• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Teori

2.1.3 Transmisi Harga

Analisis yang umum dipakai untuk mengetahui hubungan antar harga adalah transmisi harga dan integrasi pasar. Terminologi analisis harga biasanya mengacu pada analisis kuantitatif dari keterkaitan antara aspek permintaan dan penawaran harga. Alasan pentingnya dilakukan analisis harga menurut Tomek dan Robinson (1972) yaitu: (1) untuk mengestimasi koefisien (parameter) ekonomi tertentu seperti elastisitas permintaan harga komoditas dan (2) untuk meramalkan harga pada masa mendatang dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat harga komoditas tertentu. Analisis harga sering digunakan untuk menjelaskan perilaku harga dan

variabel-variabel yang berhubungan. Harga dianggap dapat memberikan gambaran tentang pasar dan menjadi salah satu indikator tingkat penawaran dan permintaan suatu komoditas, maka analisis harga pangan merupakan hal yang penting guna perumusan kebijakan stabilisasi harga dan peningkatan produksi pangan serta membuat peramalan harga (Rachman 2005).

Isu penting dalam perdagangan dunia produk pertanian adalah bagaimana pasar komoditas pertanian domestik merespon perubahan harga dunia ataupun sebaliknya. Tingkat transmisi harga dari dunia ke harga domestik merupakan parameter kritis dalam model empiris perdagangan yang berusaha untuk memperkirakan besarnya dampak terhadap harga, output, konsumsi dan kesejahteraan. Globalisasi telah membuat pasar komoditas semakin terpadu secara spasial, baik secara hierarki atau simetri. Keterpaduan pasar pada umumnya direfleksikan oleh keterkaitan harga antar pasar (Ravallion 1986).

Studi transmisi harga umumnya menguji hubungan antara series harga pada

channel yang berbeda pada rantai pemasaran ataupun pada pasar yang terpisah secara

spasial. Studi transmisi harga ditemukan pada konsep yang berhubungan dengan perilaku persaingan harga. Studi ini memberikan informasi bagaimana shock disatu pasar ditransmisikan ke pasar yang lain. Hal ini merefleksikan tingkatan pasar dalam melaksanakan fungsinya secara efisien.

Spasial transmisi harga melihat bagaimana harga pada pasar yang terpisah secara spasial di suatua negara adalah berhubungan atau bagaimana harga domestik melakukan penyesuaian terhadap harga dunia. Informasi pada kedua bentuk spasial transmisi harga tersebut sangat penting bagi pengambil kebijakan. Beberapa negara berkembang telah mengurangi peran pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pemasaran, regulasi harga komoditas, dan kontrol terhadap perdagangan dunia. Informasi pada derajat dimana sinyal harga dunia ditransmisikan ke pasar komoditas domestik merupakan sesuatu yang penting bagi pengambil kebijakan.

Dalam istilah spasial, paradigma klasik dari hukum satu harga (law of one

price), memberikan dalil bahwa transmisi harga disebut lengkap pada kondisi harga

keseimbangan dari suatu komoditas terjual pada pasar bersaing di luar negeri dan domestik dibedakan hanya oleh biaya transfer ketika dikonversi ke suatu mata uang yang sudah umum digunakan dalam perdagangan dunia. Model ini memprediksi

bahwa perubahan pada permintaan dan penawaran di satu pasar akan mempengaruhi perdagangan dan oleh karena itu harga di pasar yang lain pada kondisi keseimbangan dipulihkan melalui arbitrase spasial.

Keberadaan integrasi pasar, atau pass-through perubahan harga yang sempurna dari satu pasar ke pasar yang lain mempunyai implikasi terhadap kesejahteraan ekonomi. Adanya transmisi harga yang tidak sempurna pada perdagangan atau kebijakan lainnya, atau pada biaya transaksi seperti miskinnya infrastruktur transportasi dan komunikasi menyebabkan berkurangnya informasi yang diperoleh pelaku ekonomi dan konsekuensinya pada pengambilan keputusan yang berkontribusi pada hasil yang tidak efisien.

Rapsomanikis et al. (2004) merumuskan P1t dan P2t sebagai harga sebuah komoditas yang pasarnya terpisah secara spasial, C adalah biaya transfer untuk mengangkut komoditas dari pasar 1 ke pasar 2. Hubungan yang terjadi antara harga tersebut adalah :

P1t = P2t + C ...(1) Jika hubungan dua harga terjadi seperti formula tersebut maka kedua pasar dikatakan terintegrasi. Namun kondisi ini bisa dikatakan tidak mungkin terjadi terutama pada jangka pendek. Jika sebaran bersama dari dua harga tersebut ternyata independen sepenuhnya atau tidak ada hubungan sama sekali maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi integrasi pasar dan tidak ada transmisi harga. Umumnya arbitrase spasial diharapkan untuk memastikan bahwa harga dari sebuah komoditas akan berbeda sejumlah tertentu atau paling besar sama dengan biaya transfer, C adalah biaya transfer untuk mengangkut komoditas dari pasar 1 ke pasar 2,  adalah konstanta yang besarnya antara 0 dan 1. Hubungan antara harga di dua pasar tersebut diidentifikasi sebagai berikut :

P2t - P1t = C ...(2)

Fackler dan Goodwin dalam Rapsomanikis et al. (2004) mengacu pada hubungan diatas sebagai kondisi arbitrase spasial dan berdalil bahwa hubungan tersebut mengidentifikasi sebuah bentuk yang lemah dari hukum satu harga (law of

one price), bentuk yang kuat dicirikan oleh persamaan 1. Mereka juga menekankan

berbeda dari hubungan 1, tetapi arbitrase spasial akan menyebabkan perbedaan antara kedua harga tersebut bergerak menuju biaya transfer.

Kondisi arbitrase spasial mengimplikasikan bahwa integrasi pasar mendorongnya pada sebuah intepretasi kointegrasi dengan keberadaannya sedang dievaluasi oleh uji kointegrasi. Kointegrasi dapat dipahami sebagai pendekatan empiris dari dugaan teoritis suatu ekuilibrium hubungan jangka panjang. Jika dua pasar yang terpisah secara spasial series harganya terkointegrasi, ada kecenderungan terjadi pergerakan yang sama pada jangka panjang diantara keduanya berdasarkan hubungan linier. Pada jangka pendek harga dapat merenggang, seperti ketika goncangan pada salah satu pasar tidak akan dengan segera ditransmisikan ke pasar yang lain atau karena keterlambatan di dalam pengangkutan. Bagaimanapun, peluang arbitrasi memastikan bahwa divergensi dari peningkatan cepat pada keseimbangan hubungan jangka panjang bersifat sementara dan tidak permanen.

Transmisi harga asimetri menurut Meyer dan Taubadel (2004) diklasifikasikan berdasarkan tiga kriteria

1. Kecepatan (speed) atau besarnya (magnitude) transmisi harga asimetri

Simbol pout adalah harga output, pin adalah harga input. Diasumsikan pout tergantung pada pin. Gambar 7a, besarnya respon pout terhadap perubahan pin tergantung pada arah perubahan. Pada saat pin naik maka pout ikut naik sebesar kenaikan pin. Namun ketika terjadi penurunan pin, pout hanya sedikit merespon turunnya harga, akibatnya terjadi transfer kesejahteraan konsumen ke penjual secara permanen. Gambar 7b, respon kecepatan pout terhadap perubahan pin terjadi pada t1+n sehingga menyebabkan transfer kesejahteraan sementara dari konsumen ke penjual selama selang waktu antara t dan t1+n. Gambar 7c, kecepatan dan besarnya respon pout terhadap perubahan pin menyebabkan terjadinya transfer kesejahteraan sementara dan permanen.

pout pin p t pout pin p t t1 t1+n 7a 7b pout pin p t t1 t2 t3 7c Sumber: Meyer dan Taubadel (2004)

Gambar 7. Asimetri transmisi harga berdasarkan kriteria kecepatan, besaran serta kecepatan dan besaran

2. Positif atau negatifnya transmisi harga asimetri

Jika pout merespon dengan kecepatan dan besaran yang sama ketika pin naik dibandingkan ketika pin turun maka disebut asimetri positif (Gambar 8a). Sebaliknya, jika pout merespon dengan kecepatan dan besaran yang sama ketika pin turun dibandingkan ketika pin naik maka disebut asimetri negatif (Gambar 8b).

pout pin p t pout pin p t 8a 8b

Sumber: Meyer dan Taubadel (2004)

Gambar 8. Transmisi harga asimetri berdasarkan kriteria positif dan negatif 3. Vertikal atau spasialnya transmisi harga asimetri

Jika produsen dan konsumen mengeluhkan ketika terjadi kenaikan harga di level produsen yang langsung ditransmisikan secara penuh (kecepatan dan besaran) ke level pedagang besar dan pedagang eceran. Sebaliknya ketika terjadi penurunan harga di level produsen tidak ditransmisikan secara penuh (kecepatan dan besaran) ke level pedagang besar dan pedagang eceran. Kondisi transmisi harga asimetri karena perbedaan level pemasaran ini disebut transmisi harga asimetri vertikal.

Jika terjadi kenaikan harga di satu pasar yang terpisah secara geografis direspon oleh pasar yang lain di wilayah yang berbeda maka disebut transmisi harga asimetri spasial. Kedua kriteria ini juga dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan kecepatan-besaran dan positif-negatif transmisi harga asimetri.

Dokumen terkait