Transcutaneus elektrical nerve stimulation merupakan suatu cara pengguanaan energi listrik guna merangsang system saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri. Karena mampu menstimulasi saraf berdiameter besar maupun berdiameter kecil yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris kesaraf pusat. (Sujatno,dkk, 1993)
Gambar 2.15 TENS
Gambar 2.16. Tipe-tipe pulsa TENS Sumber William E.Prentice 2005
Dalam aplikasi pulsa monophasik dan atau biphasic lebih sering digunakan dimana kedua bentuk pulsa ini mampu mendepolarisasi saraf tepi baik sensoris maupun motoris. Pulsa biphasic dapat simetris atau asimetris, bila simetris maka sifat arus pulsa selalu Zero bila dijumlahkan antara amplitudo (+) dan (-), sehingga disebut zero nett charge (ZNC) yang berarti tidak akan menimbulkan reaksi elktro kimia karena saling menetralkan. Pada pulsa monaphasik selalu terjadi pengumpulan muatan listrik pulsa dalam jaringan akan terjadi elektro kimia dalam jaringan yang ditandai dengan rasa panas dan nyeri apabila penggunaan intensitas dan durasi terlalu tinggi.
2.6.3 Modifikasi Intensitas
Intensitas sangat berpengaruh didalam menentukan besarnya muatan arus listrik yang akan berhubungan langsung dalam jaringan. Intensitas pulsa yang memadati durasi pulsa akan memberikan energi listrik kedalam suatau jaringan pada tiap-tiap fase pada jaringan disebut muatan pulsa, muatan pulsa ditentukan oleh intensitas arus dan durasi pulsa. Muatan pulsa akan menimbulkan reaksi elektrokimia pada jaringan dibawah elektroda. Ukuran elektroda juga akan menentukan besarnya muatan listrik berkisar antara 20-200 mikrocolums perfase per cm² dan ukuran elektroda.
Dalam pelaksanaan stimulasi elektris penggunaan durasi pulsa monophase yang terlalu besar dan waktu yang lama akan mengakibatkan jaringan saraf terakomodasi dan untuk menghindari intensitas tetapi akan menimbulkan rasa nyeri. Intensitas dan durasi pulsa yang tinggi pada aplikasi stimulasi elektris akan menimbulkan reaksi elektro kimia yang besar yang ditandai dengan warna kemerah-merahan dan rasa nyeri pada jaringan dibawah elektrode. Dengan alasan ini maka dosis stimulasi elektris secara subyektif ditentukan oleh toleransi pasien, selain itu modifikasi pulsa
juga bertujuan untuk mencegah terjadinya adaptasi organ terhadap arus yang diberikan.
2.6.4. Frekuensi pulsa
Frekuensi pulsa merupakan kecepatan/pulse rate yang terjadi pada setiap detik sepanjang durasi arus listrik yang mengalir, frekuensi pulsa dapat berkisar 1-200 pulsa/detik. Frekuensi pulsa juga menyebabkan tipe respon terhadap motoris maupun sensoris. Frekuensi pulsa berkisar 1-5 pulsa/detik menimbulkan kontraksi diikuti perasaan sensibilitas ketukan ringan. Pada frekuensi pulsa tinggi lebih dari 100 pulsa/detik menimbulkan respon kontraksi dan getaran sehingga otot cepat lelah. (Kuntono Heru Purbo)
Arus listrik frekuensi rendah cenderung bersifat iriatif terhadap jaringan kulit sehingga dirasakan nyeri apabila intensitas tinggi.
2.6.5. Penempatan Elektroda
Penempatan elektroda tidak terbatas pada daerah sekitar nyeri saja, untuk menentukan letak dan metode penempatan elektroda TENS harus memahami anatomi, prinsip fisiologis dari kondisi yang bersangkutan. Pengertian dasar tentang pola nyeri, sindroma dari berbagai jaringan yang bisa sebagai sumber nyeri merupakan suatau hal yang sangat penting untuk dipahami kaitannya dengan penempatan elektroda.
Gambar 2.17 Penatalaksanaan TENS Sumberdokumentasi pribadi Diakses tanggal 24 januari 2011
Metoda penempatan elektroda sebagai berikut : 1). Trigerpoint :
Elektrode diletakkan pada titik-titik nyeri. Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter dan letak yang paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan penyebab.
2). Nerve treatment :
Satu elektrode ditempatkan di proksimal dan yang satu di distal. Dasar pemikiran dari metode ini adalah daerah kulit akan mempunyai persyarafan yang sama dengan stuktur jaringan yang tepat dibawahnya.
3). Paravertebral treatment
Katode dan anode ditempatkan pada kanan-kiri vertebra. 4). Segmental treatment
Katode ditempatkan di bagian distal (perifer), dan anode ditempatkan pada kolumna vertebralis yang sesegment. Memblok aktivasi berlebihan sistem saraf simpatis.
2.6.6. Dosis
1) Bentuk arus Bi-sym 2) Phase duration 100 µs 3) Frequency 100 Hz 4) Burst 10 Hz 5) Waktu : ±15 menit
6) Intensitas dua kali sampai tiga kali ambang rangsang pertama 7) Therapi setiap hari
2.6.7. Indikasi
1). Kondisi nyeri baik yang bersifat akut atau kronik .
2.6.8. Kontra Indikasi
1). Penderita penyakit yang menggunakan pacemaker
2). Pemakaian pada daerah karotis sinus, otot laring atau pharing, area sensitive pada mata, dan membran mokusa.
3). Pada kondisi kehamilan atau saat akan melahirkan.
4). Hypersensitif kulit, karena penggunaan TENS dalam waktu lama dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan resiko elektrikal damage.
2.6.9 Mekanisme Peningkatan LGS pada Frozent Shoulder melalui TENS
Pengaruh TENS dalam menurunkan nyeri didapat melalui syaraf halus tidak ber myelin yang mengelilingi jaringan dan pembuluh darah. TENS dapat merangsang pelepasan Endorphine Dependen System dan Serotinin Dependen oleh tubuh serta menghambat stimulasi substansi P.
Pelepasan Endorphine Dependen System dirangsang oleh TENS frekuensi rendah dengan merangsang reseptor sensorik serabut syaraf afferen Aδ dan C sehingga dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. TENS biphasic
symetric akan menstimulasi Aβ dan Aγ yang dibawa ke kornu posterior medulla spinalis kemudian blok impuls noxious neurotrasnmiter lamina I –IV yang Traktus spinothalamicus oleh Enchophalen. TENS Monophase/Biphase Asymatris menstimulasi pada Aδ dan C sehingga terdapat sensasi nyeri ringan karena menstmuli syaraf Polimodal nosissensor. Impuls di bawa ke medula spinalis kemudian traktus spinothalamicus kemudaian ke thalamus. Pada thalamus akan merangsang “raphe cell” untuk memproduksi endogen morphine sebagai endorphine yang berfungsi untuk inhibisi impuls nyeri dari nosissensori sehingga terjadi blok noxious pada level supra spinal.
Di samping pengaruh pada syaraf juga pada otot oleh pumping actions. Di mana akan terjadi peningkatan sirkulasi darah dan akan mereabshorbsi inflamasi dan sisa metabolisme sehingga menurunkan iritan pada tingkat nosissensoris sehingga nyeri berkurang dan LGS bertambah.
2.6.10. Prosedur Penerapan TENS
1). Persiapan alat
Semua tombol dalam posisi nol. Pad dibasahi terlebih dahulu, untuk pad yang memerlukan gel, gel diletakkan pada permukaan pad yang akan kontak dengan kulit pasien.
2). Persiapan pasien
Pasien dalam posisi tidur terlentang/senyaman mungkin, berikan penjelasan mengenai cara kerja dan fungsi dari alat yang akan digunakan. Pastikan daerah yang akan dipasang pada elektroda tidak tertutup oleh pakaian atau penutup lain.
3). Tekhnik Aplikasi
b). Nyalakan alat dan atur waktu 15 menit
c). Arus yang digunakan biphasic rectanguler wave
d). Intensitas dinaikan secara perlahan sampai merasa aliran listrik atau terlihat kontraksi otot, namun tidak menimbulkan nyeri.
d). Observasi pasien secara berkala.