

1) AHP memberi model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk beragam persoalan yang tidak terstruktur.

2) AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.

3) AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur serupa dalam setiap tingkat.

4) AHP memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk mendapatkan prioritas.

5) AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

6) AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

7) AHP mempertimbangkan prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka. 8) AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang

representatif dari penilaian yang berbeda-beda yang dimiliki oleh para pakar yang memiliki perhatian terhadap pengelolaan sungai Cibanten.

9) AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Menurut Grandzol (2005) model AHP memiliki keunggulan yaitu sebagai model yang umum diterapkan pada berbagai kasus dan terbukti sukses memecahkan berbagai problem pengambilan keputusan. Selain itu, AHP adalah model pengambilan keputusan yang mampu mengkombinasikan sistem hierarki kriteria ke dalam cara analitis. Keunggulan lainnya yaitu perbandingan berpasangan (pairwise comparison) yang dilakukan secara berulang-ulang dalam model AHP ditujukan untuk menciptakan kekonsistenan data.

Metode AHP juga memiliki beberapa kelemahan selain berbagai kelebihan yang dimilikinya. Kelemahan metode AHP seperti yang dituliskan oleh Tantyonimpuno dan Retnaningtias (2006) yaitu:

a. Orang yang dilibatkan haruslah orang-orang yang memiliki pengetahuan ataupun pengalaman yang berhubungan dengan hal yang akan dianalisis dengan metode AHP

b. Perbaikan keputusan dilakukan melalui pengulangan kembali proses AHP dari tahap awal.

3

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

(34)

Jembatan Kaibon

Bendungan Cibanten

Desa Pabuaran/

Hulu Jembatan

Kaujon

Gambar 3 Peta lokasi penelitian di Sungai Cibanten Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder yang meliputi data debit, data topografi, data hidrologi, data pemantauan kualitas air, peta rupa bumi (RBI), peta DAS, peta kontur. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari :

a. Seperangkat alat pengambilan sampel kualitas air, b. GPS dan Kamera,

c. Komputer dengan software Qual2Kw, arcview 3.2, d. Dokumentasi.

Prosedur Analisis Data

1. Penentuan status kualitas air dengan metode STORET dan Metode Indeks Pencemaran (IP)

[image:34.595.133.402.238.470.2]

Berdasarkan KepMen LH No. 115/2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan membandingkan baku mutu air kelas II menurut PP No.82 tahun 2001. yaitu:

(35)

A) Metode storet

1) Kelas A : baik sekali, skor = 0  memenuhi baku mutu 2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10  cemar ringan

3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30  cemar sedang 4) Kelas D : buruk, skor <= -31 cemar berat

B) Metode indeks pencemaran ( IP )

1) 0 Pij  1.0 = memenuhi baku mutu 2) 1.0 Pij 5.0 = cemar ringan 3) 5.0 Pij 10.0 = cemar sedang 4) Pij 10.0 = cemar berat

2. Perhitungan dan simulasi daya tampung beban pencemaran air sungai Cibanten dengan model kualitas air Qual2KW

Kajian DTBP Sungai Cibanten ini menggunakan model kualitas air QUAL2Kw. QUAL2Kw adalah model kualitas air sungai yang dimaksudkan untuk mewakili versi modern dari model QUAL2E (Brown dan Barnwell 1987).

Segmentasi Sungai Cibanten berdasarkan pertimbangan wilayah administrasi, keberadaan sampling kualitas air, sumber pencemar, keberadaan bangunan tata air dan kondisi hidromorfologi dalam penelitian ini, Sungai Cibanten dengan panjang 40.88 km dibagi menjadi 3 penggal/segmen (Gambar 2). Headwater merupakan bagian hulu yang ditetapkan sebagai sumber utama air Sungai Cibanten dalam penelitian ini. Dalam hal ini dilakukan pengumpulan data penampang dan karakteristik Sungai untuk menentukan debit dan model hidrolik Sungai. Skenario 1 dan 2 tersebut untuk debit air di Sungai di hulu Sungai Cibanten menggunakan debit hasil pengukuran sesaat pada bulan Juli 2013 yaitu 4.5 m3/detik. Teluk Cibanten/hilir ditetapkan sebagai jarak nol (0) kilometer. 3. Metode Kapasitas asimilasi menggunakan garis regresi serta grafik hubungan antara kualitas air di hilir dengan beban pencemaran total di hilir serta perpotongannya dengan garis baku mutu per parameter menurut PP No.82 tahun 2001 (Indrasti et al. 2006).

4. Penentuan Strategi Pengelolaan Sungai Cibanten ditetapkan berdasarkan analisis hasil survey pakar dengan metoda AHP (Analytical Hierarchy Process) menggunakan aplikasi program Expert Choice 11 (Marimin 2005).

4

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian

(36)

a. sebelah utara berbatasan laut Jawa

b. sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Tangerang

c. sebelah selatan berbatasan kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang d. sebelah barat berbatasan kota Cilegon dan Selat Sunda

Luas wilayah Kabupaten Serang secara administratif tercatat 1734.09 km2danluas kabupaten serang adalah 17.95% dari luas Propinsi Banten yang terdiri dari 34 wilayah kecamatan, 314 desa dan 20 kelurahan. Dari jumlah wilayah sebanyak 34 kecamatan tersebut, terdapat pulau-pulau diantaranya Pulau Sangiang, Pulau Panjang, Pulau Tunda dan Pulau Tarakan. Namun pada tahun 2008 terjadi pemekaran wilayah propinsi Banten dengan pemisahan Kabupaten Serang menjadi dua wilayah yaitu Kabupaten Serang dan Kota Serang. Sehingga Kabupaten Serang pada tahun 2008 hanya memiliki 28 wilayah kecamatan dengan pengurangan enam wilayah kecamatan yaitu Cipocok Jaya, Curug, Kasemen, Serang, Taktakan dan Walantaka.

Kondisi Geofisik DAS Cibanten

Letak geografis DAS Cibanten merupakan wilayah hidrologis yang secara geografis terletak pada posisi 6° 17’ - 6° 26’ LS (Lintang selatan) dan 106° 48’ - 106° 06’ BT (bujur timur). Menurut administrasi pemerintahan, DAS Cibanten berada di wilayah Kabupaten Serang dan Kota Serang meliputi 9 (sembilan) wilayah administrasi kecamatan, 40 wilayah administrasi desa dan 19 wilayah administrasi kelurahan. Mulai dari Hulunya di Desa Sukabares kecamatan Ciomas sampai kampung Cengkok desa Margaluyu kecamatan Kasemen Kota Serang yang merupakan muara sungai Cibanten. Daerah Aliran Sungai Cibanten merupakansungai lintas kabupaten/kota dengan hulu berpangkal di Gunung Karang Kabupaten Pandeglang, melintasi Kabupaten Serang dengan panjang sungai 43.88 km dan luas Daerah Aliran Sungai 194.10 km2.

Topografi dan Bentuk wilayah

[image:36.595.126.442.637.748.2]

Keadaan topografi DAS Cibanten bervariasi mulai dari 0 s/d 150 meter dari permukaan laut (mdpl). Daerah aliran sungai Cibanten yang memiliki kecenderungan topografi datar, adalah kawasan yang masuk ke dalam wilayah administrasi kecamatan Cipocok Jaya, Serang dan Kasemen Kota Serang. Sedangkan yang berbukit masuk dalam wilayah administrasi kecamatan Baros, kecamatan Pabuaran, kecamatan Ciomas dan kecamatan Gunung Sari dengan Hulu berpusat di gunung Karang. Wilayah DAS Cibanten didominasi oleh lahan dengan kemiringan lereng 8-15% seluas 6752.62 Ha (32.49%), pembagian wilayah berdasarkan kelerengan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas wilayah berdasarkan kelas kemiringan

NO. Kemiringan Kelas Luas (Ha ) %

1. 0-8 I 6408.75 30.84

2. 8-15 II 6751.63 32.49

3. 15-30 III 6402.52 30.81

4. >30 IV 1215.67 5.85

Jumlah 20778.57 100

(37)

Tanah dan Geologi

Berdasarkan jenis tanah yang ada di DAS Cibanten dapat dikelompokkan menjadi 9 jenis tanah. Jenis-jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 4 menunjukkan dalam kaitannya dengan analisis nilai bahaya erosi yang diperkenankan

(tolerable soil loss) kedalaman atau solum tanah menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan. Kedalaman solum tanah di DAS Cibanten didominasi olehklasifikasi dalam (>90cm) diikuti dengan kedalaman solum yang termasukklasifikasi cukup dangkal (30–60 cm) dan dangkal (<30 cm). Klasifikasi kedalaman solum tanah di DAS Cibanten ditunjukkan pada Tabel 5.

Geomorfologi

Geomorfologi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembentukkan alam/bumi. Prosses ini antara lain meliputi bentuk alamiah, konfigurasi umum permukaan dan perubahan-perubahan yang terjadi selama pembentukkan tanah.

[image:37.595.160.427.168.388.2]

Geomorfologi DAS Cibanten dapat dikelompokkan atas beberapa bentuk asal, sebagai berikut :

Tabel 4 Luas dan jenis tanah DAS Cibanten

No. Jenis Tanah Luas ( Ha ) %

1. Asosiasi Latosol coklat

kemerahan dan litosol 1739.34 8.37

2. Latosol coklat 1005.78 4.84

3. Latosol abu-abu 1812.07 8.72

4. Padsolik 3100.47 14.92

5. Regosol coklat 1751.81 8.43

6. Asosiasi Padsolik kuning dan

hidromorf kelabu 1870.26 9

7. Asosiasi hidromorf kelabu dan

planosol 1020.33 4.91

8. Aluvia kelabu kekuningan 64.420 0.31

9. Asosiasi latosol coklat dan

latosol kekuningan 8414.09 40.49

Jumlah 20778.57 100

Sumber : Bappeda Provinsi Banten, 2002

Tabel 5 Luas berdasarkan kedalaman tanah

No. Kedalaman

Tanah Kelas Luas ( Ha ) %

1. > 90 A 11525.95 55.46

2. 60-90 B 0 0

3. 30-60 C 714.231 34.36

4. <30 D 2115.47 10.18

Jumlah 20780.65 100

[image:37.595.170.459.509.623.2]
(38)

1. Bentuk asal Denudasional, bentuk ini terjadi karena proses gradisional yang meliputi proses agradisional dan degradisional

2. Bentuk asal Gunung api ( vulcanic), merupakan bentuk yang terjadi karena aktivitas yang berupa letusan aliran maupun nitrasi baik yang bersifat padat, cair maupun lepas-lepas;

3. Bentuk asal aluvial merupakan bentuk hasil proses fluvial baik aliran permukaan maupun aliran sungai dengan materi aluvium dan kolvium. Iklim, Suhu dan Curah Hujan

DAS Cibanten memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin muson, yang dapat dibedakan antara musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November sampai April, sedangkan musim kemarau terjadi mulai bulan Mei hingga Oktober. Curah hujan yang dicatat selama 10 tahun terakhir dari Badan Meteorologi dan Geofisika berkisar antara 1103 mm s/d 3108 mm per tahun, jumlah hari hujan dalam satu tahun berkisar antara 57 hari sampai 235 hari, dengan rata-rata bulan basah antara 2 sampai dengan 12 bulan. Dari pengamatan stasiun curah hujan dan stasiun klimatologi di Taktakan diperoleh data yang mencakup data temperatur, data kelembaban udara, data kecepatan angin dan penyinaran matahari. Panjang data yang dikumpulkan adalah 10 tahun dari 1998 s/d 2007. Gambaran kondisi iklim DAS Cibanten dapat dilihat dari nilai rata-rata pencatatan beberapa parameter iklim di stasiun klimatologi antara lain temperatur rata-rata bulanan 26.6°C, kelembaban udara rata-rata sekitar 81% penyinaran matahari rata-rata sekitar 4.8 jam (60%), kecepatan angin rata-rata 4.2 knot(185.4 km/hari). seperti tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6 Data temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin, penyinaran matahari

Data

klimatologi

Tahun

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata

Suhu (°C) 26.8 - 26.4 26.4 - - 37.1 26.8 26.9 26.6 28.24

Penyinaran matahari(%)

53.3 - 56 52.3 - - 64.6 57.9 69.1 63.6 59.54

Tekanan udara (mb)

1011.2 - - 1012.2 - - - 1011.

7

Relative humidity (%)

82.6 - 81.4 83.2 - - 81.8 84.6 80.9 82 82.35

Kecepatan angin(knot)

2.5 - 2.8 2.5 - - 2.2 2.4 2.5 2.8 2.5

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika(BMG), Cadin PU Serang dan Pandeglang

Sosial dan Ekonomi

(39)

632644 jiwa, dengan tingkat kepadatan sebesar 1051.43 jiwa/km2 dengan perbandingan jumlah laki-laki terhadap jumlah perempuan (sex ratio) antara 104 % s/d 112 %. Tabel 7 menunjukkan jumlah penduduk di masing-masing kecamatan yang terletak pada DAS Cibanten dimana yang terpadat adalah kecamatan Serang dengan jumlah penduduk 47969 jiwa.

Tabel 7 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di kecamatan pada DAS Cibanten

No. Kecamatan Luas wilayah ( km2 )

Laki-laki Perempuan

kepadatan penddk (Jiwa /km2)

Jml Rumah Tangga

Sex Ratio

Kota Serang

1 Cipocok Jaya 31.54 43523 41140 26841 18799 105.79 2 Serang 25.88 108231 103558 8183,5 47969 104.51 3 Taktakan 47.88 41509 38738 1676 15911 107.15 4 Kasemen 63.36 46523 42793 1409,66 18081 108.72

Kabupaten Serang

5 Pabuaran 20425 18899 497 7986 108

6 Kramatwatu 45734 43445 1835 20307 105

7 Ciomas 20155 17971 786 7924 112

Total 168.66

326100 306544 7360 135888

Sumber : Kota Serang dan Kab.Serang Dalam Angka Tahun 2012

Sedangkan rincian komposisi masyarakat di DAS Cibanten berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8 Komposisi tingkat pendidikan masyarakat

No. Pendidikan Jumlah %

1 Tidak sekolah 120350 20.8

2 Tidak Tamat SD 50049 8.60

3 SD 212359 36.49

4 SMP 90030 15.47

5 SMA 74608 12.82

6 Akademi/PT 13734 2.36

7 Lain-lain 20834 3.58

JUMLAH 581966 100

Sumber: Bappeda Serang – BPS, Serang Dalam Angka 2010

(40)

Penggunaan Lahan ( Land Use )

Pemaparan penggunaan lahan di suatu wilayah, dibedakan menjadi pola tutupan lahan dan pola pemanfaatan lahan. Demikian halnya penggunaan lahan di DAS Cibanten.

1. Pola Tutupan Lahan-Hutan ( Land Coverage )

Kondisi penutupan lahan dapat diartikan sebagai prosentase penutupan lahan oleh tanaman, baik tanaman tahunan maupun tanaman semusim. Keadaan vegetasi di DAS Cibanten dibedakan antara tumbuhan yang terdapat di kawasan hutan dan tanaman yang terdapat di luar kawasan hutan. Vegetasi dalam kawasan hutan di DAS Cibanten seluas 468.71 ha (9.9%) yang didominasi oleh jenis rasamala, puspa dan mahoni, dengan komposisi/stratifikasi tajuk yang baik.

Di hutan produksi jenis-jenis tanaman yang tumbuh adalah rasamala dan puspa, sedangkan vegetasi di luar kawasan hutan DAS Cibanten seluas 21053.80 Ha (97.82%), dengan vegetasi yang mendominasi tanaman semusim berupa palawija dengan tingkat penutup vegetasi sedang sampai rendah, kondisi penutup lahan tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses terjadinya erosi. Vegetasi yang dimaksud merupakan suatu kesatuan dan bukan individual/pohon yang berfungsi dalam pengendalian erosi yaitu mengurangi energi kinetik air hujan sebagai tenaga penghancur agregat-agregat tanah. Hal ini berdasarkan peta tata guna lahan dan hasil interpretasi foto udara penggunaan lahan di DAS Cibanten dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini :

Tabel 9 Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan

No. Penggunaan Lahan Luas ( Ha)

%

1 Hutan 1099 5.29

2 Kebun rakyat 8223 39.57

3 Semak belukar 158 0.76

4 Ladang 2295 11.04

5 Sawah tadah hujan 1592 7.66

6 Sawah irigasi 4258 20.49

7 Padang rumput 210 1.01

8 Pemukiman 2949 14.19

JUMLAH 20781 100

Sumber : Hasil Analisis Peta Divisi Kajian LSM.Rekonvasi Bhumi, 2004

2. Pola Pemanfaatan Lahan ( Hulu – Tengah – Hilir )

(41)

suatu ekosistem, sehingga memiliki permasalahan ekologis dan ekonomis serta merupakan suatu wilayah yang mempunyai kondisi biofisik serta sosial ekonomi dan budaya yang bevariasi. DAS Cibanten terdiri dari fungsi kawasan lindung, penyangga dan budidaya tanaman tahunan/musiman. Sepanjang DAS Cibanten terdapat berbagai macam penggunaan lahan, misalnya pertanian, persawahan, perkebunan, permukiman. Pemanfaatan lahan tersebut memberikan beban yang cukup berat pada kondisi lingkungan sungai Cibanten, yang menjadi muara dari seluruh aktivitas yang ada dan dilakukan msayarakat di DAS Cibanten, dampak dari berbagai aktivitas tersebut tidak saja mempengaruhi kondisi air permukaan, tetapi juga akan berdampak pada kuantitas dan kualitas air bawah tanah yang bersumber dari kawasan DAS Cibanten.

Pemanfaatan lahan oleh masyarakat di daerah hulu yaitu desa pancanegara kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang sebagai tempat usaha tambang galian pasir/batu sedangkan kegiatan lainnya sampai dengan desa Tembong kecamatan Cipocok Jaya didominasi oleh perkebunan, sawah dan hutan rakyat. Akan tetapi setelah desa Tembong, terutama kawasan yang masuk dalam wilayah perkotaan Serang, pemanfaatan lahan oleh masyarakat untuk kepentingan permukiman dan tempat usaha. Sepanjang kiri dan kanan sempadan sungai Cibanten di wilayah perkotaan menjadi kawasan permukiman, beberapa diantaranya merupakan lokasi permukiman baru, dengan penataan lingkungan yang relatif cukup baik dikembangkan oleh pengembang perumahan, yang mulai marak kembali sejak Banten dijadikan propinsi. Dan beberapa diantaranya merupakan kawasan permukiman yang padat dan fasilitas sanitasi lingkungan yang tidak memadai, seperti permukiman di kawasan Sempu Seroja, Magersari di belakang RSUD Kabupaten Serang, Neglasari dan Lopang. Bahkan di Desa Banten dan Margaluyu kecamatan Kasemen, kiri dan kanan sempadan sungai Cibanten menjadi kawasan permukiman secara illegal (squatter) yang tidak saja membahayakan penghuni tersebut, juga menjadi penghalang arus sungai Cibanten, sehingga pada musim penghujan kawasan tersebut menjadi daerah genangan, rentan terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh nyamuk dan sanitasi lingkungan yang buruk. Beban lingkungan sungai Cibanten semakin bertambah, dengan dijadikannya sungai Cibanten sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga dan kegiatan-kegiatan lain masyarakat, termasuk rumah sakit, pasar dan lain sebagainya.

Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air dalam segala bentuknya baik diatas, di dalam maupun pada tanah, bumi, termasuk distribusi daur sifat-sifatnya (kimia dan fisika) dan reaksi dari alam lingkungan yang mati maupun yang hidup terhadap air. Sungai Cibanten merupakansungai lintas Kabupaten/Kota dengan hulu berpangkal di Gunung Karang Kabupaten Pandeglang, melintasi Kabupaten Serang dengan panjang sungai 43.89 km dan luas Daerah Aliran Sungai 194.10 km2. DAS Cibanten pemantauannya dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:

- Ruas sungai Cibanten Hulu,

- Ruas sungai Cimasin. Dua sungai ini terletak dekat lokasi penggalian pasir di Desa Pancanegara Kecamatan Pabuaran,

(42)

Desa Kasemen ( Depan PT Sauh Bahtera) Kecamatan Kasemen. Lokasi tersebut merupakan daerah pembuangan limbah domestik dari rumah sakit umum daerah Serang. DAS Cibanten terdapat sungai-sungai yang bermuara ke sungai Cibanten, antara lain yaitu sungai Ciherang, Ciguha, Ciwaringin, Cikampeng, Citatah Bodas, Cipadaraba, Cikadu Pigur, Cikentang dan Cijeruk di bagian Hulu. Sungai Ciwaru, Cikaduen di bagian Tengah. Sungai Pelamunan, Cikaduan dan kali pembuangan Cibanten di bagian hilir sampai dengan Cikaduen di bagian Hilir. Panjang anak sungai bervariasi, yaitu antara 1718 km ( sungai Cikadu Bebek) sampai dengan 17.95 km ( sungai Cikaduen).Sungai-sungai yang menjadi bagian orde II (sub DAS ) dan orde III (sub DAS ) dari sungai Cibanten, dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah.

Sampai saat ini sungai tersebut belum terpasang pos duga air atau stasiun pengamat air (SPAS), baik oleh BPSDA maupun instansi lainnya. Sehingga sangat sulit untuk mengetahui fluktuasi kualitas dan kontinuitas aliran air di beberapa sung

Gambar

Gambar 2 Peta DAS Cibanten Provinsi Banten
Tabel 3 Luas wilayah berdasarkan kelas kemiringan
Tabel  5  Luas berdasarkan kedalaman tanah
Tabel 10   Anak sungai Cibanten
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ Pengelolaan Sungai Batanghari Kabupaten Dharmasraya Berdasarkan Daya Tampung Beban Pencemran dengan Metode QUAL2Kw ” ini. Tesis

Beban pencemar non point sources dan point sources dari perhitungan QUAL2Kw model baku mutu digunakan untuk menghitung daya tampung beban pencemaran sungai.

Perhitungan daya tampung didapatkan dari hasil pengurangan beban pencemaran berdasarkan skenario. Beban pencemar maksimum merupakan baku mutu air kelas I sungai

Sungai Mangetan Kanal memerlukan perhitungan daya tampung beban pencemaran (DTBP) untuk memperkirakan beban maksimum dari bahan organik yang dapat masuk ke

Berdasarkan hasil penelitian tugas akhir mengenai penentuan daya tampung beban pencemaran Sungai Kalimas segmen Taman Prestasi-Jembatan Petekan dengan pemodelan

Adapun sungai yang dimasukan dalam kajian literatur ini dan sudah tidak memiliki daya tampung beban pencemaran adalah sungai Code Yogyakarta; daerah aliran sungai

Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan penelitian mengenai Analisis daya dukung DAS berdasarkan kriteria tata air dan daya tampung beban pencemaran sungai Gedek bertujuan untuk

Daya tampung Beban Pencemaran DTBP dapat dihitung dengan cara sederhana yaitu dengan persamaan neraca massa Wiwoho, 2005 sebagai berikut : DTBP = Beban Pencemaran Sesuai BMA – Beban