RANCANGAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR, KEDUDUKAN DAN PERAN ASN
JUDUL :
OPTIMALISASI PENGGUNAAN OBAT HEWAN
MENGGUNAKAN KARTU KENDALI DI LINGKUP DINAS PERTANIAN KABUPATEN BUTON UTARA
Oleh :
Drh. WAHYUNI NDH : 2 (Dua)
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN LXXIII TAHUN 2020
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KENDARI 2020
RANCANGAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR, KEDUDUKAN DAN PERAN ASN
OPTIMALISASI PENGGUNAAN OBAT HEWAN DENGAN KARTU KENDALI DI LINGKUP DINAS PERTANIAN
KABUPATEN BUTON UTARA
Oleh :
Drh. WAHYUNI NDH : 2 (Dua)
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN LXXIII TAHUN 2020
PEMERINTAH KABUPATEN BUTON UTARA BEKERJASAMA DENGAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KENDARI 2020
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Jalan Chairil Anwar No. 8 A Puwatu Tlp. 3124061 Fax. 3125905
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR, KEDUDUKAN DAN PERAN ASN
“OPTIMALISASI PENGGUNAAN OBAT HEWAN MENGGUNAKAN KARTU KENDALI DI LINGKUP DINAS PERTANIAN
KABUPATEN BUTON UTARA”
Oleh : Drh. WAHYUNI NIP. 19940602 201903 2 028
Telah disetujui untuk diseminarkan tanggal: 2 Oktober 2020
di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Tenggara
COACH,
Drs. SAHABUDDIN, M.Si NIP. 19621207 198203 1 003
MENTOR,
MASRIB, S.Pt
NIP. 19830410 201101 1 015
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Jalan Chairil Anwar No. 8 A Puwatu Tlp. 3124061 Fax. 3125905
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR, KEDUDUKAN DAN PERAN ASN
OPTIMALISASI PENGGUNAAN OBAT HEWAN MENGGUNAKAN KARTU KENDALI DI LINGKUP DINAS PERTANIAN
KABUPATEN BUTON UTARA
Oleh : Drh. WAHYUNI NIP. 19940602 201903 2 028
Telah diterima dan diperbaiki sesuai saran Penguji, Coach dan Mentor
pada Seminar/Evaluasi Pelaksanaan Aktualisasi yang diselenggarakan pada tanggal, 2 Oktober 2020 pada Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan LXXIII Tahun 2020
Kendari, 2 Oktober 2020 COACH,
Drs. SAHABUDDIN, M.Si NIP. 19621207 198203 1 003
PENGUJI,
Dr. Hj. NUR ENDANG ABBAS, SE., M.Si NIP. 19620407 198103 2 002
MENTOR,
MASRIB. S.Pt … NIP. 19830410 201101 1 015
Mengetahui :
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA,
SYAHRUDDIN NURDIN, S.E., NIP. 19660621 199012 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat-Nya penulisan tugas
“Laporan Aktualisasi Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Utara” dapat diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Laporan aktualisasi ini disusun sebagai pijakan dalam mengimplementasi aktualisasi diri setelah mengikuti materi pembelajaran dalam Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III Angkatan LXXIII Lingkup Pemerintah Se Provinsi Sulawesi Tenggara. Seluruh kegiatan yang ada dalam Laporan aktualisasi ini diharapkan dapat mencerminkan nilai-nilai dasar ASN yang dapat diterapkan pada instansi tempat kerja.
Penyusunan Laporan aktualisasi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, arahan, dan masukan dari berbagai pihak. Sebagai bentuk penghargaan, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Hj. Nur Endang Abbas, SE., M.Si selaku Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara sekaligus sebagai penguji pada seminar hasil aktualisasi;
2. Syahruddin Nurdin, S.E Selaku Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Tenggara beserta jajarannya yang telah melaksanakan kegiatan Pelatihan Dasar CPNS dengan sangat baik.
3. Drs. Sahabuddin, M.Si selaku pempimbing (coach) yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan hasil ini.
4. Sahrun Akri, S.P., M.Si selaku Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara
5. Masrib, S.Pt selaku mentor yang telah membantu memberikan masukan dan motivasi dalam menyelesaikan laporan hasil aktualisasi ini.
6. Para Widyaiswara yang telah memberikan pengetahuan dan wawasan baru kepada penulis selama Latsar CPNS Kabupaten Buton Utara Tahun 2020.
7. Panitia penyelenggara yang telah membantu selama proses kegiatan Latsar CPNS Kabupaten Buton Utara Tahun 2020.
8. Rekan-rekan seperjuangan peserta Pelatihan Dasar Cpns Golongan III Angkatan LXXIII Lingkup Pemerintah Se Sulawesi Tenggara Tahun 2020.
9. Kedua orang tua dan suami yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada laporan ini, oleh karena itu penulis berharap kepada semua dpihak untuk memberikan saran dan kritik untuk penyempurnaan rancangan ini. Penulis juga berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dalam implementasi nilai-nilai "ANEKA" dalam kehidupan sehari- hari di lingkungan kerja dan masyarakat.
Buranga, 30 September 2020 Penulis
Drh. Wahyuni
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
LEMBAR LEMBAR PENGESAHAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL …... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang... 1
I.2. Tujuan dan Manfaat... 3
I.3. Ruang Lingkup Kegiatan Aktualisasi... 3
BAB II. GAMBARAN UMUM UNIT KERJA II.1. Gambaran umum organisasi... 4
II.2. Struktur Organisasi... 5
II.3. Visi dan Misi Organisasi... 5
II.4. Tugas dan Fungsi Organisasi... 7
II.5. Nilai Nilai Dasar Profesi ASN... 8
II.6. Kedudukan dan Peran ASN... 24
BAB III. RANCANGAN AKTUALISASI III.1. Identifikasi Isu... 24
III.2. Sumber Isu... 25
III.3 Teknik Analisis Isu... 25
III.4 Penetapan Isu dan Dampaknya... 33
III.5. Rencana Kegiatan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar ASN... 34
III.6. Perkiraan Masalah Dan Alternatif Solusi………... 49
III.7. Kunci Sukses Pelaksanaan Kegiatan………...50
BAB IV. PELAKSANAAN AKTUALISASI IV.1. Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Aktualisasi... 51
IV.2. Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi... 53
IV.3. Gambaran Dampak Nilai Dasar ASN... 74
BAB V. PENUTUP V.1. Kesimpulan... 76
V.2. Saran... 76 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 3.1 Identifikasi Isu Berdasarkan Tugas dan Fungsi……… 31
Tabel 3.2 Analisis Kualitas Isu Menggunakan APKL………. 32
Tabel 3.3 Tabel Rencana Kegiatan Aktulisasi Nlai-Nilai Dasar ASN... 34
Tabel 4.1 Perkiraan Masalah dan Alternatif Solusi………. 49
Tabel 4.2 Gambaran Dampak terhadap Nilai Dasar ASN………. 74
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi di Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara…… 5
Gambar 2. Konsultasi dengan Kepala Dinas Pertanian……….. 54
Gambar 3. Konsultasi dengan Mentor……… 55
Gambar 4. Surat Persetujuan Mentor……….. 55
Gambar 5. Konsultasi denga Penanggung jawab Obat……… 56
Gambar 6. Koordinasi dengan Staff………. 57
Gambar 7. Pemeriksaan Obat……….. 58
Gambar 8. Daftar Obat………..58
Gambar 9. Pengecekkan Expired Obat ……… 59
Gambar 10. Daftar Obat Expired ………. 59
Gambar 11. Pemisahan Obat ……… 60
Gambar 12. Eliminasi Obat ……….. 61
Gambar 13. Menyiapkan Alat tulis menulis/laptop ……….. 62
Gambar 14. Identifikasi Obat dan Klasifikasinya ………. 63
Gambar 15. Pembuatan label/stiker ……….. 64
Gambar 16. Penyusunan Obat……… 65
Gambar 17. Daftar Jumlah Fisik Obat ……….. 66
Gambar 18. Menghitung Jumlah Fisik Obat………. 66
Gambar 19. Kartu Kendali Obat Hewan ………... 67
Gambar 20. Pelaporan Stock Obat ……… 68
Gambar 21. Koordinasi dengan Penanggung Jawab Obat Hewan ……… 69
Gambar 22. Data Kebutuhan Obat ……… 70
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara melalui aparaturnya wajib melayani setiap warga Negaranya dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semua kepentingan publik harus dilaksanakan oleh pemerintah selaku penyelenggara, yaitu dalam berbagai sektor pelayanan, terutama yang menyangkut tentang hak-hak sipil dan kebutuhan dasar. Warga Negara menginginkan penyelenggaraan Negara yang good governance, yaitu pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab. Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) pasal 10 yaitu Aparatur Sipil Negara sebagai:
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Menurut pasal 11, ASN bertugas melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peranan PNS menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. PNS harus memiliki kesetiaan dan ketaatan kepada Negara, bermoral, dan bermental baik, professional, sadar akan tanggungjawab sebagai pelayan masayarakat, pelaksanan kebijakan serta perekat dan pemersatu bangsa. Untuk dapat membentuk PNS di atas, diperlukan sebuah pembinaan khusus, yaitu pelatihan dasar CPNS. Latihan dasar diorientasikan agar nilai-nilai dasar ANEKA mampu di aktualisaiskan dalam diri setiap CPNS. ANEKA merupakan pokok dari nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Sejalan dengan telah ditetapkannya Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar CPNS, bahwa CPNS wajib menjalani masa percobaan selama 1 tahun dan mendapatkan Pelatihan Dasar terintegrasi untuk membentuk PNS profesional yang berkarakter, yaitu PNS yang karakternya dibentuk oleh sikap dan perilaku displin PNS, nilai- nilai dasar PNS, dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI, serta menguasai bidang tugasnya sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan masyarakat.
Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang Pertanian. Pelaksanaan pembangunan daerah diawali dengan perumusan perencanaan yang berkualitas. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Pertanian Kab. Buton Utara khususnya Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang membantu Kepala Daerah dalam perencanaan pembangunan daerah masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah ketergantungan terhadap bahan pakan ternak serta sarana prasarana obat- obatan yang cukup tinggi dari luar wilayah Buton Utara
.
Pemberlakuan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan yang di dalamnya ada aturan pelarangan AGP (Antibiotic Growth Promoter) terus dibahas para pemangku kepentingan di sektor peternakan guna mencarikan solusinya. Hal ini dilatarbelakangi adanya isu global terkait resistensi anti mikroba yang saat ini menjadi ancaman transnasional tanpa mengenal batas geografis dan berdampak pada kesehatan masyarakat, hewan dan lingkungan. Langkah-langkah upaya pengendalian terhadap bahaya resistensi anti mikroba dilakukan dengan pembatasan penggunaan antibiotik. Salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap penggunaan antibiotic adalah dokter hewan. Untuk itu dokter hewan harus mulai memfungsikan keprofesian ini di lapangan. Salah satu poin bahwa sebagai dokter hewan harus melaksanakan yang menyangkut technical service produk. Dokter hewan harus berperan dalam pengawasan penggunaan obat hewan baik untuk pelaku usaha peternakan maupun masyarakat. Seringkali penggunaan obat-obatan dalam usaha peternakan hampir tidak dapat dihindarkan karena ternak harus dapat berproduksi secara optimal. Pada umumnya dokter hewan dapat memberikan pemahaman kepada pelaku usaha peternakan. Peranan dokter hewan sangat dibutuhkan dalam pengawasan penggunaan obat hewan juga pengawasan peredaran obat hewan ilegal. Belum lagi penggunaan obat hewan ya.ng tidak terkontrol, juga risiko resistensi antibiotik pada hewan dan manusia.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengangkat isu utama yaitu yang salah satu penyebabnya yakni belum optimalnya penggunaan dan monitoring obat hewan dalam lingkup Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Kab. Buton Utara. Adapun gagasan isunya, yaitu Upaya Optimalisasi Penggunaan Obat Hewan Menggunakan Kartu Kendali Dalam Lingkup Dinas Pertanian Kab. Buton Utara.
I.2 TUJUAN DAN MANFAAT I.2.1 Tujuan
Berikut adalah tujuan umum dan khusus rancangan aktulisasi, yaitu:
a.) Tujuan Umum
Terwujudnya penerapan nilai-nilai dasar PNS yang meliputi akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi dan penerapan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI meliputi Manajemen ASN, Whole Of Goverment dan Pelayanan Publik dalam pelaksanaan tugas di setiap instansi tempat kerja masing-masing.
b.) Tujuan Khusus
Tercapainya efisiensi penggunaan obat serta monitoring obat hewan dengan menggunakan kartu kendali dalam mengetahui stock/ketersediaan serta masa kadaluarsa obat sehingga meningkatnya pelayanan kesehatan ternak.
I.2.2 Manfaat
1) Manfaat bagi diri sendiri, yakni penulis dapat memahami dan menginternalisasi nilai-nilai dasar ASN dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat secara profesional.
2) Manfaat bagi unit kerja, yaitu meningkatkan kinerja unit kerja yang menyangkut pada kegiatan pengembangan bidang peternakan dan menjadikan kegiatan- kegiatan menjadi sebuah kebiasaan (habituasi).
3) Manfaaat bagi organisasi, yaitu menerapkan visi misi dan nilai-nilai organisasi sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik di bidang peternakan.
4) Manfaat bagi bangsa dan negara, yakni memberikan pelayanan publik bagi masyarakat bangsa dan negara.
I.3 Ruang Lingkup Kegiatan Aktualisasi
Ruang lingkup aktualisasi ini mencakup optimalisasi penggunaan obat hewan menggunakan kartu kendali yang dilaksanakan di Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara terkait dengan penerapan nilai-nilai ANEKA ( akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi). Kegiatan aktualisasi ini dilaksanakan berdasarkan kalender Latihan Dasar CPNS Golomgam III Lingkup Pemerintahan Kabupaten Buton Utara yaitu dimulai dari tanggal 28 Agustus – 30 September 2020.
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI, KONSEP NILAI-NILAI DASAR DAN KEDUDUKAN ASN DAN PENETAPAN ISU
II.1 Gambaran Umum Organisasi
Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara dibentuk Perda No. 8 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara dan pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara melalui Peraturan Kepala Daerah tentang Tata Kerja dan Uraian Tugas Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara mengalami perubahan menjadi Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara berdasarkan PP. 18 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang Pertanian.
Dalam mengemban tugas pokok dan fungsi memajukan sektor pertanian, Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten selaku koordinator di daerah selalu berkoordinasi dengan semua komponen pelaku pembangunan sektor pertanian yang ada di wilayah Kabupaten Buton Utara, yang meliputi UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pusat, serta Unsur Masyarakat Pertanian lainnya. Bentuk koordinasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Rapat Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Pertanian kabuapaten Buton Utara yang diadakan setiap tahun.Forum ini dilaksanakan dalam rangka sinkronisasi kegiatan-kegiatan, yang tergambar dalam dokumen perencanaan masing-masing instansi, baik pusat maupun kabupaten/kota.Selain mensinkronkan perencanaan untuk satu tahun berikutnya, juga sebagai forum evaluasi terhadap faktor-faktor penghambat tercapainya target pembangunan pada tahun sebelumnya.
Kantor Dinas Pertanian terletak di Desa Eelahaji Jl. Poros Ereke – Wa Ode Buri. Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya didukung oleh personil-personil yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas tersebut yakni sebanyak 53 orang.
Seksi Produksi PerbibitanTernakdan
Seksi Produksi
Perkebunan Seksi Sarana dan Prasarana Seksi Pakan dan
Investasi
Seksi Benih dan Perlindungan
Tanaman
II.2 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Dinas Pertanian Kab. Buton Utara berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Buton Utara Nomor 8 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara, adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi di Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara
II.3 Visi dan Misi Organisasi
Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara merupakan salah satu OPD yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi Pemerintahan di bidang Pertanian. Dengan demikian, Dinas Pertanian bertanggungjawab
Kepala Dinas Kelompok Jabatan
Fungsional Sekretaris Dinas
Sub Bagian Perencanaan dan
Evaluasi Sub Bagian
Umum dan Kepegawaian
Bidang Tanaman Pangan dan
Hortikultura Bidang Peternakan Bidang Perkebunan Bidang Prasarana, Sarana dan Penyuluhan Seksi Produksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Seksi Benih dan Perlindungan
Tanaman
Seksi Kesmavet, Pengolahan dan
Pemasaran
Seksi Pengelolaan dan Pemasaran
Seksi Pengolahan
dan Pemasaran Seksi Kesehatan Hewan
Seksi Penyuluhan
UPTD
dalam mendukung pencapaian visi dan misi Kepala Daerah Kabupaten Buton Utara, visi Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara merupakan cerminan dari visi-misi Kepala Daerah Kabupaten Buton Utara, sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 – 2021.
Selain itu, Visi Dinas Pertanian juga harus didasarkan pada tugas dan fungsi Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara, serta difokuskan pada pencapaian tujuan dan cita–cita pembangunan yang berbasis perencanaan pembangunan dengan mendasarkan pada hasil kajian/penelitian lapangan yang sistematik dan komprehensif. Oleh karena itu, Visi Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara itu harus diarahkan demi kesinambungan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.
Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara untuk kurun waktu 2016 – 2021 akan mewujudkan visi : “Terwujudnya Sistem Pertanian Berbasis Sumber Daya Lokal, Berdaya Saing, Berkelanjutan, Untuk Menghasilkan Pangan Sehat Dalam Mewujudkan Petani Yang Maju Dan Sejahtera Di Buton Utara”
Visi tersebut adalah untuk mendukung visi Kepala Daerah yang tertuang dalam RPJMD 2016-2021 yaitu “Terwujudnya Masyarakat yang Aman, Berbudaya dan Religius Menuju Buton Utara Yang Maju dan Sejahtera”
Misi yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara guna mewujudkan visi Kepala Daerah terdapat pada Misi Ke-4 yaitu Meningkatkan dan mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang kreatif dan produktif berbasis sumber daya lokal secara berkelanjutan, maka untuk mendukung tercapainya misi tersebut Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara menetapkan Misi :
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dan perkebunan berwawasan lingkungan dan terintegrasi
2. Meningkatkan sarana dan prasarana produksi pertanian berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
3. Meningkatkan bahan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal.
4. Mengembangkan usaha peternakan melalui peningkatan produksi dan penambahan populasi ternak dengan dukungan sarana dan prasarana.
5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan kelembagaan agribisnis agar mampu berperan dalam mengolah potensi daerah.
Sehubungan dengan misi tersebut Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utaraakan memberdayakan potensi aparat Perencanaan dan Pengawasan, Monitoring, serta Evaluasi sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia dengan di dukung sarana dan prasarana yang ada sehingga terwujud penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa.
II.4 Tugas dan Fungsi Organisasi
Peraturan Bupati Buton Utara Nomor 40 Tahun 2016 Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara merupakan Perangkat Daerah sebagai unsur penunjang Pemerintah Kabupaten Buton Utara dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Pertanian, maka tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian adalah sebagai berikut:
1. Tugas Pokok
Dinas Pertanian mempunyai tugas melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi di bidang Pertanian.
2. Fungsi Organisasi
Dalam melaksanakan tugas, Dinas Pertanian menyelenggarakan fungsi: Perumusan kebijakan teknis di bidang Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan penyuluhan;
a. Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum lintas Kabupaten/Kota di bidang Pertanian, Peternakan dan Perkebunan;
b. Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas di bidang Pertanian, Peternakan dan Perkebunan;
c. Penyiapan pedoman dan standar penyelenggaraan pembangunan Pertanian, Peternakan, Perkebunan, sarana dan prasarana serta penyuluhan pertanian ;
d. Penyiapan rencana makro Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan penyelenggaraan penyuluhan di daerah;
e. Pengembangan dukungan pembangunan Pertanian, Peternakan dan Perkebunan di daerah;
f. Pembinaan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD);
g. Pengelolaan urusan tata usaha dinas.
h. Mengembangkan infrastruktur pembangunan sistem dan usaha-usaha agribisnis yang diperlukan disetiap kabupaten/kota;
i. Mendorong pengembangan sistem dan usaha-usaha agribisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan;
j. Mengembangkan inovasi teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan baik pada industri hulu, usaha tani, maupun hilir;
k. Menguatkan kelembagaan pemerintah dan kelembagaan petani;
l. Mengembangkan kemitraan dan jaringan usaha berbasis agribisnis perdesaan;
m. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik aparat pemerintah, maupun pelaku agribisnis.
II.5 Nilai-Nilai Dasar ASN 1. Akuntabilitas
Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
Ada beberapa aspek aspek akuntabilitas, yakni :
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi,
individu/kelompok/institusi bertanggungjawab untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah pihak.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja.
Dalam hal ini proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Tanggung Jawab
Kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
b. Jujur
Sikap untuk menyatakan sesuai sesuai dengan yang terjadi c. Kejelasan
Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
d. Netral
Tidak memihak pada salah satu pihak serta tercipta keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
e. Mendahulukan kepentingan publik atas kepentingan pribadi atau kelompok f. Adil
Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
g. Transparansi
Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
h. Konsistensi
Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
i. Partisipatif
Semua aspek yang mendukung terlibat tanpa adanya monopoli oleh sebagian orang j. Legal
Adanya bukti secara formal atas segala tindakan untuk dapat dipertanggungjawabkan.
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatandalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbedabeda. Adanya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi
kebiasaan (“how things are done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun PNS.
Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan mengedepankan kepentingan publik, imparsial, dan berintegritas. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat kementrian, lembaga maupun daerah);
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta antara pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Kontrak antara kedua belah pihak tersebut memiliki ciri antara lain: Pertama, akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang bukan bagian dari tanggung jawabnya. Kedua, akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang menuntut dan yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam memberi jawaban, respon, rectification, dan sebagainya).
Ketiga, hubungan akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan struktural (pemerintah dan publik) yang dapat dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut jawaban.
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality).
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
2. Akuntabilitas proses (process accountability). Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur
administrasi. Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses dilakukan untuk menghindari terjadinya kolusi, korupsi dan nepotisme.
3. Akuntabilitas program (program accountability). Akuntabilitas ini dapat memberikan pertimbangan Apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan apakah ada alternatif program lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability). Akuntabilitas ini terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas. Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah:
1. Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional/ Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional/Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Nasional/Daerah, Rencana Strategis (Renstra) untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.
2. Kontrak Kinerja. Semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa terkecuali mulai 1 Januari 2014 menerapkan adanya kontrak kerja pegawai. Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap tahun ini merupakan kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsungnya. Kontrak atau perjanjian kerja ini merupakan implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.
3. Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang berisi perencanaan dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu, pengukuran dan analisis capaian kinerja, serta akuntabilitas keuangan.
Keterbukaan informasi memungkinkan adanya ketersediaan (aksesibilitas) informasi bersandar pada beberapa prinsip. Prinsip yang paling universal (berlaku hampir diseluruh negara dunia) adalah:
1. Maximum Access Limited Exemption (MALE)
Pada prinsipnya semua informasi bersifat terbuka dan bisa diakses masyarakat. Suatu informasi dapat dikecualikan hanya karena apabila dibuka, informasi tersebut dapat merugikan kepentingan publik.
2. Permintaan Tidak Perlu Disertai Alasan
Akses terhadap informasi merupakan hak setiap orang. Konsekuensi dari rumusan ini adalah setiap orang bisa mengakses informasi tanpa harus disertai alasan untuk apa informasi tersebut diperlukan.
3. Mekanisme yang Sederhana, Murah, dan Cepat
Nilai dan daya guna suatu informasi sangat ditentukan oleh konteks waktu. Informasi bisa jadi tidak berguna jika diperoleh dalam jangka waktu yang lama, karena bisa tertutup oleh informasi yang lebih baru. Selain itu, mekanisme penyelesaian sengketa informasi juga harus sederhana.
4. Informasi Harus Utuh dan Benar
Informasi yang diberikan kepada pemohon haruslah informasi yang utuh dan benar.
Jika informasi tersebut tidak benar dan tidak utuh, dikhawatirkan menyesatkan pemohon.
5. Informasi Proaktif
Badan publik dibebani kewajiban untuk menyampaikan jenis informasi tertentu yang penting diketahui publik.
6. Perlindungan Pejabat yang Beritikad Baik
Perlu ada jaminan dalam undang-undang bahwa pejabat yang beriktikad baik harus dilindungi. Pejabat publik yang memberikan informasi kepada masyarakat harus dilindungi jika pemberian informasi dilandasi itikad baik.
2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara sekaligus menghormati bangsa lain. Selain itu, nasionalisme berarti pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang disadarkan pada butirbutir nilai pancasila yang meliputi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nasionalisme dalam tataran sebagai warga negara Indonesia, diharapkan seluruh pegawai ASN mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila pada setiap kebijakan yang diambil serta dijiwai semangat bhineka tunggal ika sebagai ruhnya. Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalam nasionalisme di bagi atas 5 Pancasila dengan butir-butirnya sebagai berikut:
a. Sila Pertama (Ketuhanan yang Maha Esa)
1. Percaya dan taqwa kepada tuhan yang maha esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain b. Sila Kedua Sila Kedua (Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab)
1. Berani membela kebenaran dan keadilan
2. Mengakui persamaan hak dan persamaan kewajiban antar sesama manusia 3. Mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa 5. Tidak semena-mena terhadap orang lain c. Sila Ketiga (Persatuan Indonesia)
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan dan keseimbangan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara 3. Cinta tanah air dan bangsa
4. Bangga sebagai bangsa indonesia,bertanahair indonesia
5. Memajukan persatuan dan kesatuan bangsa yang berineka tunggal ika
d. Sila keempat (Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan)
1. Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan
e. Sila kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan gotong royong
2. Bersikap adil
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dan Menghormati hak-hak orang lain.Suka memberi pertolongan kepada orang lain
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN adalah menjalankan kebijakan publik. Kebijakan publik diharapkan dapat dilakukan dengan integritas tinggi dalam melayani publik sehingga dalam menjadi pelayan publik yang profesional. ASN adalah aparat pelaksana yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan- tujuan yang ditetapkan.
Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala bentuk pelayanan sektor publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah, termasuk aparat yang bergerak di bidang perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai pelayan publik seorang ASN dituntut menjadi profesional untuk menciptakan pelayanan yang prima.
Berdasarkan sejarahnya, bangsa Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari komitmen kemanusiaan. Ini karena bangsa Indonesia sudah sejak lama dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan global. Selain sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, letak Indonesia sangat strategis, yakni di antara dua benua dan dua samudera.
Sumber Daya Alam yang melimpah turut membuat banyak penjelajah dari berbagai penjuru dunia singgah dan menyebarkan pengaruh budayanya. Sejarah interaksi nenek moyang kita dengan berbagai bangsa dan peradaban dunia memberi andil dalam menumbuhkan nilai kekeluargaan antar bangsa atau yang disebut dengan perikemanusiaan.
Berdasarkan sejarahnya, bangsa Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari komitmen kemanusiaan. Ini karena bangsa Indonesia sudah sejak lama dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan global. Selain sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, letak Indonesia sangat strategis, yakni di antara dua benua dan dua samudera.
Sumber Daya Alam yang melimpah turut membuat banyak penjelajah dari berbagai penjuru dunia singgah dan menyebarkan pengaruh budayanya. Sejarah interaksi nenek
moyang kita dengan berbagai bangsa dan peradaban dunia memberi andil dalam menumbuhkan nilai kekeluargaan antar bangsa atau yang disebut dengan perikemanusiaan.
3. Etika Publik
Etika merupakan refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi peribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik Kode Etik Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
4. Komitmen Mutu
Kinerja aparatur dalam memberikan layanan publik yang bermutu harus berlandaskan prinsip efektivitas, efisiensi, dan inovasi. target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan (customer satisfaction). Apalagi dikaitkan dengan tiga fungsi utama pegawai ASN, yaitu sebagai: (1) pelaksana kebijakan publik, (2) pelayan publik, dan (3) perekat dan pemersatu bangsa. dalam implementasi fungsi tersebut pegawai ASN harus menunjukkan perilaku yang komitmen terhadap mutu, bukan sekedar menggugurkan kewajiban formal atau menjalankan rutinitas pelayanan. Dengan demikian, pegawai ASN harus mampu menjadi pelayanan publik yang handal dan profesional, menjadi pendengar yang baik atas berbagai keluhan dan pengaduan masyarakat, sekaligus mampu menindaklanjutinya dengan memberikan solusi yang tepat melalui langkah perbaikan secara nyata, bukan sekedar janji-janji muluk untuk menenangkan gejolak masyarakat.
Nilai-nilai dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan prima sekurang- kurangnya akan mencakup hal-hal berikut:
a. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/clients;
b. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan memelihara agar customers/clients tetap setia;
c. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi tanpa cacat, tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan;
d. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan pergeseran tuntutan kebutuhan customers/clients maupun perkembangan teknologi;
e. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan;
f. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain:
pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan benchmark.
Manajemen mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan pelanggan. Ada sepuluh strategi yang mesti dijalankan organisasi agar pelaksanaan manajemen mutu terpadu dapat berjalan baik, yaitu:
1. menyusun program kerja jangka panjang yang berbasis mutu;
2. membangun mindset pegawai terhadap budaya mutu;
3. mengembangkan budaya kerja yang berorientasi mutu, bukan sekedar melaksanakan tugas rutin dan sebagai formalitas menggugurkan kewajiban;
4. meningkatkan mutu proses secara berkelanjutan agar dapat menampilkan kinerja yang lebih baik dari waktu ke waktu (doing something better and better at the right time);
5. membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang;
6. membangun kerjasama kolegial antarpegawai yang dilandasi kepercayaan dan kejujuran;
7. memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal;
8. beradaptasi dengan tuntutan perubahan;
9. menampilkan kinerja tanpa cacat (zero-defect) dan tanpa pemborosan (zero-waste), sejak memulai setiap pekerjaan (doing the right thing right first time and every time);
10. menjalankan fungsi pengawasan secara efektif untuk mengawal keterlaksanaan program kerja.
Implementasi kesepuluh strategi yang dianjurkan di atas, diharapkan dapat membantu pimpinan dalam mewujudkan kinerja produktif dan inovatif. Dalam hal ini, ada timbal balik manfaat (win-win solution) dari kedua belah pihak, pemimpin dan karyawannya. Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi secara perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat (bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi salah satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan.
Selain itu inovasi juga penting untuk meningkatkan kemampuan organsasi dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan seperti perubahan perundangan, teknologi, sosial, teknologi, ekonomi dan fisik. Inovasi juga penting untuk keluar dari situasi pasar yang lambat dan stagnan menjadi beralih kepada area operasional lain. Inovasi juga penting untuk menarik lulusan terbaik universitas agar bergabung dengan organisasi, selain itu, inovasi juga penting untuk menciptakan budaya kreativitas organisasi terutama penelitian-penelitian yang diarahkan untuk menjawab kebutuhan pasar.
Implementasi pendekatan inovatif dalam penyelenggaraan layanan pemerintahan merupakan sebuah keniscayaan, khususnya dalam rangka meningkatkan kepuasan publik atas layanan aparatur. Oleh karena itu, setiap institusi pemerintah mesti mempersiapkan diri untuk melakukan perubahan internal untuk menghadapi perubahan ekternal.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayan, yaitu:
1. Tangibles (bukti langsung), yaitu: meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan dengan tanggap;
4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
5. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
Berbagai kebijakan pemerintah yang mengatur perilaku ndividu dan budaya kerja institusi harus benar-benar dijadikan sebagai standar layanan yang mengikat dan dipatuhi dalam pelaksanaannya. Untuk itu, perlu ada mekanisme pengawasan dengan pola 360º. Pengawasan dilakukan dari berbagai dimensi, baik dimensi internal secara vertikal dan/atau horisontal maupun dimensi eksternal secara terbuka. Pengawasan internal secara vertikal dilakukan dua arah secara timbal balik dan berimbang, yaitu melalui jalur aspiratif dari bawah (bottom-up) dan jalur instruktif dari atas (top-down).
Pengawasan internal secara horisontal dilakukan antarunit kerja dalam tingkatan yang sama. Pengawasan eksternal dilakukan secara terbuka, baik dari sesama institusi pemerintah, masyarakat umum, maupun pihak swasta. Hasil pengawasan dijadikan sebagai masukan untuk melakukan tindakan perbaikan atau upaya peningkatan.
Pengawasan internal secara vertikal dilakukan dua arah secara timbal balik dan berimbang, yaitu melalui jalur aspiratif dari bawah (bottom-up) dan jalur instruktif dari atas (top-down). Pengawasan internal secara horisontal dilakukan antarunit kerja dalam tingkatan yang sama. Pengawasan eksternal dilakukan secara terbuka, baik dari sesama institusi pemerintah, masyarakat umum, maupun pihak swasta. Hasil pengawasan dijadikan sebagai masukan untuk melakukan tindakan perbaikan atau upaya peningkatan.
Keberhasilan proses pengawasan ditentukan oleh ketersediaan dan kejelasan standar pelayanan minimal yang dituangkan dalam standard operating procedure (SOP).
Walaupun setiap institusi memiliki keunikan layanan namun kriteria minimal yang ditetapkan mestinya mengandung kriteria umum yang berlaku di setiap institusi, ditambah kriteria khusus sesuai dengan jenis layanan di masing-masing institusi.
Kriteria umum antara lain menyangkut aspek kepastian dan ketepatan waktu ketika melayani, kecepatan waktu pelayanan, keramahan selama proses pelayanan, alur pelayanan yang pendek, kejelasan pemecahan masalah atau pengaduan, ketegasan tindak lanjut yang nyata, prinsip keadilan dalam memberi pelayanan. SOP dan kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing instansi akan menjadi landasan utama komitmen mutu bagi aparatur terkait.
Mutu layanan publik yang diberikan oleh aparatur di sejumlah institusi pemerintah sampai saat ini masih cukup memprihatinkan, bahkan bersifat diskriminatif.
Kondisi ini terjadi karena masing masing unit tidak peduli dengan apa yang dikerjakan oleh unit yang lain. Sebaliknya mereka menuntut masyarakat sendiri yang harus memahami apa yang dikerjakan oleh masing masing unit.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Penanganan korupsi perlu diselesaikan secara komprehensif, karena korupsi adalah masalah kehidupan, dampak dan bahayanya bisa berpengaruh secara jangka panjang dan merusak kehidupan. KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak 9 nilai anti korupsi sebagai berikut :
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak- pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip
kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan sehingga dapat menjadi benteng kuat untuk anti korupsi. Tanggung jawab spiritual yang baik akan menghasilkan niat yang baik dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki semangat untuk melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan secara publik.
Mereka yang memiliki spiritual accountability akan selalu ingat pada perjanjian dengan Tuhannya tersebut, yang pada dasarnya merupakan tujuan hidup dan kesadaran bahwa hidup harus dipertanggungjawabkan.
Spiritual Accountability yang baik akan menghasilkan niat baik, yang akan menghasilkan visi dan misi yang baik, selanjutnya akan diterjemahkan dalam usaha yang terbaik untuk mendapatkan hasil terbaik. Hubungan konsekuensi tersebut idealnya dapat menjamin bahwa pemilik spiritual accountability yang baik akan mendorong public accountability yang baik pula, dan tentunya tidak akan tergerak dan mempunyai niat sedikit pun untuk membuat kerusakan di muka termasuk didalamnya adalah melakukan korupsi, sebaliknya justeru akan mempunyai niat yang sangat kuat untuk menghindari korupsi.
Kualitas spiritual accountability yang baik secara otomatis membuat manusia berhati-hati atas akibat perbuatannya kepada manusia dan alam pada umumnya (menjadi manusia yang amanah, berempati dan santun dan dengan sendirinya mendorong manusia berusaha sebaik mungkin dalam bekerja, bersabar, dan mensyukuri nikmat Tuhan dan mewujudkannya dalam setiap langkah dan laku.
Niat anti korupsi semakin kuat bagi mereka yang ingat pada Tuhannya, Ia tidak ingin urusan dunia merusak perjanjian dengan Tuhannya dan akan menjadi beban bagi kehidupan setelah dunia.
Korupsi adalah kejahatan luar biasa, tentunya memberantasnya membutuhkan semangat yang luar biasa, semangat yang tak pernah berhenti karena berasal dari energi yang tak terbatas, energi yang hadir pada orang-orang yang mampu mengintegrasikan raga, rasio, ruh dan rasa dalam satu fokus ‘pengabdian”, sehingga mereka selalu mengisi waktunya dengan belajar, bekerja, cinta dan pewarisan. Dampaknya mereka tidak akan pernah kehabisan energi untuk selalu semangat.
Terkait integritas sebagai solusi terhadap korupsi, KPK telah menyusun konsep Sistem Integritas Nasional yang merupakan konsep integritas yang komprehensif untuk memastikan bangsa Indonesia dapat mencapai tujuan nasionalnya. Mulai dari integritas sebagai suatu nilai pada tataran individu sampai integritas sebagai pencapaian tujuan dalam tataran organisasi dan integritas sebagai kesatuan dalam tataran bangsa.
Bagian penting konsep tersebut adalah Tunas Integritas yaitu pribadi-pribadi yang memiliki komitmen integritas yang tinggi, dan bersedia untuk membangun sistem integritas organisasi maupun bangsa. Dengan korupsi yang dapat dikendalikan, sebagai sebuah hasil dari tercapainya integritas nasional, dan wujud sinergi dari berbagai organisasi dan pilar yang telah berintegritas, yang dibangun oleh orang-orang yang berintegritas, dalam konteks ini disebut tunas integritas.
Faktor manusia sebagai kunci perubahan mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia dipandang sebagai pembenahan permasalahan akhlak/moral. Konsep manusia sebagai faktor kunci keberhasilan bukan berarti menafikan faktor lainnya, apalagi jika memperhatikan korupsi yang sudah menjadi kejahatan yang luarbiasa, maka perlu dilakukan
Pemberantasan secara terintegrasi. Dengan demikian, pembenahan akhlak/moral berarti membangun integritas individu dan budaya anti korupsi serta membangun sistem yang berintegritas.
Konsep tunas integritas memastikan tersedianya manusia-manusia yang melakukan upaya peningkatan integritas diri dan lingkungannya dengan membangun sistem yang kondusif, hingga terbentuknya manusia-manusia yang mampu menyelaraskan antara rohani dan jasmani, dengan melakukan penyelarasan pada semua elemen dirinya (jiwa, pikiran, perasaan, ucapan dan tindakan) dengan nurani (standar kebaikan universal), sehingga terbentuk perilaku integritas yang selaras pula dengan berbagai situasi dan lingkungan (sistem dan budaya integritas).
II.6 Kedudukan dan Peran ASN 1. Whole Of Government
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. WoG merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun.
Ada beberapa hal penting mengapa WoG diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan, antara lain :
a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.
b. Adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan.
c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong adanya potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai institusi formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilainilai perekat kebangsaan yang akan menjamin bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini dalam satu frame NKRI.
WoG ditekankan pada terintegrasinya upaya-upaya kementrian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama dalam bentuk kerjasama seluruh elemen pemerintahan. Karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan. Karakteristik WoG tersebut dirumuskan dalam prinsip KISS yaitu koordinasi, integrasi (kolaborasi atau kerjasama), sinergitasi dan simplikasi.
Berdasarkan karakteristik WoG, maka dapat dipraktekkan dalam kontinum koordinasi merger, dimana pelaksanaan WoG mulai dari koordinasi, maka kelembagaan yang terlibat dalam pendekatan WoG tidak mengalami perubahan struktur organisasi. Praktek WoG dalam pelayanan publik adalah:
a. Pelayanan yang bersifat administratif
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga masyarakat seperti KTP, SIUP, ijin trayek, ijin usaha, sertifikat tanah dan lain sebagainya. Praktek WoG dalam jenis pelayanan adminstratif dapat dilihat dalam praktek penyatuan penyelenggaraan izin dalam satu pintu seperti PTSP atau Samsat.
b. Pelayanan jasa
Pelayanan yang menghasilkan dalam bentuk jasa seperti pendidikan, kesehatan, perhubungan, ketenagakerjaan dan lain sebagainya.
c. Pelayanan barang
Pelayanan yang menghasilkan dalam bentuk barang seperti jalan, perumahaan, jaringan telpon, listrik dan seterusnya.
d. Pelayanan regulatif
Pelayanan melalui penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan bermasyarakat.
Indikator dari Whole Of Government adalah:
a. Koordinasi
Koordinasi adalah pengaturan suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan. Proses penyepakatan bersama yang mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda- beda sedemikian rupa, sehingga disisi yang satu semua kegiatan atau unsur tersebut terarah pada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan kegiatan yang satu tidak merusak keberhasilan kegiatan yang lain.
b. Integrasi
Integrasi merupakan proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
c. Sinergitas
Sinergitas adalah kerjasama unsur atau bagian atau fungsi atau instansi atau lembaga yang menghasilkan suatu tujuan lebih baik dan lebih besar daripada dikerjakan sendiri.
d. Simplikasi
Simplikasi adalah penyederhanaan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi suatu kegiatan. Hal tersebut dapat dilakukan antara lain dengan membuat program- program yang realistik, sederhana dan dapat dikerjakan. Misalnya tujuan umum dibuat disederhanakan menjadi tujuan khusus dengan sasaran lebih jelas atau tujuan dibuat lebih rasional
WoG (Whole of Government) didefinisikan sebagai “Suatu model pendekatan integratif fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan perilaku.
Salah satu bentuk penerapan WoG pada pelayanan publik adalah e-Government. E- government adalah tata kelola pemerintahan (governance) yang diselenggarakan secara terintegrasi dan interaktif berbasis teknologi IT, agar hubungan-hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat dapat berlangsung lebih efisien, efektif, produktif dan responsif. Hasil atau manfaat yang diperoleh melalui e- government, antara lain adalah :
a. Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), efisien dan efektif
b. Hemat anggaran dan tepat waktu
c. Transparan sehingga peluang terjadinya kecurangan (fraud), suap dan korupsi akan banyak berkurang.
d. Tingkat akurasi (ketepatan) dan kualitas pelayanan meningkat dan tingkat kesalahan berkurang
e. Kemudahan akses dan kenyamanan pelayanan meningkat sehingga kepuasan publik juga meningkat.
2. Pelayanan Publik
Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk
barang dan/atau jasa, dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Menurut Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai Pelayanan Publikdengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
d. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain.
e. Mudah dan Murah
Pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat harus diterapkan prinsip mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan.
h. Akuntabel
Bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung-jawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah memiliki berbagai tujuan.
3. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Adapun fungsi Pegawai ASN sebagai berikut:
1. Pelaksana kebijakan public;
2. Pelayan public; dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Lebih lanjut, fungsi ASN dijabarkan sebagai berikut :
Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia Untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif dan efisien tersebut diperlukan sebuah sistem pengelolaan SDM yang mampu memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi individu yang bekerja didalamnya. Sebuah sistem yang efisien, efektif, adil, terbuka/transparan, dan bebas dari kepentingan politik/individu/kelompok tertentu. Kondisi ini memberikan
lingkungan yang kondusif bagi pegawai untuk bekerja dan berkinerja karena merasa dihargai dan juga diperhatikan oleh organisasi.
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
III.1 Identifikasi Isu
Sebelum Penetapan Judul Rancangan aktualisasi terlebih dahulu dilakukan identifikasi dan penetapan isu berdasarkan observasi penulis selama bertugas di Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara. Setelah menemukan isu-isu, tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi isu tersebut terkait kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan penulis. Dari hasil identifikasi tersebut isu tersebut akan menghasilkan isu yang layak dan dijadikan rancangan aktualisasi.
Identifikasi isu berdasarkan tugas dan fungsi yang bermasalah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Identifikasi Isu Berdasarkan Tugas dan Fungsi
No. Tugas danFungsi Kondisi saat ini Kondisi yang
diharapkan Kesenjangan/
1. Mendiseminasi isu sesuai SOP mengenai penyusunan metode pengawasan pemasukan dan pengeluaran hewan, dan produk hewan;
Ketidakjelasan SOP pelayanan publik ketika masyarakat ingin menyampaikan keluhan
Perizinan, rekomendasi dan urusan pelayanan lainnya idealnya berada satu pintu di tiap OPD. Sehingga masyarakat ,
kelompok tani, dan OPD lain yang akan mengurus izin, rekomendasi,
pengusulan bantuan, pengaduan/pelaporan atau urusan lainnya tidak lagi rumit pengurusannya.
Belum adanya SOP pelayanan publik
2. Melakukan pengendalian hama dan penyakit hewan;
Beberapa puskeswan/dinas yang membidangi
peternakan dan kesehatan hewan di tiap kabupaten merasakan penggunaan obat hewan kurang optimal karena kurangnya
koordinasi antara pihak terkait sehinngga obat- obatan yang dikirm
Mengoptimalkan Penggunaan Obat Hewan
Belum optimalnya penggunaan obat hewan.
III.2 Sumber Isu
Sumber isu yang dijadikan rancangan aktualisasi bersumber dari unit kerja yaitu Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Buton Utara.
III.3 Teknik Analisis Isu
Analisis Isu menggunakan alat analisis APKL Tabel 3.2 Analisis Kualitas Isu Menggunakan APKL
NO. ISU A K P L SKOR PERINGKAT
1. Belum adanya SOP pelayanan publik
2 4 5 3 14 1
2.
Belum optimalnya penggunaan obat hewan Bidang Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian 5 5 4 5 19 2
3. Kurang optimalnya SOP penanganan
hewan kurban 3 1 2 4 10 4
Skala : 1-5
Angka 5: Sangat gawat/mendesak Angka 4: Gawat/Mendesak Angka 3: Cukup Gawat/Medesak Angka 2: Kurang Gawat/Mendesak Angka 1: Tidak Gawat/Mendesak
Keterangan :
A : Aktual (sedang terjadi/dalam proses kejadian) P : Problematik (Masalah Mendesak untuk dipecahkan) K : Kekhalayakan (Menyangkut Hidup Orang Banyak) L : Layak (Logis, Pantas, Realistis dan dapat di bahas)
Dari analisis kriteria isu dengan alat analisis APKL tersebut maka munculah peringkat isu “Belum optimalnya penggunaan dan monitoring obat hewan di lingkup Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian”.
III.4 Penetapan Isu dan Dampaknya
kadangkala kurang sesuai dengan kebutuhan dan monitoring obat hewan di tempat penyimpanan jarang juga dilakukan sehingga ada beberapa obat yang sudah expired
3. Membuat/
melaksanakan SOPpengendalian danpenanggulangan kesehatan mayarakat veteriner;
Kekhawatiran tidak memenuhinya rukun dan syarat hewan kurban karena belum optimalnya pelaksanaan SOP .
Adanya aturan atau prosedur dalam penanganan hewan kurban untuk memudahkan keputusan tindak lanjut pemeriksaan pemeriksaan (layak potong dan layak konsumsi)
Kurang
optimalnya SOP penanganan hewan kurban