• Tidak ada hasil yang ditemukan

TTTTTantangan Kewirausahaan Kaum muda antangan Kewirausahaan Kaum muda antangan Kewirausahaan Kaum muda antangan Kewirausahaan Kaum muda antangan Kewirausahaan Kaum muda

Memasuki pasar tenaga kerja untuk pertama kalinya biasanya merupakan tahap yang sulit bagi setiap orang. Berdasarkan diskusi kualitatif yang telah dipresentasikan dalam laporan ILO sebelumnya (2002), kaum muda di Indonesia akan menemui berbagai halangan dan rintangan dalam memasuki pasar kerja. Di antaranya, kesempatan kerja yang terbatas, persaingan yang agresif dan pengaruh kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

Di lain pihak, mencari pekerjaan yang layak, terutama di sektor formal, bukanlah suatu pilihan yang mudah bagi orang muda, terutama bagi mereka dengan tingkat pendidikan rendah. Halangan utama bagi orang muda dalam mencari pekerjaan yang layak terutama pendidikan/keterampilan yang tidak mencukupi, tidak adanya pengalaman kerja dan kurangnya pekerjaan yang tersedia. Sebagian besar orang muda mendapatkan informasi mengenai pekerjaan melalui jaringan-jaringan informal, iklan, agen kerja swasta dan jasa penyalur kerja.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Urban Rural Agriculture Mining Industry Utilities Construction Trade Transport Finance Other services

Dalam laporan ILO (2003)8, orang muda ditanya bagaimana mereka melakukan pencarian untuk pekerjaan pertama mereka. Jawaban yang paling banyak ditemui adalah melalui jaringan-jaringan informal (teman dan keluarga: 47 persen), diikuti iklan (20 persen).9 Laporan ini juga mempresentasikan hasil-hasil survei yang menanyakan para pemberi kerja mengenai praktek rekrutmen mereka. Untuk pekerjaan administratif dan profesional, 61 persen pemberi kerja menggunakan iklan, 56 persen menggunakan metode informal, dan 39 persen menggunakan promosi internal. Sedangkan untuk pekerjaan tangan dan produksi, 77 persen menggunakan metode informal diikuti dengan promosi internal (24 persen) dan iklan (23 persen).10

Seperti telah digambarkan dalam bagian sebelumnya, jumlah kaum muda yang terlibat dalam sektor informal relatif tinggi, di mana di sana terdapat lebih banyak kesempatan kerja, salah satunya adalah menjadi wirausahawan. Namun demikian, kalangan muda dihadapkan pada berbagai permasalahan ketika akan memulai usaha mereka sendiri. Masalah-masalah yang sering dihadapi oleh wiraswastawan muda antara lain yang berkaitan dengan sumber keuangan, dana, SDM, pengalaman dan jaringan kerja. Terlebih lagi, untuk menjadi seorang wirausahawan tidak saja dibutuhkan latar belakang pendidikan dan keterampilan, hal-hal lain yang diperlukan adalah: semangat positif, pemikiran orisinil, motivasi diri, kemandirian serta kemampuan untuk membangun usaha yang produktif dan berguna bagi masyarakat.

Indonesian Youth Employment Network (I-YEN) saat ini sedang melakukan kegiatan fasilitasi dalam mempersiapkan Rencana Aksi Tenaga Kerja bagi Kaum Muda Indonesia, yang direncanakan sudah siap pada akhir kuartal pertama 2004. Rancangannya didasarkan pada empat pilar, yakni: (1) Penciptaan Kesempatan Kerja, (2) Kewirausahaan, (3) Kesempatan yang sama, dan (4) Kemampuan kerja. Menurut laporan ini, hambatan-hambatan utama terhadap kewirausahaan di kalangan muda antara lain:

• Sikap budaya: terdapat berbagai sikap negatif terhadap kewirausahaan, korupsi yang meluas dan pemikiran bahwa para wirausahawan melulu terkait dengan ekonomi informal.

• Pendidikan: kurangnya pendidikan yang layak, kurangnya pengembangan bagi guru, kurangnya pembelajaran melalui pengalaman.

• Pelatihan keterampilan: adanya kekeliruan dalam keterampilan yang diajarkan dan kebutuhan yang dibutuhkan pasar tenaga kerja serta kurangnya jasa pelayanan karir.

• Dukungan usaha: Orang muda tidak mampu mendapatkan dukungan usaha atau nasehat, memiliki rencana bisnis yang tidak matang, menghadapi hambatan dalam mempertahankan kelangsungan usaha mereka, kurang memiliki akses terhadap lembaga-lembaga pendukung usaha, menghadapi hambatan dalam melakukan akses terhadap peluang usaha serta kurangnya ruangan kerja yang memadai.

• Pengaturan: birokrasi, tantangan dari peraturan yang ada, aturan pajak yang tidak mendukung, aturan hak cipta dan paten yang kurang ramah.

• Keuangan: kesulitan dalam mendapatkan modal awal, kalangan muda dianggap sebagai investasi berisiko tinggi, halangan dalam mengakses jaringan pendanaan, dan tantangan dari sumber kredit yang mapan.

8 Gyorgy Sziraczki and Annemarie Reerink, “School-to-Work Transition in Indonesia”, ILO Report, edited version 31th October 2003.

9 Lihat Angka 8 di dalam Laporan ILO. 10 Lihat Angka 9 dan 10 di dalam ILO.

Ada beberapa pendekatan yang diusulkan, di antaranya:

• Perubahan persepsi terhadap kewirausahaan, memerangi korupsi dan menciptakan insentif untuk menempatkan sektor informal dalam arus utama perekonomian.

• Meningkatkan keterampilan dan sikap, memberdayakan guru dan menyediakan pembelajaran melalui pengalaman.

• Memberdayakan pelatihan kejuruan dan mengadakan kursus kejuruan bagi orang muda. • Mendorong kalangan usaha untuk menjadi mentor dan membentuk lembaga pendukung untuk

mengadakan pelatihan yang layak.

• Memudahkan peraturan dan birokrasi didalam sektor usaha terutama untuk para wirausahawan muda.

• Dan yang paling penting, memperluas akses terhadap pendanaan untuk para wirausahawan muda baru.

Menurut laporan ILO (2003)11, kalangan muda membutuhkan informasi yang lebih baik mengenai bursa kerja dan program pelatihan yang terarah. Sebagian besar dari wiraswasta ingin mendapatkan latihan kewirausahaan serta modal untuk mengubah usaha mereka menjadi bisnis yang maju, yang dapat berkembang serta menciptakan nilai dan pekerjaan bagi orang lain. Dorongan sosial dan ekonomi untuk membangun suatu budaya kewirausahaan dan bantuan segera untuk kalangan muda yang menunjukkan keinginan kuat untuk menjadi wirausahawan juga dibutuhkan dalam pembentukan usaha-usaha kecil yang kelak dapat mempekerjakan tenaga muda lainnya.

Departemen Tenaga Kerja telah mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk mengembangkan kewirausahaan. Salah satunya berjudul “Tenaga Kerja Mandiri Profesional” (TKPMP) – Supriadi (2000). Kebijakan ini bertujuan menciptakan kesempatan usaha dengan memotivasi mereka yang memiliki komitmen. Target program ini adalah kalangan muda terdidik yang memiliki bakat, semangat kewirausahaan dan komitmen untuk berwirausaha, orang muda yang memiliki latar belakang bisnis keluarga atau memiliki fasilitas bisnis dan memiliki potensi untuk menciptakan suatu usaha; serta untuk mereka yang tidak tamat sekolah di daerah pedesaan namun memiliki keinginan untuk memperbaiki hidup dan pendapatan mereka.

Kewirausahaan merupakan salah satu cara untuk menghapuskan pengangguran dan menyediakan kesempatan bagi kaum muda. Program kewirausahaan merupakan salah satu alternatif untuk menciptakan kesempatan kerja. Pemerintah dapat mengembangkan berbagai program untuk tingkat pendidikan dan tempat yang berbeda-beda, melalui kerja sama dengan pihak ketiga. Peran pemerintah dibutuhkan untuk menjembatani kesenjangan di antara wirausahawan muda yang potensial serta kebutuhan-kebutuhan mendasar mereka dalam berwirausaha, seperti: (i) memperbaiki keterampilan teknis dan manajemen wirausaha untuk angkatan kerja muda; (ii) meningkatkan kemampuan untuk menjadi mandiri dan bertahan dalam menciptakan dan mengembangkan kegiatan ekonomi yang produktif; serta (iii) menciptakan usaha produktif yang kecil untuk orang muda berpendidikan yang menawarkan kesempatan kerja bagi orang lain.

Adiningsih, Neni Utama. 2001, August 25th. Media Indonesia” Anakku Sayang, Mengapa Tawuran? 11 Tahun Ratifikasi Hak Anak”. Jakarta.

Badan Kesejahteraan Sosial Nasional. 2000. Pedoman Dasar Karang Taruna dan Forum Komunikasi Karang Taruna. Jakarta.

Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia dan SMERU Research Institute. 2001. Paket Informasi Dasar Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta.

Badan Pusat Statistics (BPS) Indonesia. Populasi Indonesia: 1971, 1976, 1980, 1985, 1990, 1995,

2000. Jakarta.

_______.Indikator Kesejahteraan Anak dan Kalangan Muda 1998. Jakarta. _______.Indikator Kesejahteraan Anak 1994, 1999,2001. Jakarta.

_______.Sue=rvei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS): 1996,1999, 2000, 2001,2002. Jakarta. _______.Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS): 1996,1995, 2000, 2001, 2002. Jakarta. _______.Indikator Kesejahteraan Kerja: 2000, 2001, 2002. Jakarta.

_______.Statistik Kalangan Muda: 1985, 1995, 2000. Jakarta.

Cartherwood, Vince. 1985. Young People, Education and Employment. New Zealand Planning Council. Wellington.

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. 1995. Penelitian Penyediaan Ekspor Jasa Tenaga Kerja. Jakarta.

_______.1996. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan. Jakarta.

_______.1999. Pedoman Pembinaan Lembaga Pelatihan Kerja Swasta. Jakarta.

_______.1999. Penelitian Penelusuran Lulusan SMU dan SMK di Pasar Kerja. Jakarta.

_______.2000. Situasi Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja di Indonesia: Suatu Tinjauan yang Dilaksanakan

pada tahun 1998/1999. Jakarta.

_____________________________________________. 2000. Perencanaan Tenaga Kerja Nasional. Jakarta.

Economic and Social Committee of the European Communities. 1983. Youth Employment. Brussels. European Foundation for the Improvement of Living and Working Conditions. 1990. The Path of

Young People Towards Autonomy: Report of A Seminar. Luxemburg.

International Labor Organization (ILO). 2002. Youth Employment in Indonesia. ILO Jakarta Office. ---_______. June 1998. ILO Programme of Action on Youth Employment, Enhancing