• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transparansi

Dalam dokumen SKRIPSI. Disusun Oleh: RUDIMAN SIGIRO (Halaman 30-35)

BAB I PENDAHULUAN

1.5. Kerangka Teori Penelitian

1.5.4. Transparansi

Salah satu yang dapat menghambat dan memberi ruang gerak kegiatan korupsi adalah manajemen pemerintah yang tidak transparan. Pihak IMF memang sangat serius dalam mempertahankan kebijakan pemberantasan korupsi untuk membantu proses recovery ekonomi, karena walaupun sudah menjadi fenomena universal, tapi Indonesia, korupsi sudah menimbulkan efek metastarik, yakni penyebaran ke seluruh elemen birokrasi pemerintahan, dari puncak pimpinan sampai pada pegawai yang paling rendah sekalipun.

Transparansi merupakan salah satu pilar good governance (tata kelola pemerintahan yang baik). Tata keloa pemerintahan yang baik sangat erat hubungannya dengan keterbukaan informasi. Hal in dikarenakan tata kelola pemerintahaan yang baik menganut prinsip transparansi. Kterbukaan informasi adalah prinsip transparansi. Keterbukaan informasi diharapkan dapat menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebjakan pemerintah dibuat berdasarkan preferensi publik. Transparansi sebagaimana yang dinyatakan oleh Lembaga Administrasi Negara adalah adanya upaya untuk menciptakan kepercayaan antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui penyediaan informasi di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

Transparansi juga berarti prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni informasi tentang ebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasilhasil

yang dicapai. Transparansi menyangkut berbagai aspek kehidupan di bidang politik, ekonomi, dan bisnis, sosial dan kebudayaan.

Menurut Bapennas (2006:8) definisi World Bank mengenai prinsip transparansi Good Governance adalah “prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai”. Sedangkan menurut Rahman (2007:151) yang dimaksud dengan informasi adalah “informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau publik.

Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuat beradsarkan preferensi publik”. Menurut Mardiasmo (2004:151), transparansi berarti keterbukaan (opennsess) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan seumberdaya publik kepada pihak – pihak yang membutuhkan informasi”.

Indikator minimal suatu lembaga dapat dikatakan transparan antara lain:

1. Tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan dan implementasi kebijakan publik.

2. Adanaya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas diperoleh dan tepat waktu

Solihin (2006:60) mengungkapkan “Perangkat indikator minimal suatu lembaga dapat dikatakan transparan antara lain, peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi, pusat/balai informasi, website, (e-government,

eprocurement, dan sebagainya), iklan layanan masyarakat, media cetak dan

pengumuman”.

Transparansi menunjukkan proses keterbukaan dari para pengelola manajemen, khususnya manajemen publik, untuk membangun akses dalam proses pengelolaannya sehingga arus informasi keluar dan masuk secara berimbang. Jadi dalam proses transparansi, informasi bukan saja diberikan oleh pengelola manajemen publik tetapi masyarakat memiliki hak untuk memperoleh yang menyangkut kepentingan publik.

Dengan kata lain pemerintah dituntut untuk terbuka dan menjamin akses stakeholders terhadap berbagai informasi mengenai kebijakan serta, pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan. Transparansi dapat dikatakan sebagai sebuah kebijakan terbuka bagi masyarakat dalam melakukan pengawasan.

Sedangkan informasi adalah segala mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau publik. Prinsip transparansi memiliki 2 aspek, yaitu:

1. Komunikasi publik oleh pemerintah, dan;

2. Hak masyarakat terhadap akses informasi.

Kedua aspek tersebut akan sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya. Manajemen kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi. Transparansi harus seumbang dengan kebutuhan dan kerahasiaan lembaga maupun informasi yang mempengaruhi hak-hak privasi individu. Karena pemerintahan menghasilkan data dalam jumlah yang besar, maka dibutuhkan petugas informasi yang profesional dalam menyebarluaskan

keputusan-keputusan yang penting kepada masyarakat serta menjelaskan alas an dari setiap kebijakan tersebut.

Menurut Sondang P. Siagian (2007:20), transparansi harus terjadi karena dengan demikian masyarakat akan mengetahui beberapa hal seperti:

1. Tidak adanya tindakan pemerintah yang merugikan rakyat banyak 2. Oknum-oknum dalam birokrasi yang menyalahgunakan kekuasaan

atau wewenangnya

3. Prosedur perolehan haknya

4. Penegakan hukum yang “tidak pandang bulu”, dan segi-segi kehidupan bernegara lainnya yang benar-benar menjurus pada peningkatan mutu hidup.

Pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah. Hak masyarakat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Hak untuk mengetahui (right to know) yaitu mengetahui kebijakan pemerintah, apa keputusan yang diambil pemerintah dan alasan dilakukannya kebijakan tersebut dan keputusan tersebut.

2. Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak untuk diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi perdebatan publik.

3. Hak untuk didengar pendapat dan aspirasinya (right to be heard and to be listened to).

Konsep mengenai transparansi merupakan ide yang relatif baru dalam kaitannnya dengan penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan di Indonesia sehingga belum ada standard baku yang dapat dipergunakan untuk mengukurnya.

Konsep lain yang berkaitan dengan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan negara atau kepemerintahan adalah konsep yang diberikan oleh

OECD (Organization for Economic Coorporation and Development). Menurut konsep ini bahwa untuk mendukung terwujudnya lembaga pemerintahan yang lebih transparan dan akuntable, minimal diperlukan prasyarat antara lain:

peningkatan responsivitas (daya tanggapp) pemerintah terhadap warga tingkat lokal; meningkatnya akses warga terhadap informasi dan pemerintah; adanya praktek moral dalam pengelolaan pemerintah.

Konsep transparansi dalam pelayanan publik menunjukkan pada suatu keadaan dimana segala aspek dari proses penyelenggaraan pelayanan bersifat terbuka dan dapat diketahui dengan mudah oleh pengguna dan stakeholders yang membutuhkan. Jika segala aspek proses penyelenggaraan pelayanan seperti persyaratan, biaya, dan waktu yang diperlukan, cara pelayanan serta hak dan kewajiban penyelenggara dan penggun layanan dipublikasikan secara terbuka sehingga mudah diakses dan dipahami oleh publik, maka praktik penyelenggaraan pelayanan itu dapat dinilai memiliki transparansi tinggi.

Berkaitan dengan transparansi informasi, maka pada prinsipnya kewajiban badan publik untuk mempublikasikan informasi yang dikelolanya atau memberikan kemudahan untuk melakukan akses informasi paling tidak harus memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Informasi operasional tentang fungsi badan publik termasuk dalamnya pembiayaan badan publik yang bersangkutan, tujuan didirikannya badan publik, audit keuangan, hasil yang telah dicapai oleh badan publik, dsb.

2. Informasi yang dapat diminta, keluhan dan tindakan langsung yang bias dilakukan oleh badan publik yang bersangkutan apabila mendapat keluhan dari masyarakat.

3. Petunjuk bagaimana masyarakat dapat turut serta dalam pembuatan kebijakan oleh badan publik yang bersangkutan.

4. Tipe organsisasi yang dikelola oleh badan publik dan dalam format apa informasi tersebut tersedia.

5. Keputusan atau kebijakan apa yang dibuat oleh badan publik yang bersangkutan yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.

Solihin (2006:13) mengungkapkan isu strategis penerapan prinsip transparansi antara lain:

1. Lemahnya komitmen aparat untuk melakukan transparansi

2 Belum semua peraturan yang memuat ketentuan mengenai transparansi dilengkapi dengan ketentuan mengenai sanksinya

3. Rendahnya pemahaman dan kemampuan Sumber Daya Manusia dalam menjalankan transparansi

4. Belum jelasnya batasan-batasan transparansi

5. Rendahnya kesadaran hak dan kewajiban masyarakat mengenai penerapan Transparansi.

Dalam dokumen SKRIPSI. Disusun Oleh: RUDIMAN SIGIRO (Halaman 30-35)

Dokumen terkait