• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Berapa lama Bapak/Ibu menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 1 Sleman?

“Kalau jadi kepala sekolahnya belum pernah, tetapi kalo ditumpahi ya

istilahnya, ditumpahi di beri kewenangan itu per Juni 2015, jadi hampir setahun ya. Masalahnya begini, per Mei 2015 itu kepala sekolah SMP 1 bu Wahyuni Kismardini itu purna tugas, nah kemudian diampu oleh kepala sekolah SMP 2. Jadi karena mengampu 2 sekolah ya berarti disini itu hanya bagaimana sudah jalan belum, ada permasalahan apa, gitu aja. Karo ini tanda tangan tanda tangan surat penting, pokoknya yang tanda tangan untuk surat keluar itu beliau. Tapi kalau untuk menjalankan tugas

harian nggih saya.”

2. Menurut Bapak/ Ibu, bagaimana cara sekolah dalam menanamkan kebijakan/ program sekolah yang berhubungan dengan nilai-nilai kebersihan, kerapian, dan keindahan pada seluruh warga sekolah?

“Kalau yang seperti itu kami rembuk bareng, jadi aku tu tipe orang yang

punya masalah sedikit, punya ide sesuatu itu mesti tak share kan bagaimana kalau begini bagaimana kalau begitu apa usulnya kita anggep

Nama Informan : Ery Hatni Anulati

Tanggal wawancara : Sabtu, 02 April 2016

Waktu : 09.30 WIB

143

mereka itu semua punya visi sehingga kebijakanku adalah keputusan

bersama.”

“Kalau kebersihan itu karena disini kita punya wilayah yang luas jadi

100 persen itu ditangani oleh cleaning service itu yang dimana ngepel, meja, terus pokoknya yang di dalam ruangan. Kalau yang di luar ruangan itu ada taman, ada lapangan itu kita serahkan kepada petugas kebersihan, ada dua cleaming service dan petugas kebersihan. Ada hari tertentu itu hari jumat bersih, itu yang rutinitas, tetapi untuk yang event-event tertentu mau ada lomba mau ada tamu itu mau ada apa itu

petugasnya sendiri.”

“Tumit langkung itu juga ada di kurikulum, tu itu tujuh,mit itu menit,

langkung itu ee tujuh menit digunakan untuk kebersihan lingkungan sebelum KBM dimulai, jadi misalnya ada apa nampak kok ada apa ada apa yuk kita bersihkan, itu dilaksanakan kapan saja dimanapun, jadi tidak harus oo sekarang bersih-bersih tujuh menit tidak, itu diterapkan kapan saja oleh kita dan itu sudah tercantum di dalam kurikulum. Sekolah itu kan punya kurikulum, kurikulum itu kan tonggaknya aturan main, aturannya itu dibuat bersama, jadi tujuh menit itu dari kita sendiri,bukan dari pusat. Yang punya program tumit langkung itu kita sendiri, yang lain tidak.”

3. Menurut Bapak/ Ibu, bagaimana cara sekolah dalam menanamkan kebijakan/ program sekolah yang berhubungan dengan budaya berprestasi pada seluruh warga sekolah?

144

“Budaya berprestasi, berprestasi itu kan ada prestasi akademik dan non

akademik, kalau yang akademik itu yang menciptakan suasana kondusif terus kadang-kadang nek sing UN yang UN itu kadang-kadang guru memutuskan, siapa yang bisa nanti tak kasih, memberikan reward, rewardnya itu berupa reward sesuatu juga bisa berupa diumumkan, itu juga reward lho. Anak-anak yang waktu ulangan harian yang mendapatkan nilai tertinggi adalah .... tepuk tangan, itu juga bentuk reward, itu yang akademik, kalau yang non akademik memberikan peluang memberikan kebebasan kepada anak untuk bisa memilih mana yang disenengi, terus misal dia menyenangi sesuatu guru memberikan dorongan memberikan motivasi memberikan apa ya istilahnya menemani lah minimal sampai dia meraih sesuatu. Contohnya kemarin kita kan juara bulutangkis tingkat propinsi ya, nah itu tetep dikawal, sampai lomba pun tetep dikawal oleh guru yang bersangkutan itu kan bentuk support, beda kalau misalnya kok dia juara ipa kok yang ngantar guru bahasa indonesia, itu sudah nggak masuk akal. Kalau prestasinya di bidang olahraga ya yang mengantar guru olahraga, kalau di bidang

matematika ya guru matematika.”

4. Menurut Bapak/ Ibu, bagaimana cara sekolah dalam menanamkan kebijakan/ program sekolah yang berhubungan dengan penanaman nilai-nilai religius, disiplin, dan kerjasama?

“Nilai religius disini anak-anak bisa tertib, kadang pagi itu yang diambil air wudhu sholat itu yang kelas 3 tanpa disuruh, terus yang kedua di

145

pelajaran agama itu sudah ditanamkan, agama itu kan di kurikulum 2013 itu 3 jam ya, 3 jam itu waktunya tidak terpisah, berturut-turut. Itu 1 jam nya biasanya tanpa disuruh anak-anak sudah sholat dhuha berjamaah. Teru ada program sholat dhuhur berjamaah, terus ada program pengajian per kelas. Misalnya tanggal berapa itu yang pengajian kelas 3 paralel, nanti bulan apa itu 8 paralel, terus kelas 7 paralel bulan berikutnya. Ada juga setiap setahun sekali itu pengajian akbar tidak

disini tetapi di masjid situ.”

“Kedisiplinan misalnya terlambat itu dia tidak boleh masuk begitu saja,

harus ada surat ijin, terus biasanya terlambat pas upacara, dia tidak bisa ikut barisan di kelasnya, jadi ada barisan siswa telat, nah dari situ kan sudah dibedakan dengan yang lainnya, itu untuk melatih kedisiplinan. Karena disini juga jarang banget sih siswa telat, hampir dibilang tidak ada, rata-rata jam 7 itu siswa sudah masuk di kelas. Kalaupun ada hanya satu dua dan itupun tidak setiap hari, pasti ada alasannya kenapa terlambat masuk sekolah, yang ban nya bocor lah apa lah, tapi alasannya itu cukup masuk akal. Ada buku saku, dimana di dalam buku saku itu berisi larangan dan himbauan. Himbauannya apa, larangannya apa, kalau larangannya itu dia melanggar berarti harus ada point, misalnya

tidak boleh membawa hp itu nanti dicatet pointnya berapa.”

“Kalau kerjasama itu sebenarnya sudah ada di keseharian siswa ya,

karena K13 itu tu penilaiannya kan tidak hanya penilaian secara biasa, ada penilaian keterampilan ada penilaian sikap, nah sub dari penilaian

146

sikap itu salah satunya ada nilai kerjasama. Jadi kerjasama itu diterapkan dalam KBM, setiap guru itu memiliki nilai kerjasama siswa.

Sudah diterapkan di kurikulum 2013.”

5. Menurut Bapak/ Ibu, bagaimana cara sekolah dalam menanamkan kebijakan/ program sekolah yang berhubungan dengan penanaman nilai-nilai kesopanan dan tanggung jawab di sekolah?

“Kesopanan itu ada sikap, sikap ya itu, sub sikap itu ada disiplin, ada kerjasama, terus ee... banyak tu tepat waktu juga termasuk, terus

mengemukakan pendapat itu juga.”

6. Apakah di sekolah terdapat kebijakan/program untuk meningkatkan minat baca warga sekolah?

“Ada programnya itu program membaca, 15 menit setiap hari senin sampai hari kamis, setiap hari senin sampai kamis 15 menit pada pukul 07.00 sampai 07.15 itu sudah dijadwal, selain itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk eksplorasi itu memperluas pengetahuan, dari pelajaran tentang lingkungan, tak wulang karena jadwalnya 3 jam to, sekarang mulangnya 2 jam yang 1 jam silahkan bereksplorasi nyari sesuatu di perpustakaan tetapi tetap di bawah pengawasan, di

perpustakaan itu boleh browsing boleh baca.”

7. Apakah Bapak/Ibu merasa bangga menjadi kepala sekolah di sekolah ini?

“Otomatis bangga, sejak dari dulu itu sudah mulai bangga. Sebenarnya

jadi guru itu bukan pilihan saya, tetapi karena ditempa oleh lingkungan akhirnya saya bisa, awal-awalnya agak kurang bangga, karena merasa

147

dibina, tapi sekarang merasa bangga karena dibutuhkan, apa-apa guru, apalagi setelah punya sertifikasi wah banyak yang mencari. Bangga

banget lah”

8. Apa yang membuat Bapak/Ibu merasa bangga?

“Yang pertama, dilihat dari SDM nya ya, SDM itu boleh dari segi guru

boleh dari segi murid. SDM dari guru cukup memenuhi persyaratan karena guru yang disini itu yang belum sarjana bisa dihitung dengan jari, cuma ada beberapa yang lainnya sudah sarjana, itu satu. Yang kedua, dedikasinya guru di SMP Negeri 1 Sleman itu cukup tinggi, kalau Permen no 53 tentang disiplin pegawai itu bahwa guru harus memenuhi jam di kantor itu selama 37,5 jam itu nggak masalah karena guru-guru di SMP Negeri 1 Sleman itu terbiasa pulang sore, jamannya SBI dulu pulangnya jam 4 jam 5, sekarang pulangnya jam 2 lebih. Terus dengan demikian yang mendukung lagi adalah kita kan ada yang Islam, Kristen, Katolik tetapi kita bisa sejalan, bisa saling menghormati sehingga semuanya ini kompak, nggak membedakan itu ke gereja atau ke masjid itu tidak, itu dari SDM nya guru ya. Untuk yang SDM siswa, SDM kita kan dulu juga termasuk sekolah pilihan ya, boleh dibilang sekolah favorit, buktinya apa ya yang sekolah disini kan nem nya tinggi-tinggi nggak ada yang rendah.

Yang kemarin aja yang nem 25 nggak ada.”

9. Apakah Bapak/Ibu merasa senang/puas bekerja di sekolah ini?

“Kalau puas itu bukan sifat manusia ya. Sebagai manusiaitu kan kita

148

ditanya seneng, ya seneng lah. Profesi menjadi guru itu seneng dimana saja, yang penting gini, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Kalau kerja di tempat lain, di tempat lain senang tidak? Ya dinikmati aja. Awalnya itu berat, jauh 20km tapi lama-lama ya terbiasa, happy-happy

aja.”

10.Apakah Bapak/Ibu menganggap sekolah ini termasuk dalam sekolah yang berkualitas baik?

“Secara langsung maupun tidak langsung saya berani mengatakan sekolah ini baik.”

11.Apakah Bapak/Ibu rela berkontribusi/menyumbang sekolah apabila dibutuhkan?

“Berkorban itu kan tidak selalu dalam hal materi, memikirkan

bagaimana sekolah ini kan sudah pengorbanan juga. Awal itu saya merasa stres itu pas begitu ditinggal kepala sekolah, begitu kepala sekolah tidak ada itu lak guru waa macem-macem, ada beban ada merasa apa, terus kepengen pulang pagi padahal seharusnya pulang siang, pagi-pagi sudah kepengen pulang, yaa itu awal-awalnya. Seminggu itu seolah-olah perang, perang sama diri sendiri. Waah.. nggak punya kepala sekolah ayo kita pulang pagi.. itu rasanya sudah tersinggung banget. Tapi sekarang sudah mulai kondusif.”

12.Apa saja hambatan sekolah dalam melaksanakan kebijakan/program pengembangan kultur sekolah?

149

“Hambatannya ada segelintir orang yang punya kepribadian cuek is the

best. Ada segelintir yang seperti itu. Segelintir itu pun dia itu sebenarnya punya power di sekolah ini. Apa yang dia katakan itu orang lain itu bisa mengikuti, itu yang kendalanya. Yang kedua, kita itu dulu pernah mengelola RSBI, dengan dana yang banyak. Begitu RSBI ini tidak ada, kembali ke sekolah reguler, ada aturan lagi yang tidak boleh atau tidak ada pungutan biaya. Itu mutlak hanya dana BOS, kendalanya disitu, Karena, dana BOS itu sudah diatur sedemikian rupa, tidak boleh keluar dari anggaran yang ditetapkan. Sekarang beli bunga untuk lingkungan itu nggak boleh, beli pot untuk lingkungan itu nggak boleh karena sudah ada jalurnya sehingga hambatannya terkait dengan dana yang sudah diatur sedemikian rupa. Sama ini, menurut saya, bahwa walikelas itu adalah ujung tombaknya, penggeraknya anak-anak, itu adalah tangan kanan kepala sekolah, tetapi menurut pengamatan saya temen-temen walikelas disini itu kurang begitu apa ya menjiwai dengan tugas sebagai wali. Berbeda dengan saya waktu di seberang dulu, wali kelas kalau ditinggali kelas itu tanggung jawab yang luar biasa, karena dipercaya oleh orangtua ya, jadi ibu kedua, orangtua kedua setelah orangtua dirumah, jadi betul-betul tanggung jawabnya luar biasa. Dan menurut saya walikelas disini itu berbeda dengan apa yang saya lakukan di seberang dulu, misalnya segala sesuatu kan harus didampingi, kalau tadarus itu kan harus didampingi, terus kalau jumat kan ada jumat bersih itu juga

150

harus di dampingi, tapi ya masih ada yang sibuk ini sibuk itu tidak

mendampingi di kelas.”

13.Bagaimana sekolah mengatasi hambatan yang ada?

“Yang dana? Kalau dana itu kita pernah minta bantuan ke BLH. Saya

mengajukan apa permohonan, ada gerobak, bas sampah sama komposer itu dari BLH. Yang kedua, budayanya adalah memberikan infaq. Infaq itu setiap kliwon, setiap 5 hari sekali itu kan ada pasaran kliwon, itu kita ada kegiatan memberikan infaq. Itu satu anak bisa 1.000 bisa 500 bisa 300 pokoknya diminta kerelaannya untuk memberikan infaq. Rata-rata satu kelas itu ya ada yang 30.000, ada yang 20.000, ada yang 15.000 terus itu nanti diumumkan. Bahwa infaq kliwon kelas 7F itu berapa... biasanya untuk membeli peralatan yang mendukung kebersihan lingkungan. Kalau gurunya ya ngikut saja lah gitu.”

“Kalau yang masalah wali kelas tadi ya terus saja diumumkan lewat

central... tolong bapak ibu wali kelas untuk bisa mendampingi siswa. Terus sebagai anak didik nanti ketua kelas melaporkan tadi di dampingi oleh wali kelasnya atau tidak. Kalau sudah di dampingi ya di lanjutkan kalau belum ya di ingatkan, tadi kok tidak mendampingi kelas kemana,

151

1. Berapa lama Bapak/Ibu mengajar di SMP Negeri 1 Sleman?

“Saya lima tahun, saya dulunya dari SMA Pathuk Gunung Kidul. Jadi dari SMA dikasihkan informasi dari dinas kalo mau ke SMP, ya mau

saja. yang penting mata pelajarannya terpenuhi.”

2. Menurut Bapak/ Ibu, bagaimana cara sekolah dalam menanamkan kebijakan/ program sekolah yang berhubungan dengan nilai-nilai kebersihan, kerapian, dan keindahan pada seluruh warga sekolah?

“Dalam setiap pembelajaran memang idealnya dan mungkin sudah

dilaksanakan guru harus melaksanakan program itu setidaknya guru harus meluangkan waktu sebelum pembelajaran dimulai selalu mengontrol suasana kelas, keadaan anak, penataan meja, dsb. Sehingga kalo saya ketika kelas belum rapi dan belum bersih maka dipastikan pembelajaran belum saya mulai. Supaya anak terbiasa, itu mungkin hanya berlaku sekali dua kali, besok pas giliran pelajaran saya maka anak-anak sudah mempersiapkan diri oh kelas harus bersih harus ini, ini, ini artinya tidak setiap pembelajaran harus seperti itu karena mereka sudah terkondisi. Secara sadar di awal, memang awalnya harus begitu. Saya belum akan memulai pembelajaran sebelum suasana kelas tertata

rapi. Bersih, semua baju sesuai dengan aturan, dsb.”

Kalo kerja bakti bersama gitu ada tidak pak? “Kita setiap Jumat ada,

namanya Jumat bersih itu anak-anak kita beri waktu 30 menit untuk

Nama Informan : Agus Istiyadi

Tanggal wawancara : Sabtu, 19 Maret 2016

Waktu : 09.30 WIB

152

membersihkan kelas dan lingkungan, bahkan disini ada program namanya tumit langkung setiap hari anak-anak harus melimpahkan waktu tujuh menit untuk kebersihan kelas dan lingkungan. Tumit Langkung, Tujuh Menit Untuk Kelas dan Lingkungan. Ini program yang sudah kita canangkan sejak 4 tahun yang lalu. Karena memang belum semua anak mengetahui, sehingga secara tersirat bahwa itu adalah sebuah budaya, bahwa anak tahu saya harus meluangkan waktu tujuh menit, nah karena mereka infaq waktunya agak kurang maka kadang kita jadikan satu setiap hari Jumat ada waktu untuk membersihkan kelas dan lingkungan. Tapi cuma di kelas dan lingkungan, tapi kalo ditempat seperti ini ya cleaning service atau teman-teman yang dari tukang kebun juga ada. Tetapi setiap kali waktu-waktu tertentu, bahkan saya dapat surat dari pemerintah daerah untuk selalu me.. apa namanya menggerakkan siswa untuk program kerja bakti, tidak membakar sampah, kompos juga iya dsb. 3 R,

artinya ada di ruangan sana itu ada”

Berarti tidak ada pembakaran sampah ya pak? “oo tidak ada pembakaran, kita anti pembakaran apapun alasannya”

3. Menurut Bapak/ Ibu, bagaimana cara sekolah dalam menanamkan kebijakan/ program sekolah yang berhubungan dengan budaya berprestasi pada seluruh warga sekolah?

“Kita tanamkan disini memang budaya kompetisi memang selalu ada

nggih, berprestasi, memanfaatkan waktu. Jadi anak-anak kalau penanaman budaya berprestasi saya pikir sudah menjadi kebudayaan di

153

SMP Negeri 1 Sleman. Sudah terbukti di setiap kali, misalnya disini ada sarapan pagi. Sarapan pagi itu bukan makan bersama lho. Jadi setiap hari Senin-Kamis itu anak-anak kita berikan ulangan harian, jadi setiap malam anak harus belajar, karena mau tidak mau, suka tidak suka besok pagi harus ada ulangan, disamping ulangan yang diadakan guru bukan ulangan yang merupakan sarapan pagi. Terus ada lagi kalo dulu, itu pengganti ulangan sabtu bersama (USB), sekarang diganti sarapan pagi kecuali hari-hari ini, minggu-minggu ini karena memang kelas 9 kita konsentrasi ke materi ujian nasional sehingga sarapan pagi nya kita ganti dengan penambahan materi pembelajaran. Les. Les nya pun untuk prestasi kita kelompok-kelompokkan, setelah kita analisis siapa sih yang perlu apa namanya penekanan prestasi tertentu. Kan tidak semua anak kesulitan pada kasus tertentu, maka disana sudah ada pengelompokan-pengelompokan. Pengelompokan-pengelompokan oleh guru yang tujuannnya memudahkan, sehingga kita tau anak yang kurang di materi ini. Oh ini bahasa inggrisnya sudah bagus, maka yang bagus-bagus ngumpul, yang matematikanya kurang ngumpul, kaya shock terapi, jadi

kita berikan materi sesuai dengan kebutuhan anak”

Berarti kalau yang sarapan pagi itu tiap hari jadwal pelajarannya ganti-ganti ya pak soalnya? “Kebetulan sementara ini dari 4 mata pelajaran

yang di UNAS kan, baru bukan berarti mengesampingkan yang lain tetapi memang baru itu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, jadwalnya ada di sana. Senin bahasa inggris misalnya, selasa matematika, tapi kelas satu sampai

154

kelas sembilan lho, kelas tujuh sampai kelas sembilan lho. Jadi semuanya, kelas 7,8,9 kalau bahasa inggris, bahasa inggris semua, terus matematika matematika semua, itupun dari hasil analisis materi apa yang menurut anak masih perlu penekanan”

4. Menurut Bapak/ Ibu, bagaimana cara sekolah dalam menanamkan kebijakan/ program sekolah yang berhubungan dengan penanaman nilai-nilai religius, disiplin, dan kerjasama?

“Religius termasuk disini ditekankan diantaranya adalah setiap Jumat itu

untuk anak-anak yang beragama non Islam menuju ke tempat multimedia untuk mendapatkan apa namanya, pengkajian kitab menurut agamanya, untuk yang Islam kita adakan pengkajian Al-Quran, setiap duhur kita harus ada duhur bersama, ada pengajian setiap hari-hari besar, dan banyak lagi termasuk kebiasaan sholat dhuha untuk anak-anak dibimbing oleh guru agamanya, terus ada apa namanya setiap mau ujian ini ada taqorub, pokoknya banyak sekali kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan keagamaan.”

“Kedhisiplinan kita tegaskan di depan sana ada, diawali dengan 5M, mulai dari senyum sapa dan, senyum salam sapa sopan santun, hingga harapannya itu untuk karena kedisiplinan kan tidak sekedar datang dan pulang tepat pada waktunya tapi disiplin-disiplin yang lain, termasuk disiplin melaksanakan tugas, disiplin berpakaian, disiplin keseragaman, maka disini berlaku point. Jadi anak-anak yang tidak disiplin maka dia mendapatkan point sesuai dengan nilai point yang telah ditetapkan oleh

155

sekolah bersama osis. Misalnya tidak seragam sepatunya kena point 10, terlambat masuk sekolah 10, sampai yang meningkat sampai disiplin kalo yang sekarang lagi pro dan kontra tentang membawa hp, karena sekolah ini kan hotspot sementara tidak semua anak punya leptop, sehingga mereka menggunakan media internet ini, maka ada beberapa guru yang memang hari itu diwajibkan membawa leptop atau android atau apa yang bisa digunakan untuk browsing, untuk mencari materi-materi yang pada saat itu memang.. karena disini kan K13, dimana anak harus mencari sendiri, menemukan sendiri, sampai dia memaparkan dihadapan teman-teman. Tapi intinya kedhisiplinan tadi disini merupakan eee.... apa... penekanan untuk kedhisiplinan. Karena apapun hasilnya tanpa dilandasi

disiplin bahwa itu tidak bisa maksimal”

Kalau itu kan point kan berarti pak? maksimal berapa? “100. 100 ittu

dikeluarkan itu walaupun prosesnya tidak semudah itu dikeluarkan tapi dengan proses pendekatan dengan orangtua. Misalnya 100 itu ya membawa narkoba, maaf ada yang hamil, ada posting gambar-gambar yang, karena disini pernah kejadian juga sekarang sudah kita sarankan pindah ke sekolah agama waktu itu, posting gambar yang karena mungkin urat malu nya ilang, dia sedang ngapain digambar sendiri di posting sendiri, sehingga teman-temannya jadi tau, jadi masalah, nah inilah yang perlu kita beri kasusnya itu 100. Ada 50 karena mengancam guru. Jadi mulai 5-100 pointnya. Tapi ya sebagai sekolah yang bernuansa pendidikan, ketika anak sudah punya point lebih dari 30, maka

156

segera kita lakukan usaha-usaha agar dia tidak meningkatkan ponitnnya itu. Ada teguran macem-macem. Yang sering terjadi adalah mengundang orangtua sebagai partner sekolah untuk kita adakan bersama-sama

membimbing anaknya.”

Kalau untuk yang kerjasama itu pak apa ada outbond? “Yak... kerjasama

kita banyak menjalin kerjasama, di bidang kesehatan kita menjalin kerjasama dengan beberapa, di bidang religius kita kerjasama dengan masjid sebelah gitu saling memberikan apa pendalaman materi tentang

Dokumen terkait