• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tracking Perkembangan Ekonomi Triwulan II 2017 Sisi Lapangan Usaha

Ditinjau berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada ketiga lapangan usaha utama Jawa Tengah masih diproyeksikan mengalami pertumbuhan. Industri pengolahan dengan pangsa terbesar, di atas 30%, mengalami perbaikan kinerja dan menjadi pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah secara keseluruhan. Selain itu, kinerja lapangan usaha perdagangan juga diproyeksi mencatatkan perbaikan seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi pada periode Ramadhan dan Lebaran. Namun demikian, lapangan usaha pertanian diprediksi mengalami perlambatan seiring dengan berakhirnya panen raya.

Seiring dengan meningkatnya permintaan dalam rangka menyambut Ramadhan dan Lebaran, pertumbuhan industri pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut utamanya berasal dari domestik, sementara permintaan ekspor masih belum cukup kuat. Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) dan liaison yang dilakukan Bank Indonesia, beberapa pelaku industri sudah mulai melakukan kegiatan building stock dalam rangka menghadapi peningkatan permintaan tersebut. Berdasarkan hasil SKDU, pelaku usaha telah memprediksi adanya peningkatan kegiatan usaha industri pengolahan pada triwulan II 2017. Hal tersebut tercermin dari perkiraan SBT yang sebesar 8,37%, meningkat dibandingkan SBT triwulan I 2017 yang sebesar 2,36%.

Peningkatan juga diprediksi terjadi pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Seiring dengan peningkatan permintaan domestik terutama pada saat Ramadhan dan Lebaran, kegiatan usaha perdagangan diperkirakan mengalami peningkatan. Pelaku usaha lapangan usaha ini pun memperkirakan adanya peningkatan kinerja. Hal tersebut tercermin dari hasil SKDU, di mana perkiraan SBT kegiatan usaha sektor perdagangan, hotel, dan restoran triwulan II 2017 tercatat 11,46%; meningkat dari SBT triwulan I 2017 yang sebesar 4,67%.

Adapun penahan akselerasi berasal dari lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan. Seiring dengan berakhirnya panen raya dan mulai masuknya musim tanam, khususnya untuk komoditas beras, produksi pada triwulan II 2017 diperkirakan mengalami perlambatan. Perlambatan juga mengingat tingginya produksi triwulan II 2016 yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata karena pergeseran musim tanam sebagai dampak dari El Nino.

Keuangan Pemerintah

2.

Persentase realisasi pendapatan tercatat meningkat, meskipun belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan I 2017 mengalami penurunan.

 Peningkatan realisasi pendapatan utamanya berasal dari penerimaan pajak daerah,

Dana Alokasi Umum dan Khusus yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya

 Penurunan realisasi belanja berasal dari menurunnya belanja modal pada

komponen belanja langsung.

 Realisasi belanja APBN Provinsi Jawa Tengah pada triwulan I 2017 lebih tinggi

dibandingkan triwulan I 2016, mengindikasikan adanya upaya perbaikan realisasi oleh pemerintah untuk mengakselerasi perekonomian.

Realisasi APBD Triwulan I 2017

2.1.

Postur APDB Provinsi Jawa Tengah pada 2017 meningkat dibandingkan tahun anggaran 2016. Anggaran pendapatan meningkat menjadi Rp23,47 triliun atau naik 11,81% dibandingkan tahun 2016. Begitu pula dengan anggaran belanja yang meningkat menjadi Rp23,36 triliun atau naik 10,44% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada tahun 2017 sudah tidak terjadi defisit anggaran seperti tahun sebelumnya dengan surplus sebesar Rp104 milliar.

Ditinjau dari serapan terhadap anggaran, persentase realisasi pendapatan meningkat, namun persentase realisasi belanja mengalami penurunan. Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan laporan sebesar 22,13% dari APBD 2017, lebih tinggi dibandingkan serapan pendapatan triwulan I 2016 yang sebesar 18,54%. Sementara itu, realisasi belanja sampai triwulan I 2017 sebesar 10,04% dari APBD 2017, relatif lebih rendah dibandingkan triwulan I 2016 sebesar 11,69%.

Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2017 (Rp Miliar)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Secara nominal, pada triwulan I 2017 realisasi pendapatan meningkat sedangkan belanja pemerintah mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Realisasi pendapatan triwulan I 2017

c APBD-P 2017 Realisasi Tahun

2017-Tw I % Realisasi

PENDAPATAN 23.468 5.193 22,13% PAD 11.967 2.320 19,39% Dana Perimbangan 11.415 2.848 24,95% Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 86 25 29,34% BELANJA 23.364 2.346 10,04% Belanja Tidak Langsung 17.390 2.064 11,87% Belanja Langsung 5.973 282 4,72% SURPLUS/DEFISIT 104 2.847

tercatat sebesar Rp5,19 triliun, meningkat Rp1,11 triliun dibandingkan realisasi pendapatan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp4,08 triliun. Kondisi berbeda dialami pada realisasi belanja yang mengalami penurunan sebesar Rp276 miliar pada triwulan I 2017; dari triwulan sebelumnya sebesar Rp2,66 triliun menjadi Rp2,35 triliun pada triwulan laporan.

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.1 APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2016 dan T.A. 2017

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.2 Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2016 dan T.A. 2017

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) mencatatkan surplus sebesar Rp2,85 trilliun pada triwulan I 2017. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2016 sebesar Rp1,46 trilliun dan selama lima tahun terakhir (2012-2016) yang sebesar Rp ... triliun. Berdasarkan data historis lima tahun terakhir, kondisi surplus ini selalu terjadi di awal tahun. Meningkatnya surplus yang terjadi pada awal tahun 2017 ini sejalan dengan persentase pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Ditambah lagi, persentase realisasi belanja pada triwulan I 2017 yang lebih rendah dibandingkan dengan persentase realisasi belanja selama lima tahun terakhir berkontribusi pada tingginya surplus di triwulan laporan. Realisasi belanja yang lebih rendah ini akibat kewajiban pembayaran pelaksanaan proyek pemerintah yang belum diajukan oleh vendor tidak dapat dibayarkan di triwulan awal 2017.

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan Daerah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.4 Realisasi Belanja Daerah

2.1.1. Realisasi Pendapatan Triwulan I 2017

Realisasi pendapatan Provinsi Jawa Tengah sampai dengan triwulan I 2017 sebesar 22,13%, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2016 dengan realisasi 18,54%. Peningkatan persentase serapan ini terjadi di seluruh komponen, baik Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (Daper), dan lain-lain pendapatan yang sah.

Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Triwulan I tahun 2016 & 2017

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Peningkatan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan (Daper) memengaruhi realisasi pendapatan daerah secara keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan sumber

Komponen Pendapatan Daerah Tw I 2016 Tw I 2017 P e nda pa ta n Asli Da e ra h 14,32% 19,38%

P ajak Daerah 15,82% 19,50%

R etribus i Daerah 25,86% 23,03%

Hs l P engelolaan Kekayaan Daerah Yg Dipis ahkan 0,19%

Lain-Lain P AD Yg S ah 3,60% 23,49%

Da na pe rimba nga n 25,77% 24,95%

Dana B agi Hs l P jk/B ukan P jk 20,62% 32,72%

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

Dana Alokas i Umum 33,33% 20,41%

Dana Alokas i Dana Khus us 24,03%

L a in-L a in P e nda pa ta n Ya ng S a h 7,99% 29,34%

Hibah 21,25%

Dana P eny. dan Otonomi Khus us

Dana Ins entif Daerah 50,00%

utama pendapatan daerah Jawa Tengah berasal dari kedua pos tersebut. Meskipun bertumbuh, namun pangsa PAD pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 44,67% atau menurun dibandingkan triwulan I 2016 yang sebesar 48,84%. Penurunan ini mengindikasikan menurunnya kemandirian fiskal Pemprov Jateng. Sementara itu, pangsa Daper meningkat menjadi 54,84% pada triwulan I 2017 dari sebelumnya 51,44% pada triwulan I 2016. Peningkatan ini terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU), yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada Pemprov Jateng.

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.5 Kontribusi Pos Pendapatan Daerah Triwulan I 2017

Sumber utama PAD berasal dari komponen pajak daerah, dengan peran sebesar 85,45% dari total PAD dan lain-lain PAD yang sah (13,53%). Pada triwulan laporan, realisasi pajak daerah terbilang tinggi sehingga menyebabkan peningkatan pendapatan secara keseluruhan. Tercatat, realisasi pajak daerah sebesar 19,50%; lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang mencapai 15,82%. Perbaikan ini terjadi seiring peningkatan pajak jumlah kendaraan baru dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terkonfirmasi dari hasil liaison Bank Indonesia terhadap perusahaan otomotif di Jawa Tengah yang menyatakan terjadi peningkatan penjualan mobil baru di triwulan awal tahun 2017. Berdasarkan perannya terhadap total pajak daerah, Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor memang menjadi pemasukan utama pajak daerah, dengan peran masing-masing sekitar 35-40% di tiap tahunnya.

Ditinjau dari pertumbuhannya, pajak daerah yang terkumpul pada triwulan I 2017 mengalami perbaikan. Pajak daerah tumbuh 3,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,16% (yoy). Capaian pajak daerah ini juga sejalan dengan perekonomian yang tumbuh membaik dibandingkan triwulan sama tahun 2016.

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.6 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Komponen lain-lain PAD yang sah mengalami peningkatan realisasi menjadi 23,49% pada triwulan I 2017 setelah sebelumnya terealisasi 3,60% pada triwulan sama tahun 2016 . Meningkatnya komponen ini ditengarai akibat hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dan kontribusi badan usaha yang meningkat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan komponen Daper, sumber pendapatan utamanya berasal dari DAK, dengan peran sebesar 48,29% dari total Daper, diikuti oleh Dana Alokasi Umum/DAU (40,18%), dan Dana Bagi Hasil/DBH (11,13%). Meningkatnya DAK ini sejalan dengan meningkatnya pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sama seperti tahun sebelumnya. Tercatat, realisasi pendapatan DAK sebesar Rp1,38 triliun, meningkat dibandingkan triwulan I 2016 yang sebelumnya hanya sebesar Rp1,29 triliun. Sementara itu, realisasi DAU meningkat menjadi Rp1,14 triliun; lebih tinggi dibandingkan triwulan sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp620 miliar. Peningkatan ini sejalan dengan kebutuhan biaya gaji pegawai, terutama guru yang kini menjadi kewenangan dari Pemprov Jateng. Adapun serapan DBH meningkat menjadi Rp322,67 miliar dari sebelumnya Rp190 miliar di triwulan I 2016.

Lebih lanjut, komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah tercatat mengalami kenaikan. Pada triwulan laporan, realisasi pos ini tercatat sebesar 29,34%; meningkat dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2016 sebesar 7,99%. Meningkatnya komponen ini terutama berasal dari realisasi dana insentif daerah yang sebesar Rp25,10 miliar, setelah sebelumnya tidak mengalami realisasi di triwulan I 2016. Dengan realisasi sebesar itu, persentase serapan dana insentif daerah tercatat sebesar 50,00% dari total anggaran 2017.