• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Manfaat Penelitian

2. Tujuan Audit Manajemen

Tujuan umum dari pemeriksaan manajemen menurut pandangan Agoes (2012: 172), yaitu:

a. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan

b. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta dan lain sebagainya) yang dimiliki oleh perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.

c. Untuk menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan oleh top management.

d. Untuk memberikan rekomendasi kepada top manajemen untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam penempatan pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen dan prosedur

dan ekonomis dari kegiatan operasional perusahaan. Menurut Mulyadi (2002:32), tujuan audit manajemen adalah : a. Mengevaluasi kinerja

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan xiii c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan tingkat lanjut

Menurut Arens dkk (2004:498), audit manajemen dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Pemeriksaan Fungsional Fungsi merupakan suatu alat untuk menggolongkan kegiatan suatu perusahaan seperti penerimaan kas, pengeluaran kas, pembelian, penjualan, dan akun lain sebagainya. Keunggulan pemeriksaan ini adalah adanya spesialisasi oleh auditor, sedangkan kelemahannya adalah fungsi yang berkaitan tidak dievaluasi. b. Pemeriksaan Organisasional Pemeriksaan operasional yang berkaitan

dengan unit organisasi secara keseluruhan, penekanannya adalah efektivitas dan efisien fungsi-fungsi yang saling berinteraksi.

c. Penugasan Khusus Pemeriksaan ini timbul atas permintaan manajemen. Dalam pemeriksaan ini terdapat banyak variasi contohnya penyelidikan terhadap kemungkinan adanya fraud, penyebab ketidak efektifan dalam operasi perusahaan dan membuat rekomendasi untuk memungkinkan adanya perbaikan untuk meminimalkan biaya produksi.

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Secara garis besar dapat dikelompokan manjadi lima menurut IBK.Bayangkara yang berjudul “Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi” (2008:9) yang menyebutkan lima tahapan audit manajemen, yaitu :

a. Audit Pendahuluan

Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek audit yang dilakukan. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengindentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Auditor mungkin menggunakan daftar pertanyaan, flow chart, tanya jawab, laporan manajemen, dan observasi dalam pelaksanaan audit pendahuluan. Daftar pertanyaan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang mempengaruhi efektivitas, efisiensi dan performa operasi. Auditor kemudian akan menilai jawaban yang diperoleh, kemudian auditor mengumpulkan bukti-bukti untuk memperkuat jawaban yang diterima.

Kompleksitas operasi yang terdapat pada perusahaan saat ini mungkin sulit dan membuat frustasi untuk dipelajari. Banyak auditor sangat berharap mereka mengetahui kerumitan operasi yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana kemudian ketahui pada saat audit telah selesai. Audit

pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan tersebut.

Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek yang diaudit. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengindentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Auditor mungkin menggunakan daftar pertanyaan, flow chart, Tanya jawab, laporan manajemen, dan observasi dalam pelaksanaan audit pendahuluan. Daftar pertanyaan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang mempengaruhi efektivitas, efisiensi dan performa operasi. Auditor kemudian akan menilai jawaban yang diperoleh, kemudian auditor mengumpulkan bukti-bukti untuk memperkuat jawaban yang diterima. Beberapa contoh tipe pertanyaan yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana performa operasi dinilai oleh manajemen puncak?

2) Wewenang apa yang telah didelegasikan untuk memenuhi kriteria performa?

3) Apakah performa operasi telah memuaskan? 4) Area mana yang perlu diperhatikan manajemen?

operasi?

7) Apakah ada suatu program untuk mengawasi pekerjaan krerikal yang berlebihan atau duplikasi ?

Untuk membantu memahami arus barang, jasa dan transaksi kemana, dari mana, dan dalam operasi, auditor dapat ,menelaah atau menyiapkan flowchart, yang merupakan diagram pictorial operasi. Pada waktu mempelajari flowchart, auditor akan mencari ineffisensi dan kekurangan pengendalian, seperti operasi yang duplikasi, formulir dari operasi yang tidak perlu, dan kekurangan pengawasan.

Pada saat auditor akan melakukan Tanya jawab melalui audit, banyak Tanya jawab akan dilakukan pada audit pendahuluan dengan supervisor operasi yang akan diaudit. Pada pertemuan ini, auditor harus berusaha membangun hubungan dengan mempromosikan sikap yang koperatif dengan personil yang diaudit. Kerjasama ini penting untuk penyelesaian yang efisien dari audit manajemen. Pada pertemuan ini, biasanya auditor dapat menanyakan pertanyaan antara lain :

1) Laporan dan informasi lain apa yang dbutuhkan untuk mengelola operasi?

2) Apa manfaatnya menyiapkan setiap laporan? 3) Masalah operasi apa yang dialami?

4) Apakah ada program pelatihan?

tujuan audit sementara. Dalam tahap audit ini auditor dapat menentukan tujuan beberapa audit sementara.Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber ini, auditor juga dapat menentukan beberapa kriteria yang objektif untuk menilai operasi. Biasanya tidak ada kriteria yang sempurna, dan auditor harus mengembangkan yang terbaik dalam keadaan dialaminya. Sebagai contoh, kriteria apa yang akan digunakan untuk menilai efektivitas bagian pembelian ?

Seseorang dapat melihat volume rupiah yang dibeli dibandingkan dengan personel yang ada di departemen. Akan tetapi, ia tidak memperhatikan apakah pembelian dilakukan dengan harga yang paling murah atau tidak. Dengan memperhatikan ini, seseorang mungkin tidak mempehatikan ketetapan waktu pengiriman produk yang dibeli atau kualitas produk. Seperti contoh yang diberikan. Maka kriteria yang banyak (multiple criteria) sering diperlukan. Dengan informasi ini, auditor akan mendesain suatu program audit untuk menggunakannya sebagai suatu petunjuk untuk mengumpulkan bukti dalam penilaian akhir suatu operasi.

Walaupun audit pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan dan system, namun bisa menjadi sebuah pencarian yang tak beraturan. Auditor harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survey pendahuluan bisa produktif. Audit pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Jadi, keberhasilan atau

direncakan dan dilaksanakan dengan baik, maka survey tersebut akan menjadi lebih dari sekedar untuk mendapatkan pemahaman yang efektif ; melainkan juga menjadi penentu keberhasilan audit.

Audit bisa juga merupakan bagian dari penegasan rutin yang memiliki standar dan proses tertentu atau bisa juga merupakan respons atas masalah yang berkembang, yang membutuhkan pengetahuan akan hal baru atau teknik pemeriksaan yang berbeda. Nyatanya, beberapa praktisi audit telah mengembangkan pendekatan tepat pada waktunya untuk penjadwalan audit, untuk memastikan bahwa jasa audit siap tersedia sesuai waktu yang dijadwalkan. Proses penjadwalan audit sedikit banyak juga telah dipengaruhi oleh pendekatan nilai tambah yang telah diterapkan pada banyak kegiatan audit. Dalam lingkungan audit yang berorientasi manajemen, pihak yang diaudit lebih cenderung diposisikan sebagai pelanggan dank lien dan lebih ditekankan untuk memuaskan pelanggan serta menunjukkan manfaat yang diberikan audit bagi organisasi. Dalam beberapa situasi, cara pandang nilai tambah telah membuat audit dirasakan menjadi kebutuhan bagi unit-unit organisasi, sehingga banyak audit yang tidak lagi terpaksa harus dilakukan, tetapi justru diundang oleh klien.

Sebagaimana halnya filosofi audit yang terus bergeser dan berkembang, pendekatan audit khusus seperti control self assessment juga makin berkembang. Audit pendahuluan dapat membantu auditor memutuskan jenis audit yang paling efektif.

merupakan sarana penting untuk membuat auditor lebih memahami tujuan, proses, resiko dan control yang terkait dengan audit. Auditor sebaiknya melakukan audit pendahuluan dengan tujuh langkah dasar: melakukan studi awal, mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan informasi, mengamati, membuat bagan alir dan melaporkan.

b. Review dan Pengendalian Manajemen

Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada objek audit sehingga dengan lebih mudah dapat diketahui potensi-potensi terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas yang dilakukan. Jika dihubungkan dengan tujuan audit sementara yang telah dibuat pada audit pendahuluan, hasil pengujian pengendalian manajemen ini dapat mendukung tujuan audit sementara tersebut menjadi tujuan audit sesungguhnya, atau mungkin ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup (sulit memperoleh) bukti-bukti yang mendukung tujuan audit tersebut.

c. Audit Terperinci

Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah dilakukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang

dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit (KKA) untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan. Kertas kerja dapat diorganisir berdasarkan sub unit dari usaha yang diaudit (seperti berdasarkan cabang, bagian), urutan prosedur audit dilaksanakan (seperti audit pendahuluan, bukti) atau setiap sistem logis yang mempertinggi pemahaman auditor terhadap pekerjaan yang dilakukan. Tujuan mengumpulkan bukti-bukti adalah untuk mendapatkan dasar faktual dalam menilai kriteria performa yang sebelumnya diidentifikasi.

Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit (KKA) untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.Kertas kerja dapat diorganisir berdasarkan sub unit dari usaha yang diaudit (seperti berdasarkan cabang, bagian), urutan prosedur audit dilaksanakan (seperti audit pendahuluan, bukti) atau setiap system logis yang mempertinggi pemahaman auditor terhadap pekerjaan yang dilakukan.

Tujuan mengumpulkan bukti-bukti adalah untuk mendapatkan dasar factual dalam menilai kriteria performa yang sebelumnya diidentifikasi. Contoh bukti yang mungkin diuji untuk menilai performa adalah sebagai berikut :

jam setahun. Bukti performanya adalah menguji arsip personel atau catatan pelatihan untuk membuktikan 40 jam untuk pelatihan selama satu tahun.

2) Kriteria perfomanya adalah laporan anggaran diterima pada tanggal 10 bulan berikutnya. Bukti performanya adalah wawancara dengan bagian untuk menentukan waktu penerimaan laporan anggaran

3) Kriteria performanya adalah varian anggaran diselidiki dan tindakan koreksi dilakukan apabila perlu. Bukti performanya adalah menelaah anggaran untuk varian dan menguji dokumentasi tindakan korektif yang diambil (misalnya relokasi personel, penyesuaian peralatan, perubahan dalam jadwal produksi).

4) Kriteria perfomanya adalah peralatan EDP tidak digunakan operator untuk tujuan pribadi. Bukti performanya adalah menelaah console log dari operasi computer.

5) Kriteria performanya adalah kelebihan dana diinvestasikan untuk mendapatkan bunga. Bukti performanya adalah menelaah anggaran arus kas dan saldo minimum kas harian

Wawancara merupakan alat yang penting untuk mendapatkan bukti-bukti selama audit manajemen. Semakin baik pewawancaraan, semakin banyak bukti yang diperoleh. Seorang pewawancara yang baik tidak sekedar mengajukan pertanyaan. Wawancara harus direncanakan dan sebanyak

diwawancara harus dibuat merasa seenak mungkin.

Pewawancara harus bijaksana dan menghindari untuk menyatakan tidak terhadap suatu pertanyaan. Sebagai contoh, pertanyaan. Anda menggunakan laporan ini, bukan? “ biasanya mengakibatkan suatu tanggapan yang kurang positif. Pertanyaan yang lebih baik adalah “ Apa yang anda lakukan dengan laporan ini? “ setelah wawancara selesai.suatu memo perlu disiapkan untuk hal-hal penting yang dicakup dalam wawancara. Memo ini akan memperkuat bukti-bukti informasi yang diperoleh dari wawancara. Auditor akan mengumpulkan bukti yang diperoleh dari suatu arsip.

Bukti-bukti mungkin berupa bentuk daftar yang berisi informasi yang diuji (seperti daftar karyawan dan jumlah pelatihan yang diperoleh setahun), dan tembusan dokumen. Dengan menggambarkan formulir-formulir tersebut auditor harus mempunyai bukti dokumentasi untuk mendukung temuannya.

Pada saat mengumpulkan bukti-bukti, auditor harus waspada untuk deviasi dari kebijakan perusahaan dan performa yang tidak efektif dan efisien. Ia harus belajar membedakan deviasi yang tidak signifikan (misalnya satu pesanan penawaran yang kecil yang sedikit melebihi kuantitas pesanan ekonomis) dengan deviasi yang signifikan (misalnya beberapa pesanan penawaran yang besar yang tidak dilakukan tender). Deviasi masa lampau dapat atau tidak dapat dikoreksi, akan tetapi auditor member perhatian terhadap perusahaan kalau pengaruh potensial deviasi berlangsung terus pada masa yang akan datang.

pengembangan, auditor menemukan bahwa keamanan lemah karena daerahnya tidak secara terpisah dikunci selama bukan jam usaha dan hasil riset tidak dilindungi. Penyelidikan auditor dapat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1) Ini adalah deviasi yang signifikan karena ada kemungkinan kerugian yang potensial atas produk yang baru atau yang telah diperbaiki jatuh ke tangan pesaing atau pihak lain.

2) Ini bukanlah deviasi yang terisolasi, akan tetapi merupakan kejadian yang berulang-ulang.

3) Deviasi disebabkan kebutuhan karyawan dan divisi untuk mengecek dan memonitor percobaan selama jam buka usaha.

4) Tidak ada keamanan yang formal untuk divisi ini. Analisis dan penyelidikan deviasi harus didokumentasikan dalam arsip auditor, karena mereka merupakan dasar untuk menentukan tindakan korektif.

d. Pelaporan

Tahapan ini bertujuan untuk mengomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan. Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif (menyajikan

dan rekomendasi). Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa operasional dan mudah dimengerti serta menarik untuk ditindak lanjuti. Walaupun laporan formal dapat dianggap sebagai langkah terakhir dalam manajemen audit. Laporan informal ini harus dibuat selama audit. Sebagai contoh, apabila auditor menemukan suatu ineffisiensi yang serius selama survei pendahuluan. Ia harus menyelidiki, menilai dan melaporkan segera daripada menunggu audit selesai.

e. Tindak Lanjut

Sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan tindakan perbaikan tersebut. Suatu rekomendasi yang tidak disepakati oleh objek audit akan sangat berpengaruh pada pelaksanaan tindak lanjutnya. Hasil audit menjadi kurang bermakna apabila rekomendasi yang diberikan tidak ditindak lanjuti oleh pihak yang diaudit.

4. Pengertian Audit Manajemen Fungsi Pemasaran

Pengertian audit pemasaran menurut IBK Bayangkara (2008: 115) adalah pengujian yang komprehensif, sistematis, independen, dan dilakukan secara

perusahaan atau unit bisnis, untuk menentukan peluang dan area permasalahan yang terjadi, serta merekomendasikan rencana tindakan untuk meningkatkan kinerja pemasaran perusahaan.

Menurut Siagian (2001: 179) audit pemasaran adalah suatu penelitian yang sifatnya sistematik dan menyeluruh serta dilakukan secara berkala mengenai keseluruhan segi pemasaran dengan maksud memperoleh gambaran yang akurat tentang berbagai permasalahan yang harus dipecahkan dan peluang yang dapat dimanfaatkan demi peningkatan kinerja di bidang pemasaran itu.

Sedangkan Menurut Kotler dan Amstrong (2008: 30) menyatakan bahwa audit pemasaran adalah pemeriksaan lingkungan, sasaran, strategi, dan aktivitas perusahaan secara lengkap, sistematis, independen, dan periodik untuk menentukan bidang masalah dan peluang serta merekomendasikan rencana tindakan untuk memperbaiki kinerja pemasaran.

IBK Bayangkara (2008: 117) menyebutkan bahwa audit pemasaran dapat mencakup enam wilayah utama dalam pemasaran sebagai berikut:

a. Audit lingkungan pemasaran Audit terhadap lingkungan pemasaran mencakup penilaian terhadap pelanggan, pesaing, dan berbagai faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap perusahaan.

b. Audit strategi pemasaran Audit ini bertujuan untuk menentukan bahwa perusahaan telah menetapkan strategi yang selaras dengan tujuannya, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

pemasaran dalam mencapai tujuan perusahaan. Audit ini menentukan kemampuan tim pemasaran secara efektif berinteraksi dengan bagian-bagian lain seperti litbang, keuangan, pembelian, dan sebagainya.

d. Audit sistem pemasaran Audit ini menganalisis prosedur yang digunakan perusahaan untuk memperoleh informasi perencanaan dan pengendalian operasi pemasaran. Hal ini berhubungan dengan penilaian apakah perusahaan telah memiliki metode yang memadai atau tidak, untuk digunakan mengerjakan tugas-tugas rutin di bidang pemasaran.

e. Audit produktivitas pemasaran Audit ini menganalisis produktivitas dan profitabilitas produk, kelompok pelanggan, atau unit analisis yang lain di dalam pemasaran. Audit biaya pemasaran adalah salah satu metode untuk menganalisis profitabilitas dan produktivitas pemasaran.

f. Audit fungsi pemasaran Audit ini merupakan audit vertikal atau analisis secara mendalam terhadap elemen bauran pemasaran seperti produk, harga, distribusi, tenaga penjual, periklanan, promosi, dan lain-lain.

B. Kerangka Pikir

PDAM kabupaten Pangkep sebagai penyedia air bersih harus dilaksanakan karena PDAM satu-satunya perusahan daerah yang diberi kewenangan oleh pemerintah untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat, sehingga perlu mengkaji lebih dalam penerapan audit manajemen pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pangkep

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kerangka pikir Penerapan Audit Manajemen Pada PDAM Kabupaten Pangkep

C. Hipotesis

Diduga bahwa pelaksanaan audit manajemen di PDAM Kabupaten Pangkep membantu efektifitas dan efisiensi operasional dan pelayanan di kabupaten pangkep. PDAM AUDIT MANAJEMEN PROSES AUDIT MANAJEMEN HASIL

26 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pangkep, Jalan Sultan Hasanuddin yang banyak digunakan masyarakat Kabupaten Pangkep. Penelitian ini di perkirakan akan berlangsung selama kurang lebih 2 bulan lamanya, yakni dari bulan Februari hingga bulan Maret 2016.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, antara lain adalah sebagai berkut :

1. Data Kuantitatif

Adalah data yang berbentuk angka, meliputi data target dan realisasi penjualan, jumlah persediaan, dan jam tenaga kerja.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun tulisan. Contohnya bisa berupa penjelasan dari pejabat yang berwenang langsung terhadap kebijakan perusahaan yang dilaksanakan, job description, dan struktur organisasi perusahaan.

merupakan data primer. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian (Sugiyono, 2009:137). Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan pengamatan langsung dan wawancara atau pengajuan pertanyaan kepada pejabat perusahaan yang bersangkutan.Data-data tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Data Hasil Wawancara b. Kuisioner

c. Sejarah PDAM Kabupaten Pangkep

d. Visi, Misi dan Tujuan PDAM Kabupaten Pangkep e. Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Pangkep

f. Buku Panduan Divisi Pemasaran PDAM Kabupaten Pangkep g. Buku Panduan Regulasi Dewan PDAM Kabupaten Pangkep h. Laporan Keuangan PDAM Kabupaten Pangkep

C. Metode Analisis Data

Data Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yaitu analisis dengan cara mengumpulkan dan mendeskripsikan data non angka (data kualitatif) dan angka (data kuantitatif), untuk kemudian dibandingkan dengan teori yang ada untuk memperoleh simpulan dan saran. Metode analisis dalam penelitiaan ini menggunakan tahapan-tahapan analisis yang disesuaikan dengan efisiensi dan efektivitas pemasaran yang diteliti, yaitu sebagai berikut :

Pada tahap ini, penulis mengumpulkan, menggolongkan, dan meringkas data serta informasi tentang efektivitas dan efisien penjualan yang ada di perusahaan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mendapatkan gambaran penerapan kegiatan pemasaran yang efektif dan efisien, sehingga penilitian ini dapat menjadi bahan yang menarik dan bermanfaat.

2. Tahapan Analisis

Deskriptif Kuantitatif Pada tahap ini, penulis melakukan analisis yang digunakan untuk menilai kinerja usaha dan menyatakan tingkat efisiensi dan efektivitas suatu fungsi pemasaran dengan cara sebagai berikut :

a. Analisis Selisih (Varian)

Analisis ini untuk mengukur dan menganalisis hasil penjualan yang dicapai oleh perusahaan dengan membandingkan dengan rencana penjualan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Analisis Besarnya Presentase Biaya Pemasaran Atas Penerimaan Penjualan:

Rasio Biaya Pemasaran = Biaya Pemasaran x 100% Penjualan

Analisis ini digunakan untuk mengukur efisiensi fungsi pemasaran guna menjaga agar tidak terjadi pengeluaran yang berlebih dalam mencapai sasaran penjualan. Dengan elemen-elemen ini maka akan dapat diketahui sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan

sebelumnya.

c. Analisis Profitabilitas

Analisis ini digunakan untuk menilai seberapa efektif perusahaan dapat mencapai laba atau keuntungan untuk setiap proses bisnis yang dilakukan. Adapun pengukuran yang digunakan dalam analisis ini adalah:

Kenaikan (penurunan) Laba (Rp) = Laba (x) – Laba (x-1)

Kenaikan (penurunan) Laba (%) = Laba (x) - Laba (x-1) x 100% Laba (x-1)

3. Tahapan Analisis Deskriptif Kualitatif

Pada tahap ini penulis melakukan analisis terhadap sistem manajemen yang efektif dalam kegiatan pemasaran perusahaan. Analisis tersebut meliputi:

a. Lingkungan Pemasaran Perusahaan

Lingkungan pemasaran perusahaan yang diaudit dalam penelitian ini adalah lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan adalah lingkungan makro dan mikro yang mempunyai dampak pada proses manajerial dan operasional perusahaan. Lingkungan eksternal misalnya ditinjau dari faktor ekonomi, politik, dan teknologi, sedangkan lingkungan internal perusahaan merupakan lingkungan mikro perusahaan yang mempunyai dampak pada proses manajerial dan operasional perusahaan. Lingkungan internal yang mempengaruhi perusahaan misalnya pelanggan (customer) dan pesaing (competitor).

Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah pada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam mengahadapi

Dokumen terkait