• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : MILITER BUDAK PADA MASA KHALIFAH AL MU’TASHIM

C. Tugas pokok militer budak

Bicara mengenai tugas militer budak, saat itu para militer budak melaksanakan tugas-tugas penting dan memikul beban yang berat, mereka bertugas sepanjang tahun, membentuk korps elite, menyediakan banyak perwira dan menjulang dengan cepat dalam hirarki militer. Daftar kegiatan mereka tidak dapat diungkapkan pada studi ini; dalam berbagai situasi mereka melaksanakan semua tugas militer yang mungkin dilakukan. Dalam tugasnya militer budak sangat berbeda sekali dengan budak-budak biasa, mereka (militer budak) saat

37

Foran, FG, The Relation of the Slave and the Client to the Master or Parton in Medievel Islam dalam International Journal of Middle East Studies 2 (1991), hal.60.

31

berperang membentuk korps besar dan berperang dalam satuan-satuan budak yang terpisah tidak seperti budak biasa yang cenderung bahu-membahu dengan majikan mereka. Selain itu, cara kerja militer budakpun berbeda mereka cenderung berdiri untuk menunggu dan berkumpul dengan militer budak yang lain, kalaupun mereka segera berpencar (untuk melaksanakan tugas), secepat itu pula mereka berkumpul kembali sangat luar biasa budak militer ini.38

Selain itu, mereka secara bergiliran menjaga setiap kemah dalam jumlah yang diperlukan, begitu pula cara yang dilakukan dengan pelayan pribadi (pelayan raja), sehingga mereka tidak senpat berkelompok. Pada masa lampau, sejak hari pertama mereka dibeli hingga kemajuan yang mereka capai selama bertahun- tahun dan diangkat untuk memegang jabatan yang lebih tinggi, para pelayan saat itu telah diorganisasikan dengan efisien seperti pendidikan dan tingkat mereka.39 Di bawah ini beberapa kutipan langsung afri Daniel yang diambil dari Siyasat namah mengenai karir budak dalam kerjaan tertentu. Dalam kutipan ini saya ambil di kerajaan Samaniah, sebagai gambaran mengenai proses tersebut perlu diperlihatkan.

Daniel Pippes mengatakan bahwa:

Para pelayan atau pembantu mendapat kenaikan posisi sesuai dengan lamanya mereka menjalankan tugas dan besarnya jasa mereka. Karena itu, setelah seorang pelayan diberi, selama satu tahun ia bertugas sebagai perawat sanggurdi seorang penunggang kuda dengan menggunakan mantel Zandaniji dan sepatu boot dan pelayan ini tidak diizinkan selama satu tahun pertama itu menunggang kuda baik secara sembunyi-sembunyi maupun didepan umum, dan kalau ia

38

Daniel Pippes, Sistem Militer Pemerintahan Islam, hal. 313-314.

39

32

kedapatan menunggang kuda ia akan mendapatkan hukuman. Setelah itu ia merampungkan tugasnya satu tahun, pemimpin kemah berbicara dengan kepala rumah tangga istana dan kepala rumah tangga ini memberikan informasi kepada raja, kemudian mereka memberikan kepada pelayan seekor kuda Turki kecil, dengan pelana yang terbungkus kulit. Setelah tugas satu tahun dengan kuda dan cambuk, dalam tahun ketiga ia mendapat ikat pinggang untuk dikenakan dipingganggnya.

Pada tahun keempat mereka memberikan kepadanya sebuah tempat anak panah dan sebuah busur yang diikat ketubuhnya ketika ia menunggang kuda. Pada tahun kelima ia memperoleh pelana yang lebih baik dan sebuah kekang yang diberi hiasan bintang di samoing sebuah mantel dan pentung. Di tahun keenam ia diberikan tugas sebagai pembawa mangkuk atau pengangkat air dan ia menggantungkan sebuah gelas berbentuk piala dari pingangnya. Tahun ketujuh ia bertugas sebagai pembawa jubah.

Pada tahun kedelapan mereka memberikan kepadanya kemah dan enam belas pasak dan menambah tiga pelayan yang baru dibeli kedalam pasukannya. Mereka menggelarinya pemimpin kemah dan mewajibkannya mengenakan pakaian yang terbuat dari lakan hitam yang diberi hiasan kawat perak dan sebuah mantel (jubah) yang dibuat dari Ganja.

Setiap tahun mereka diberi pakaian yang semakin baik begitu pula hiasan yang dipakainya, disamping posisi dan tanggung jawabnya, hingga ia menjadi pemimpin pasukan dan seterusnya sampai akhirnya ia menjadi kepala rumah tangga. Ketika keserasiannya, keterampilan dan keberaniannya mulai dikenal secara umum dan setelah ia telah melaksanakan langkah-langkah yang sangat baik

33

dan didapati menaruh perhatian penuh terhadap rekan-rekannya di samping setia kepada tuannya, barulah setelah ia berusia tiga puluh lima atau empat puluh tahun, mereka mengangkatnya menjadi amir dan menugaskannya di sebuah propinsi.40

Selama seribu tahun penuh, yakni sejak awal abad ke 3H/9 M hingga awal abad ke 13 H/19 M, orang-orang muslim, secara tetap, teratur dan sengaja memperkejakan budak-budak sebagai serdadu. Hal ini terjadi di semua tempat dalam dunia Islam, dan Afrika tengah sampai Asia Tengah, dari Spanyol ke Bengal dalam kurun waktu yang sedemikian panjang yang begitu luas.41

Berbicara mengenai munculnya pertama kali budak militer dalam Islam, ada dua pertanyaan yang harus dijawab mengenai siapa dan kapan pertama kali terjadinya perbudak militer atau sistem pekerjaannya dan bagaimana hal itu berkembang. pembahasan ilmiah modern semuanya sependapat untuk mengetengahkan nama al-Mu’tashim kedalam usaha untuk memasukkan orang- orang Turki ke dalam angkatan perang dan usahanya untuk mengembangkan perbudakan militer. Dia bertanggung jawab atas kepercayaan yang berlebihan pada suatu bentuk baru dari ketentaraan, sehingga dia telah membuka jalan untuk adanya suatu pengambil alihan kekuasaan militer setelah ia meninggal. Namun dalam hal ini masih ada keraguan, apakah al-Mu’tashim adalah orang pertama kali menggunakan orang-orang Turki atau al-Ma’mun?

Dalam kesempatan ini dapat kita sebutkan beberapa pendapat mengenai siapa pertama kali yang memperkejakan serdadu-serdadu budak. Montgomery mengatakan bahwa al-Ma’mun dikatakan sebagai orang yang pertama kali memperkejakan serdadu-serdadu budak dari perbatasan kerajaan, kebanyakan

40

Daniel Pippes, Sistem Militer Pemerintahan Islam , hal. 313-314.

41

34

mereka adalah dari suku Barbar dari Sahara atau suku Turki dari seberang sungai Oxsus. Orang-orang itu tidak berpihak kemana-mana dalam pertikaian politik dan pasukan yang lebih baik sebagai pertimbangan utama-mereka.42

Pernyataan Lapidus justru berbeda dan terkesan kurang jelas dalam memberikan argumentasinya dalam menilai siapa yang pertama kali memasukkan budak Turki dalam ketentaraan. Akan tetapi Lapidus seolah-olah menjelaskan bahwa antara al-Ma’mun dan al-Mu’tashim menyebutkan secara bersamaan. Sampai pada masa khalifah al-Mansur jumlah mereka sangat sedikit. Al-Mansur adalah orang pertama yang sengaja mengumpulkan orang-orang Turki. Pada masa

al-Ma’mun peran mereka meningkat, sehingga tujuan awal dari pertama

digunakannya orang-orang Turki tersebut sering kali terlupakan.43

Al-Mu’tashim mengikuti contoh al-Ma’mun untuk membeli orang-orang

Turki dengan harga tinggi; dimasukan untuk dilatih secara sistematik beberapa orang untuk menjadi penasehat dan untuk menarik orang-orang Asia tengah masuk Islam serta bergabung dalam ketentaraan muslim. Lebih jauh al-Mu’tashim membeli budak-budak Turki karena pada hakekatnya dia disuruh al-Ma’mun. dengan diakuinya peran utama yang dimainkan al-Ma’mun, slah satu penelaahan yang menyebutkan bahwa, al-Ma’mun telah mengawali penggunaan orang-orang Turki dalam dinas kemiliteran.

Biarpun nyatanya al-Ma’mun adalah tokoh yang mengawali praktik ini, namun sistem perbudakan militer belum ada pada masa al-Ma’mun. kesimpulannya adalah al-Mu’tashimlah yang pertama kali dengan sistemnya jelas- jelas adanya perbudakan militer. Akibatnya sebagian besar tentaranya terdiri dari

42

Montgomery W.Watt, Kejayaan Islam, Kajian Kritis Dari Tokoh Orientalis (Yogyakarta: Tiara Wicana, 1990). Hal. 123-124.

43

35

budak Turki, yang kemudian juga mendominasi ketentaraan, sebagian dari mereka sudah memeluk Islam sejak masa Ummayah diantara mereka juga ada yang Majusi dan menyembah berhala dan saat itu pula orang-orang Turki sudah belajar bahsa Arab.44

44

Ahmad Amin, Zuhr al-Islam, juz I, (Mesir: Maktabah Nahdah al-Mishriyah, 1966, cet-4) hal. 6.

36

Dokumen terkait