• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tuhan Yesus Solider pada Orang dengan Kebutuhan Khusus

Dalam dokumen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti i (Halaman 135-138)

BAB X Gereja Peduli Kepada yang Berkebutuhan Khusus

D. Tuhan Yesus Solider pada Orang dengan Kebutuhan Khusus

Bagaimana pandangan dan sikap Tuhan Yesus terhadap orang dengan kebutuhan khusus? Pada zaman Tuhan Yesus, budaya Yahudi sering me-minggir kan, mendiskriminasi, bahkan seringkali hanya menghargai hukum secara formalitas saja.

Dalam pandangan orang Yahudi seperti yang terefl eksi dalam Alkitab, pada umumnya orang berkebutuhan khusus yang dianggap ”orang berdosa” dapat dikategorikan dalam 2 (dua) hal. Yang pertama, orang-orang yang berbuat kesalahan secara publik dan berbuat kriminal. Kedua, orang-orang yang dianggap rendah, misalnya orang yang miskin, buta, lumpuh, tuli, timpang, lepra, kesemuanya berdasar kepada dosa dan tidak murni. Mereka tidak dapat berpartisipasi dalam acara-acara komunitas maupun masyarakat.

Tuhan Yesus menentang semua sikap yang tidak benar dan diskriminasi. Injil Lukas merekam bagaimana sikap Tuhan Yesus kepada orang dengan kebutuhan khusus dan dianggap berdosa (Luk. 14: 12–14). Tuhan Yesus menghargai dan mengasihi dia:

”dan Yesus juga berkata kepada orang yang mengundang Dia: ”apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu, atau saudara-saudaramu, atau kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasannya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh, dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasannya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”

Ayat-ayat ini menyadarkan kepada kita semua termasuk gereja dan keluarga kepada siapa kita harus mengekspresikan solidaritas kita? Apakah kepada orang kaya atau orang berkebutuhan khusus, dan yang miskin? Sebetulnya jawabannya jelas kepada orang dengan kebutuhan khusus dan yang miskin, serta yang dikucilkan oleh masyarakat atau keluarganya. Sikap Tuhan Yesus membawa pesan agar kita bersikap menerima, berbelas kasih, dan memiliki kasih. Secara sengaja Tuhan Yesus menghilangkan batas-batas yang dibuat oleh keluarga dan masyarakat dan membentuk pemahaman baru tentang komunitas yang berakar kepada anugerah atau karunia Tuhan. Ini semua merupakan tantangan kepada orang-orang yang mengucilkan pribadi orang berkebutuhan khusus dalam keluarga dan masyarakat. Tuhan Yesus memang tidak mengungkapkan bahwa Dia akan menyembuhkan semua penyakit, juga tidak pernah tergoda untuk memulihkan keadaan semua orang dengan kebutuhan khusus. Tidak semua orang sakit di Palestina atau yang buta, tuli, lumpuh, dan anggota badan tidak lengkap disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Dari sekian banyak yang sakit, hanya seorang di kolam Bethesda yang mengalami kelumpuhan dan menunggu selama 38 tahun yang secara fi sik mengalami perubahan (Yoh. 5: 1–3). Jadi bila ada orang yang mengatakan bahwa seseorang tidak mengalami kesembuhan atau pemulihan karena tidak memiliki iman, sesungguhnya hal itu bertentangan dengan ajaran Tuhan Yesus. Bahkan hal tersebut akan menambah penderitaan dan kesakitan.

Di dalam Kerajaan Tuhan, Tuhan menghendaki adanya relasi yang adil dan kemauan untuk berbagi, saling memperkuat, dan memberdayakan. Tuhan Yesus memahami bahwa relasi yang adil dapat terjadi hanya jika para orang dengan kebutuhan khusus merasa kuat, setara, dan berada dalam suatu keluarga dan komunitas yang kondusif untuk menguatkan masing-masing orang.

Menarik bila kita menyimak secara khusus Kitab Yohanes yang mengungkapkan mengenai keterlibatan Tuhan Yesus dengan orang-orang yang mengalami kebutuhan khusus. Pelayanan awal Tuhan Yesus kepada

banyak orang dicatat dalam Yohanes pasal 2–4. Selanjutnya pada pasal 5–12 dapat dilihat bagaimana orang melakukan berbagai perlawanan kepada Tuhan Yesus. Dalam Yohanes pasal 5 dapat ditemukan suatu perselisihan antara Tuhan Yesus dengan para pemimpin agama, sesudah Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh yang menunggu pertolongan di kolam Bethesda. Para penguasa menuduh Tuhan Yesus melakukan hal yang salah karena melakukan penyembuhan pada hari Sabat (Yoh. 5: 8–10, 16, 18) penyembuhan tersebut merupakan suatu karya yang menyatakan kasih Allah kepada orang yang mempunyai kebutuhan khusus.

Karya kasih dari Tuhan Yesus selanjutnya terungkap dalam Yohanes 9 pada saat Kristus menyembuhkan orang yang buta. Kitab Yohanes melaporkan sekali lagi terjadi reaksi yang keras karena Kristus menyembuhkan pada hari Sabat dan Tuhan Yesus mengidentifi kasikan diri dengan orang yang menderita terjadi lagi. Selanjutnya dalam Yohanes pasal 10, penyembuhan terhadap orang buta menjadi hal yang kontroversi diantara para pemimpin Yahudi, dan mereka akan melempari Tuhan Yesus dengan batu karena mengungkapkan diri-Nya sebagai Tuhan (Yoh. 10: 32–33).

Selanjutnya dalam kisah tentang menghidupkan Lazarus, yang bukan kisah tentang penyembuhan, namun tentang memulihkan kehidupan. Kebangkitan Lazarus mengungkapkan lagi karya dan kemuliaan Allah (Yoh. 11: 4). Oleh karena itu, para pemimpin Yahudi, merencanakan untuk menangkap Tuhan Yesus (Yoh. 11: 57). Akhirnya mereka dapat melakukan apa yang diinginkan dengan menangkap Tuhan Yesus (Yoh. 18: 1–12) dan mengolok-oloknya (Yoh. 19: 2–3). Meskipun Ia tidak bersalah (Yoh. 18: 28–31; 19: 4, 6, 12) namun Ia dijatuhi hukuman mati di atas salib (Yoh. 19: 16–18). Dalam realita, Tuhan Yesus dengan kasih-Nya mengungkapkan karya-karya untuk memulihkan kehidupan fi sik bagi orang berkebutuhan khusus, juga untuk orang yang mengalami kematian. Sebagai konsekuensi dari itu semua, Kristus yang peduli kepada kita dan memberikan hidup-Nya sendiri. Dengan demikian, Tuhan Yesus adalah pemberi kehidupan, menderita untuk orang yang berkebutuhan khusus. Di tengah-tengah usaha untuk pemulihan dan kesembuhan, realita kekuatan dan penghiburan yang datang dari kasih Yesus yang mau menderita untuk orang-orang berkebutuhan khusus, diharapkan dapat berperan sebagai kekuatan bagi mereka.

Dari ungkapan di atas kita dapat menyimpulkan, memang dalam realita Tuhan Yesus tidak selalu menyembuhkan orang berkebutuhan khusus. Di sini Tuhan Yesus ingin mengungkapkan sikap-Nya yang menolong secara utuh terhadap orang yang berkebutuhan khusus untuk menentang sikap diskriminasi masyarakat kepada penyandang kebutuhan khusus. Di samping itu, karena kasih-Nya secara sukarela ia bersedia menderita untuk orang-orang yang mengalami kebutuhan khusus, yang oleh karena mereka Ia

disengsarakan. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa Tuhan Yesus telah menunjukkan keteladanan dalam kepedulian-Nya kepada orang-orang berkebutuhan khusus, di tengah-tengah realita keadaan yang dialaminya. Kegiatan 4: Produk/Hasil Karya.

Buatlah tulisan pendek kira-kira satu halaman, atau puisi tentang kepedulianmu kepada teman yang berkebutuhan khusus. Selanjutnya berikan kepada gurumu untuk diperiksa dan dikoreksi. Akhirnya sharingkan tulisanmu di depan kelas.

Dalam dokumen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti i (Halaman 135-138)