• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada tanggal 5 Oktober 1994 telah ditandatangani naskah kerjasama antara SMK N 2 Surakarta dengan PT Tritama Aji Elekom di Surakarta. Yang mewakili STM Negeri 1 Surakarta adalah kepala Sekolah Drs. Supratno, sedangkan pihak PT. Tritama Aji Elekom adalah Drekturnya James Irawan. Surat perjanjian kerjasama itu menyangkut tentrang PSG di SMKN 2 Surakarta dan di PT Tritama Aji Elekom.

Bentuk kerjasama yang disepakati oleh kedua belah pihak adalah pelaksanaan PSG, program magang untuk guru dan siswa, dan penyaluran lulusan. Adapun tujuan kerjasama adalah untuk mengembangkan prospektif i kalangan pendidikan dengan dunia usaha dan industri, sehingga pada gilirannya diharapkan dapat tercapai sinkronisasi kemampuan yang dibutuhkan guna menunjang Pembangunan Nasional. Sifat kerjasama adalah kekeluargaan gotong royong dan saling menguntungkan yang mana kedua belah pihak tidak terikat pada suatu imbalan jasa yang mengikat.

Kewajiban-kewajiban kedua belah pihak adalah (1) wajib menjaga dan memelihara etika lembaga masing-masing; (2) mengadakan pendekatan secara musyawarah dan mufakat untuk mengatasi setiap permasalahan yang timbul; (3) wajib menerapkan prinsip efisiensidan efektifitas demi kepentingan bersama; (4) wajib menghindari unsur-unsur politik dalam pelaksanaan kegiatan; dan (5) wajib untuk tidak mengambil tindakan-tindaakan lain di luar isi perjanjian kerjasama ini tanpa persetujuan tertulis.

Titik berat perjanjian kerjasama ini adalah siswa dalam melaksanakan praktik industri. Disamping itu guru melakukan magang di industri. Melihat format perjanjian kerjasama SMK N 2 Surakarta ini sebenarnya agak trperinci, hal ini seperti yang disarankan oleh P3G Bandung, yang minimal berisi 6 pasal. Pasal-pasal itu menyangkut tentang tujuan, tanggung jawab, kewajiban, jumlah peserta

commit to user

didik praktik industri, waktu pelaksanaan, sertifikasi dan koordinasi (Anonim, 1994 : 25).

Pasal-pasal yang disarankan belum semuanya dikerangkai oleh pasal dalam perjanjian kerjasama antara SMK N 2 Surakarta dan PT Tritama Aji Elekom. Seperti pasal tentang tanggung jawab tidak ada pasal yang secara jelas menyebutkan. Pasal tentang kewajiban sudah ada, tetapi isinya kosong. Yang diharapkan dari Direktorat PMK bahwa kewajiban perlu dipisahkan secara tegas yakni pihak sekolah dan industri. Menurut saran dari P3G Bandung pihak sekolah mempunyai kewajiban (1) melaksanakan Kurikulum yang berlaku; (2) menyiapkan gedung dan perabot sebagai tempat belajar; (3) menyiapkan tenaga pengajar dan merencanakan pengembangan dan peningkatannya; (4) menyiapkan dan mengadakan peralatan yang diperlukan untuk kebutuhan laboratorium dan bengkel-bengkel; (5) menyiapkan dana untuk operasional pendidikan; (6) mengusahakan perpustakaan sekolah; (7) membuat surat perjanjian dengan industri; (8) membuat perjanjian dengan siswa yang melaksanakan PSG; (9) membuat peraturan dan tata tertib bagi siswa. Pihak industri mempunyai kewajiban (1) ikut serta dalam pengembangan kurikulum untuk melaksanakan PSG; (2) menugaskan tenaga yang kompeten untuk membimbing siswa; (3) menyiapkan bahan praktik industri; (4) membuat perjanjian dengan sekolah; (5) menyediakan fasilitas dan biaya bagi sekolah; (6) memberikan masukan ke sekolah tentang kebutuhan tenaga kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang; (7) ikut berperan serta dalam penerimaan siswa baru; dan (8) mencatat pelaksanaan kegiatan pendidikan di industri (Anonim, 1994 : 27).

Meskipun perjanjian kerjasama antara SMK Surakarta dengan industri pasangannya tidak secara eksplisit menyebutkan membuat perjanjian dengan siswa, dan membuat tata tertib bagi siswa, namun sekolah telah menerbitkan Buku Panduan untuk PSG, yakni pada tahun 1995. Buku panduan ini disusun oleh Tim Pelaksanaan Program PSG SM,KN 2 Surakarta. PKL di dalam panduan ini masih disebutkan, meskipun buku ini disusun pada bulan Juni 1995, yang seebenarnya

commit to user

sudah menggunakan Kurikulum SMK 1994, namun pada tahun 1995 dan 1996 masih ada siswa melaksanakan PKL bukan PSG.

Di dalam buku panduan itu disebutkan bahwa siswa mempunyai kewajiban : (1) mematuhi peraturan yang berlaku dalam institusi tempat melakukan praktik; (2) berada di tempat praktik 15 menit sebelum praktik dimulai; (3) mengenakan pakaian seragam sekolah dan dalam keadaan tertentu menggunakan pakaian praktik; (4) memberi salam pada waktu datang dan mohon diri pada waktu pulang; (5) memberitahukan kepada pembimbing industri apabila berhalangan hadir atau bermaksud untuk meninggalkan tempat praktik; (6) membicarakan dengan segera pada guru pembimbing, ketua kelompok atau petugas yang ditunjuk jika menemui kesulitan; (7) melaporkan dengan segra kepada petugas yang berwenang apabila terjadi kerusakan; (8) membersihkan dan mengatur kembali alat speti semula; dan (9) menerima, mengisi dan menyerahkan buku agenda harian. Disamping itu ada larangan bagi siswa di industri yakni (1) menghisap rokok di tempat praktik; (2) menerima tamu pribadi pada waktu praktik; (3) menggunakan telepon perusahaan tanpa seijin petugas; (4) pindah tempat kegiatan praktik kecuali atas perintah yang berwenang; dan (5) khusus untuk siswi dilarang memakai rok mini, perhiasan yang menyolok, bersepatu tumit tinggi, dan bertata rias yang kurang pada sesuai dengan kondisi setempat. Juga sekolah mengeluarkan aturan tentang sangsi kepada siswa yang melanggar tata tertib, yakni peringatan secara lisan, tertulis, pengurangan nilai praktik industri, dan dikeluarkan dari tempat praktik.

Kewajiban sekolah meskipun tidak secara terperinci disebutkan di dalam perjanjian kerjasama itu, tetapi sekolah telah menyiapkan buku panduan untuk guru. Isi buku panduan itu sudah lengkap yakni mulai dari definisi, rencana program PSG, dan petunjuk pelaksanaan PSG, sampai ke tata cara penilaian untuk industri. Penyusunan buku ini sangat membantu sekolah dalam mengarahkan guru dan siswa dalam melaksankan PSG. Di samping itu bagi industri, buku panduan ini akan lebih memperbaiki persepsi mereka terhadap pelaksanaan PSG. Buku

commit to user

panduan ini melengkapi pada pasal-pasal dalam perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani. Industri biasanya meminta agar naskah kerjasama itu sederhana tidak rumit, sehingga mudah dipelajari. Di samping itu jika formatnya sederhana, maka pelaksanaannya akan luwes.

Format perjanjian kerjasama antara SMKN 2 Surakarta dengan PT Tritama Aji Elekom dan industri pasangannya mempunyai kelemahan, yakni dalam hal tidak jelasnya butir-butir ketetapan. Hal ini berakibat pada bebasnya pihak industri dalam menafsirkan perjanjian kerjasama itu, yang paling mereka pentingkan adalah pelaksanaan praktik siswa. Di dalam perjanjian kerjasama antara PT Parabola dengan SMKN 2 Surakarta. Di dalam perjanjian kerjasama tidak disebutkan, memberikan kesempatan kepada guru untuuk magang, namun pada kenyataannya mereka melakukan permagangan. Seperti yang dikatakan oleh

Bapak Darminto “bahwa pernah sekolah menugasi salah satu guru untuk magang di PT Parabola, selama 1 bulan, meskipun perjanjian kerjasama tidak ada”.

Guru yang magang di PT Parabola, dianggap seperti lazimnya karyawan. Guru memperooleh ongkos untuk transportasi pulang pergi dan makan siang. Pihak PT Parabola merasa beruntung, sebab memperoleh tenaga ahli dan ongkosnya lebih rendah dibanding tenaga yang setara dengan kemampuan guru. Pihak guru dan sekolah juga merasa beruntung, sebab pengalaman guru memperoleh pengetahuan dan pengalaman tambahan. Hal ini juga menguntungkan bagi siswa, sebab pengalaman guru selanjutnya akan ditularkan dalam penyajian materi pelajaran.

Pada perjanjian kerjasama industri tidak menyebutkan persetujuan untuk memberikan sponsor dana, meskipun hanya untuk transportasi dan makan siang

siswa. Namun pada praktiknya PT. King‟s salah satu industri pasangan SMKN 2

Surakarta, memberikan uang untuk pengganti transportasi sebesar Rp. 5000,- setiap hari. Sebenarnya industri tidak ingin terikat saja, sebab jika secara eksplisit disebutkan dapat memberikan dana, maka secara konsekuen harus memberikan. Padahal pesanan produk tidak selalu banyak, kadang-kadang sepi, sehiongga

commit to user

industri akan merasa kesulitan dalam menyediakan dana untuk siswa. PT King‟s

merasa diuntungkan atas keberadaan siswa praktik. Hal ini seperti dikatakan oleh

Bapak Darminto bahwa “ia untung sekali dan selalu meminta setiap saat disediakan tenaga seperrti itu (siswa)”.

Bentuk perjanjian kerjasama antara sekolah dan industri pasangan adalah pengenalan industri, praktik industri, magang bagi guru, kunjungan studi, penelusuran lulusan, seleksi PSB, bantuan sarana dan dana, unit produksi, bea siswa, informasi IPTEK, evaluasi belajar, ujian kompetensi, pelatihan karyawan, rekrut tenaga kerja, dan pameran (Amirudin, 1996 : 8).

Di SMKN 2 Surakarta bentuk kerjasama itu baru menyangkut praktik industri, magang bagi guru, validasi tes seleksi PSB, dan informasi IPTEKS melalui kunjungan studi. Bentuk kerjasama itu disajikan pada gambar di bawah ini :

Majelis Sekolah (MS) STM N Surakarta 1. Informasi IPTEK 2. Validasi instrumen PSB 1. Pengenalan industri 2. Praktik Industri 3. Magang bagi guru Industri Pasangan

commit to user

Industri pasangan sebagai mitra yang telah mengadakan perjanjian kerjasama dengan pihak sekolah, dalam keterlaluan penyelenggaraan PSG diharapkan kedua belah pihak secara sungguh-sungguh dapat aktif pada setiap kegiatan yang sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya, yakni mulai dari tahap perencanaan, penyelenggaraan, sampai dengan tahap penilaian. Bentuk-bentuk kerjasama yang dapat dilaksanakan secara bersama dengan sekolah dalam pelaksanaan PSG antara lain : (1) pembuatan program PSG; (2) penyusunan kurikulum PSG atau silabi; (3) perencanaan waktu, distribusi praktik kerja siswa; (4) pembekalan bagi siswa; (5) melakukan bimbingan terhadap siswa selama praktik; dan (6) melaksanakan penilaian untuk uji kompetensi dan sertifikasi. Bentuk-bentuk kerjasama yang dapat dilakukan dari sekolah ke industri pasangan yaitu pengenalan dunia usaha dan industri, praktik kerja, magang bagi guru, kunjungan industri, dan penelusuran tamatan serta penempatan. Kerjasama dari institusi pasangan ke sekolah yaitu input PSB, informasi IPTEK, bantuan bea siswa, pengembangan kurikulum, input evaluasi belajar, unit produksi, pemanfaatan peralatan praktik, pelatihan karyawan, rekruitmen tenaga kerja, dan bantuan sarana serta dana.

Salah satu hal yang penting dalam kaitan dengan industri pasangan adalah upaya menjaga kesinambungan kemitraan. Dalam hal ini ada tuntutan terhadap SMK agar mampu membina kerjasama yang telah dijalin dengan baik. Beberapa kegiatan penting yang perlu diupayakan oleh SMK untuk menjaga kemitraan dengan industri pasangan adalah : (1) melaksanakan konsultasi dalam pertemuan formal dan informal untuk keperluan pengembangan program pendidikan dan pelatihan, penerimaan siswa baru, pengembangan strategi dan metode pelatihan; (2) selalu mengikutsertakan industri pasangan secara aktif dalam penyelenggaraan lomba keterampilan siswa ditingkat sekolah atau tingkat yang lebih tinggi; (3) selalu mengikutsertakan industri pasangan secara aktif dalam penyelenggaraan pameran-pameran di sekolah; (4) selalu menghadirkan personal-personal dari industri pasangan untuk menjadi guru tamu di sekolah; (5) membantu industri

commit to user

pasangan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai baru atau lama; (6) memberikan ionformasi tentang perkembangan-perkembangan baru yang menyangkut konsep penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan; dan (7) peningkatan kerjasama unit produksi unit produksi di sekolah dengan industri pasangan.

Pembinaan yang berbentuk konsultasi dalam pertemuan formal dan informal, mengikutsertakan industri pasangan secara aktif, dan mengikutsertakan industri pasangan dalam pameran, sudah dilakukan oleh SMKN 2 Surakarta. Untuk pembinaan dalam bentuk selalu menghadirkan personal-personal industri pasangan menjadi guru tamu atau nara sumber, industri merasa kesulitan, sebab mereka tidak mempunyai Departemen Sumber Daya Manusia, semua karyawan berkaitan dengan aspek produksi, sehingga jika dilaksanakan akan mengurangi produktivitas industri. Produktivitas berkaitan dengan keuntungan dan kerugian, jika turun maka yang terjadi adalah kerugian. Langkah pembinaan kerjasama dalam bentuk membantu industri pasangan dalam kegiatan pelatihan bagi karyawan dan memberikan informasi perkembangan-perkembangan baru tentang pendidikan kejuruan, industri di Surakarta rata-rata tidak mempunyai Pendidikan dan Latihan (Diklat), sehingga sifat bentuan itu tidak tersalurkan. Industri pasangan biasanya melatihkan karyawannya di lembaga-lembaga pelatihan profesional baik di dalam negeri atau luar negeri.

4.Pola Sinkronisasi Kurikulum (Silabi) antara SMKN 2 Surkarta dengan

Dokumen terkait