BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Lampiran 5 Transkrip Wawancara dengan Guru
Transkrip Wawancara dengan Guru Wawancara tanggal 4 Juni 2012
Peneliti : P
Guru : G
P : “Ibu mengajar sudah berapa lama?”
G :”Saya mengajar mulai dari tahun 1986/1987, ya berarti sudah sekitar 26 tahun.”
P : “Itu pertama kali ibu mengajar sudah langsung di sini?”
G :”O tidak. Saya itu mengajar pertama kali di SPG tahun 1986/1987 itu di
Semarang. Lalu 1987-1989 di SMP dan kemudian dari tahun 1989 sampai sekarang saya mengajar di SMA ini. Dari tahun 2009 saya juga membantu mengajar di SMA Budya Wacana karena untuk memenuhi 24 jam untuk
sertifikasi.”
P :”Dari pengalaman ibu mengajar dengan beda-beda sekolah, ada perbedaan ga
bu?”
G :”Ya jelas ada. Kalau mengajar di SPG itu kan orientasi siswa nya mau jadi
guru SD jadi ya siswa-siswanya sudah enak mengarahkannya untuk menjadi pengajar, seorang guru tho. Kalau yang mengajar di SMP itu siswanya masih bisa dibilang anak-anak ya jadi masih suka main-main. Apalagi kalau pelajarannya sudah siang itu anak-anak jadi pasif, jadi ga semangat belajar tapi kalau yang di SMA Dominikus Semarang anak-anaknya aktif mau pelajarannya siang juga mereka masih tetap semangat. Lalu kalau mengajar di sini juga beda ceritanya. Murid-muridnya kan putri jadi perhatian mereka saat mengikuti pelajaran ya relatif sama. Kalau putri itu kalau belajar eksak cenderung emang agak sulit dan memang mereka kurang tertarik ya. Tapi biar gimana saya tetap berusaha sebisa mungkin biar mereka tertarik ke fisika, ya walaupun ga semua tertarik dan bisa menerima materi. Selain di STAMA saya juga pernah mengajar di BOPKRI tapi karena saya punya anak kecil terus jadi
repot lalu saya mengundurkan diri dan saya menetap di sini.”
P :”Kalau dari siswanya bu, ibu kan mengajar mereka dari awal masuk untuk semua kelas X, itu pendekatannya bagaimana bu? Apakah ibu mengenal anak?
Ya setidaknya namanya saja?”
G :”Kalau nama saya tidak bisa semuanya kenal ya karena keterbatasan saya.
Saya itu biasanya kenal anak hanya yang pintar atau yang aktif saja. Biasanya saya tau itu dari ulangan pertama. Kalau ulangan pertama itu saya ketat sekali dalam arti supaya tau murni sesungguhnya yang bisa yang mana yang tidak
bisa yang mana sehingga setelah itu kan lancar. Saya itu tes awal murni ketat sekali sungguh-sungguh sekali sehingga setelah itu ketahuan yang ini pinter
yang ini ga pinter sehingga proses selanjut gampang ga tertutup.”
P :”Tapi kalau ternyata pernah melenceng dari perkiraan ibu itu bagaimana?
Misalnya pertama nilainya bagus lalu nilai berikutnya tidak, itu kan dari siswa
juga banyak faktor bu?”
G :”Banyak faktor juga tapi ya yang selama saya alami memang naik turun tapi tidak terlalu jauh banget tidak drastis banget.”
P :”Lalu kalau ibu tau anak itu pintar, apakah anak itu termotivasi dan aktif dalam
proses pembelajaran?”
G :”Semangat motivasi mereka itu beda-beda, tidak sama karena kita juga tahu kan tidak semua anak berminat masuk IPA. Kalo yang minat di IPA biasanya ya aktif mau, mau mengerjakan, mau ngasih pendapat, dia juga pasti mengerjakan kalau kelas satu kan masih umum IPA, IPS, Bahasa itu kelihatan sekali kalau mereka yang pengen IPA itu aktif sekali kalau masih ada nilai yang kurang itu mereka datang mereka bilang bu aku masih kurang nilai yang mana masih bisa nambah yang mana gini gini gitu. Tapi yg ga minat IPA itu kemaren sampe di remidi semester ganjil nyampe ditunggu pirang-pirang bulan ga dikumpul-kumpul sampe tak serahin kurikulum iki bu aku wes bosen nagih akhirnya di tagih sama kurikulum karena tuntutan harus tuntas tho semester satu nah akhirnya dia baru terpaksa ngumpul.”
P :”Terus ibu kan sudah tahu bagaimana siswa, kemudian strategi ibu mengajar bagaimana? Apakah ada perubahan?”
G :”Ya kalau saya pandang begini saja kalau memang mereka yang kurang
berminat di IPA ya biar aja yg penting mereka mengikuti tes dapat nilai rapor baik, tidak menggangu dan mengikuti dengan baik dan ga aneh-aneh gitu lah. Karena intelektual mereka juga kan ga bagus semua, beda-beda.”
P :”Untuk anak yang pintar itu apakah ibu juga tanya-tanya dengan guru yang
lain?”
G :”Oh iya jelas. Biasanya kita ngomong-ngomong antar guru terutama Biologi, Kimia, Matematika. O iya itu bagus, ini bagus dan pada umumnya sama kalau di IPA bagus biasanya relatif sama nilainya tapi ada juga yang dominan. Oh kalau itu dominan di fisika, itu dominan di matematika ada perbedaan tapi yo ga terpaut begitu jauh. Biasanya kalau bagus ya bagus semua. Lalu kalau begitu arah jurusannya IPA, jadi kita juga kan tidak sembarangan menjuruskan anak kasian anak nanti kalau memang anak tidak mampu tetep kita tidak boleh ada yang merengek-rengek juga orang tua nya ada yang macem-macem minta di IPA tapi kita pertimbangannya di kelas tiga. Bukannya kita ga boleh tapi kita mempertimbangkan di kelas tiga nanti karena itu kan salah jurusan nanti mesakkeanaknya kita jadi beban nanti.”
P : “Persiapan apa yang ibu lakukan sebelum mengajar?”
G :”Persiapan saya sebelum mengajar itu ya administrasi, administrasi itu ada di
awal semester mulai dari prota prosem, rpp silabus. Ya saya itukan sudah cukup lama mengajar termasuk juga listrik dinamis, jadi ya udah ada dipikiran hanya ditambah-tambah sedikit mengikuti silabus dan RPP. Untuk masalah siswa itu ya mungkin karena sudah lama dan sering mengajar, yang pertama saya lakukan itu mesti ngelilingi anak, kalo anak dikelilingi itu otomatis dia cepat-cepat membuka buku, mempersiapkan alat tulis, itu dari kesiapan anak. Kalo dari saya sendiri untuk mengingat kembali kemarin sudah sampai mana materinya itu kalo malamnya saya kurang mempersiapkan, jadi kalo lagi keliling saya ingat misalnya kemarin sampai hukum Ohm, oh berarti sekarang hukum I Kirchoff. Saya juga sering mereview materi yang sudah lalu misalnya tentang hukum Ohm kemarin apa rumusnya? Terus kemarin itu saya pake analogi perempatan Malioboro itu maksudnya biar anak bisa membayangkan kalo arus listrik itu seperti kendaraan yang ada di perempatan. Kalo membayangkan arus listrik kan sulit. Kalo saya itu untuk motivasi awal seperti itu sering membuat catatan-catatan dan dekat dengan pemikiran anak misalnya kalo mau menjelaskan arus listrik ya pake contohnya perempatan jalan tadi
itu.”
P :”Materi yang ibu sampaikan itu didapat darimana dan hal apa saja yang perlu diperhatikan saat menjelaskan materi?”
G :”Materi itu awal ya saya dapat dari buku, internet, powerpoint juga ada, dari MGMP guru-guru, dari teman-teman PLPG, terus rpp dan silabus itu di sesuaikan dengan standar minimal. Kaya misalnya optik, kalo dulu itu kan optik mulai dari pemantulan, pembiasan, alat-alat listrik dan lain sebagainya tapi sekarang kan dari pemerintah sudah langsung alat-alat optik karena mungkin yang pembiasan pemantulan sudah waktu SMP sehingga sekarang
saya sudah bisa sampai Listrik Dinamis.”
P : “Untuk silabus sendiri, ibu mengikuti pemerintah atau darimana?”
G :”Oh tidak, pemerintah punya silabus, tapi sekolah juga berhak untuk mengubah sesuai dengan keadaan sekolah, dengan siswanya, fasilitasnya yang ada, ada faktor-faktor SWOT itu lho.”
P :”Saat menjelaskan Listrik Dinamis, materi mana yang ibu anggap sulit untuk dijelaskan?”
G :”Saya yang sulit itu tentang hukum II Kirchoff. Karena untuk rangkaian yang
majemuk itu persamaannya lebih dari satu , yang loop ganda itu juga sulit makanya saya sering alon-alon sekali kalo menjelaskan, tak beri contoh soal, terus angka-angkanya juga mudah dihitung. Kalo udah ketemu soal itu kadang- kadang mereka bingung, bingung melihat loop nya, bingung menghitungnya,
tidak konsisten sama tanda. Maka kalo ujian nasional itu yang masalah loop ganda di tinggal dulu, coba kerjakan soal lain yang lebih mudah biar ga buang- buang waktu. Saya itu biasanya menekankan siswa pada materi-meteri yang sering dijumpai dalam UN seperti alat ukur listrik itu pasti keluar, susunan
hambatan, lalu ada juga tentang humuk I dan II Kirchoff” P :”Saat menjelaskan ibu tidak melihat buku, mengapa?”
G :”Oh ya kadang-kadang saya bawa buku itu untuk ngasih contoh soal biar angkanya pas, biar ga terlalu sulit juga untuk menghitung, biar angkanya ga sulit biar ngitung nya pas, kalo angkanya sulit juga siswa sulit ngitungnya.” P :”Dalam pembuatan silabus dan RPP, untuk kelengkapannya ibu mendapat info
darimana?”
G :”Silabus yang saya pakai itu sumbernya dari pemerintah, nanti sekolah
menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di sekolah kita sendiri. Untuk kelengkapannya itu saya dapat dari MGMP dari workshop, seminar, berhubung saya juga pengurus jadi kalo ada informasi apa-apa ya mesti tahu
apalagi kalau sekarang itu RPP harus pake karakter, Elaborasi juga ada.” P :”Untuk materinya sendiri, untuk kelengkapannya ibu mencari informasi
tambahan darimana?”
G :”Dari buku ada, saya biasanya pake catatan kecil punya pribadi lalu poin- poinnya. Kalo kita mengajar itukan minimal sudah punya poin-poin minimal, misalnya kalo mengajar hokum ohm itu poin-poinnya apa-apa saja. Karena itu ada berapa versi ya, kalo dari pengawas itu biasanya suruh dibuat poin-
poinnya saja, tapi ada juga versi yang suruh ditulis lengkap.”
P :”Dalam RPP ada tertulis memberikan umpan balik, itu apa bu maksudnya?” G :”Memberi umpan balik itu maksudnya kaya mereview, misalnya setelah siswa
dijelaskan kemudian diberi pertanyaan dan di jawab. Itu masih dalam satu
pertemuan atau bisa juga mengulang materi yang sudah dipelajari.” P :”Mengapa pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan RPP?”
G: “52, 51, 53, kenapa 52 duluan karena ini nanti jadi dasar hukum Ohm dan buat dasar membaca alat ukur.”
P :”Untuk soal ulangan Lisrik Dinamis itu ibu membuat dua tipe soal, itu mengapa bu?”
G :”Itu kan untuk mengecek kemampuan dan pemahaman siswa tho. Kalo uraian singkat itu kan mudah untuk mengecek pemahaman siswa dan kalo udah ngerti rumusnya juga kan gampang menyelesaikan soal-soal yang jauh lebih
P :”Untuk tingkat kelas X sendiri, sampai batas mana materi tentang Listrik
Dinamis yang ibu berikan?”
G :“Untuk tingkat SMA itu berbeda tekanannya dengan perguruan tinggi, apalagi
masih kelas X, jadi penyampaiannya ya hanya sacara garis besar dan ada penurunan rumusnya sedikit dan juga tidak sampai pada detail-detail
sejarahnya.”
P :”Kemarin itu ulangan Listrik Dinamis dilakukan sebelum semua materi selesai disampaikan, apakah ibu sudah merencanakan hal tersebut atau bagaimana
bu?”
G :”Ulangan listrik saya lakukan sebelum masuk sub materi energi dan daya
listrik itu karena biar bisa dapat waktunya ga mepet dengan ujian semester. Nah kalo energi dan daya listrik itu kan dengan dijelaskan ya siswa ga terlalu sulit karena juga bisa langsung diterapkan dan dilihat dalam kehidupan sehari-
hari.”
P :”Menurut ibu, hal apa saja yang harus dikuasai saat mempelajari Listrik Dinamis?”
G :”Agar siswa mudah untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya paling tidak
mereka harus mengerti konsep dasarnya dulu. Kalo di listrik dinamik itu ya ada muatan listrik, arus listrik dan juga kuat arus listrik. Kalo mereka udah ngerti dasarnya maka untuk penjelasan selanjutnya ya mudah-mudahan lebih
gampang.”
P :”Bagaimana cara ibu untuk menarik perhatian siswa untuk dapat menyenangi
materi yang ibu sampaikan?”
G :“Terkadang siswa itu sulit memahami kalau tidak ada contoh nyatanya. Nah
kalau listrik dinamik ini kan sangat jelas sekali dalam kehidupan sehari-hari meraka juga bisa melihat penerapannya contohnya di bola lampu, alat-alat
elektronik, atau juga ada dilingkungan sekolah mungkin.” P :”Menurut ibu apa saja materi yang mencakup Listrik Dinamis?”
G :”Listrik dinamis itu ya berbicara tentang listrik yang mengalir atau arus listrik
yang dapat bergerak. Dalam listrik dinamis itukan ada diantaranya arus listrik, Hukum Ohm, Hukum Kirchoff, lalu ada susunan hambatan, rangkaian listrik, energi listrik juga. Untuk mengukur kuat arus pada listrik bisa dengan cara muatan listrik dibagi waktu dengan satuan muatan listrik adalah coulomb dan satuan waktu adalah detik. Kuat arus pada rangkaian bercabang sama dengan kuat arus yang masuk sama dengan kuat arus yang keluar itu ada dihukum I Kirchoff. Kalo dalam hukum Ohm dapat mengukur tegangan listrik dengan cara kuat arus dikalikan hambatan. Hambatan nilainya selalu sama kerena
Wawancara tanggal 11 Juni 2012
P :”Sebelum memulai pelajaran, ibu sering keliling kelas, itu maksudnya apa?” G :”Itu maksudnya melihat kesiapan siswa, kalau sudah didekati begitu minimal
dia menyiapkan buku menyiapkan alat tulisnya terus kalo yang dirinya belum
siap kalau di belakang ada yang masih ngobrol juga kan nanti jadi diam.” P :”Saat ibu bertanya itu ditujukan untuk perorangan atau individu?”
G :”Kalau pertanyaan itu diberikan kepada semua siswa tapi nanti kalo ulangan ya kita mengharapkannya pribadi. Kalo teknik bertanya yang baik itukan diberikan kepada semua siswa itu namanya pertanyaan klasikal, tapi nanti kita
mengaharapkannya jawaban individu.”
P :”Saat ibu selesai menjelaskan meteri ibu keliling meja siswa, itu apa maksudnya?”
G :”Kalo udah selesai menjelaskan, kalo udah ada rangkuman, itukan siswa
mencatat, nah pada saat siswa mencatat itu saya keliling untuk melihat siswa setelah keliling kelas ya bisa memantau kegiatan siswa, catatannya lengkap atau tidak terus kalau kalau ada yang salah menuliskan symbol, jadi kita sekalian bisa mengambil nilai afektif. Penilaian afektir itu tidak harus khusus ada waktu tertentu tapi waktu proses pembelajaran kita juga bisa
mengambilnya dengan ya itu tadi contohnya.”
P :”Contoh soal yang ibu berikan saat pembelajaran itu didapat darimana?”
G :”Kalau untuk contoh soal itu dari RPP ada, LKS, buku paket juga ada dari
latihan soal juga ada, tapi kadang-kadang saya juga buat sendiri, kalo materinya seperti ini berarti ya contoh soalnya menyesuaikan ya disesuaikan
saja dengan materinya.”
P :”Apakah contoh soal itu dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui pemahaman siswa?”
G :”Contoh soal itukan tidak menjawab sendiri, kita jawab selasaikan bersama sama sehingga ada interaksi antara guru dengan siswa. Nanti kalau diantara siswa itu sudah ikut menjawab itukan nanti mereka juga bisa mengerti tho itu psikologis ya, namanya anak itu kan kepribadiannya berbeda-beda, kalo anaknya seperti itu ya ga usah diambil hati kita hargai saja. Kalo saya
menghadapi siswa itu sudah siap karena pengalaman juga lama.”
P :”Untuk hasil ulangan listrik dinamis kamarin, itukan banyak siswa yang
mendapat nilai dibawah standar bu, lalu bagaimana tindakan ibu selanjutnya? Apakah ibu melakukan program remidial?
G :”Kalo dilihat dari hasil kemarin memang banyak yang tidak tuntas. Ya itulah
sesungguhnya. Untuk program remidial sendiri, itu tetap ada tapi siswa tidak mengerjakan soal kembali di dalam kelas, karena ini waktunya juga mepet dengan ulangan semester ya jadi saya suruh mereka untuk mengerjakan kembali soal ulangannya terus dikumpul gitu untuk melangkapi nilai ketuntasantho.”
P :”Materi mana yang ibu anggap mudah dan sulit saat menjelaskan Listrik Dinamis?”
G :”Kalo mudah itu ya bagian awal-awal yang kuat arus, hukum ohm, yang paling sulit itu hukum kirchoff II, itu sulit karena unsur persamaannya yang banyak lalu rangkaiannya juga rumit, untuk menyelesaikannya itu butuh ketekunan dan ketelitian tho. Kalo sulit seperti itu ya saya menyampaikan materinya pelan-pelan, gambarnya besar, terus anak-anak itu tak suruh diam dulu sebentar terus kalo ngasih contoh itu angkanya yang kecil dan mudah-mudah dalam perhitungan. Yang penting itu konsep dasarnya itu penting untuk melanjutkan materi berikutnya, untuk itu siswa harus di donk ke dulu sampe
tau.”
P :”Darimana ibu memperoleh informasi saat pembuatan soal ulangan?”
G :”Kalo soal ulangan kemaren itu ada yang di RPP. Nah soal ulangan kemaren
itu gini di RPP itu sebagai lampiran, tapi soal itu ada yang dipakai ada juga yang tidak. Ada juga RPP itu kita buat awal, lalu soal-soal tes itu ada dulu lalu pada saat ulangan juga bias ditambai. Kalo soal itu biasa saya buat sendiri, angkanya yang sederhana mudah dihitung tidak besar-besar nilainya.”
P :”Apa kendala ibu saat menjelaskan materi Listrik Dinamis?”
G :”Ya listrik dinamik itu memang suatu yang sulit untuk dipahami bisa juga dibilang abstrak mungkin. Kendalanya pada topik tertentu, kalo misalnya listrik karena anak cewek tidak begitu suka dengan listrik maka kita bicaranya pake contoh blender, hair dryer, setrika atau barang elektronik yang dekat dengan cewek. Kalo kita sudah terbiasa mengahadapi anak itu kan suka kelihatan dari wajah anak, mana yang minat mana yang tidak minat, kalo tidak minat ya kita dekati aja, kalo ga minat itu biasanya dia tidak membawa buku, catatannya tidak lengkap, ga garap pr, atau tugas-tugas tidak dikerjakan. Ya mungkin karena saya juga sudah lama mengajar juga jadi paham situasi anak
dari wajahnya saat di kelas.”
P :”Menurut ibu apa yang dimaksud dengan wawasan dan landasan kependidikan?”
G :”Wawasan dan landasan pendidikan, kalo landasan itu ya berarti dasar hukum yang digunakan nek kita yang jelas ada UUD terus ada peraturan pemerintah lalu dalam UUD, undang-undang sisdiknas terus Permen no 22 , no 23 kalo 22 itu tentang standar isi terus 23 itu tentang SKL (standar Kompetensi Lulusan) lalu 41 itu tentang prosesnya, proses belajar. Jadi kita itu dalam
melaksanakan ini semuanya ada acuannya ada dasar hukumnya. Terus yang nomor 20 itu tentang penilaian, jadi kalo kita melakukan penilaian itu juga ada dasarnya ada peraturannya dari pemerintah.”
P :”Kalau dalam pembelajaran itu sendiri, bagaimana menerapkan landasan pendidikan tersebut?”
G :”Dalam Permen no.22 itu kan sudah ada SKKD nya nah kemudian SKKD
itulah yang menjadi acuan kita dalam menyusun silabus, RPP, nah itu yang standar isi. Kalo yang standar standar kompetensi lulusan (SKL) tadi digunakan untuk menentukan indikator, tujuan pembelajaran, itukan sudah ada SKL nya, nanti kalo melenceng dari SKL kan juga bingung. Nah sekarangkan sekolah sudah otonomi sendiri sudah punya kewenangan KTSP sendiri, jadi kurikulum disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan sekolah masing-masing sesuai visi misi sekolah juga. Terus yang proses, kalo kita dalam melaksanakan proses KBM, merencanakan RPP itu ada di sana. RPP itukan formatnya ada, dari SKKD sampe indikator, tujuan kemudian KBM itu semua ada di permen itu, pokoknya minimal ada unsur itu. Format RPP nya ya
minimal itu, ditambahi boleh tapi kalo dikurangi itu ga boleh.”
P :”Hal apa yang sekiranya dan menurut ibu bias membatalkan atau pembelajaran
tidak sesuai dengan RPP yang sudah ibu buat? Dan apa solusi ibu?”
G :”Yang membatalkan RPP itu bias karena alatnya, bias jadi karena siswanya
tidak memungkinkan diajak membahas topick itu, namanya swasta kan juga dari tingkat masukannya kan sisa-sisa tho, bahkan ada juga yang paket B, itu berartikan kalo kita punya rencana yang bagus tapi kemampuan siswa tidak
mendukung juga tidak bisa diterapkan.”
P :”Bagaimana cara ibu melihat penguasaan materi yang telah didapat oleh siswa?
Bagaimana cara ibu mendekati siswa yang kurang berminat?”
G :”Ya minimal kalo kita memberikan pertanyaan lisan itu kita bias tahu dati
tanggapan siswa, lalu dari penampilan atau performen siswa. Siswa itu kelihatan sekali ko antara yang dong dan yang ga dong. Jadi kalo ga dong itu dia kelihatan bingung kelihatan dari wajahnya, kalo dari aktifitasnya ya dia ogah-ogahan dalam mengikuti proses pembelajaran. Lalu juga biasanya saya pakai pengalamatan spontas secara langsung kalo pake tertulis itu saya terkendala di waktu dan kurang efisien. Kalo mereka tidak minat itu bisanya saya dekati terus saya lihat catatannya biasanya mereka langsung terlihat
seperti malu begitu terus ya langsung memperhatikan pelajaran.”
P :”Saat pembelajaran ibu mengambil baterai pada jam dinding, kemarin juga
terlihat ibu menyuruh siswa memperagakan susuan hambatan, itu spontan atau
terencana bu?”
G :’Ya itu terencana tapi kita melihat situasi yang ada itu seperti apa, sesuai