• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN LEMBAGA

C. Tugas Ombudsman

Menurut ketentuan Pasal 7 UU No. 37 Tahun 2008 tentang ORI, Ombudsman bertugas:101

1. Menerima Laporan atas dugaan Mal-administrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

2. Melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;

3. Menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman;

4. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan Mal-administrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

5. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;

6. Membangun jaringan kerja;

101

7. Melakukan upaya pencegahan Mal-administrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan

8. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang- undang.

Eksistensi Ombudsman dapat kita lihat dari beberapa contoh Kasus yang ditangani oleh Ombudsman, di antaranya :

1. POLRI

Kepolisian, khususnya bagian pengurusan SIM, ternyata belum memahami arti melayani dan melindungi (to serve and to protect) sebagai visi Kepolisian Negara. Hal ini terungkap dari hasil penelitian mal-administrasi pengurusan SIM di DKI Jakarta yang dilakukan Universitas Trisakti bekerjasama dengan Ombudsman. Dari hasil penelitian yang melibatkan 1.325 responden, ternyata mal-administrasi yang paling banyak ditemukan saat pengurusan SIM adalah perlakuan kasar petugas sebanyak 83.1%. Setelah itu, petugas tidak menyampaikan hak-hak terlebih dahulu sebanyak 79.4%. Dan ketiga terbanyak, petugas tidak menindaklanjuti laporan sebanyak 69.7%.102

Maladministrasi yang terjadi di Kepolisian ini pada gilirannya mengakibatkan rendahnya citra Kepolisian. Mardiono, Inspektur Wilayah II, Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Kepolisian memberikan tanggapan atas penelitian tersebut mengakui, di Kepolisian memang masih sering terjadi maladministrasi. Padahal soal pengurusan SIM menjadi etalaseperfomance

Senada dengan Mardiono, kriminolog Adrianus Meliala juga melihat, saat ini ada

Polri. Namun Mardiono menilai, mal-administrasi itu sering terjadi kemungkinan besar karena belum adanya peraturan pelaksana dari UU Kepolisian yang baru (UU No.2 Tahun 2002), khususnya bidang pengawasan. Dulu, kalau ada anggota Polri yang melakukan pelanggaran, diproses dengan menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Militer.

gap

Meski begitu, Mardiono mengungkapkan bahwa di samping Irwasum, saat ini di lingkungan Polri juga sudah ada divisi profesi dan pengamanan (Dispropam). Dispropam merupakan peleburan dari provost dan pengamanan. Divisi ini bertugas peraturan organisasi Polri. Menurut Adrianus, peraturan pelaksana dari UU Polri sampai sejauh ini masih minim. Pasalnya ketika Januari 2002 lalu diberlakukan UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, seharusnya pemerintah maupun Kapolri segera membuat peraturan pelaksanaannya yang lebih rendah, seperti Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Kepres), maupun Keputusan Kapolri yang bertugas untuk menjembatani pelaksanaan UU.

102

Hasil penelitian yang telah dilakukan tim dari Universitas Trisakti pada bulan Desember 2002 yang merupakan bagian dari 19 variabel maladministrasi yang diukur dan digunakan dalam melihat maladministrasi yang terjadi di Kepolisian, khususnya saat pengurusan SIM.

melakukan pengawasan profesi dan pengamanan terhadap anggota Polri. Sedangkan terhadap anggota Polri yang melakukan tindak pidana, maka terhadap mereka akan diperiksa oleh reserse. Selanjutnya, berkas perkaranya akan dilimpahkan kepada jaksa penuntut umum (JPU). Mardiono juga menegaskan, saat ini setiap kasus atau perkara harus selesai dituntaskan aparat kepolisian. Apalagi jika ada kasus yang tidak terselesaikan, maka hal itu menjadi hutang polisi.

Kepolisian jangan anggap remeh pengaduan masyarakat ke Ombudsman. Soalnya berdasarkan UU Nomor 37 Tahun 2008 Ombudsman diberi kewenangan memberikan rekomendasi yang wajib dilaksanakan. Ini berarti, polisi harus melaksanakan semua rekomendasi Ombudsman. Tentu ini sangat berat. Soalnya, kepolisian yang paling banyak dilaporkan ke Ombudsman, sehingga paling banyak juga mendapatkan rekomendasi. Dari Januari sampai Februari 2008 lalu, Ombudsman menerima 235 pengaduan masyarakat. Yang paling banyak dikeluhkan adalah pelayanan Polri, yakni 79 kasus. Kemudian dari Januari sampai dengan Oktober 2008, lembaga yang dipimpin Antonius Sujata itu menerima 614 keluhan masyarakat. Yang paling banyak dilaporkan pelayanan kepolisian, yakni sebanyak 181.

Dari 614 keluhan yang dilaporkan ke Ombudsman itu melalui surat sebanyak 285, datang langsung 271, telepon 42, fax 9, intemet 2, media 5. Sedangkan pelapornya terdiri dari perorangan/korban langsung 378, kuasa hukum 63, kelompok masyarakat 47, keluarga korban 50, lembaga swadaya masyarakat 38, lain-lain 19, badan hukum 7, Lembaga Bantuan Hukum 6, organisasi profesi 3, instansi pemerintah 3.103

Banyaknya keluhan masyarakat ke Ombudsman ini menunjukkan masyarakat sudah pandai dan mempunyai daya kritis terhadap peningkatan mutu pelayanan lembaga penegak hukum seperti kepolisian, pengadilan dan kejaksaan yang sistemnya belum berjalan secara maksimal. Makanya perlu pembenahan. Dengan adanya UU No. 37 Tahun 2008 Tentang ORI, lembaga Ombudsman lebih kuat lagi dalam memberikan rekomendasi terhadap lembaga yang pelayanan masyarakatnya buruk.

Apalagi dalam pasal 38 ayat 4 UU No. 37 Tahun 2008 bila terlapor dan atasan terlapor tidak melaksanakan Rekomendasi atau hanya melaksanakan sebagian rekomendasi dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh Ombudsman. Maka Ombudsman dapat mempublikasikan atasan terlapor yang tidak melaksanakan rekomendasi dan menyampaikan laporan kepada DPR dan Presiden. Bahkan dalam pasal 39 disebutkan sanksi lain yang diberikan kepada terlapor dan atasan terlapor, yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat 1, 2, atau 4

103

bisa dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.104

Kepolisian sebenarnya sudah melakukan reformasi. Hanya saja masih berjalan lambat. Indikasinya adalah masih banyaknya keluhan masyarakat tehadap pelayanan yang diberikan korps Bhayangkara itu. Menurut Hermanto, pengaduan masyarakat dan tindak lanjutnya itu masih tergolong sedikit bila dibandingkan dengan kompleksitas permasalahan yang ada. Sementara Bambang Widodo Umar mengatakan, perlunya koordinasi aparat keamanan serta perkembangan situasi sosial, ekonomi, dan politik dewasa ini sering kali membuat kepolisian tidak siap untuk tetap melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Koordinasi sesama aparat keamanan belum jelas. Secara eksternal faktor-faktor itu sangat mempengaruhi kinerja Polri.

Pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Yusuf Supendi mengeluhkan lambatnya pelayanan Bareskrim Polri dalam menanggapi laporan perihal ancaman dan penggelapan uang yang dilakukan sejumlah petinggi PKS.105 Ia pun mengadukan hal ini ke ORI untuk berkonsultasi terkait dugaan maladministrasi yang dilakukan Polri. Laporan (pelayanan) termasuk kategori tugas dan wewenang Ombudsman. Menurut kuasa hukum Yusuf, Ahmad Rivai, tindakan ini dilakukan karena hingga kini belum ada tanggapan secara tertulis dari Polri mengenai pelaporan dirinya yang ditujukan kepada sejumlah petinggi PKS. "Padahal laporan sudah lebih dari satu bulan, aturannya sudah ada tanggapan maksimal 30 hari sejak laporan disampaikan," katanya.

2. Tenaga Kerja Wanita (TKW)

Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) wanita di Riyadh Arab Saudi, Ernawati telah meninggal dunia hampir lima bulan lalu. Pihak keluarga menilai, meninggalnya Erna seharusnya bisa dicegah apabila tiga institusi sigap dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Tiga institusi tersebut adalah Kementerian Luar Negeri, Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Kakak Kandung Erna, Yenni Larasati menuturkan pada bulan Desember tahun lalu adiknya sempat menghubunginya. Saat itu adiknya cerita bahwa kondisinya sangat tertekan karena majikannya sering melakukan kekerasan. Di bulan berikutnya, Erna juga berkali-kali menghubungi keluarga dengan cerita yang sama bahkan disiksa hingga muntah darah. Atas dasar ini pula, dirinya bersama Elly melaporkan kekerasan yang menimpa Erna ke Kementerian Luar Negeri.

104

Hermawanto, Kepala Bagian Advokasi Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH) Jakarta dan pengamat kepolisian Universitas lndonesia (UI) Bambang Widodo Umar, dalam Rakyat Merdeka, 9 November 2008.

105

Lambatnya Pelayanan Polri diadukan ke Ombudsman., Rabu, 18 Mei 2011.

Laporan tersebut dilakukan pada 31 Januari. Saat itu, pihak Kemenlu berjanji akan memproses laporan mereka. Sehari setelah itu, Erna kembali menghubungi Yenni untuk terakhir kalinya. Kala itu Erna mengaku dipaksa berhubungan intim dengan teman majikannya. "Erna bilang mendapatkan kekerasan dan dipaksa melayani teman majikannya," kata Yenni. Kemudian pada 11 Februari salah satu rekan Erna di Riyadh menghubungi dirinya dan mengatakan bahwa adiknya telah meninggal dunia. Di saat yang sama pula dirinya bersama Elly menanyakan kebenaran kabar tersebut Kemenlu. "Kata Dewi staf advokasi khusus melayani timur tengah Kemenlu akan menyelidiki terlebih dahulu kebenaran berita tersebut". Keesokkannya Elly bersama Yenni melaporkan hal ini ke BNP2TKI.

Menurut Yenni, hingga kini jasad adiknya masih berada di rumah sakit di Riyadh karena belum dilakukan otopsi. Ia menuntut, jasad adiknya segera dipulangkan ke tanah air. Dirinya hanya memperoleh surat dari KBRI mengenai keterangan meninggalnya Erna karena bunuh diri dengan minum racun tikus. "Surat aneh karena adik saya tertulis berasal dari Subang bukan Kudus. Ini ada kejanggalan. Kemenlu dan BNP2TKI tak ada respon sama sekali. Kalau pekerja kita dipancung karena bunuh majikan, saya minta orang arab yang bunuh adik saya juga dipancung".

Perusahaan jasa yang mengirim Erna ke Riyadh, lanjut Elly Arnita, diduga juga bermasalah. Karena saat pengiriman, usia Erna di mark up. Perusahaan tersebut bernama Bughsan Labrindo. "Saat dikirim Erna masih berumur 16 tahun, lalu didokumen pengiriman umurnya dituakan menjadi 23 tahun". Mendengar laporan ini, pihak Ombudsman berjanji akan menindaklanjutinya. Komisioner Ombudsman, Kartini Istiqomah mengatakan pihaknya akan mengundang perwakilan dari tiga institusi yang dilaporkan sesegera mungkin. "PJTKI soal mark up usia. BNP2TKI, kita ingin tahu sejauh mana melindungi para TKI. Kemenlu akan kita undang untuk klarifikasi," katanya.

Jika terbukti bersalah, pihaknya mengakui tak bisa memberikan sanksi secara langsung ke tiga institusi tersebut. Kartini mengatakan, Ombudsman hanya bisa memberikan rekomendasi jika benar terjadi kelalaian. Rekomendasi nantinya akan diteruskan ke DPR, Satgas TKI hingga presiden. "Rekomendasi harus dipatuhi karena kita lembaga negara," pungkasnya.106

3. Wali Kota Bogor

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor diberi waktu 60 hari untuk mencabut Surat Keputusan (SK) Walikota Bogor No. 645.45-137 tahun 2011 yang dikeluarkan pada 11 Maret 2011 tentang Pencabutan Keputusan Walikota Bogor Nomor 645.8-372

106

Tahun 2006 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atas nama Gereja Kristen Indonesia (GKI) yang terletak di Jalan KH Abdullah Bin Nuh, Taman Yasmin, Bogor.

Demikian rekomendasi Ombudsman Indonesia yang dibacakan oleh Anggota Ombudsman, Budi Santosa, di Gedung Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (18/7). Rekomendasi tersebut diserahkan pada Walikota Bogor yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Bogor Bambang Gunawan, perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Achdiat, dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang diwakili Direktur Ketahanan Seni Budaya Agama dan Kemasyarakatan, Budi Prasetyo. Ombudsman menilai SK pencabutan IMB GKI Yasmin merupakan perbuatan mal-administrasi.

Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Walikota Bogor Diani Budiarto tersebut dianggap telah melakukan perbuatan melawan hukum dan pengabaian kewajiban hukum serta menentang putusan Peninjauan Kembali (PK) Mahkamah Agung (MA) Nomor 127 PK/TUN/2009. Rekomendasi ini dikeluarkan Ombudsman usai mendengar keterangan seluruh pihak yang berkaitan dengan kasus pencabutan IMB GKI Yasmin oleh Walikota Bogor.

Dari hasil investigasi yang dilakukan Ombudsman, menunjukkan Walikota Bogor tidak memiliki komitmen untuk melaksanakan putusan Peninjauan Kembali (PK) Makhamah Agung tertanggal 9 Desember tahun 2010 meskipun mereka telah beberapa kali bertemu dengan pihak GKI taman Yasmin untuk membahas persoalan ini. Ketua Ombudsman Indonesia, Danang Girindrawardana menyatakan, tanda yang tidak baik bagi penegakan hukum di Indonesia jika putusan MA sebagai putusan hukum tertinggi di Indonesia tidak diindahkan oleh seorang walikota.

Atas dasar itu sanksi rekomendasi yang merupakan sanksi tertinggi Ombudsman Indonesia bila terjadi mal administrasi harus dilakukan. Danang menegaskan akan terus mengawasi dan melakukan komunikasi dengan Pemkot Bogor dalam menjalankan rekomendasi tersebut. Jika dalam waktu 60 hari Walikota Bogor tidak melaksanakan rekomendasi dari Ombudsman maka pihaknya menyerahkan pada mekanisme dan pembina politik yang lebih tinggi dari Walikota, yakni Gubernur, Kementerian Dalam Negeri, dan DPR untuk menjadi penilaian tersendiri bagi Diani Budiarto.

"Merekalah yang nantinya akan melakukan tindakan selanjutnya. Kami akan serahkan pada mekanisme politik yang lebih tinggi, dan akan menjadi laporan khusus, itulah mengapa kami juga mengundang Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Kementerian Dalam Negeri," katanya. Selain merekomendasikan Pemkot Bogor untuk mencabut SK, dalam surat rekomendasi bernomor 11/REK/0259.3020/BS-15/VII/2011 tersebut, Ombudsman juga merekomendasikan kepada Gubernur Jawa Barat dan Walikota Bogor untuk melakukan koordinasi dalam pelaksanaan

pencabutan SK sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku. Sedangkan kepada Kemendagri diminta untuk melakukan pengawasan dalam rangka pelaksanaan rekomendasi tersebut.

Budi Prasetyo menyatakan semua pihak diharap dapat bersama-sama menyelesaikan persoalan ini. Dia mengatakan belum dapat memastikan langkah yang akan dilakukan Kemendagri bila dalam 60 hari Pemkot Bogor mengabaikan rekomendasi Ombudsman.“Kami hanya dapat mengawasi urusan jalannya pemerintahan. Sementara dalam permasalahan ini terkait juga dengan permasalahan hukum dan agama,” katanya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Sekda Bogor, Bambang Gunawan menyatakan pihak Pemkot Bogor menerima saran dari Ombudsman dan berusaha untuk melaksanakan rekomendasi tersebut. Bambang beralasan tidak dilaksanakannya putusan PK MA selama ini karena keinginan dari masyarakat sekitar lokasi berdirinya GKI Yasmin.107

Dokumen terkait