• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transportasi dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis Kinerja Ekonomi Wilayah

2.1.2. Transportasi dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Munculnya paham baru yang kemudian dikenal sebagai ekonomi neoklasik (neoclassical economy) memberikan peran dari kapital dan teknologi di sebagai salah satu variabel di dalam pembangunan ekonomi (Kuznets,1995). Dari perspektif transportasi, hampir tidak ada perubahan yang signifikan antara ekonomi klasik dan neoklasik. Namun demikian, penggunaan teknologi menjadi hal yang utama dari model neoklasik, sehingga peningkatan teknologi dalam sistem transportasi memainkan peran dalam proses pertumbuhan ekonomi.

Pasar Sumber material ( a ) Sumber material Pabrik Unit Cost (Transport) Pasar Pabrik Unit Cost (Transport) ( b ) Pasar Pabrik Sumber material ( c ) Unit Cost (Transport)

Penjelasan mengenai hubungan antara transportasi dan pertumbuhan

ekonomi dalam era modernisasi dikenal dalam teori tahap pertumbuhan (”the

stage of growth”) yang diperkenalkan oleh Walt Rostow, 1960. Dalam pandangan

Rostow, peningkatan di sektor transportasi (melalui pembangunan rel kereta api) adalah hal yang utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menjadikan perubahan pada masayarakat yang berbasis pertanian ke pasca industri. Rostow membagi tahapan pembangunan tersebut dalam 5 tahapan yaitu : (1) masyarakat tradisional, (2) tahap prasyarat tinggal landas, (3) tahap tinggal landas, (4) tahap menuju kedewasaan, (5) tahap konsumsi tinggi. Peran transportasi, menurut Rostow muncul pada tahap prasyarat tinggal landas. Dalam tahap ini terdapat syarat yang penting yaitu peningkatan investasi pada prasarana ekonomi terutama transportasi (Hess dan Ross, 1997).

Dari penjelasan sebelumnya prinsip yang dikemukakan oleh Smith masih relevan dalam pemikiran ekonomi neoklasik. Penjelasan mengenai apa yang dikemukakan Smith terkait dengan permasalahan transportasi dapat dijelaskan oleh Button (1993). Button memberikan ilustrasi sederhana mengenai model permintaan/penawaran (demand/supply model), yaitu bagaimana peningkatan transportasi akan memperbesar (memperluas) pasar suatu barang melalui pengurangan biaya transportasi (lihat gambar 6). Dalam gambar 6 tersebut, menunjukkan bahwa pengurangan biaya transportasi (∆P) mengubah biaya penawaran (supply) dari Ps0 ke Ps1. Karena permintaan tetap, maka terjadi keseimbangan baru dari yang semula di titik 0o ke titik 01. Hal ini berarti bahwa dengan adanya penurunan biaya transportasi, produser dapat meningkatkan

produksinya. Peningkatan produksi ini berkaitan dengan perluasan pasar suatu barang.

Ilmu ekonomi regional tidak terlepas dari induk ekonomi itu sendiri yaitu makroekonomi dan ekonomi pembangunan. Dalam ekonomi regional, materi materi ekonomi secara umum perlu disesuaikan dan dikembangkan berdasarkan karakteristik ilmu ekonomi regional. Permasalahan seperti stabilitas harga (price

stability), tidak perlu dibahas apabila berkaitan dengan suatu wilayah dalam suatu

negara, karena instrumen ini merupakan kebijakan pemerintah pusat. Sedangkan masih relevan untuk dibahas seperti full employment dan economic growth.

Sumber: Buton (1993)

Gambar 6. Keterkaitan biaya transportasi dan produksi

Modifikasi dari variabel-variabel ekonomi telah banyak dilakukan oleh peneliti ekonomi regional. Analisis ekonomi regional dengan menggunakan pendekatan makro ekonomi atau dengan menerapkan model-model pendapatan nasional serta menggunakan model-model pertumbuhan nasional dapat dinamakan

Q P Pd P0 P1 Ps0 Ps1 O0 O1 ΔP P : biaya transportasi Ps: biaya thd supply komoditas

Pd: biaya atas permintaan thd komoditas

P0: biaya transportasi sebelum adanya peningkatan transportasi

P1: biaya akibat adanya peningkatan transportasi ΔQ

sebagai makroekonomi antarwilayah (interregional macroeconomic). Penerapan antarwilayah dengan demikian bermakna bahwa perekonomian adalah terbuka di mana arus barang, arus modal dan arus tenaga kerja antara daerah satu dengan lainnya mengalir tanpa hambatan.

Pertumbuhan regional (wilayah) pada dasarnya menggunakan konsep konsep pertumbuhan ekonomi secara agregatif. Namun demikian, analisis pertumbuhan regional lebih ditekankan pada perpindahan faktor (factor

movement). Arus modal dan tenaga kerja yang mengalir dari satu daerah ke daerah

lain akan membuka peluang interaksi antar daerah dan pada akhirnya membuka peluang pertumbuhan antar daerah (Richardson, 2001). Dalam kaitan factor

movement antar wilayah maka model pertumbuhan Harord-Domar dapat

digunakan untuk menganalisis pertumbuhan regional.

Model Harrod-Domar didasarkan asumsi asumsi bahwa: hasrat menabung atau (s), tingkat pertumbuhan penduduk (n), dan koefisien–koefisien dalam produksi adalah konstan. Pertumbuhan mantap (steady growth) akan dicapai apabila kedua macam input tersebut harus memenuhi syarat-syarat keseimbangan yaitu tingkat pertumbuhan modal (k) dan tingkat pertumbuhan penduduk (n) harus sama dengan tingkat pertumbuhan output (g) atau (g = k =n). Dalam kondisi keseimbangan maka tabungan yang direncanakan harus terus menerus sama dengan investasi yang direncanakan.Terkait dengan pertumbuhan modal (k) dapat dirumuskan sebagai berikut :

v s K Y Y S K S K I

.

di mana: I= Investasi; S= Tabungan; K=Modal dan Y= Pendapatan, v adalah rasio modal-output (capital output ratio). Pertumbuhan mantap tercapai apabila terpenuhi syarat g=n= s/v. Karena s, v, n ditentukan secara independen maka pertumbuhan mantap hanya dapat tercapai secara kebetulan.

Ketika hubungan antar wilayah terjadi, maka perekonomian tersebut dapat dikatakan sebagai perekonomian terbuka. Dengan demikian impor dan tabungan merupakan kebocoran, sedangkan ekspor dan investasi merupakan suatu suntikan

(injection) yang dapat menutupi kebocoran tersebut. Kelebihan tabungan dapat

disalurkan kedaerah lain, dalam bentuk surplus ekspor. Hal yang sama terjadi apabila pertumbuhan penduduk suatu daerah mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari penyerapan tenaga kerja pada pertumbuhan yang sedang berlangsung. Hal ini akan berakibat terjadinya migrasi netto, yang dapat membantu menyeimbangkan n dan g. Syarat yang diperlukan bagi perekonomian terbuka adalah sebagai berikut :

S + M = I + X

kemudian dapat dirumuskan menjadi

(s + m)Y = I + X atau YI

(s

m)

YX

dimana, S= Tabungan; M= Impor; I=Investasi dan X= Ekspor

Dengan asumsi dua daerah yaitu i dan j, maka hubungan ekspor dan impor antara 2 daerah , dapat digambarkan sebagai berikut:

1 1 j j j ij ji i

M

m

Y

X

dimana:

Xi = ekspor daerah i

Mji = impor daerah j dari daerah i

m = marginal propensity to import

Yj = pendapatan daerah j

Dengan demikian, persamaan pertumbuhan suatu daerah dapat dirumuskan kembali menjadi : Y X Y I

(s

m)

v v s Y S Y I . di mana g =s/v i j ij i i i i v s m m Y Y g . ( )/ i i j j ij i i i v Y Y M m s g / 1

Berdasarkan rumus di atas maka suatu daerah akan dapat tumbuh dengan cepat apabila memiliki g (pertumbuhan ekonomi) yang tinggi dengan syarat daerah tersebut harus memiliki tabungan (s) yang tinggi; impor (m) tinggi; ekspor kecil; dan rasio modal output (capital output ratio= COR) kecil.

Walaupun tabungan suatu daerah cenderung lebih besar dari investasi, namun tingkat pertumbuhan modalnya dapat tetap sama dengan tingkat pertumbuhan output, asalkan selisih tabungan - investasi tersebut diimbangi oleh surplus ekspor. Kelebihan tenaga kerja juga diimbangi oleh migrasi keluar dan

kekurangan tenaga kerja dipenuhi melalui migrasi masuk. Syarat

keseimbangannya adalah :

i i

i n r

di mana r adalah tingkat migrasi yang merupakan jumlah netto dari migrasi keluar dan migrasi-masuk (Ri) dalam tiap periode waktu sebagai persentase dari jumlah

penduduk daerah yang berstransportasi (Pi). Secara keseluruhan, dari sudut

pandang sistem yang berstransportasi adalah :

i j ij i i i P R P R r 1

Pada perekonomian terbuka, pertumbuhan mantap masih lebih pada perkecualian daripada merupakan kelaziman. Pencapaian syarat syarat keseimbangan disuatu wilayah dapat mengubah syarat syarat keseimbangan di wilayah lainnya dan hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan pertumbuhan wilayah itu sendiri. Ada atau tidaknya kecenderungan kearah pertumbuhan mantap akan tergantung pada arus modal dan tenaga kerja antarwilayah

(interregional) bersifat menyeimbangkan atau tidak, dan hal ini tidaklah

ditentukan dalam model tersebut.

Selain Harrod-Domar, model model pertumbuhan neo-klasik yang juga telah digunakan secara luas adalah Borts (1960), Bort dan Stein (1964), dan Romans. Namun demikian untuk beberapa hal model pertumbuhan tersebut mendapat kritikan terutama asumsi yang menyatakan full employment terjadi secara terus menerus. Hal ini seringkali tidak dapat diterapkan dalam sistem multiregional, karena persoalan regional timbul sebagai akibat dari adanya perbedaan geografis dalam tingkat penggunaan sumber daya. Selain itu asumsi persaingan sempurna tidak dapat diterapkan dalam perekonomian ruang (space

economy) di mana oligopoli, monopoli murni, atau persaingan monopolistik

neoklasik, kemudian menarik perhatian para ahli teori perekonomian regional karena model tersebut mengandung teori tentang mobilitas faktor disamping teori pertumbuhan. Implikasi dari model tersebut adalah bahwa dengan asumsi persaingan sempurna maka modal dan tenaga kerja akan berpindah apabila balas jasa faktor tersebut berbeda-beda.

Syarat pertumbuhan mantap yang dalam model ekonomi neoklasik relatif kurang restriktif apabila dibanding dengan model Harrod –Domar. Batasan yang terdapat pada Harrod–Domar, kemudian mendapat kritikan karena adanya kemungkinan substitusi antara modal dan tenaga kerja, yang berarti adanya fleksibilitas dalam rasio modal-ouput. Tingkat pertumbuhan dapat bersumber dari (Hayami, 2001; Johansson, 1993): (a) akumulasi modal, (b) pertumbuhan penawaran tenaga kerja,dan (c) kemajuan teknologi, yang mencakup segala sesuatu yang meningkatkan efisiensi dari sumber sumber yang stoknya sudah tertentu.

Apabila diasumsikan bahwa tingkat kemajuan teknologi adalah fungsi dari waktu, maka persamaan fungsi produksinya adalah :

) , , (K L t F Yi i

di mana: K=Modal; L=Tenaga Kerja; t=Teknologi

Persamaan pertumbuhan di atas dapat di derivasi menjadi :

i i i i i i k n T Y 1

di mana Y = tingkat pertumbuhan output, k = tingkat pertumbuhan modal,

n = tingkat pertumbuhan tenaga kerja dan T = kemajuan teknologi. Sedangkan α adalah bagian yang dihasilkan oleh faktor modal atau produk marginal dari modal

Y K K Y

dan dengan mengsumsikan skala pengembalian yang konstan (constant

return to scale) maka (1-α) = bagian pendapatan yang dihasilkan oleh tenaga kerja

yaitu Y L L Y .

Pertumbuhan kapasitas penuh merupakan suatu hal yang dikehendaki dalam model neoklasik. Oleh sebab itu diperlukan suatu mekanisme untuk menyamakan investasi dengan tabungan dalam kondisi full employment. Dengan demikian syarat pertumbuhan mantap adalah :

m K Y MPK i i i ,

di mana MPK adalah marginal productivity of capital. Apabila m sudah tertentu dan nilai α konstan, maka Y dan K harus tumbuh dengan tingkat yang sama. Syarat keseimbangan bagi keseluruhan sistem adalah :

n i n i i i S I 1 1

di mana: I=Investasi dan S=Tabungan

Namun demikian tabungan yang dihasilkan dalam suatu wilayah secara individual tidak mesti sama dengan investasinya, karena suatu daerah akan mengimpor modal apabila tingkat pertumbuhan modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal.

Dokumen terkait