• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Konsep Pembangunan Perekonomian Indonesia

C. Relevansi Konsep Pembangunan Ekonomi Mohammad Hatta

3. Transmigrasi, Infrakstruktur, dan Pemerataan

Transmigrasi salah satu bentuk dari pemerataan kemakmuran, karena pembangunan yang terjadi hanya di pulau Jawa, maka dengan adanya transmigrasi kemakmuran semakin bertambah

Transmigrasi harus dilakukan secara spontan jangan menunggu pemerintah karena memberikan kesempatan korupsi, transmigrasi juga membutuhkan banyak dana dan terkadang gagal karena transmigran yang ingin kembali ke Jawa

4 Pinjaman Luar negeri

Pembangunan paska masa kolonial membutuhkan dana yang banyak, dan jalan keluarnya melalui pinjaman luar negeri. Namun pinjaman luar negeri ini pengembaliannya dalam jangka panjang dan digunakan untuk kepentingan rakyat

Syafruddin sangat tidak menyetujui adanya pinjaman luar negeri apapun alasannya, bisa saja hal itu bersifat komplementer, namun Indonesia telah

menjadikannya sebagai sumber dana utama dan itu mengandung resiko yang besar

5 Modal Asing

Hatta masih ragu-ragu dengan modal asing, namun menurutnya modal asing harus digunakan secara hati-hati dan lebih baik digunakan untuk kepentingan ekspor yang pendapatannya bisa mejadi devisa

Berbeda dengan Hatta, Syafruddin melihat modal asing sebagai aset, karena modal dan SDM Indonesia yang belum mencukupi dalam masa peralihan, maka modal asing sangat diperlukan untuk

industrilisasi ke depannya, tetap dengan peraturan yang ketat sehingga pada akhirnya Indonesia bisa mengambil alih modal tersebut

6 Industri

Karena penduduk yang bertambah padat sehingga lahan pertanian menjadi semakin sempit, maka industrilisasi perlu dibangun, namun jika Indonesia

melakukan industrilisasi maka harus cukup memberi penghidupan pada berjuta-juta rakyat

Industrilisasi yang harus dibangun Indonesia adalah pertanian sebagai tulang punggung industrilisasi dan untuk modal utama

pembangunan. Dan juga mempertahankan dan meningkatkan modal asing sebagai awal industrilisasi Indonesia

7 Pertanian

Mengembangkan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan mengembangkan sektor perkebunan untuk menghasilkan devisa

Menjadikan pertanian sebagai soko guru dalam perekonomian Indonesia yang saat itu sebagain besar sebagai petani, untuk mencapai swasembada pangan dan juga

perkebunan sebagai devisa

8 Koperasi

Koperasi sesuai dengan cita-citanya yaitu untuk menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi yang dapat mencapai kemakmuran yang merata, dan solusi yang baik untuk memajukan usaha rakyat kecil

Setuju dengan konsep koperasi Hatta karena menurutnya koperasi merupakan penyatuan harmonis antara kolektivisme dan individualisme

9 Stabilitas Moneter -

Stabilisasi moneter sebagai basis pertumbuhan

ekonomi, baik internal dengan mengendalikan pengeluaran dan mengatur skala prioritas dan

eksternal dengan neraca pembayaran

10 Nasionalisasi

Ekonomi -

Nasionalisasi bukan dengan menggantikan pengusaha asing dengan pengusaha pribumi dengan membiarkan sifat kapitalis liberal melekat, namun peralihan peralihan sistem ekonomi yang hanya mementingkan golongan kepada sistem yang mementingkan golongan masyarakat ekonomi lemah, Juga seharusnya pemindahan itu disertai dengan kemampuan mengatur perusahaan dengan baik

11 Infrastruktur

Infrakstruktur dapat mempermudah pembangunan ekonomi di wilayah lain, karena Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, sehingga infrakstruktur dan transportasi sangat diperlukan, infrakstruktur dan transportasi merupakan urat nadi perekonomian.

C. Relevansi Konsep Pembangunan Ekonomi Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara Dilihat dari Sudut Pandang Ekonomi Islam

Konsep perencanaan pembangunan dari para tokoh telah dijabarkan sebelumnya, bagaimana Hatta dan Syafruddin dengan latar belakang dan juga pemikiran yang mereka bangun, memiliki perbedaan dan juga persamaan dalam konsep pembangunan ekonomi Indonesia di masa peralihan.

Maka, setelah melihat konsep yang dipaparkan kedua tokoh tersebut kita akan menganalisis bagaimana relevansi pemikiran keduanya jika dilihat dari sudut pandang ekonomi Islam, yaitu dari prinsip mashlahah dan juga pendapat dari para ekonom muslim dari zaman klasik sampai kontemporer.

Kemashlahatan dalam ekonomi menjadi tujuan penting dalam Islam yang juga mengatur hubungan manusia dengan manusia. Mashlahah berasal dari kata salaha-yasluhu, yang berarti „baik’. Sedangkan bentuk kata lainnya seperti aslaha berarti „memperbaiki’. Salih atau salihat berarti kebaikan atau kemaslahatan yang bersifat individu, sedangkan islah, muslihin bisa dikategorikan sebagai kebaikan atau kemaslahtan yang bersifat sosial, kata maslahah ini disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 108 kali.

Kata maslahah ini dikaitkan dengan perbuatan manusia, yang baik dan membawa manfaat, baik bagi dirinya maupun orang lain, bahkan termasuk kepada alam sekitar. Dan ini dijadikan Al-Qur’an sebagai indikasi keimanan seseorang, maksudnya keimanan seseorang tidak akan bernilai jika tidak

terwujud dalam perilakunya yang maslahat. Seperti yang diterangkan dalam Q.S Hud (11): 117

   

Artinya: “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”.

Menurut Ar-Razi dalam tafsir ayat tersebut, menyebutkan bahwa Allah tidak akan menghancurkan suatu kaum hanya karena aqidahnya yang menyimpang, sedangkan perilaku mereka terhadap sosial tetap baik dan adil. Begitu pula seperti yang disebutkan oleh „Abdul Karim Zaidan, menyatakan bahwa Allah akan senantiasa menjaga suatu negara yang adil meskipun masyarakatnya kafir akidah.57

Prinsip kemaslahatan ekonomi menurut Al-Qur’an, ada 5 yaitu:58 1. Tidak bersifat ilegal atau bathil

2. Prinsip pemerataan dan berbasis masyarakat 3. Kemakmuran yang berkeadilan

4. Prinsip tidak saling menzalimi

5. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (halal, sederhana, dan kemurahan hati).

57

Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI, Pembangunan Ekonomi Umat: Tafsir Tematik Edisi Penyempurnaan (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), h. 178.

58

1. Pendidikan Moralitas

Pendidikan merupakan hal utama dalam pembangunan sebelum pembangunan ekonomi. Hatta selalu menggalang pendidikan bagi kader-kadernya, menurutnya rakyat Indonesia sudah berada lama dalam masa kebodohan pada masa kolonial, maka saat kemerdekaan dikumandangkan waktunya rakyat Indonesia untuk membangkitkan jiwa pergerakan. Begitupun dengan Syafruddin menurutnya pendidikan adalah faktor utama dalam pembangunan karena pendidikan moral yang baik dapat membentuk SDM yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Serta untuk menumbuhkan self-respect sehingga menjauhkan diri dari sifat meminta-minta dan juga bergantung kepada orang lain.

Sama pandangannya seperti Al Maududi menurutnya moral adalah kepentingan dasar bagi Islam, maka Islam tidak seluruhnya bersandar pada hukum untuk menegakkan keadilan sosial, tapi lebih otoritas kepada pembentukan moral manusia seperti iman, taqwa, pendidikan dan lainnya.59 2. Koperasi dan Kesejahteraan Sosial

Koperasi yang menjadi fokus utama dalam setiap gagasan Hatta, karena sistem ini menurutnya sangat sesuai dengan ciri khas Indonesia yang bersifat kolektivisme atau gotong-royong dan juga cita-cita Indonesia dalam melaksanakan demokrasi ekonomi begitu pula dengan ajaran Islam yang

59

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: dari Masa Klasik hingga Kontemporer

mengemukakan dasar-dasar keadilan dan persaudaraan serta penilaian yang tinggi kepada manusia pribadi sebagai makhluk Allah.

Hatta juga mengutarakan pendapatnya bahwa tujuan politik perekonomian Indonesia ialah membangun suatu Indonesia yang adil dan makmur, dengan pokok pelaksanaannya harus dipusatkan pada usaha memperbesar tenaga beli rakyat dengan berangsur-angsur.

Syafruddin juga mendukung adanya koperasi karena sangat sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia yang gotong-royong, serta sangat menekankan pada kemakmuran rakyat kecil. Namun menurutnya, koperasi yang lebih cenderung mengambil sistem sosialis dan meskipun telah ada aturannya dalam Islam, ia berpendapat bahwa Indonesia tidak seharusnya mengambil satu ideologi saja (kapitalisme ataupun sosialisme). Ajaran kapitalisme dan sosialisme pun dapat diterapkan sesuai dengan keadaan, untuk kepentingan rakyat, bukan secara dogmatis. Karena orang tidak akan bisa membentuk koperasi jika tidak mengetahui makna, dan cara menangani bentuk usaha ekonomi ini. Maka, bentuk-bentuk usaha kapitalis pun dapat dilaksanakan di Indonesia, dan tugas pemerintah serta masyarakat harus bekerjasama dalam mengatasi terjadinya pelanggaran.

Koperasi merupakan kegiatan ekonomi berbasis kesejahteraan sosial kemasyarakatan dimana tujuan pencapaiannya tersebut dipakai dalam ekonomi Islam yang mana tujuan utama ekonomi Islam untuk mencapai kesejahteraan sosial. Di mana menurut Ibnu Khaldun kesejahteraan

masyarakat tergantung dari aktivitas ekonominya, jumlah, dan pembagian tenaga kerja, luasnya pasar, tunjangan dan fasilitas yang disediakan oleh negara.60. Dan Hatta mengambil koperasi sebagai sistem ekonomi yang tepat untuk meningkatkan usaha kecil masyarakat dengan sistem kooperatif dan kolektivisme yang tidak mengesampingkan hak individualisme.

3. Transmigrasi, Infrakstruktur dan Pemerataan

Pemerataan yang berbasis masyarakat adalah cita-cita setiap teknokrat dalam membangun dasar ekonomi Indonesia setelah kemerdekaan. Itu juga salah satu cita-cita Hatta yang paling penting dalam membangun ekonomi Indonesia. Fokus utamanya adalah bagaimana rakyat kecil bisa makmur setelah masa kolonial berakhir, karena seperti yang diketahui pada masa penjajahan, rakyat adalah korban yang paling besar dalam menanggung segala bahaya dan juga kesulitan. Juga karena jumlah rakyat Indonesia yang banyak maka Hatta sangat menganjurkan dalam memberdayakan masyarakat untuk makmur dengan turut serta dalam pembangunan.

Konsep dalam pemerataan ini dia gagas dengan konsep transmigrasi dan juga industri yang diharapkan bisa menghasilkan pembangunan yang merata (distribusi kekayaan yang merata juga) yang dibangun oleh para masyarakat Indonesia.

60

Begitu juga dengan transmigrasi yang didukung oleh Syafruddin, namun ia tak terlalu mengedapankan konsep itu, karena dana yang dikeluarkan cukup besar dan banyak program transmigrasi terkadang gagal karena banyak transmigran yang ingin kembali ke pulau Jawa.

Pemerataan dalam Islam disebut sebagai keadilan distribusi dan juga menentukan regulasi yang jelas untuk memelihara keadilan. Sehingga harta tidak hanya beredar hanya di kalangan orang-orang tertentu saja, seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an Al Hasyr ayat 7 yang artinya Agar harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.

Dokumen terkait