manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap
dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan
tingkah laku itu.
25Deddy Mulyana mengintrodusir definisi komunikasi sebagaimana yang dike ukaka oleh Harild Lasswell, yaitu Proses pe gopera la bang-lambang, ide, gagasan, perasaan dan pikiran kepada orang lain dengan menjawab pertanyaan, who says what and wichh channel to whom with what effect? (siapa yang mengatakan apa, de ga salura apa, kepada siapa da pe garuh ya agai a a?). 26
Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Paradigma komunikasi yang dikemukakan Lasswell juga memberikan pemahaman bahwa dalam komunikasi terkandung lima unsur yang saling bergantung satu sama lain.27 Kelima
24
Everret M. Rogers dan F. Floyid Shoemaker, Commucation of Innovations, terj. Abdillah Hanafi (Surabaya; Usaha Nasional, 1981). H. 22.
25
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. RajaFrafindo Persada, 1998), h. 18.
26
Mulyana, Ilmu, h. 62.
27
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2000), h. 3.
unsur yang dimaksud yaitu: pertama, sumber (source) sering juga disebut dengan pengirim (sender), penyandi (encoder) maupun komunikator. Sumber adalah pihak yag berinisiatif melakukan komunikasi. Sumber bisa seorang individu, kelompok, organisasi, partai dan lain-lain yang sifatnya menyampaikan informasi.
Kedua, pesan (message) yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal seperti bahasa atau kata maupun nonverbal, yaitu tindakan atau isyarat seperti acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata yang kesemuanya dianggap dapat mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber.28
Ketiga, saluran (channel) yaitu media atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima. Dalam komunikasi massa media dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu: pertama, media cetak seperti surat khabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin, spanduk dan lain-lain. Selain kedua media yang disebutkan, kegiatan dan tempat-tempat yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan bisa juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya balai desa, arisan, panggung kesenian dan pesta rakyat.29
Keempat, penerima (receiver) sering juga diistilahkan dengan sasaran, khalayak, komunikan dan lain-lain. Penerima adalah bisa terdiri dari satu atau lebih dan bisa juga dalam bentuk kelompok. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena pada hakikatnya penerimalah yang menjadi sasaran dari komunikasi.
28
Mulyana, Ilmu, h. 63.
29
Kelima, efek (effect) yaitu apa yang terjadi pada diri penerima setelah menerima yang disampaikan. Efek komunikasi yang dilakukan bisa terjadi pada penambahan pengetahuan, yaitu dari tahu menjadi lebih tahu. Efek bisa juga terjadi pada tingkah laku, perubahan keyakinan, terhibur dan lain-lain.
Definisi-definisi komunikasi yang dikemukakan diatas tentunya belum mewakili semua komuniksi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya uraian di atas memberikan sebuah gambaran bahwa komunikasi pada intinya adalah proses pengoperan pesan dari komunikator kepada komunikan, sehingga tercapai persamaan persepsi tentang objek yang sedang dibicarakan. Oleh Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi yang terjadi antara satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.30
Pada dasarnya manusia dalam penyampaian pesan selain memakai kode verbal (bahasa lisan dan tulisan) juga memakai kode non verbal. Kode non verbal sering disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent lenguange). Onong Uchjana Effendy, menegaskan bahwa komunikasi akan mengalami kegagalan apabila terjadi ketidaksuaian antara pesan verbal yang disampaikan dengan pesan non verbal yang tampak.
Albert Mahrabian sebagaimana dikutip Hafied Cangara, mengungkapkan tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7 persen berasal dari bahasa verbal,
30
Ibid., h. 19. Komunikasi juga diartikan, Communication is the act of sending ideas and attitudes from one person to another. Writing and talking to each other are only two ways human beings communicate. We also communicate when we gesture, move our bodies, or roll our eyes.
Lihat Shirley Biagi, Media Infact: an Introduction to Mass Media, 3rd ed (New York: Wadsworth Publishing Company, 1995), h. 6.
38 persen dari vokal suara dan 55 persen dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, maka orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal. Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi:
1.
Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition).
2.
Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-
kata (substitution).
3.
Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya.
4.
Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum
sempurna.
Dalam penyajian pesan dikenal teknik penyusunan pesan satu sisi (one sided issue) dan dua sisi (two sided issue). Penelitian tentang teknik penyusunan pesan seperti ini pernah dilakukan dalam suatu eksperimen oleh Hovland, Lumsdein, dan Sheffild. Dari eksperimen tersebut disimpulkan bahwa metode satu sisi (one sided issue) hanya cocok untuk khalayak yang kurang berpendidikan, serta mereka sudah mengenal informasi itu lebih awal sehingga fungsinya hanya untuk memperkokoh (reinforcement) informasi yang telah ada. Metode penyajian pesan dua sisi (two sided issue) yakni dengan memaparkan baik buruknya suatu masalah, lebih sesuai untuk mereka yang sudah berpendidikan tinggi. Mengetahui informasi, namun bersikap oposisi atau ide yang dipersoalkan kontroversial sehingga menimbulkan sikap pro dan kontra.
Selain metode penyampaian pesan satu sisi (one sided issue) dan dua sisi (two sided issue), juga dikenal metode penyampaian pesan klimaks dan anti klimaks,
serta metode regency dan primacy. Metode penyajian pesan klimaks memberi penekanan pada hal-hal yang begitu penting pada akhir pesan, sebaliknya penekanan pada awal pesan disebut anti klimaks. Adapun metode penyajian regency adalah menempatkan hal-hal positif dibagian akhir penyajian, sedangkan metode primacy
menempatkan hal-hal yang positif di awal penyajian.
Ada tiga teori yang membicarakan tentang penyajian pesan, yakni:
a.
Over power em theory
Teori ini menunjukkan bahwa bila pesan sering kali diulang, panjang dan cukup keras, maka pesan itu akan berlalu dari khalayak.