BAB II. GAMBARAN UMUM UNIT KERJA
II.4. Tugas dan Fungsi Organisasi
Peraturan Bupati Buton Utara Nomor 40 Tahun 2016 Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara merupakan Perangkat Daerah sebagai unsur penunjang Pemerintah Kabupaten Buton Utara dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Pertanian, maka tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian adalah sebagai berikut:
1. Tugas Pokok
Dinas Pertanian mempunyai tugas melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi di bidang Pertanian.
2. Fungsi Organisasi
Dalam melaksanakan tugas, Dinas Pertanian menyelenggarakan fungsi: Perumusan kebijakan teknis di bidang Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan penyuluhan;
a. Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum lintas Kabupaten/Kota di bidang Pertanian, Peternakan dan Perkebunan;
b. Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas di bidang Pertanian, Peternakan dan Perkebunan;
c. Penyiapan pedoman dan standar penyelenggaraan pembangunan Pertanian, Peternakan, Perkebunan, sarana dan prasarana serta penyuluhan pertanian ;
d. Penyiapan rencana makro Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan penyelenggaraan penyuluhan di daerah;
e. Pengembangan dukungan pembangunan Pertanian, Peternakan dan Perkebunan di daerah;
f. Pembinaan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD);
g. Pengelolaan urusan tata usaha dinas.
h. Mengembangkan infrastruktur pembangunan sistem dan usaha-usaha agribisnis yang diperlukan disetiap kabupaten/kota;
i. Mendorong pengembangan sistem dan usaha-usaha agribisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan;
j. Mengembangkan inovasi teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan baik pada industri hulu, usaha tani, maupun hilir;
k. Menguatkan kelembagaan pemerintah dan kelembagaan petani;
l. Mengembangkan kemitraan dan jaringan usaha berbasis agribisnis perdesaan;
m. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik aparat pemerintah, maupun pelaku agribisnis.
II.5 Nilai-Nilai Dasar ASN 1. Akuntabilitas
Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
Ada beberapa aspek aspek akuntabilitas, yakni :
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi,
individu/kelompok/institusi bertanggungjawab untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah pihak.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja.
Dalam hal ini proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Tanggung Jawab
Kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
b. Jujur
Sikap untuk menyatakan sesuai sesuai dengan yang terjadi c. Kejelasan
Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
d. Netral
Tidak memihak pada salah satu pihak serta tercipta keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
e. Mendahulukan kepentingan publik atas kepentingan pribadi atau kelompok f. Adil
Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
g. Transparansi
Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
h. Konsistensi
Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
i. Partisipatif
Semua aspek yang mendukung terlibat tanpa adanya monopoli oleh sebagian orang j. Legal
Adanya bukti secara formal atas segala tindakan untuk dapat dipertanggungjawabkan.
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatandalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbedabeda. Adanya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi
kebiasaan (“how things are done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun PNS.
Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan mengedepankan kepentingan publik, imparsial, dan berintegritas. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat kementrian, lembaga maupun daerah);
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta antara pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Kontrak antara kedua belah pihak tersebut memiliki ciri antara lain: Pertama, akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang bukan bagian dari tanggung jawabnya. Kedua, akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang menuntut dan yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam memberi jawaban, respon, rectification, dan sebagainya).
Ketiga, hubungan akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan struktural (pemerintah dan publik) yang dapat dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut jawaban.
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality).
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
2. Akuntabilitas proses (process accountability). Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur
administrasi. Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses dilakukan untuk menghindari terjadinya kolusi, korupsi dan nepotisme.
3. Akuntabilitas program (program accountability). Akuntabilitas ini dapat memberikan pertimbangan Apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan apakah ada alternatif program lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability). Akuntabilitas ini terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas. Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah:
1. Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional/ Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional/Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Nasional/Daerah, Rencana Strategis (Renstra) untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.
2. Kontrak Kinerja. Semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa terkecuali mulai 1 Januari 2014 menerapkan adanya kontrak kerja pegawai. Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap tahun ini merupakan kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsungnya. Kontrak atau perjanjian kerja ini merupakan implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.
3. Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang berisi perencanaan dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu, pengukuran dan analisis capaian kinerja, serta akuntabilitas keuangan.
Keterbukaan informasi memungkinkan adanya ketersediaan (aksesibilitas) informasi bersandar pada beberapa prinsip. Prinsip yang paling universal (berlaku hampir diseluruh negara dunia) adalah:
1. Maximum Access Limited Exemption (MALE)
Pada prinsipnya semua informasi bersifat terbuka dan bisa diakses masyarakat. Suatu informasi dapat dikecualikan hanya karena apabila dibuka, informasi tersebut dapat merugikan kepentingan publik.
2. Permintaan Tidak Perlu Disertai Alasan
Akses terhadap informasi merupakan hak setiap orang. Konsekuensi dari rumusan ini adalah setiap orang bisa mengakses informasi tanpa harus disertai alasan untuk apa informasi tersebut diperlukan.
3. Mekanisme yang Sederhana, Murah, dan Cepat
Nilai dan daya guna suatu informasi sangat ditentukan oleh konteks waktu. Informasi bisa jadi tidak berguna jika diperoleh dalam jangka waktu yang lama, karena bisa tertutup oleh informasi yang lebih baru. Selain itu, mekanisme penyelesaian sengketa informasi juga harus sederhana.
4. Informasi Harus Utuh dan Benar
Informasi yang diberikan kepada pemohon haruslah informasi yang utuh dan benar.
Jika informasi tersebut tidak benar dan tidak utuh, dikhawatirkan menyesatkan pemohon.
5. Informasi Proaktif
Badan publik dibebani kewajiban untuk menyampaikan jenis informasi tertentu yang penting diketahui publik.
6. Perlindungan Pejabat yang Beritikad Baik
Perlu ada jaminan dalam undang-undang bahwa pejabat yang beriktikad baik harus dilindungi. Pejabat publik yang memberikan informasi kepada masyarakat harus dilindungi jika pemberian informasi dilandasi itikad baik.
2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara sekaligus menghormati bangsa lain. Selain itu, nasionalisme berarti pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang disadarkan pada butirbutir nilai pancasila yang meliputi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nasionalisme dalam tataran sebagai warga negara Indonesia, diharapkan seluruh pegawai ASN mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila pada setiap kebijakan yang diambil serta dijiwai semangat bhineka tunggal ika sebagai ruhnya. Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalam nasionalisme di bagi atas 5 Pancasila dengan butir-butirnya sebagai berikut:
a. Sila Pertama (Ketuhanan yang Maha Esa)
1. Percaya dan taqwa kepada tuhan yang maha esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain b. Sila Kedua Sila Kedua (Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab)
1. Berani membela kebenaran dan keadilan
2. Mengakui persamaan hak dan persamaan kewajiban antar sesama manusia 3. Mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa 5. Tidak semena-mena terhadap orang lain c. Sila Ketiga (Persatuan Indonesia)
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan dan keseimbangan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara 3. Cinta tanah air dan bangsa
4. Bangga sebagai bangsa indonesia,bertanahair indonesia
5. Memajukan persatuan dan kesatuan bangsa yang berineka tunggal ika
d. Sila keempat (Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan)
1. Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan
e. Sila kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan gotong royong
2. Bersikap adil
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dan Menghormati hak-hak orang lain.Suka memberi pertolongan kepada orang lain
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN adalah menjalankan kebijakan publik. Kebijakan publik diharapkan dapat dilakukan dengan integritas tinggi dalam melayani publik sehingga dalam menjadi pelayan publik yang profesional. ASN adalah aparat pelaksana yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala bentuk pelayanan sektor publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah, termasuk aparat yang bergerak di bidang perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai pelayan publik seorang ASN dituntut menjadi profesional untuk menciptakan pelayanan yang prima.
Berdasarkan sejarahnya, bangsa Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari komitmen kemanusiaan. Ini karena bangsa Indonesia sudah sejak lama dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan global. Selain sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, letak Indonesia sangat strategis, yakni di antara dua benua dan dua samudera.
Sumber Daya Alam yang melimpah turut membuat banyak penjelajah dari berbagai penjuru dunia singgah dan menyebarkan pengaruh budayanya. Sejarah interaksi nenek moyang kita dengan berbagai bangsa dan peradaban dunia memberi andil dalam menumbuhkan nilai kekeluargaan antar bangsa atau yang disebut dengan perikemanusiaan.
Berdasarkan sejarahnya, bangsa Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari komitmen kemanusiaan. Ini karena bangsa Indonesia sudah sejak lama dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan global. Selain sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, letak Indonesia sangat strategis, yakni di antara dua benua dan dua samudera.
Sumber Daya Alam yang melimpah turut membuat banyak penjelajah dari berbagai penjuru dunia singgah dan menyebarkan pengaruh budayanya. Sejarah interaksi nenek
moyang kita dengan berbagai bangsa dan peradaban dunia memberi andil dalam menumbuhkan nilai kekeluargaan antar bangsa atau yang disebut dengan perikemanusiaan.
3. Etika Publik
Etika merupakan refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi peribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik Kode Etik Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
4. Komitmen Mutu
Kinerja aparatur dalam memberikan layanan publik yang bermutu harus berlandaskan prinsip efektivitas, efisiensi, dan inovasi. target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan (customer satisfaction). Apalagi dikaitkan dengan tiga fungsi utama pegawai ASN, yaitu sebagai: (1) pelaksana kebijakan publik, (2) pelayan publik, dan (3) perekat dan pemersatu bangsa. dalam implementasi fungsi tersebut pegawai ASN harus menunjukkan perilaku yang komitmen terhadap mutu, bukan sekedar menggugurkan kewajiban formal atau menjalankan rutinitas pelayanan. Dengan demikian, pegawai ASN harus mampu menjadi pelayanan publik yang handal dan profesional, menjadi pendengar yang baik atas berbagai keluhan dan pengaduan masyarakat, sekaligus mampu menindaklanjutinya dengan memberikan solusi yang tepat melalui langkah perbaikan secara nyata, bukan sekedar janji-janji muluk untuk menenangkan gejolak masyarakat.
Nilai-nilai dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan prima sekurang-kurangnya akan mencakup hal-hal berikut:
a. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/clients;
b. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan memelihara agar customers/clients tetap setia;
c. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi tanpa cacat, tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan;
d. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan pergeseran tuntutan kebutuhan customers/clients maupun perkembangan teknologi;
e. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan;
f. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain:
pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan benchmark.
Manajemen mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan pelanggan. Ada sepuluh strategi yang mesti dijalankan organisasi agar pelaksanaan manajemen mutu terpadu dapat berjalan baik, yaitu:
1. menyusun program kerja jangka panjang yang berbasis mutu;
2. membangun mindset pegawai terhadap budaya mutu;
3. mengembangkan budaya kerja yang berorientasi mutu, bukan sekedar melaksanakan tugas rutin dan sebagai formalitas menggugurkan kewajiban;
4. meningkatkan mutu proses secara berkelanjutan agar dapat menampilkan kinerja yang lebih baik dari waktu ke waktu (doing something better and better at the right time);
5. membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang;
6. membangun kerjasama kolegial antarpegawai yang dilandasi kepercayaan dan kejujuran;
7. memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal;
8. beradaptasi dengan tuntutan perubahan;
9. menampilkan kinerja tanpa cacat (zero-defect) dan tanpa pemborosan (zero-waste), sejak memulai setiap pekerjaan (doing the right thing right first time and every time);
10. menjalankan fungsi pengawasan secara efektif untuk mengawal keterlaksanaan program kerja.
Implementasi kesepuluh strategi yang dianjurkan di atas, diharapkan dapat membantu pimpinan dalam mewujudkan kinerja produktif dan inovatif. Dalam hal ini, ada timbal balik manfaat (win-win solution) dari kedua belah pihak, pemimpin dan karyawannya. Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi secara perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat (bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi salah satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan.
Selain itu inovasi juga penting untuk meningkatkan kemampuan organsasi dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan seperti perubahan perundangan, teknologi, sosial, teknologi, ekonomi dan fisik. Inovasi juga penting untuk keluar dari situasi pasar yang lambat dan stagnan menjadi beralih kepada area operasional lain. Inovasi juga penting untuk menarik lulusan terbaik universitas agar bergabung dengan organisasi, selain itu, inovasi juga penting untuk menciptakan budaya kreativitas organisasi terutama penelitian-penelitian yang diarahkan untuk menjawab kebutuhan pasar.
Implementasi pendekatan inovatif dalam penyelenggaraan layanan pemerintahan merupakan sebuah keniscayaan, khususnya dalam rangka meningkatkan kepuasan publik atas layanan aparatur. Oleh karena itu, setiap institusi pemerintah mesti mempersiapkan diri untuk melakukan perubahan internal untuk menghadapi perubahan ekternal.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayan, yaitu:
1. Tangibles (bukti langsung), yaitu: meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan dengan tanggap;
4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
5. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan
5. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan