• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I PENDAHULUAN

D. Mekanisme Kerja UPZ Universitas Gunadarma

2. Tugas Pokok dan Fungsi UPZ

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan salah satu lembaga yang diamanahkan dalam UU No.23 tahun 2011 yang bertugas untuk melaksanakan pengelolaan zakat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimbingan Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2001 pasal 9 ayat (2), BAZNAS dapat membentuk Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) pada instansi/lembaga kampus/pemerintah pusat, BUMN, dan perusahaan swasta yang berkedudukan di Ibukota Negara dan pada kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

Selanjutnya Keputusan Dirjen Bimbingan Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2011 pasal 9 ayat (1), definisi UPZ atau Unit Pengumpul Zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat disemua tingkatan dengan tugas untuk melayani muzakki yang menyerahkan zakatnya. Unit Pengumpul Zakat Gunadarma pun memiliki tugas dan fungsi yang sama dalam melayani muzakki dilingkungan Universitas Gunadarma, yaitu :

a. Pengumpulan zakat, infaq, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya dari pihak dosen di lingkungan Universitas Gunadarma. Dalam melaksanakan penghimpunan zakat, UPZ Gunadarma melakukan:

- Pelaksanakan sosialisasi kewajiban ZIS di wilayahnya;

- Memberikan pelayanan kepada muzakki;

- Mengumpulkan dana zakat dan non zakat;

- Mengadministrasikan pengumpulan dana ZIS;

- Mengelola database muzakki;

- Memberikan laporan kegiatan pengumpulan ZIS di UPZ.

b. Menyetorkan seluruh hasil pengumpulan zakat yang kepada Badan Amil Zakat Nasional pusat.

c. Melaksanakan perbantuan penyaluran/pendayagunaan zakat sesuai dengan program BAZNAS dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

- Membuat program penyaluran yang tepat sesuai Syari’ah;

4 - Menyalurkan dana ZIS kepada mustahik;

- Mengadministrasikan dana ZIS kepada mustahik;

- Melakukan pembinaan dan monitoring kepada mustahik;

- Mengelola database mustahik;

- Memberikan laporan penyaluran UPZ.

5

5

BAB II

PENGUMPULAN ZAKAT TAHUN 2020

A. Secara Pemotongan Gaji

Pada akhir tahun 2019 UPZ telah memiliki dua rekening Bank DKI yaitu rekening infaq dan rekening Zakat. Dua rekening ini digunakan untuk mempermudah pengumpulan zakat, infaq dan sodaqoh.

Secara umum mekanisme pengumpulan zakat, infaq sodaqoh melalui beberapa jalur pertama bekerjasama dengan bagian Keuangan Universitas Gunadarma untuk melakukan penghitungan zakat profesi staff Universitas Gunadarma dan selanjutnya akan melakukan pemotongan langsung di gaji staff dan penyetoran ke rekening zakat Universitas Gunadarma.

Pengumpulan lainnya dilakukan melalui pengiriman flier dan brosur melalui media sosial dengan mencantumkan norekening zakat dan infaq. Saluran lainnya yang digunakan adalah Instagram, Whatsapp dan lainnya. Beberapa fintech juga dimanfaatkan untuk pengumpulan zakat, infaq dan sedekah. Beberapa fintech yang telah dimanfaatkan adalah OVO dan Dana.

Pemanfaatan fintech menjadi media yang digunakan untuk pengumpulan zakat infaq sedekah bertujuan sebagai media pembelajaran mahasiswa untuk menunmbuhkan kepedulian sesama.

Dengan proses yang sangat efisien mahasiswa dapat berperan dan belajar berempati terhadap sesama melalui zakat dengan sangat mudah.

B. Realisasi Pengumpulan Zakat UPZ Universitas Gunadarma 2020

Melalui berbagai mekanisme pengumpulan zakat yang dilakukan UPZ Universitas Gunadarma, selam tahun 2020 telah berhasil terkumpul dana sebesar Rp

. 98,882,176

, yang secara rinci disajikan pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Realisasi Pengumpulan Zakat & Wakaf UPZ Universitas Gunadarma Januari-Desember 2020

No. Keterangan Realisasi (Rupiah)

1. Penerimaan dana Zakat Mal

(Profesi) Rp. 90,282,176

2. Penerimaan dana Zakat Mal

Perorangan Rp. 5,000,000

3. Penerimaan dana infak/sedekah Rp. 2,700,000

6 4. Penerimaan dana sosial keagamaan

lainnya

- 5. Penerimaan dana sosial keagamaan

lainnya (hibah, nazar, pusaka yang tidak memiliki ahli waris, qurban, kafarat, fidyah, denda atau sitaan pengadilan agama, dan lain sebagainya)

-

6. Wakaf Tunai Rp. 900,000

Total Rp. 98,882,176

C. Hasil Pengumpulan Zakat

Hasil pengumpulan zakat di UPZ Universitas Gunadarma pada tahun 2020 sebesar Rp. 98,882,176.

Dalam proses penyaluran, BAZNAS membantu menyalurkan kepada mustahik sebesar 30% dari total zakat yang terkumpul. Sedangkan 70% UPZ Universitas Gunadarma menyalurkan sendiri kepada saudara dan rekan-rekan Universitas Gunadarma yang sangat membutuhkan. Dengan demikian semua pengumpulan zakat yang dilakukan UPZ Universitas Gunadarma selalu termonitor oleh BAZNAS.

7

7

BAB III

TUGAS PEMBANTUAN PENDISTRIBUSIAN ZAKAT TAHUN 2020

A. Pendistribusian Berdasarkan Asnaf

Perlu diketahui, zakat tidak bisa diberikan pada sembarangan orang. Zakat hanya bisa diberikan pada mustahik atau orang yang berhak menerima zakat. Seperti yang disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 60:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orangorang yang sedang dalam perjalanan,

sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Asnaf atau golongan yang berhak menerima zakat (Qardhawi, 2007), yaitu : 1. Fakir dan miskin

Meskipun kedua kelompok ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan, akan tetapi dalam teknis opersional sering dipersamakan, yaitu mereka yang tidak memiliki penghasilan sama sekali, atau memilikinya akan tetapi sangat tidak mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Zakat yang disalurkan pada kelompok ini dapat bersifat konsumtif, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat pula bersifat produktif, yaitu untuk menambah modal usahanya. Adapun yang dimaksud dengan fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau hasil usaha (pekerjaan) untuk memenuhi kebutuhan pokok dirinya dan tanggungannya termasuk makanan, pakaian, tempat tinggal keperluan-keperluan lain. Jumhur Ulama berpendapat bahwa fakir dan miskin adalah dua golongan tapi satu macam. Yang dimaksud adalah mereka yang kekurangan dan dalam kebutuhan. Tetapi para ahli tafsir dan ahli fiqih berbeda pendapat pula dalam menentukan secara definitif arti kedua kata tersebut secara tersendiri, juga dalam menentukan apa makna kata itu.

2. Miskin

Sedangkan yang dimaksud dengan miskin adalah yang mempunyai harta dan hasil usaha (pekerjaan) akan tetapi masih tidak mencukupi untuk menanggung dirinya dan tanggungannya.

Pemuka ahli tafsir, Al-thabari menegaskan bahwa, yang dimaksud dengan fakir yaitu orang yang dalam kebutuhan, tapi dapat menjaga diri tidak meminta-minta. Sedang yang dimaksud dengan

8 miskin, yaitu orang yang dalam kebutuhan, tapi suka merengek-rengek dan minta-minta.

Diperkuatnya lagi pendapatnya itu dengan berpegang pada arti kata maskanah (kemiskinan jiwa) yang sudah menunjukkan arti demikian. Kedua kelompok tersebut berhak mendapatkan zakat sesuai kebutuhan pokoknya selama setahun, karena zakat berulang setiap tahun. Patokan kebutuhan pokok yang akan dipenuhi adalah berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan pokok lainya dalam batas-batas kewajaran tanpa berlebihlebihan. Diantara pihak yang dapat menerima zakat dari kedua kelompok ini yaitu orang-orang yang memenuhi syarat

“membutuhkan”. Maksudnya, tidak mempunyai pemasukan atau harta, atau tidak mempunyai keluarga yang menanggung kebutuhannya.

3. Amil Zakat (Pengurus Zakat)

Sasaran ketiga dari pada sasaran zakat setelah fakir dan miskin adalah para amil zakat. Yang dimaksud dengan amil zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, mulai dari mengumpulkan, menyimpan, menjaga, mencatat berapa zakat masuk dan keluar serta sisanya dan juga menyalur atau mendistribusikannya kepada mustahik zakat. Allah menyediakan upah bagi mereka dari harta zakat sebagai imbalan dan tidak diambil dari selain harta zakat.

Mereka diangkat oleh pemerintahan dan memperoleh izin darinya atau dipilih oleh instansi Universitas yang berwenang untuk memungut dan membagikan serta tugas lain yang berhubungan dengan zakat, seperti penyadaran atau penyuluhan masyarakat tentang hukum zakat, menerangkan sifat-sifat pemilik harta yang dikenakan kewajiban membayar zakat.

4. Muallaf

Yaitu kelompok orang yang dianggap masih lemah imannya, karena baru masuk Islam. Mereka diberi zakat agar bertambah kesungguhan dalam memeluk Islam dan bertambah keyakinan mereka, bahwa segala pengorbanan mereka dengan masuk Islam tidak sia-sia. Dengan menempatkan golongan ini sebagai sasaran zakat, maka jelas bagi kita bahwa zakat dalam pandangan Islam bukan sekedar perbuatan baik yang bersifat kemanusiaan melulu dan bukan pula sekedar ibadah yang dilakukan secara pribadi, akan tetapi juga merupakan tugas penguasa atau mereka yang berwewenang untuk mengurus zakat.

Di antara kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat dari kelompok muallaf yaitu : a. Orang-orang yang diberi sebagian zakat agar kemudian memeluk Islam.

b. Orang-orang yang diberi zakat dengan harapan agar keistimewaannya kian baik dan hatinya semakin mantap.

9 c. Orang-orang muallaf yang diberi zakat lantaran rekan-rekan mereka yang masih diharapkan

juga Islam.

5. Riqab (Hamba Sahaya)

Riqab adalah, golongan mukatab yang ingin membebaskan diri, artinya budak yang telah dijanjikan oleh tuannya akan dilepaskan jika ia dapat membayar sejumlah tertentu dan termasuk pula budak yang belum dijanjikan untuk memerdekakan dirinya. Adapun cara membebaskan perbudakan ini biasanya dilakukan dua hal, yaitu:

a. Menolong pembebasan diri hamba mukatab, yaitu budak yang telah membuat kesepakatan dan perjanjian dengan tuannya, bahwa ia sanggup membayar sejumlah harta (misalnya uang) untuk membebaskan dirinya.

b. Seseorang atau kelompok orang dengan uang zakatnya atau petugas zakat dengan uang zakat yang telah terkumpul dari para muzakki, membeli budak untuk kemudian dibebaskan.

Mengingat golongan ini sekarang tidak ada lagi, maka zakat mereka dialihkan ke golongan mustahik lain menurut pendapat mayoritas ulama fiqh (jumhur). Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa golongan ini masih ada, yaitu para tentara muslim yang menjadi tawanan.

6. Gharimin (orang-orang yang memiliki hutang)

Yaitu orang-orang yang menanggung hutang dan tidak sanggup untuk membayarnya karena telah jatuh miskin. Mereka bermacam-macam di antaranya orang yang mendapat berbagai bencana dan musibah, baik pada dirinya maupun pada hartanya, sehingga mempunyai kebutuhan mendesak untuk berhutang bagi dirinya dan keluarganya. Golongan ini diberi zakat dengan syarat-syarat sebagai berikut yaitu :

a. Hutang itu tidak timbul karena kemaksiatan

b. Orang tersebut berhutang dalam melaksanakan ketaatan atau mengerjakan sesuatu yang dibolehkan oleh syariat.

c. Pengutang tidak sanggup lagi melunasi utangnya

d. Utang itu telah jatuh tempo, atau sudah harus dilunasi ketika zakat itu diberi kepada si pengutang.

Orang yang berhutang karena kemaslahatan dirinya harus diberi sesuai dengan kebutuhannya, yaitu untuk membayar lunas hutangnya. Apabila ternyata ia dibebaskan oleh orang yang memberi hutang, maka ia harus mengembalikan bagiannya itu.

10 7. Fi Sabilillah

Yang dimaksud dengan fi sabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah dalam pengertian luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama fikih. Intinya adalah melindungi dan memelihara agama serta meniggikan kalimat tauhid, seperti berperang, berdakwah, berusaha menerapkan hukum Islam. Golongan yang termasuk dalam katagori fi sabilillah adalah, da’i, suka relawan 17 perang yang tidak mempunyai gaji, serta pihak-pihak lain yang mengurusi aktifitas jihad dan dakwah. Pada zaman sekarang bagian fi sabilillah dipergunakan untuk membebaskan orang Islam dari hukuman orang kafir, bekerja mengembalikan hukum Islam termasuk jihad fi sabilillah diantaranya melalui pendirian pusat Islam yang mendidik pemuda muslim, menjelaskan ajaran Islam yang benar, memelihara aqidah dan kekufuran serta mempersiapkan diri untuk membela Islam dari musuhmusunya.

8. Ibnu Sabil

Yang dimaksud dengan ibnu sabil adalah orang yang terputus bekalnya dalam perjalanan, untuk saat sekarang, di samping para musafir yang mengadakan perjalanan yang dianjurkan agama. Ibnu sabil sebagai penerima zakat sering dipahami dengan orang yang kehabisan biaya diperjalanan ke suatu tempat bukan untuk maksiat. Tujuan pemberian zakat untuk mengatasi ketelantaran, meskipun di kampung halamannya ia termasuk mampu. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Islam memberikan perhatian kepada orang yang terlantar. Penerima zakat pada kelompok ini disebabkan oleh ketidakmampuan yang sementara. Para ulama sepakat bahwa mereka hendaknya diberi zakat dalam jumlah yang cukup untuk menjamin mereka pulang. Pemberian ini juga diikat dengan syarat bahwa perjalanan dilakukan atas alasan yang bisa diterima dan dibolehkan dalam Islam. Tetapi jika musafir itu orang kaya di negerinya dan bisa menemukan seseorang yang meminjaminya uang, maka zakat tidak diberikan kepadanya. Golongan ini diberi zakat dengan syarat-syarat sebagai berikut yaitu:

a. Sedang dalam perjalanan di luar lingkungan negeri tempat tinggalnya. Jika masih di lingkungan negeri tempat tinggalnya, lalu ia dalam keadaan membutuhkan, maka ia dianggap sebagai fakir atau miskin.

b. Perjalanan tersebut tidak bertentangan dengan syari’at Islam, sehingga pemberian zakat itu tidak menjadi bantuan untuk berbuat maksiat.

c. Pada saat itu ia tidak memiliki biaya untuk kembali ke negerinya, meskipun di negerinya sebagai orang kaya. Jika ia mempunyai piutang belum jatuh tempo, atau kepada orang lain yang tidak diketahui keberadaannya, atau kepada seseorang yang dalam kesulitan keuangan, atau kepada orang yang mengingkari hutangnya, maka semua itu tidak menghalanginya.

11

B. Pendistribusian Wakaf Tunai

Wakaf uang (cash waqaf/ waqf al nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang atau lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Wakaf tunai (cash waqf) pertama kali dipakai pada masa Utsman di Mesir, diakhir abad ke-16 (1555-1823 M) (Cizakca, 2004). Pengelolaan dana wakaf tunai telah diatur dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang menyebutkan bahwa wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang untuk kemashlahatan umat.

C. Prinsip-Prinsip Pendistribusian UPZ Universitas Gunadarma

Pendistribusian UPZ Universitas Gunadarma memperhatikan sejumlah prinsip, yaitu pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas.

1. Transparansi

Transparan dalam pendistribusian zakat oleh UPZ Universitas Gunadarma berarti adanya keterbukaan dalam pendistribusian yang dilaksanakan disetiap kegiatannya. Hal ini dijelaskan melalui keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya bersifat jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan muzakki, stakeholder terkait dan pemerintah yang sekaligus menciptakan kepercayaan timbal balik antar pihak. Realisasi pendistribusian dalam laporan ini jugan menyediakan informasi yang akurat dan memadai.

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kondisi organisasi yang dinilai oleh pihak lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya.

Akuntabilitas di dalam pendistribusian zakat oleh UPZ Universitas Gunadarma dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka UPZ Universitas Gunadarma membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu:

a) Adanya transparansi antara UPZ Universitas Gunadarma dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam melakukan pendistribusian zakat.

b) Adanya standar pencapaian tolok ukur di setiap kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenangnya.

12 c) Adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan terhadap muzakki dan memastikan dapat terdistribusi dengan tepat dan bermanfaat kepada mustahik.

Dalam rangka menguatkan akuntabilitas pengelolaan zakat oleh UPZ Universitas Gunadarma maka data-data penerima zakat yang didistribusikan oleh UPZ Universitas Gunadarma harus dapat ditelusuri di lapangan degan mudah, oleh karena ini data-data penerima selalu disajikan dengan alamat lengkap dilengkapi dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) serta untuk kegiatan yang berbasis lokasi ditampilkan koordinat dan alamat Google Maps sehingga keberadaan para penerima akan mudah ditemukan oleh siapapun.

Upaya lain yang diterapkan untuk menjamin akuntabilitas adalah, bagi penerima bantuan seperti santunan, bantuan biaya Pendidikan yang jumlah individunya banyak untuk menghindari kesalahan pemberian maka pendiribusian zakat dilakukan dengan cara; periode pertama transfer/pemindahbukuan non tunai dan periode kedua secara tunai.

3. Efektivitas

Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, bahkan lebih dari itu efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. UPZ Universitas Gunadarm pun menerapkan prinsip ini, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan diatur pembiayaannya dalam rangka mencapai tujuan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam pendistribusian zakat.

4. Efisiensi

Prinsip efisiensi dalam pendistribusian zakat di UPZ Universitas Gunadarma dapat dilihat dari dua hal, yaitu:

a) Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya : Kegiatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dan dapat mencapai hasil yang telah ditetapkan.

b) Dilihat dari segi hasil : Kegiatan yang dilaksanakan memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.

13 5. Metode Distribusi

Metode distribusi yang dilakukan oleh UPZ Universitas Gunadarma dengan mengembangkan distribusi secara langsung, menggandeng relawan untuk menemukan lokasi calon penerima, mendampingi penyerahan, mengkoordinasikan serta menghimpun partisipasi gotong royong masyarakat dalam menyelesaikan program kegiatan. Tujuan dilakukannya distribusi ini adalah agar diperoleh cara pendistribusian yang efektif, efisien, tepat sasaran dan mampu menjangkau wilayah-wilayah yang jauh sehingga pendiribusian zakat bisa dilakukan lebih merata. Distribusi kolaboratif dilakukan melalui kerjasama dengan entitas terdekat sasaran mustahik dan melakukan kerjasama tanpa tertulis dengan para pihak yang mengenal lapangan dengan baik dan sanggup menjadi penanggung jawab di lapangan. Saat ini UPZ Gunadarma belum mengajak kerjasama berbagai pihak, karena masih sementara bekerjasama dengan mahasiswa magang yang biasa dikenal dengan relawan, sehingga distribusi kolaboratif bisa tercapai.

Manfaat lain melakukan kerjasama dengan para relawan adalah dalam rangka melebarkan sayap dakwah, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas karena adanya pihak lain yang ikut memonitor dan mengawasi pelaksanaan kegiatan. Lembaga dan Instansi yang diajak bekerjasama adalah mereka yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti warga dan organisasi Lainnya.

D. Realisasi Pendistribusian yang disalurkan oleh BAZNAS (30%) ke Mustahik

Dalam proses penyaluran, BAZNAS membantu menyalurkan ke mustahik sebesar 30% dari total zakat yang terkumpul. Sedangkan 70% UPZ Universitas Gunadarma menyalurkan kepada saudara dan rekan-rekan Universitas Gunadarma yang sangat membutuhkan. Dengan demikian semua pengumpulan zakat yang dilakukan UPZ Universitas Gunadarma telah tersalurkan cukup baik. Sebagaimana terlampir pada tabel 2.

Tabel 2. Pendistribusian yang disalurkan oleh BAZNAS (30%)

No. Bulan (Distribusi) Rupiah (30%)

1. April Rp. 8,106,179

2. Desember Rp. 20,478,474

Total Rp. 28,584,653

14

E. Realisasi Pendistribusian dan Pendayagunaan yang disusun Berdasarkan Asnaf Tahun

2020

Pengumpulan zakat tahun 2020 UPZ Universitas Gunadarma distribusi paling besar untuk asnaf miskin yang disusul dengan asnaf fakir. Alokasi untuk keseluruhan asnaf yang disalurkan oleh UPZ Universitas Gunadarma tahun 2020 sebesar 70%, sebagaimana terlampir pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Realisasi Pendistribusian Dan Pendayagunaan Berdasarkan Asnaf Tahun 2020

No. Keterangan Realisasi (Rupiah)

1 Fakir Rp. 24,090,653

Total Penyaluran Rp. 69,917,504

F. Realisasi Pendistribusian yang disusun Berdasarkan Program BAZNAS 2020

Kegiatan pendistribusian yang dilakukan UPZ Universitas Gunadarma mengacu pada program Baznas.

Berdasarkan realisasi pendistribusian Tahun 2020, anggaran terbesar adalah pada program pendidikan, diikuti oleh kemanusiaan, dan ekonomi. Alokasi anggaran per program dan kegiatan sebagaimana tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Realisasi Pendistribusian UPZ Universitas Gunadarma Berdasarkan Program BASNAS Tahun 2020.

Program/Kegiatan Jumlah

Anggaran

Bulan

Pendidikan (Shaqti) Rp. 42,100,000 Desember

Kemanusiaan (Shabr) Rp. 19,500,000 Januari-Desember

Ekonomi (Mustahik Mandiri) Rp. 750,000 Januari-Desember

Jumlah Rp. 62,350,000

1. Pelaksanaan Program Pendidikan Shadaqah for Tholabul ‘ilmi (Shaqti)

Pendidikan adalah hak manusia dan merupakan faktor utama kemakmuran bangsa. Namun, banyak anak di Indonesia yang belum mengikuti pendidikan formal. Pendidikan yang berkualitas

15 menciptakan generasi berpendidikan yang dapat menghasilkan ide-ide cemerlang dan menghasilkan inovasi yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Karenanya, untuk membantu peningkatan pendidikan di Indonesia khususnya di lingkungan Universitas Gunadarma, UPZ Universitas Gunadarma mendistribusikan bantuan beasiswa kepada anak-anak kurang mampu. Salah satu alasan rendahnya partisipasi pendidikan khususnya pada kelompok miskin adalah tingginya biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung.

Untuk membantu meningkatkan pendidikan bagi masyarakat miskin, maka UPZ Universitas Gunadarma diarahkan untuk mencapai misi ketersediaan, keterjangkauan, kualitas/mutu, kesetaraan dan kepastian memperoleh layanan pendidikan yang lebih berkualitas melalui pendistribusian zakat yang tepat sehingga diharapkan dapat memberi kesempatan bagi mustahik untuk memperoleh pendidikan yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan, program tersebut dikenal dengan Shadaqah for Tholabul ‘ilmi.

Beasiswa Shadaqah for Tholabul ‘ilmi merupakan salah satu dari kegiatan program Pendidikan yang menyasar pada pendidikan sekolah dan universitas. Tujuan dari pemberian beasiswa ini antara lain adalah :

1. Untuk membantu para siswa dan mahasiwa agar mereka bisa mencari ilmu sesuai dengan bidang yang ingin dikuasai, terutama bagi yang punya masalah dalam hal pembiayaan selama pademi tahun 2020.

2. Menciptakan pemerataan suatu ilmu pengetahuan atau pendidikan kepada setiap orang yang membutuhkan.

3. Menciptakan generasi baru yang lebih pintar dan cerdas. Karena dengan adanya bantuan beasiswa ini maka seseorang terutama kaum muda bisa punya kesempatan untuk mendapat pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Dari sini akan tercipta sumber daya manusia baru yang lebih mampu menjawab tantangan jaman yang terus maju ini.

4. Meningkatkan kesejahteraan. Setelah tercipta sumber daya manusia baru yang cerdas, diharapkan mereka ini bisa memberi bantuan lewat ide dan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya ketika menjalani masa pendidikan. Karena ilmu pengetahuan tersebut bisa diterapkan dalam masyarakat dengan tujuan untuk memajukan mereka sehingga kemakmuran dan kesejahteraan lebih mudah dicapai.

16 Pendistribusian Beasiswa Shadaqah for Tholabul ‘ilmi oleh UPZ Universitas Gunadarma selama tahun 2020 adalah seperti tertera dibawah ini:

a. Program Beasiswa tingkat Universitas

Tabel 5. Penerima Program Beasiswa Shadaqah for Tholabul ‘ilmi Tingkat Universitas Tahun 2020

No. Jumlah Penerima (Mahasiswa)

Nominal Bulan

Distribusi

1 20 14,750,000 April

Total 14,750,000

Total 14,750,000

Dokumen terkait