• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN OLEH

A. Tugas dan Jabatan Notaris

2. Tugas Notaris

Secara historis tugas dan kewenangan utama notaris adalah membuat akta otentik baik akta pejabat maupun akta partij dalam bentuk minuta akta, kecuali untuk akta akta tertentu dan atas permintaan yang langsung berkepentingan, notaris dapat membuat akta dalam bentuk in originali. Minuta Akta adalah asli akta yang disimpan dan merupakan bagian dalam protokol notaris dan dari minuta akta yang disimpan ini, notaris berwenang untuk mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta dan Kutipan Akta. Sedangkan akta in Originali adalah asli akta yang diberikan kepada yang langsung berkepentingan dalam akta dan akta in originali ini tidak disimpan dalam

42 Ibid.

protokol notaris, sehingga untuk akta dalam in originali, notaris tidak dapat mengeluarkan Salinan Akta, Kutipan Akta dan Grosse Akta.44 Pasal 1888 jo 1889 KUH.Perdata

Kewajiban adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh seseorang, sehingga kewajiban notaris adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh notaris dalam menjalankan jabatannya. Selain dari pada membuat akta autentik dan lain-lain itu yang memang merupakan tugas pokok atau utama, sehari-hari ia melakukan pula antara lain:45

1. Bertindak selaku penasehat hukum, terutama yang menyangkut masalah hukum perdata;

2. Mendaftarkan akta-akta atau surat-surat dibawah tangan (stukken), melakukan

waarmerking;

3. Melegalisir tanda tangan;

4. Membuat dan mensahkan (waarmerking) salinan atau turunan berbagai dokumen; 5. Mengusahakan disahkannya badan-badan, seperti perseroan terbatas dan

perkumpulan, agar memperoleh persetujuan atau pengesahan sebagai badan hukum dari Menteri Kehakiman;

6. Membuat keterangan hak waris (di bawah tangan); dan

7. Pekerjaan-pekerjaan lain yang bertalian dengan lapangan yuridis dan perpajakan, seperti urusan bea materai dan sebagainya.

Seorang notaris dalam menjalankan tugas jabatannya, harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh UUJN, sebagaimana ketentuan yang dimuat dalam Pasal 15 UUJN, yang berbunyi :46

1. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang

44

http://arigawa.blogspot.com/2010/04/notaris-sebagai-saksi-atau-tergugat.html, tanggal 28 Nopember 2010.

45 Ibid.

dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

2. Notaris berwenang pula :

a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.

b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar di dalam buku khusus.

c. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan di gambarkan dalam surat yang bersangkutan.

d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya. e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta. f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, atau

g. Membuat akta risalah lelang.

3. Selain kewenangan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur di dalam perundang-undangan.

Menurut hemat peneliti, tidak setiap pejabat umum dapat membuat akta, akan tetapi seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu, yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Notaris tidak berwenang membuat akta untuk kepentingan setiap orang bahwa notaris tidak diperbolehkan membuat akta, bagi notaris itu sendiri, isterinya suaminya, keluarga sedarah atau keluarga semenda notaris dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat dan dalam garis kesamping sampai dengan derajat ketiga, baik secara pribadi maupun melalui kuasa. Maksud dan tujuan dari ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan penyalahgunaan jabatan. Bagi setiap notaris ditentukan daerah hukumnya (daerah jabatannya) dan hanya di dalam daerah yang ditentukan baginya itu ia berwenang untuk membuat akta otentik. Akta yang dibuatnya di luar daerah jabatannya adalah tidak sah. Notaris tidak boleh membuat akta selama ia masih cuti atau dipecat dari jabatannya, demikian juga notaris tidak boleh membuat akta sebelum ia memangku jabatannya (sebelum diambil sumpahnya).

Apabila salah satu persyaratan di atas tidak terpenuhi, maka akta yang dibuatnya itu adalah tidak otentik dan hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan, apabila akta itu ditandatangani oleh para penghadap. Berbagai akta yang biasa atau sering dibuat dihadapan atau oleh notaris dalam menjalankan tugas jabatannya adalah sebagai berikut :47

1. Akta-akta yang menyangkut hukum perorangan (personen recht), Burgerlijk WetboekBuku I, antara lain :

a. Berbagai izin kawin baik dari orang tua ataupun kakek/nenek (harus otentik/ Pasal 71 BW).

b. Pencabutan pencegahan perkawinan (harus otentik/Pasal 70 BW).

c. Berbagai perjanjian kawin berikut perubahannya (harus otentik/Pasal 147, 148 BW dan sebagainya).

d. Kuasa melangsungkan perkawinan (harus otentik/Pasal 70 BW).

e. Hibah yang berhubungan dengan perkawinan dan penerimaannya (harus otentik/Pasal 176 dan 177 BW).

f. Berbagai kuasa/bantuan suami kepada istrinya (Pasal 108 dan 139 BW). g. Pembagian harta perkawinan setelah adanya putusan pengadilan tentang

pemisahan harta (harus otentik/Pasal 191 BW).

h. Kuasa melepaskan harta campur (Pasal 132 dan 133 BW).

i. Pemulihan kembali harta campur yang telah dipisah (harus otentik/Pasal 196 BW).

j. Syarat-syarat untuk mengadakan perjanjian pisah meja dan ranjang (Pasal 237 BW).

k. Perdamaian antara suami istri yang telah pisah meja dan ranjang (Pasal 248 dan 249 BW).

l. Keingkaran sahnya anak (Pasal 253 dan 256 BW).

m. Pengakuan anak luar kawin (harus otentik/Pasal 281 BW). n. Pengangkatan wali (harus otentik/Pasal 355 BW).

o. Pengakuan terima perhitungan dan sebagainya dari/kepada Balai Harta Peninggalan (Pasal 412 BW).

p. Pengakuan terima perhitungan wali (Pasal 412 BW). q. Pembebasan wali dari tanggung jawab (Pasal 412 BW).

2. Akta-akta yang menyangkut hukum kebendaan (zaken recht),Burgerlijk Wetboek

Buku II, antara lain :

a. Berbagai macam jenis surat wasiat, termasuk di antaranya penyimpanan wasiat umum, wasiat pendirian yayasan, wasiat umum, wasiat pemisahan dan pembagian harta peninggalan, fideicommis, pengangkatan pelaksana wasiat dan pengurusan harta peninggalan dan pencabutannya (harus otentik/ Pasal 874 dan seterusnya BW, dikecualikancodicil).

b. Berbagai kuasa yang menyangkut warisan, seperti kuasa keterangan menimbang, menerima secara terbatas, menolak harta peninggalan (Pasal 1023 dan sebagainya 1044 dan seterusnya BW).

c. Berbagai akta pemisahan dan pembagian harta penginggalan/warisan (dalam berbagai hal harus otentik/ Pasal 1066 dan seterusnya BW).

d. Pencatatan harta peninggalan (Pasal 1073 BW).

e. Jaminan kebendaan gadai (Pasal 1150 dan seterusnya BW).

f. Jaminan kebendaan hipotik (harus otentik/ Pasal 1162 dan seterusnya 1171, 1195 dan 1196 BW juncto peraturan agraria).

3. Akta-akta yang menyangkut hukum perikatan (verbintenissen recht), Burgerlijk WetboekBuku III, antara lain :

a. Berbagai macam/jenis jual beli (Pasal 1457 dan seterusnya BW) untuk tanah dengan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah).

b. Berbagai macam/jenis tukar menukar (Pasal 1541 dan seterusnya BW), untuk tanah dengan akta PPAT.

d. Macam-macam perjanjian perburuhan/hubungan kerja (Pasal 1601 dan seterusnya BW).

e. Aneka perjanjian pemborongan pekerjaan (Pasal 1064 dan seterusnya BW). f. Rupa-rupa persekutuan/perseroan (Maatschap) (Pasal 1618 dan seterusnya

BW).

g. Berbagai jenis perkumpulan (Pasal 1653 dan seterusnya BW).

h. Berbagai hibah (Pasal 1666 dan seterusnya BW), untuk tanah dengan akta PPAT (harus otentik/Pasal 1682 BW).

i. Rupa-rupa penitipan barang (Pasal 1694 dan seterusnya BW).

j. Aneka perjanjian tentang pinjam pakai (Pasal 1740 dan seterusnya BW). k. Berbagai perjanjian pinjam-meminjam/kredit/hutang uang dan sebagainya

(Pasal 1754 dan seterusnya BW).

l. Rupa-rupa pemberian kuasa, khusus maupun umum (Pasal 1792 dan seterusnya BW).

m. Penanggungan utang/jaminan pribadi/borgtocht(Pasal 1820 BW). n. Perdamaian dalam berbagai masalah (Pasal 1851 dan seterusnya BW).

4. Akta-akta yang menyangkut hukum dagang/perusahaan (Wetboek van Koophandeldan lain-lain), antara lain :

a. Berbagai perseroan (Maatschap, Firma,Comanditair Vennotschap, Perseroan Terbatas biasa, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, Perseroan, Perseroan Indonesia atas saham, baik pendirian, perubahan, pembekuan maupun pembubarannya serta gabungan beberapa perusahaan atau merger dan lain sebagainya.

b. Protes non pembayaran/akseptasi (harus otentik/Pasal 132 dan 143 WvK). c. Berbagai perantara dagang, seperti perjanjian keagenan dagang dan kontrak

perburuhan dengan pedagang keliling.

d. Akta-akta yang menyangkut badan-badan sosial atau kemanusiaan (zedelijke lichamen), seperti Perkumpulan Yayasan (harus/biasa otentik) dan wakaf.

Kewajiban bagi notaris diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UUJN dan Pasal 3 Kode Etik. Kewajiban notaris berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah :48

1. Bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.

2. Membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol notaris.

3. Mengeluarkan grosse akta, salinan akta atau kutipan akta berdasarkan minuta akta.

4. Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam UUJN, kecuali ada alasan untuk menolaknya.

5. Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain.

6. Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50 akta, dan jika jumlah akta tidak dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari 1 buku, dan mencatat jumlah minuta akta, bulan dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku.

7. Membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga.

8. Membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta setiap bulan.

9. Mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf hatau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke daftar pusat wasiat departemen yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang kenotariatan dalam waktu 5 hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya.

10. Mencatat dalam reportorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan.

11. Mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan dan tempat kedudukan yang bersangkutan.

12. Membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi dan notaris.

13. Menerima magang calon notaris.

Sedangkan kewajiban notaris yang diatur oleh Pasal 3 Kode Etik adalah : 1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik.

2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Jabatan Notaris. 3. Menjaga dan membela kehormatan perkumpulan.

4. Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan notaris.

5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan.

6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara.

7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotarisan lainnya untuk masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium.

8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut merupakan satu-satunya kantor bagi notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas jabatan sehari-hari.

9. Memasang 1 (satu) buah papan nama di depan/dilingkungan kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau 200 cm x 80 cm, yang memuat :

a. Nama lengkap dan gelar yang sah.

b. Tanggal dan nomor surat keputusan pengangkatan yang terakhir sebagai notaris.

c. Tempat kedudukan.

d. Alamat kantor dan nomor telepon/fax. Dasar papan nama berwarna putih dengan huruf berwarna hitam dan tulisan di atas papan nama harus jelas dan mudah dibaca. Kecuali di lingkungan kantor tersebut tidak dimungkinkan untuk pemasangan papan nama dimaksud.

10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh perkumpulan, menghormati, mematuhi, melaksanakan setiap dan seluruh keputusan perkumpulan.

11. Membayar uang iuran perkumpulan secara tertib.

12. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang meninggal dunia.

13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium ditetapkan perkumpulan.

14. Menjalankan jabatan notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan dan penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali karena alasan-alasan yang sah.

15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahim.

16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan status ekonomi dan/atau status sosialnya.

17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas pada ketentuan yang tercantum dalam :

a. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan Notaris.

c. Isi Sumpah Jabatan Notaris.

B. Surat Kuasa Yang Dibuat Notaris

Penggunaan surat kuasa saat ini sudah sangat umum di tengah masyarakat untuk berbagai keperluan. Awalnya konsep surat kuasa hanya dikenal dalam bidang hukum, dan digunakan untuk keperluan suatu kegiatan yang menimbulkan akibat hukum, akan tetapi saat ini surat kuasa bahkan sudah digunakan untuk berbagai keperluan sederhana dalam kehidupan masyarakat. Ada beberapa banyak yang mendefinikan tentang surat kuasa :

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Keluaran Balai Pustaka mendefinisikan surat kuasa sebagai ”surat yang berisi tentang pemberian kuasa kepada seseorang untuk mengurus sesuatu”.

2. Gramatikal bahasa Inggris, definisi surat kuasa atau Power Of Attorney adalah sebuah dokumen yang memberikan kewenangan kepada seseorang untuk bertindak atas nama seseorang lainnya (a document that authorizes an individual to act on behalf of someone else).

3. Rachmad Setiawan dalam bukunya ”Hukum Perwakilan dan Kuasa” mengatakan pengaturan tentang surat kuasa di KUHPerdata sebenarnya mengatur soal

lastgevingyang terjemahan harafiahnya pemberian beban perintah.

Pada dasarnya tidak ada aturan hukum apapun yang memberikan definisi tentang surat kuasa, sehingga untuk lebih memahami perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud pemberian kuasa. Dalam Pasal 1792 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan :

“Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan”.

Hukum pembuktian mengenal adanya alat bukti yang berupa surat sebagai alat bukti tertulis. Surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian. Surat sebagai alat bukti tertulis dibagi menjadi dua yaitu surat yang merupakan akta dan surat-surat yang bukan akta.49

Secara mendasar, Hukum Acara Perdata mengenal 3 macam surat, yaitu: surat biasa, akta di bawah tangan dan akta otentik. Dibandingkan dengan surat biasa dan akta di bawah tangan, akta otentik merupakan bukti yang cukup atau bukti yang sempurna, artinya bahwa isi fakta tersebut oleh hakim dianggap benar, kecuali apabila diajukan bukti lawan yang kuat. Hal mana berarti bahwa hakim harus mempercayai apa yang tertulis dalam akta tersebut, dengan perkataan lain apa yang termuat dalam akta tersebut harus dianggap benar selama ketidakbenarannya tidak dibuktikan terhadap pihak ketiga.50

Kekuatan pembuktian akta di bawah tangan dinyatakan dalam Ordonansi

tahun 1867 nomor 29 yang intinya menyatakan bahwa barang siapa yang terhadapnya diajukan suatu tulisan di bawah tangan, diwajibkan secara tegas mengakui atau menyangkal tanda tangannya, tetapi bagi para ahli warisnya atau orang-orang yang

49 Abdul Ghofur Anshori, Ibid, halaman 17.

50 http://hukumwaris.com/hukum-perdata/85-akta-otentik-dalam-hukum-positif-indonesia

mendapat hak dari padanya, cukuplah jika mereka menerangkan tidak mengakui tulisan atau tanda tangan itu sebagai tulisan atau tanda tangan orang yang mereka wakili. Akta di bawah tangan yang diakui isi dan tandatangannya, dalam kekuatan pembuktian hampir sama dengan akta otentik, bedanya terletak pada kekuatan bukti keluar, yang tidak dimiliki oleh akta di bawah tangan. Surat-surat lain selain akta mempunyai nilai pembuktian sebagai bukti bebas.51

Surat kuasa dapat berbentuk akta otentik (akta notaris), secara di bawah tangan, secara biasa/lisan dan secara diam-diam (Pasal 1793 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/KUHPerdata). Ada 2 jenis surat kuasa yang diatur berdasarkan Pasal 1795 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu :

1. Surat Kuasa Umum

Surat kuasa umum yaitu kuasa yang diberikan kepada seorang penerima kuasa antara lain meliputi perbuatan untuk kepentingan si pemberi kuasa. Contohnya mengurus pembayaran listrik, telepon, air, penghunian dan pemeliharaan.

2. Surat Kuasa Khusus

Surat kuasa khusus yaitu kuasa yang diberikan hanya untuk kepentingan tindakan tertentu. Di dalam surat kuasa khusus ini harus dengan jelas dan tegas disebutkan tindakan tertentu yang dikuasakan tersebut. Contohnya kuasa untuk mengalihkan suatu barang bergerak dan kuasa untuk membebankan Hak Tanggungan, kuasa untuk mewakili klien berperkara di Pengadilan bagi seorang pengacara.

Adapun syarat yang harus dipenuhi agar suatu surat disebut Akta adalah :52 a. Surat itu harus ditanda tangani. Keharusan ditanda tangani sesuatu surat untuk

dapat disebut akta ditentukan dalam pasal 1874 KUHPerdata. Tujuan dari keharusan ditanda tangani itu untuk memberikan ciri atau untuk mengindividualisasi sebuah akta yang satu dengan akta yang lainnya, sebab tanda tangan dari setiap orang mempunyai cirri tersendiri yang berbeda dengan tanda tangan orang lain. Dan dengan penanda tangannya itu seseorang dianggap menjamin tentang kebenaran dari apa yang ditulis dalam akta tersebut.

b. Surat itu harus memuat peristiwa yang menjadi dasar sesuatu hak atau perikatan. Jadi surat itu harus berisikan suatu keterangan yang dapat menjadi bukti yang dibutuhkan, dan peristiwa hukum yang disebut dalam surat itu haruslah merupakan peristiwa hukum yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan. c. Surat itu diperuntukan sebagai alat bukti. Jadi surat itu memang sengaja dibuat

untuk dijadikan alat bukti. Menurut ketentuan aturan Bea Materai Tahun 1921 dalam pasal 23 ditentukan antara lain : bahwa semua tanda yang ditanda tangani yang diperbuat sebagai buktinya perbuatan kenyataan atau keadaan yang bersifat hukum perdata dikenakan bea materai tetap sebesar Rp.25,-. Oleh karena itu sesuatu surat yang akan dijadikan alat pembuktian di pengadilan harus ditempeli bea materai secukupnya (sekarang sebesar Rp.6.000,-).

Dalam pembuatan akta surat kuasa, ada hal-hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu yaitu :

1. Penghadap harus berumur paling sedikit 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dengan kata lain cakap melakukan perbuatan hukum.53

2. Pengahadap harus dikenal oleh notaris atau diperkenalkan kepadanya ole 2 (dua) orang saksi pengenal yang berumur paling sedikit 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2 (dua) penghadap lainnya.54

52 http://www.blogster.com/komparta/analisis-hukum-tentang, tanggal 22 Oktober 2010. 53 Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 54 Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

3. Akta dibuat dalam bahasa Indonesia dan atau dapat dibuat dalam bahasa lain yang dipahami oleh notaris dan saksi apabila pihak yang berkepentingan menghendaki sepanjang undang-undang tidak menentukan lain.55

Surat kuasa otentik atau surat lainnya yang menjadi dasar kewenangan pembuatan akta yang dikeluarkan dalam bentuk originali atau surat kuasa di bawah tangan wajib dilekatkan pada minuta akta. Surat kuasa otentik yang dibuat dalam minuta akta diuraikan dalam akta. Isi akta tidak boleh diubah atau ditambah, baik berupa penulisan tindih, penyisipan, pencoretan, atau penghapusan dan menggantinya dengan yang lain. Perubahan mana dalam akta hanya sah apabila perubahan tersebut diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi dan notaris.

Mengingat Notaris diangkat oleh Menteri kehakiman dalam “Jabatan Kepercayaan”untuk kepentingan masyarakat demi tercapainya kepastian hukum dan bukan untuk kepentingan pribadi Notaris yang bersangkutan sehingga menimbulkan tanggung jawab yang berat,baik dipandang dari segi hukum maupun dari segi moral dan etika, maka diperlukan pengawasan terhadap para Notaris agar kepentingan masyarakat pemakai jasa Notaris dapat dilindungi.

Ada beberapa fungsi surat (akta) ditinjau dari segi hukum, yaitu :56 1. Sebagai syarat menyatakan perbuatan hukum.

Dalam beberapa peristiwa atau perbuatan hukum dimana akta ditetapkan sebagai syarat pokok (formalitas causa), tanpa akta dianggap perbuatan hukum yang dilakukan tidak memenuhi syarat formil. Sebagai contoh, perbuatan hukum memanggil penggugat aiau tergugat untuk menghadiri sidang, maka hal tersebut

55 Pasal 43 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

56 http://elfatsani.blogspot.com/2009/04/pembuktian-di-muka-persidangan.html, tanggal 25

harus dilakukan dengan akta (eksploisi) sebab jika tidak demikian maka dinyatakan tidak sah. Contoh lain yakni somasi harus dilakukan dengan surat (akta), sebab dengan demikian akan terpenuhi ketentuan “ingebreke steling”, dimana dibetur dalam keadaan wanprestasi.

2. Sebagai alat bukti.

Pada umumnya pembuatan akta tidak lain dimaksudkan sebagai alat bukti sekaligus bias juga melekat sebagai syarat menyatakan perbuatan dan sekaligus dimaksudkan sebagai fungsi alat bukti, dengan demikian suatu akta bias berfungsi ganda.

3. Sebagai alat bukti satu-satunya.

Dalam hal ini surat(akta) berfungsi sebagai “probationis Causa” , sebab tanpa surat (akta), maka tidak dapat dibuktikan dengan alat bukti lain. Untuk lebih jelasnya dapat diambil contoh pembuktian perkawinan, satu-satunya alat bukti mengenai hubungan perkawinan tidak lain hanya dengan “kutipan akta nikah”.

Pada hakikatnya kekuatan pembuktian dari akta itu selalu dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :57

1. Kekuatan pembuktian lahir.

Yang dimaksud dengan kekuatan pembuktian lahir ialah kekuatan pembuktian yang didasarkan atas keadaan lahir dari akta itu, maksudnya bahwa suatu surat yang kelihatannya seperti akta, harus diperlakukan sebagai akta, sampai dibuktikan sebaliknya. Akta otentik mempumyai kekuatan lahir sesuai dengan asas akta publica probant seseipsa yang berarti bahwa suatu akta yang lahirnya

Dokumen terkait