• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Tradisi Merti Dusun

menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang, dan implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan antropologi agama dan untuk mendapatkan data maka digunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah warga muslim dan Kristen. Setelah dianalisis dan disimpulkan bahwa perbedaan keyakinan di dusun Kedakan tidak dipermasalahkan. Bahkan saat acara tradisi Merti Dusun yang seharusnya berbeparan di dalamnya hanya orang Islam saja, namun warga Kristen suka rela membantu dengan bergotong-royong untuk menyiapkan tempat yang akan dijadikan acara tersebut dan ikut meramaikan bersama-sama pada saat pementasan pagelaran wayang. Hal itu didasarkan oleh nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun yang diterapkan dalam masyarakat dusun Kedakan, yaitu: (1) Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan

ix

pendidikan etika, bertujuan untuk membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri dengan perilaku terpuji. (2) Amaliyyah, yang berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-hari, baik yang berhubungan dengan pendidikan ibadah maupun muamalah. Pendidikan ibadah memuat hubungan antara manusia dengan Tuhannya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan nazar yang bertujuan untuk aktualisasi nilai-nilai ubudiyah. Sedangkan pendidikan muamalah itu memuat hubungan antar-manusia, baik secara individual maupun institusional.

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN...iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR TABEL...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Penegasan Istilah ... 6 F. Studi Kepustakaan ... 10 G. Metode Penelitian ... 18 H. Sistematika Penulisan... 23

xi

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tradisi Merti Dusun ... 25

B. Pendidikan Islam ... ... 36

C. Kerukunan Umat Beragama ... 40

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Letak Geografis Dusun Kedakan ... . 52

B. Keadaan Sosial Kemasyarakatan Agama ... . 57

C. Kegiatan Bersama Antara Umat Islam dan Kristen ... . 60

D. Kerukunan Umar Beragama di dusun Kedakan ... . 61

E. Temuan Penelitian ... . 64

BAB IV ANALISIS DATA A. Makna Tradisi Merti Dusun di dusun Kedakan ... . 69

B. Upaya untuk Menumbuhkan Kerukunan Umat Beragama... 74

C. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Merti Dusun untuk Menumbuhkan Kerukunan Umat Beragama... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 90 B. Saran ... 92 C. Penutup ... 93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Daftar Riwayat Hidup 3. Daftar Nilai SKK 4. Lembar Konsultasi 5. Surat Pembimbing 6. Surat Ijin Penelitian

7. Data Penduduk dusun Kedakan 8. Dokumentasi

xiii DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur 2. Tabel 3.2 Data Pemeluk Agama

3. Tabel 3.3 Pendidikan Masyarakat 4. Tabel 3.4 Sarana Pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki banyak pulau dengan berbagai ragam suku dan budaya. Masing-masing suku bangsa memiliki tradisi, kebiasaan, adat istiadat, dan budaya tersendiri yang mempengaruhi kehidupan mereka. Budaya itu harus dilestarikan supaya menjadi pribadi yang dapat menemukan jati diri bangsa. Budaya merupakan bentuk cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syam (2009: 68-69) “kebudayaan merupakan produk atau hasil aktifitas nalar manusia, dimana ia memiliki kesejajaran dengan bahasa yang juga merupakan produk dari aktifitas nalar manusia tersebut”.

Diantara banyak pulau di Indonesia, Jawa termasuk pulau yang memiliki berbagai ragam budaya. Kebudayaan Jawa menurut Roqib (2007: 36) “merupakan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat Jawa dengan beberapa variasi dan heterogenesis masyarakat yang berkembang baik di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, maupun Jawa Timur”.

“Kebudayaan akan menjadi sebuah tradisi atau adat istiadat apabila dilakukan secara terus-menerus” (Yahya, 2009: 2). Nilai-nilai yang ada

2

pada suatu tradisi apabila diterapkan di dalam masyarakat akan memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan tradisi akan selalu berhubungan dengan ritual atau upacara tradisional. Namun ritual yang dilaksanakan secara islami akan bermanfaat sebagai penyebaran Islam, dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat. Dalam pelaksanaan tradisi juga dapat dijadikan sarana untuk penanaman nilai-nilai pendidikan Islam dalam masyarakat.

“Tradisi berarti suatu tatanan eksistensi manusia dan bagaimana masyarakat mempresentasikannya di dalam kehidupannya” (Syam, 2009:

71). Tradisi merupakan suatu hal yang tertata sejak zaman dahulu, tinggal bagaimana masyarakat sekarang melaksanakannya, begitu pula tentang tradisi Jawa.

Menurut Saksono (2014: 120-121) menyatakan bahwa:

Tradisi Jawa adalah tradisi yang amat kaya dan dihimpun dari kesusastraan yang merentang dari sumber-sumber kuno Sansekerta hingga kisah-kisah babad dan legenda-legenda kerajaan, yang ditafsirkan oleh pementasan wayang kulit. Tradisi Jawa dapat menanamkan hubungan kekerabatan perilaku kehidupan sehari-hari antara diri terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar menjadi lebih dekat.

Tradisi Jawa yang dilaksanakan oleh kebanyakan masyarakat desa masih kental dengan acara-acara yang dijalankan oleh leluhurnya. Seperti halnya masyarakat yang ada di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang masih menjunjung tinggi tradisi Jawa, misalnya tradisi Merti Dusun atau disebut juga bersih desa. Tetapi masyarakat di dusun

3

Kedakan tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama Islam dalam melaksanakan tradisi tersebut. Tradisi Merti Dusun biasa dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai selametan desa dalam mewujudkan rasa syukur mereka terhadap rezeki yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT. dan bentuk keselarasan mereka terhadap alam karena alam dan manusia saling melengkapi satu sama lainnya. Dalam tradisi Merti Dusun terkandung nilai-nilai pendidikan Islam yang akan menjadikan masyarakat lebih dekat dengan Allah SWT., dan menjadikan kehidupan bermasyarakat yang aman, damai, tenteram, dan sejahtera. Tradisi Merti Dusun dilaksanakan dalam sekali satu tahunnya yang bertepatan pada bulan Safar dalam kalender Islam yang berdasarkan tahun Qomariyah. Dalam tradisi Merti Dusun, masyarakat biasanya mengadakan acara-acara kesenian, misalnya wayangan.

Tradisi Merti Dusun dipimpin oleh tokoh terkemuka di dalam masyarakat, seperti kepala dusun. Acara merti dusun bisa jadi lebih ramai dibandingkan pada hari raya Idul Fitri. Keramaian terjadi karena adanya antusias dari masyarakat sekitar. Masyarakat dusun Kedakan mempercayai bahwa semakin ramai acara Merti Dusun dan banyaknya saudara, tetangga, dan teman yang berkunjung ke tempat mereka, akan semakin bertambah dan berlipat ganda pula rezeki yang akan diberikan Allah SWT. kepada mereka. Dengan adanya tradisi yang berpengaruh besar bagi masyarakat dusun Kedakan yang mengajarkan tentang nilai-nilai

4

pendidikan Islam berupa tatakrama, kerukunan dan keselarasan, tradisi tersebut memiliki hubungan yang kuat terhadap agama.

Menurut Joachim Wach, “agama adalah problem pemikiran yang

utama, agama adalah perbuatan manusia yang paling mulia dalam kaitannya dengan Tuhan Maha Pencipta, kepada-Nya lah manusia memberikan kepercayaan dan membangun keterikatan yang

sesungguhnya” (Fauzi, 2007: 3). Agama adalah suatu kepercayaan yang

dimiliki seseorang terhadap Tuhan Maha Pencipta untuk melakukan ibadah, sehingga seseorang dapat berhubungan yang lebih dekat dengan Tuhannya.

“Hubungan agama dan kebudayaan itu dapat terjadi karena adanya agama yang mempengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama, tapi simbolnya adalah agama; kebudayaan dapat mempengaruhi simbol agama; kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama” (Roqib, 2007: 6). Agama tidak akan tersebar tanpa adanya budaya. Sehingga kebudayaan tidak akan terlepas hubungannya dari agama, karena dalam masyarakat Jawa masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama.

Merti Dusun juga merupakan acara yang dapat menumbuhkan kerukunan, tali silaturrahmi, dan saling menghormati antar umat beragama. Sebagaimana yang diungkapkan Hadziq (2009: 381) bahwa

5

“Kerukunan adalah cara atau sarana untuk mempertemukan, mengatur hubungan luar antara orang yang tidak seagama dalam proses sosial kemasyarakatan”. Dengan begitu, dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan komunikasi antar sesama masyarakat, baik seagama maupun beda agama. Komunikasi antar masyarakat beragama akan mewujudkan kehidupan yang tenteram, bebas dari ancaman, konflik antar umat beragama dan terhindar dari terjadinya kekerasan diantara satu sama lain. Masyarakat juga akan menjadi kuat atau kokoh dengan tali persaudaraan dan persatuan yang ada diantara mereka.

Oleh karena itu, berawal dari latar belakang tersebut peneliti

mengajukan sebuah penelitian dengan judul “Implementasi Nilai-nilai

Pendidikan Islam Dalam Tradisi Merti Dusun Untuk Menumbuhkan Kerukunan Umat Beragama (Studi Kasus di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang).

B.Rumusan Masalah

1. Apakah makna tradisi Merti Dusun di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang?

2. Bagaimana upaya untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang?

3. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang?

6 C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang:

1. Makna tradisi Merti Dusun di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang

2. Upaya untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang

3. Implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan manfaat bagi lembaga IAIN Salatiga berupa ilmu pengetahuan sosial; agama; dan budaya, serta sebagai mahasiswa dapat menerapkan nilai-nilai Pendidikan Islam dalam lingkungan masyarakat agar tercipta kerukunan dan kedamaian pada kehidupan masing-masing.

2. Manfaat praktis

Manfaat penelitian ini dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat agar lebih taat kepada Tuhannya, tetap menjaga tradisi-tradisi yang telah ada, menyambung silaturrahmi, dan menanamkan nilai-nilai

7

Pendidikan Islam, serta menumbuhkan kerukunan baik sesama agama maupun berbeda agama dalam kehidupan bermasyarakat.

E.Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian dari judul tersebut, penulis menjelaskan pengertian istilah-istilah yang terdapat di dalamnya hingga menjadi pengertian yang utuh sebagai berikut:

1. Implementasi

“Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap” (Kunandar, 2011:233). Implementasi dapat berarti sebagai suatu pelaksanaan dan penerapan dalam suatu kegiatan yang terencana dan didasarkan pada acuan norma untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Nilai

“Nilai merupakan ukuran untuk menentukan apakah sesuatu itu

baik atau buruk” (Ali, 2007: 46). Nilai berarti rujukan yang dapat

menentukan suatu pilihan baik atau buruk.

3. Pendidikan

“Pendidikan merupakan latihan mental, moral, dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas

8

kewajiban, menumbuhkan kepribadian, dan tanggungjawab dalam masyarakat selaku hamba Allah” (Uhbiyati, 1997: 12). Pendidikan adalah suatu proses mendapatkan ilmu yang menjadikan seseorang lebih berharga dan memiliki pengetahuan lebih luas.

4. Islam

“Islam adalah agama yang berasal dari Allah SWT. yang

diturunkan melalui utusan-Nya, Muhammad saw. Ajaran-ajaran Islam tertuang dalam Al-Qur’an dan sunnah, berupa petunjuk-petunjuk, perintah-perintah, dan larangan-larangan demi kebaikan manusia”

(Hamid, 2008: 17). Islam merupakan petunjuk, perintah, dan larangan bagi penganutnya yang akan menjadikan pribadi yang baik menuju ridlo-Nya.

5. Pendidikan Islam

“Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya” (Uhbiyati, 1997: 13). Pendidikan Islam yaitu sistem pendidikan yang memberikan ilmu pengetahuan tentang Islam, yang menjadikan seseorang memiliki kepribadian yang sesuai dengan norma-norma Islam.

9

6. Tradisi

Menurut Mujib (2006: 42) menyatakan bahwa tradisi atau

‘uruf/adat adalah:

Kebiasaan masyarakat, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan seakan-akan merupakan hukum tersendiri, sehingga jiwa merasa tenang dalam melakukannya karena sejalan dengan akal dan diterima oleh tabiat yang sejahtera.

Tradisi berarti segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan masyarakat untuk melakukan suatu hal yang sesuai dengan aturan dalam masyarakat.

7. Merti Dusun

Menurut Khalil (2008: 292) menyatakan bahwa:

Merti Dusun atau bersih dusun adalah sebuah selametan yang melibatkan seluruh warga dusun dan dilaksanakan sekali dalam setahun. Dalam melaksanakan bersih desa, secara spiritual masyarakat membersihkan diri dari kejahatan, dosa, dan segala yang menyebabkan kesengsaraan.

Tradisi Merti Dusun yaitu bentuk pembersihan diri masyarakat dari hal-hal buruk yang dilakukan sekali dalam setahun, yaitu pada bulan Sapar atau Safar dalam kalender Qomariyah.

8. Kerukunan

Berkaitan dengan kerukunan, Hadziq dkk (2009: 379-381) menyatakan sebagai berikut:

Kerukunan berasal dari bahasa Arab “ruknun” yang

berarti tiang, dasar atau sila. ....Dalam pengertian sehari-hari rukun dan kerukunan berarti damai dan perdamaian. .... Rukun

10

dan damai dapat disebut kerukunan sementara, kerukunan politik, dan kerukunan hakiki. Kerukunan sementara adalah kerukunan yang dituntut oleh situasi. .... Kerukunan politis sama dengan kerukunan sementara yang digunakan sebagai taktik atau alat untuk mencapai tujuan tertentu. .... Sedangkan kerukunan hakiki yaitu kerukunan yang didorong oleh kesadaran dan hasrat bersama demi kepentingan bersama. Kerukunan hakiki adalah kerukunan murni mempunyai harga dan nilai yang tinggi dan bebas dari segala pengaruh dan hipokrisi.

9. Umat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 988) kata umat berarti “para penganut (pemeluk atau pengikut) suatu agama”. Umat adalah sekelompok orang yang menganut suatu agama dan mengikuti ajaran agama tersebut yang dibawa oleh Nabi.

10.Agama

“Menurut pernyataan Thomas Luckman, agama merupakan kapasitas organisme manusia untuk memuliakan hakikat biologisnya melalui pembangunan semesta-semesta makna yang obyektif, mengikat secara moral, dan meliputi budaya” (Ilyas, 2012: V). Agama merupakan pedoman bagi seluruh penganutnya untuk menjalankan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya.

11.Kerukunan Umat Beragama

“Kerukunan umat beragama yaitu kehidupan beragama yang rukun, tenteram, dan damai antar anggota masyarakat yang berbeda agama atau keyakinan” (Ilyas, 2012: 221, 242). Kerukunan umat beragama yaitu perwujudan dari kehidupan bermasyarakat yang damai,

11

rukun, tenteram, dan sejahtera baik sesama agama maupun berbeda agama.

F. Studi Kepustakaan

Untuk mengetahui tentang penelitian ini yang lebih jelas, maka perlu kiranya mengkaji hasil penelitian terdahulu. Ada beberapa studi yang serupa tentang nilai-nilai pendidikan dalam merti dusun dan kerukunan antar umat beragama yang dapat dijadikan rujukan oleh penulis, diantaranya:

Jurnal Ilmiah PPKN IKIP Veteran Semarang yang ditulis oleh Puniatun, yang berjudul “Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk Memelihara Kebudayaan Nasional”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga dapat menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dihadapi. Berasal dari sumber data yang akurat berdasarkan informasi dari masyarakat, sehingga menghasilkan data bahwa tradisi sedekah bumi berarti perwujudan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang maha Esa dalam rangka sedekah bumi. Dalam pelaksanaan sedekah bumi dipentaskan sebuah kesenian yang berupa wayang kulit. Dalam cerita wayang kulit, dapat dijadikan sebagai alat propaganda yang baik untuk menyampaikan sebuah pendidikan. Misalnya pendidikan anti korupsi, sifat kesatria yang memiliki kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan kerja keras. Karena pendidikan merupakan sarana untuk mengetahui kebudayaan yang menyangkut bahasa, tingkah laku, dan budi pekerti

12

manusia dalam bermasyarakat. Dalam tradisi sedekah bumi sangat berperan dalam perkembangan moral karena di dalamnya terkandung nilai-nilai kepahlawanan, kesetiaan, kejujuran, kerja keras, rela berkorban dan sebagainya.

Jurnal pengetahuan dan pemikiran seni yang ditulis oleh Wahyu Lestari sebagai staf pengajar Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri

Semarang, yang berjudul “Ruwatan (Merti Desa) Masyarakat

Gunungkidul Pasca Gempa Bumi Tektonik di Daerah Istimewa

Yogyakarta”. Merti desa merupakan salah satu upacara ritual yang sudah mentradisi pada masyarakat Jawa khususnya. Merti Desa sebagai bentuk upacara ritual oleh masyarakat Gunungkidul dilaksanakan pada setiap tahun sekali, sebagai tradisi dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Merti Desa dilaksanakan dalam berbagai rangkaian acara seperti upacara yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dipimpin oleh Pemerintah daerah pada wilayah desa tertentu, diikuti oleh warga masyarakat setempat, oleh pemerintah atau pamong desa. Upacara Merti Desa juga sekaligus dapat digunakan sebagai wahana mengajak masyarakat melestarikan dan nguri-uri tradisi warisan nenek moyang serta mengajak masyarakat mengambil hikmah dan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara tradisi Merti Desa. Diharapkan masyarakat dapat menikmati hiburan atau tontonan serta mendapat tuntunan dan mengambil nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, diantaranya manusia harus selalu eling lan waspodho, mengingat dan mengucapkan terimakasih

13

kepada Bumi yang telah memberi segalanya untuk kebutuhan kehidupan manusia. Merti Desa merupakan salah satu tradisi Jawa yang memiliki nilai-nilai religius, yang dapat dijadikan untuk perantara sebuah harapan, doa, dan cita-cita agar mendapat kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan dalam menjalankan hidup.

Jurnal yang ditulis oleh Amalia Septi Puspitasari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Muhammadiyah Purworejo Tahun 2012, yang berjudul “Kajian Folklor Tradisi Merti

Dhusun di Dusun Tugono Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing

Kabupaten Purworejo”. Yang membahas tentang prosesi tradisi merti

dhusun, fungsi tradisi merti dhusun, dan makna simbolik yang terkandung dalam tradisi merti dhusun di dusun Tugono. Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan emik, dimana peneliti mendasarkan sudut pandang partisipan. Dalam prosesi merti dhusun hal yang dilakukan adalah membersihkan dusun dan bersih kubur, ziarah kubur, tayub siang, mengumpulkan jolen, kirab dilanjutkan hiburan tayub sampai pagi hari. Dan fungsi yang terdapat dalam tradisi merti dhusun yaitu sebagai fungsi sosial, fungsi ritual, fungsi pelestarian tradisi, fungsi hiburan, fungsi pendidikan baik pendidikan ketuhanan maupun budi pekerti, dan fungsi ekonomi. Sedangkan makna yang terkandung dalam ubarampe meliputi tumpeng robyong, tumpeng tunjung, tumpeng rasul dan ayam ingkung, boning baning, jenang abang putih, sega golong lima, ambeng kalih, sekul sepuh, jajan rekan, dan jajan pasar.

14

Skripsi yang ditulis oleh AA Ihyauddin Al- Mahali Jurusan tarbiyah, Program Studi Pendidikan Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga Tahun 2012, yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan

Islam yang Terkandung dalam Tradisi Merti Desa (Studi di Dusun

Bawang Desa Tukang Kec. Pabelan Kab. Semarang)”, yang membahas

tentang nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Tradisi Merti Desa di dusun Bawang. Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Tradisi Merti Desa di dusun Bawang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dan metode dalam pengumpulan data peneliti menggunakan studi dokumentasi, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan merti desa yaitu pada waktu penduduk tani selesai melaksanakan panen padi raya secara serentak, yang biasanya bertepatan pada bulan Juni atau Juli pada hari Rabu Wage, yang diyakini bahwa hari tersebut merupakan hari lahirnya Dusun Bawang. Merti desa dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat terhadap Dewi Sri (Dewi Padi) sebagai penjaga keamanan para tani, dan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengabulkan panen hasil tanaman padi tersebut. Merti Desa memberikan nilai-nilai yang baik bagi masyarakat, pertama nilai aqidah yaitu suatu bentuk keyakinan masyarakat terhadap Allah SWT yang telah memberikan keselamatan atas hasil panennya. Kedua, nilai ibadah yang berupa pembacaan doa atau tahlilan untuk mendoakan keselamatan warga

15

dan arwah sebagai wujud ibadah. Ketiga, nilai gotong royong atau kerjasama yaitu masyarakat secara bersama-sama bekerja bakti membersihkan makam dan membuat umbul-umbul. Keempat, nilai syukur yaitu mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Esa dengan memberikan sebagian dari apa yang telah diperolehnya, seperti memberikan makanan.

Skripsi yang ditulis Natalia Tri Andyani Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Imu Sosial Universitas Negeri Semarang Tahun 2013, yang berjudul “Eksistensi Tradisi Saparan pada Masyarakat Desa Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang”, yang membahas

tentang pelaksanaan tradisi saparan dan sebab-sebab masyarakat desa sumberejo masih melaksanakan tradisi Saparan, serta eksistensi Saparan di desa Sumberejo. Tradisi Saparan merupakan tradisi yang bermula dari bentuk merti desa yang dilaksanakan oleh penduduk desa Sumberejo setiap bulan Sapar. Merti desa merupakan upacara syukuran atau slametan atas keberkahan dan kelimpahan yang telah di dapat oleh warga.Ada tiga bentuk perayaan dalam pelaksanaan Saparan yang berupa perayaan komunal, individu, dan hiburan. Perayaan komunal yaitu doa bersama di rumah kepala dusun, doa tersebut memiliki tujuan kemakmuran dan keselamatan desa serta untuk memperkuat solidaritas diantara warga. Perayaan individu dilaksanakan di rumah masing-masing warga dengan tujuan untuk mempererat tali kekerabatan. Sedangkan perayaan hiburan bertujuan untuk meramaikan suasana Saparan. Masyarakat desa Sumberejo masih mempertahankan tradisi Saparan karena tradisi Saparan

16

ternyata masih sangat fungsional dalam kehidupan sosial masyarakat desa

Dokumen terkait