• Tidak ada hasil yang ditemukan

Traksi Manual Shoulder

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 35-41)

2.7.1 Definisi Manual Traksi Shoulder

Traksi merupakan salah satu komponen arthrokinematik dari sendi glenohumeral. Traksi adalah gerak satu permukaan sendi tegak lurus terhadap permukaan sendi pasangannya kearah menjauh, dalam hal ini traksi sendi glenohumeral adalah traksi kearah lateral serong keventro cranial. Pada saat traksi terjadi pelepasan abnormal crosslink pada sendi dan terjadi pengurangan viskositas cairan sendi glenohumeral. Gerakan aktif pada LGS mempunyai efek antara lain untuk memelihara elastisitas dan kontraksi otot, memberikan sensasi balik dari kontraksi otot, memberikan stimulus pada tulang dan sendi, meningkatkan sirkulasi darah, melepaskan perlekatan intraseluler kapsuloligamenter sendi glenohumeral. (Tan,J.T,1998).

Efek-efek dari traksi shoulder adalah sebagai berikut : 1). Efek fisik

Pemberian traksi shoulder dapat merangsang aktivitas biologis didalam sendi melalui gerakan cairan sinovial. Gerakan cairan sinovial dapat meningkatkan proses pertukaran nutrisi kepermukaan kartilago sendi dan fibrokartilago, sehingga cairan sinovial meningkat.

2). Efek neurologis

Traksi dapat merangsang receptor sendi yaitu mekanoseptor yang dapat menginhibisi pengiriman stimulus nociceptif pada medulla spinalis melalui modulasi level spinal.

3). Efek stretching

Traksi dapat meregang atau mengulur kapsul ligament tanpa nyeri melalui pelepasan abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga terjadi perbaikan LGS sampai mencapai tahap fungsional dari sendi dan dapat memelihara ekstensibilitas dan kekuatan tegangan dari sendi dan jaringan periartikular.

4). Efek arthrokinematik

Traksi dapat meregangkan dan mengarahkan gerak fisiologis. 5). Efek mekanik

Distraksi dengan amplitude kecil pada sendi akan menyebabkan terjadinya pergerakan cairan sinovium yang akan membawa nutrisi pada bagian yang bersifat avaskular dari kartilago sendi dan fibrokartilago, menurunkan nyeri dan efek degenerasi statis saat nyeri dan tidak dapat melakukan gerakan dalam lingkup gerak sendi tertentu.

2.7.2 Prinsip Teknik Manual Traksi Shoulder

Mekanisme teknik pelaksanaan antar lain: (Sugiyanto, 2008) 1). Posisi tangan

Tangan yang akan melakukan mobilisasi ditempatkan dengan permukaan sendi. Tangan yang berfungsi sebagi stabilisator menahan gerakan tangan yang memobilisasi dengan arah berlawanan atau melalui pencegahan gerakan yang terjadi disekitar sendi.

2). Arah gerakan

Arah gerakan harus bebas dari nyeri sampai batas tahanan kapsular. Tahanan yang dimaksud mengarah kepada keterbatasan kapsul sendi. Gerakan sampai arah keterbatasan adalah suatu upaya untuk melakukan sesuatu perubahan mekanik dalam kapsul sendi dan jaringan yang ada disekitarnya. Perubahan mekanik yang dimaksud berupa pelepasan jaringan yang mengalami perlengketan. Arah gerakan yng diberikan tidak boleh melampaui batas normal gerak sendi. Saat mengaplikasikan teknik gerak traksi, fisioterapis harus megetahui gerakan- gerakan sendi serta bentuk sendi yang bersangkutan.

3). Proper Body Mechanic

Terapis harus menggunakan prinsip-prinsip ergonomic dan berdiri atau memposisikan diri sedekat mungkin dengan pasien, tangan dan lengan terapis bertindak sebagai fulcrum dan levers serta posisi terapis harus mengikuti gerakan tersebut secara efisien.

Gambar 2.18 penatalaksanaan manual traksi Sumber dokumentasi pribadi Diakses tanggal 24 januari 2011

2.7.2. Dosis dan Derajat Manual Traksi Shoulder

1) Derajat manual traksi shoulder

Derajat I : Osilasi pada MLPP, untuk mengurangi nyeri. Selalu digunakan pada saat melakuakn glide mobilisasi.

Derajat II : Staccato pada mid range, untuk mengurangi nyeri.

Derajat III : Staccato mencapai pembatasan LGS, untuk menambah mobilisasi sendi (traksi mobilisasi) dan untuk tes joint play movement (traction test).

Derajat IV : Ocilasi pada pembatasan LGS, yang berfungsi untuk menambah LGS dan joint play movement merasakan end feel.

2) Dosis manual traksi shoulder a). Derajat I atau II

Sendi yang terasa nyeri pertama-tama harus traksi. Digunakan derajat I atau II dengan interval 10 detik. Traksi dilakukan pelan-pelan kemudian secara perlahan traksi dilepaskan sehingga sendi kembali keposisi awal. Setelah sendi istirahat beberapa detik, prosedur diatas diulangi kembali. Amplitudo, durasi dan frekuensi gerakan sendi sangat bervariasi tergantung pada respon pasien terhadap terapi tersebut. Derajat I dan II berfungsi untuk menginhibisi nyeri dan mengatasi keterbatasan gerak.

b). Derajat III dan IV

Traksi-mobilisasi derajat III efektif untuk memperbaiki mobilitas sendi karena dapat meregangkan jaringan lunak sekitar persendian yang memendek. Traksi mobilisasi dipertahankan selama 7 detik atau lebih dengan kekuatan maksimal sesauai dengan toleransi pasien. Pada saat sendi istirahat

traksi tidak perlu dilepaskan total ke posisi awal tetapi cukup diturunkan ke derajat II kemudian lakukan traksi derajat III lagi. Prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang. Derajat III berfungsi untuk meningkatkan LGS dan relaksasi otot jika dilakukan dengan ocilasi dan kecepatan rendah. Derajat IV lebih efektif untuk menambah LGS.

2.7.3. Indikasi Manual Traksi Shoulder

1) Nyeri dan Spasme Otot

Nyeri dan spasme otot dapat ditangani dengan teknik gentle joint play untuk menstimulasi efek neurologis yang dapat menstimuli mekanoseptor dan inhibisi transmisi nociceptor padalevel spinal atau brain stem.

2) Hipomobilitas yang Reversibel

Jaringan yang mengalami immobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan regangan sehingga terjadi pemendekan dan myofibril menjadi berkurang dan membentuk abnormalcrosslink. Teknik osilasi dapat memperbaiki secara mekanik struktur jaringan yang mengalami pemendekan, dan teknik progresif stretching sendi untuk mengulur hipomobilitas kapsular dan ligamen.

3) Keterbatasan Gerak yang Progresif

Penyakit yang membatasi gerak secara progerasif dapat ditangani dengan teknik mobilisasi sendi untuk menjaga dan memelihara gerak yang ada.

4) Imobilisasi yang Fungsional

Ketika pasien tidak dapat melakukan gerakan pada satu sendi untuk beberapa waktu maka dapat diberikan traksi tanpa stretch untuk memelihara gerak sendi yang ada dan efek restriksi pada imobilisasi.

2.7.4 Kontra indikasi Traksi

1) Hipermobilitas

Hipermobilitas pada sendi tidak boleh diberikan teknik ini kecuali dengan pertimbangan bahwa fisioterapis dapat menjaga dalam batasan gerak yang normal pada sendi tersebut. Selain itu tidak boleh diaplikasikan pada pasien yang mempunyai potensial nekrose pada ligament dan kapsul sendi.

2) Efusi Sendi

Efusi sendi tidak boleh dilakukan mobilisasi. Hal ini dikarenakan pada kapsul yang ditraksi akan mengalami penggelembungan karena menampung cairan dari luar. Keterbatasan ini berasal dari perubahan yang terjadi dari luar dan respon otot terhadap nyeri bukan karena pemendekan otot.

3) Inflamasi

Pada tahap ini tidak boleh dilakukan traksi karena menimbulkan nyeri serta memperberat kerusakan pada jaringan.

4) Fraktur humeri dan osteoporosis

2.7.5 Manfaat Traksi Manual Shoulder Terhadap Peningkatan LGS

Pemberian traksi bahu pada frozen shoulder menyebabkan terjadinya peregangan atau penguluran kapsul ligamen tanpa nyeri melalui pelepasan abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga terjadi perbaikan LGS sampai mencapai tahap fungsional dari sendi dan dapat memelihara ekstensibilitas dan kekuatan tegangan dari sendi dan jaringan periartikuler. Efek traksi shoulder juga dapat merangsang aktivitas biologis di dalam sendi melalui gerakan cairan sinovial. Gerakan cairan sinovial dapat meningkatkan proses pertukaran nutrisi ke permukaan kartilago sendi dan fibro kartilago yang menyebabkan cairan sinovial meningkat, sehingga dapat membantu meningkatkan LGS.

2.7.6 Prosedur Pelaksanaan Teknik Traksi Manual Pembatasan LGS Shoulder

1). Pasien tidur telentang dan dalam keadaan rileks.

2). Posisi awal sendi bahu pada posisi MLPP (bonnet position/ abduksi, internal rotasi 30°) lakukan traksi derajat I kearah lateralserongkeventrokranial dengan frekuensi oscilasi 3x/detik dan repetisi 50 kali

3). Fisioterapis memposisikan sendi bahu pada posisi keterbatasan abduksi, internal rotasi dan eksternal rotasi, kemudian lakukan traksi derajat IV pada pembatasan ROM ke arah lateral serong ventro kranial dengan frekuensi dan repetisi sama dengan no 2). Setelah dilakukan derajat IV kembali dilakukan derajat I dengan posisi MLPP.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 35-41)

Dokumen terkait