Clonorchis sinensis Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang ditemukan di saluran pancreas. Ukuran cacing dewasa 10-25 mm x 3-5 mm, bentuknya pipih, lonjong, menyerupai daun. Telur berukuran kira-kira 30 x 16 mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi mirasidium, ditemukan dalam saluran empedu.
Gambar 22: cacing dewasa dan telur C. sinensis
Telur dikeluarkan dengan tinja. Telur menetas bila dimakan keong air (bullinus, semisulcospira). Dalam keong air mirasidium berkembang menjadi sprokista, redia, lalu serkaria. Serkaria keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II, yaitu ikan (famili Cyprinidae). Setelah menmbus tubuh ikan, serkaria melepaskan ekornya dan membentuk kista di dalam kulit di bawah sisik. Kista ini disebut metaserkaria.
Infeksi terjadi dengan memakan ikan yang mengandung metaserkaria yang dimasak kurang matang. Ekskistasi terjadai di duodenum. Kemudian larva masuk ke duktus koledekus, lalu menuju ke saluran empedu yang lebih kecil dan menjadi dewasa dalam waktu 1 bulan. Seluruh daur hidup berlangsung selama 3 bulan.
Gambar 23: siklus hidup C. sinensis
Clonorchiasi
Adalah infeksi saluran empedu oleh clonorchis sinensis yang juga dikenal sebagai Chinese liver fluke atau Oriental liver fluke.
Patologi dan gejala klinis
Sejak larva masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa, parasit ini dapat menyebabkan iritasi saluran empedu dan penebalan dinding saluran. Selan itu dapat terjadi perubahan jaringan hati berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul sirosis hati disertai asites dan edema. Luasnya organ ynag mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi.
Gejala dapat dibagi menjadi 3 stadium. Pada stadium ringan tidak ditemukan gejala. Stadium progresif ditandai denga menurunnya nafsu makan, perut rasa penuh, diare, edema, dan pembesaran hati. Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri atas pembesaran hati, ikterus, asites, edema, sirosis hepatic. Kadang-kadang dapat menimbulkan keganasan dalam hati.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur yang terbentuk khas dalam tinja atau dalam cairan duodenum.
Pengobatan
Obat pilihan adalah praziquantel 25 mg/kgBB tiga kali sehari selama 1 atau 2 hari. Angka kesembuhan dnegan obat ini adalah 85-100%. Obat lain sama dengan opistorchiasis.
Akibat infeksi kronis komplikasi dapat terjadi antara lain batu empedu dan duktus intrahepatik. Kolengitis piogenik yang berulang, kolesistitis, abses hati, dan kolengiokarsinoma.
Pencengahan
Penyakit ini dapat dicengah dengan memasak ikan yang hendak dimakan dan memasak aiar yang akan diminum. Dengan demikian perlu penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemic untuk mengubah kebiasaan makannya.
Opistorcis viverrini dan Opistorchis felineus Opostorchiasis
Adalah infeksi saluran empedu intrahepatik oleh Opistorcis viverrini dan
Opistorchis felineus yang ditandai dengan rasa sakit atau tidak enak di perut,
hepatomegali, pembesaran kandung empedu, kolangitis, yang berulang, walau sebagian besar penderita adalah asimtomatik.
Etiologi
O. viverrini dan O. felineus berbetuk pipih seperti daun, tranparan.
Reproduksinya adalah dengan self-fertilization. Oleh karena banyak hidup pada kucing sebagai hospes definitifnya, maka cacing ini disebut juga cat liver fluke. Cacing dewasa berukuran 8-11 x 1,5-2 mm, sedang telurnya berukuran 30 x 12 μm, berwarna coklat kekuningan.
Gambar 24: cacing dewasa dan telur O. viverrini
Gambar 25: cacing dewasa dan telur O. felineus
Siklus hidup
O. viverrini dan O. felineus dewasa hidup di saluran empedu distal dan
kadang-kadang pada duktus pankreatikus dan kandung empedu hospes definitifnya (kucing, anjing, babi, manusia, dan mamalia pemakan ikan lain). Telur-telurnya dieksresikan ke duodenum dan berkumpul di tinja dimana pada saat dikeluarkan pada waktu defekasi telur ini sudah dalam bentuk matang. Telur yang telah mengalami embrionisasi bertebaran di air dan dimakan oleh hospes perantara I (keong air). Di dalam usus keong air, telur menetas menjadi mirasidia, kemudian mengalami perkembagan multiplikasi secara aseksual menjadi sporosirt, redia, dan akhirnya menjadi ribuan serkaria yang mempunyai ekor dan dapat berenang. Serkaria memasuki hosper perantara II yaitu ikan dnegan
menempel di kulit atau meenmbus ke otot melalui bagian bawah sisik ikan tersebut dan berkemabgna menjadi metaserkaria. Bila manusia atau hewan sebagai hospes definitive memakan ikan mentah yang mengandung metaserkaria maka setelah mencapai duodenum metaserkaria ini bermigrasi ke saluran empedu melalui ampula of vater. Setelah 4 minggu mendiami saluran empedu metaserkaria matang menjadi bentuk dewasa dan menghasilkan telur.
Gambar 26: siklus hidup Opistorchiasis
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosa ditegakkan dengan menemukan cacing telur pada tinja. Sangat sulit membedakan telur O. viverrini dan O. felineus dan C. sinensis. Kadang-kadang telur tidak terdapat di tinja, tetapi ditemukan di cairan empedu atau pada
batu empedu setelah dilakukan kolesistekstomi. Pemeriksaan serologis dapat membantu diagnosa bila tidak didapatkan telur pada pemeriksaan tinja.
Gejala dan tanda
Sebagain besar penderita yang berada di daerah endemic tidak mengalami gejala. Gejala akut dapat berupa demam tinggi, malaise, , anoreksia, diare, atau konstipasi. Sakit di kwadran kanan atas abdomen, artralgia, limfadenopati, dan urtikaria. Rasa sakit pada abdomen sering muncul sore hari, berlangsung selama 1 sampai 3 jam. Keadaan ini akan berulang lagi setelah beberapa hari atau beberapa minggu. Kurangnya nafsu makan mengakibatkan penurunan BB. Pada infeksi kronis dapat terjadi kolangitis supuratif, abses hati, bahkan kolangiokarsinoma.
Pengobatan
Praziquantel sangat efektif untuk pengobatan Opistorchiasis. Dosis pada penderita asimtomatik atau pada kasus ringan sampai sedang adalah 25 mg/kgBB 3 x sehari dengan keberhasilan pengobatan 100% atau 40 mg/kgBB dosis tunggal dengan keberhasilan 90%. Pada infeksi berat dosis yang diberikan 50 mg/kgBB dosis tunggal dengan keberhasilan 97%. Telur akan menghilang dalam 1 minggu tetapi perbaikan klinis dapat hilang setelah beberapa bulan.
Mebendazol merupakan obat alternative. Dengan dosis 30 mg/kgBB/hari selama 3 minggu. Keberhasilan pengobatan adalah 89% sedangkan bila dosis diatas diberikan selama 4 minggu keberhasilannya 94%.
Albendazol 400 mg 2 x sehari selama 3 minggu menyembuhkan 40% penderita sedangkan bila diberikan selama 7 minggu keberhasilannya 65%. Bila terjadi kolangitis berulang diberikan antibiotic.
Komplikasi
Infeksi kronis penyakti ini dapat mengakibatkan kolangiosarkioma. Batu kandung empedu dan saluran empedu sering dijumpai pada penderita opistorchiasis. Jenis batu yang berhubungan dengan infeksi ini adalah batu
pigmen. Dari semua batu yang didapatkan pada tindakan kolesistomi di daerah endemic terdapat telur cacing di dalam intinya. Pembentukan batu juga dipengaruhi oelh terjadi kolestasis pada penderita opistorchiasis yang diakibatkan oleh sumbatan cacing dewasa maupun karena terjadinya fobrosis.