• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Dakwah Islam

2. Tujuan Dakwah

Muhammad Natsir dalam tulisannya yang berjudul fungsi dakwah dalam rangka perjuangan mendefinisikan pengertian dakwah sebagai berikut:

Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia seluruh umat konsep islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia didunia ini yang meliputi ma‟ruf dan nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan dan membimbig pengalamannya dalam peri kehidupan perseorangan peri kehidupan berumah tangga (usrah), peri kemasyarakatan dan peri kehidupan bernegara.27

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa dakwah adalah suatu usaha untuk menyeru, mengajak dan memanggil umat manusia dengan hikmah (kebujaksanaan), untuk mengubah pandangan hidup sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

2. Tujuan Dakwah

Dakwah adalah suatu aktivitas dan usaha pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai, sebab tanpa tujuan ini maka segala bentuk pengorbanan dalam rangka kegiatan dakwah itu menjadi sia-sia belaka. Oleh karena itu, tujuan dakwah harus jelas dan

26

Quraisy Shihab, Membumikan Al-qur‟an: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan Masyarakat, (Bandung; Mizan 1998), cet. ke-17, hlm. 194

27

Abd Rasyid Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta; Bulan Bintang, 1986), cet ke-2, hlm. 8

konkrit agar usaha dakwah apat diukir keberhasilanya. Tujuan dilaksanakan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan tuhan, jalan yang benar, yaitu islam. Disamping itu, dakwah juga bertujuan untuk mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak, agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip islam.28 Sebagaimana Allah SWT berfirman:

ﷲ۴ ݕ ۥ ۴ٓݕ ܑܲݛ ݑ ݎ ܒ ۯ ۹ ۺ ܕ ܺ ܷ ݋ ݇۴ ݕ ۻڰݎ܇ ݇۴ ݗ݇ۮ ے ݑ ۿٰ ٰݛ ۴ ۧ ݍڲݛ ۹ ݛ ݕ ے ݉ ݓڰ݇ ܳ ݇ ܙ۵ڰݏ݇ ݇ ݌ ݕ ܕڰ݂ ܒ ۿ ݛ Artinya: “Dan Allah menyeru kepada jalan surge dan ampunan dengan izin-Nya

dan Dia menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar memperoleh

pelajaran”.(QS. Al-Baqarah: 221)

Firman Allah tersebut secara jelas mengajak umat manusia agar senantiasa beramal shaleh yang akan menyebabkan seseorang memasuki syurganya Allah. Disamping itu, Allah juga mengajak manusia menuju kepada ampunan-Nya, serta jangan menuruti hawa nafsu.29

a. Tujuan Dakwah Secara Umum

“Makarimal akhlak” yang membudaya dalam masyarakat adalah tujuan utama dakwah ini, pararel dengan misi besar nabi Muhammad Saw, yang diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak. Sebagaimana dengan akhlak yang mulia ini manusia akan tahu fungsinya sebagai manusia, yakni ”abdi” atau hamba Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya berbakti kepada-Nya dan mengikuti

28

Rafiuddin dan Drs. Maman Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung; Pustaka Setia, 1997), hlm. 32

29

segala perintah dan menjauhkan segala larangan-Nya. Kemudian mengakkan prinsip amar ma‟ruf nahi munkar, inilah esensi tujuan.30

Adapun menurut Didin Hafidudin dalam bukunya “Dakwah Aktual” menyatakan bahwa: “Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah prilaku sasaran dakwah agar mau menerima ajaran islam dan mengamalkannya dalam tataran kenyataan kehidupan sehari-hari, sebaiknya yang berkaitan dengan masalah pribadi, keluarga, maupun social kemasyarakatan, agar terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan samawi dan keberkahan ardhi (Al-„araf: 96) mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat serata bebas dari api neraka (QS. Al-Baqarah: 202-203).31

b. Tujuan Dakwah Secara Khusus

Tujuan khusus dakwah merupakan rumusan sebagai perincian daripada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat diketahui secara jelas kemana arahnya.

Ataupun jenis kegiatan apa hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dan dengan cara bagaimana dan sebagainya secara terperinci.

Adapun tujuan dakwah yaitu:

a. Mengajak manusia yang sudah memluk agama islam untuk selalu mengingatkan taqwanya kepada Allah SWT, artinya mereka diharapkan agar senantiasa meningkatkan kualitas ketaqwaannya.

30M. Syafa‟at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widijaya, 1982), hlm. 129

31

b. Membina mental agama islam bagi mualaf. Muallaf artinya orang yang baru masuk islam dan mereka masih dikhawatirkan keislaman dan keimanannya. c. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah

SWT (memeluk agama Islam) dengan penuh pengharapan.

d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.32 Dalam al-qur‟an telah diceritakan bahwa manusia sejak lahir telah membawa fitrahnya yakni beragama Islam (tauhid). Disebutkan dalam Al-Qur‟an surah Ar-Rum: 30 yang artinya:

۵ ܺݛݏ܊ ݍ ݛڲ ܑ݇ ݇ ݁ ݓ ܇ ݕ ݈ ܾ ۴ ݕ ۚ ۵ ݓ ݚ ݇ ܲ ܘ۵ڰݎ݇۴ ܕ ܩ ܺ ڝ ۿڰ݇ﭐ ﷲ۴ ۽ ܕ ܩ ܺ ۚ ݢ ﷲﭐ ܽ ݇ ܎ ݇ ﻞ ݚ ܑ ۹ ۿ ۚ ܓٰ ݇ ݀ ڰݍ ﮑٰ݇ ݕ ݈ڲݛ ܾ ݇ﭐ ݍ ݛ ڲܑ݇۴ ݔ ݊ ݇ ܳ ݛ ݢ ܙ ۵ڰݏ݇۴ ܕ܂ ݃ ۴ ݌

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahNya itu. Tidak ada perubahan fitrah Allah. Itulah agama yang lurus ttetapi

kebanyakan dari mereka tidak mengetahuinya”. (Ar-Rum: 30)

c. Tujuan Dakwah Dari Segi Objek

Jika dilihat dari segi objek, maka tujuan dakwah itu dapat dibagi menjadi empat macam:

a. Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat, berprilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disariatkan oleh Allah SWT dan berakhlak mulia.

32

b. Tujuan untuk keluarga, yaitu terbentuknya keluarga bahagia penuh ketentraman dan kasih saying antar anggota keluarga.

c. Tujuan untuk masyarakat, yaitu untuk terbentukya masyarkat yang sejahtera yang penuh dengan nuansa keislaman.33 Adapun tujuan untuk masyarakat seperti dibawah ini:

1) Mengadakan koreksi terhadap situasi atau tindakan yang menyimpang dari ajaran agama

2) Mengusahakan kesehatan mental masyarakat yang sesuai dengan akhlak yang luhur

3) Mendorong kemampuan masyarakat untuk menjalankan syariat secara utuh dan tidak sepotong-potong

4) Menembus hati nurani seseorang untuk sarana membentuk masyarakat yang diridho‟i Allah SWT

5) Selalu terbuka untuk nasehat

6) Menjauhkan menusia dari segala bentuk frustasi dan kebekuan fikiran.

Dengan demikian, maka sekaligus dakwah sebagai bertujuan memproses masyarakat dan setiap individu tersebut yang membentuk sesuai dengan pola yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.34

d. Tujuan Dakwah dari Segi Materi

33

Drs. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: al-Amin Press, 1997), hlm. 15-16

34

Disamping tujuan-tujuan tersebutdiatas, terdapat juga pembagian tujuan dakwah yang ditinjau dari segi sudut materi dakwah, yang menurut Dr. Quraisy Shihab, materi-materi dakwah yang dikemukakan Al-Qur‟an berkisar pada tiga masalah pokok: aqidah, akhlaq dan hukum.

1) Tujuan aqidah, yaitu tertanamnya suatu aqidah keyakinan yang mantap disetiap hati seseorang, sehingga keyakinan tentang ajaran-ajaran islam itu tidak lagi dicampuri dengan rasa keraguan. 2) Tujuan akhlaq, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang berbudi

luhur dihiasi dengan sifat-sifat terpuji dan bersih dari sifat-sifat tercela.35

3) Tujuan hukum, yaitu kepatuhan setiap orang terhadap hukum-hukum yang telah disyariatkan dalam agama islam.

Semua tujuan diatas merupakan penunjang daripada tujuan akhir yang hendak dicapai dari sebuah proses dakwah islamiyah. Tujuan akhir dari upaya dakwah ini ialah

terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manusia lahir dan batin didunia dan

diakherat dalam naungan mardhotillah”.

c. Unsur-Unsur Dakwah

Dakwah dalam artian mengajak manusia baik perorangan ataupun kelompok kepada agama islam, sudah barang tentu memiliki komponen-komponen didalamnya yang satu dengan yang lainnya saling terkait.

35

Adapun unsur-unsur dakwah tersebut adalah: Da‟i, Mad‟u, Metode, Media dan Materi. Yang kesemuanya itu memiliki kedudukan masing-masing.

1. Da‟i atau Pendakwah

Di Indonesia, para da‟i juga dikenal dengan sebutan lain seperti muballigh, ustadz, tuan guru dan sebagainya. Hal ini didasarkan atas tugas dan eksistensinya sama seperti da‟i. Padahal hakekatnya dakwah tiap-tiap sebutan itu memiliki kharisma dan keilmuan yang berbeda-beda dalam pemahaman masyarakat islam di Indonesia. Munculnya beberapa istilah diatas pada umumnya juga dikaitkan dengan kapasitas para da‟i itu sendiri. Hal itu tergantung dengan wacana keilmuan yang diperoleh serta latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda.36

2. Mad‟u

Manusia yang menjadi audiens yang akan diajak secara kaffah, mereka bersifat heterogen, dari sudut ideology misalnya atheis, animis, musyrik, munafik, bahkan ada juga muslim, tetapi fasik atau penyandang dosa dan maksiat. Dari sudut lain juga berbeda, baik intelektualitas, statussionalitas, kesehatan, pendidikan, dan seterusnya.37

3. Maddah (materi) dakwah

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da‟I kepada mad‟u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah

36

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Komtemporer, ( Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), hlm. 24

37

dakwah adalah ajaran-ajaran islam itu sendiri. Dalam hal materi dakwah, Yususf Al-Qardhawy membagi pilar-pilar agama islam secara garis besar menjadi beberapa materi yang dapat diklasifikasikan menjadi empat hal pokok, yaitu: Materi Akidah, Ibadah, Akhlak, dan Hukum.38 Sedangkan menurut M. Munir dan Wahyu Illahi dalam bukunya Manajemen Dakwah membagi materi dakwah menjadi empat bagian, yaitu: akidah, syariah, mu‟amalah dan akhlak.39

4. Metode

Masalah yang didakwahkan dalam islam adalah masalah yan teramat agung dan mulia. Islam tidak memerintahkan pengikutnya dengan perkara-perkara kehidupan remeh, namun islam mewajibkan pemeluknya untuk mengabdikan hidupnya kepada Allah swt. Oleh sebab itu, metode merupakan hal yang penting bagi da‟i dalam menyampaikan pesan dakwahnya.40 Ketika membahas tentang media dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat An-Nahl: 125

Artinya: “Serulah manusia kepada jalan tuhan-mu dengan cara hkmah dan pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

38

Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), Cet Ke-6, hlm. 43

39

M. Munir, S.Ag, M.A dan Wahyu Illahi, S.Ag, M. A. Manajemen Dakwah, hlm. 24-31

40

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-n-Nahl: 125)

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: B al-Hikmah; Mu‟izhatil Hasanah; Mujadalah Billati hiya ahsan. Secara garis besar ada tiga pokok metode thariqoh dakwah, yaitu:

a. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya, mereka tidak lagi terpaksa ataupun keberatan. b. Mau‟izatil Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan

nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa kasih saying, sehingga nsihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.

5. Media

Setelah da‟i menetapkan metode, mediapun sangat diperlukan untuk menunjang terlaksananya pesan dakwah. Penggunaan media yanag tepat akan mempengaruhi pula hasil yang akan dicapai.41

41

Islam adalah agama dakwah, yang artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran ummat islam ini sangat berkaitan erat dengan dakwah yang dilakukannya. Maka dari itu, kita harus meletakkan bentuk-bentuk media dakwah sebagai berikut:

a. Dakwah dalam bentuk Bil Lisan

Dalam al-qur‟an menyebutkan bahwa dengan ahsana qaula (ucapan) dan perbuatan yang baik.

ﻞ ݋ ܲ ݕ ﷲ۴ ڝ݇ ۴ ۩ ܲ ܑ ݍڰ݋ڲڲ݋ ݢ ݕ ܾ ݍ ܚ ܋ ۴ ݍ ݋ ݕ ݍ ݛ ݊ ݇ ܛ ݊݇ ۴ ݌ ݊ ڝ ݏڰݏ ۴ ﻞ ۵ ܾ ݕ ۵ ܊ ٰ݇ܣ

ۤ ۽݇ܢܻ

: ۣ

Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal sholeh dan berkata: “sesungguhnya aku orang-orang yang menyerahkan diri” (QS. Al-Fushilat: 33)

Dalam ayat tersebut, tidak hanya dakwah berdimensi ucapan atau lisan tetapi dengan perbuatan yang baik (uswah) seperti ucapan nabi Muhammad SAW.

Yang dimaksud dakwah bil lisan adalah memanggil, menyeru kejalan Allah untuk kebahagiaan dunia akherat dengan menggunakan bahasa menusia yang didakwahi (mad‟u), sesuai dengan perbuatan keadaan manusia.

Bahasa keadaan dalam konteks dakwah bil lisan atau bil hal adalah segala hal yang berhubungan dengan keadaan mad‟u baik fisiologis maupun psikologis.

b. Dakwah bil Qalam

Dakwah bil Qolam, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, kaligrafi, pamphlet, bulletin dakwah dan lain sebagainya.

c. Aktivitas dakwah dalam bentuk dakwah Bil Hal

Dakwah bil hal merupakan sebuah dakwah yakni metode dakwah dengan menggunakan kerja nyata.

Melihat proses kejiwaan manusia, maka sebagian kumpulan individu sudah pasti akan terkena pengaruh dari keteladanan dan taklid baik pengaruh positif maupun negative. Karena hal itu, harus memberikan pengaruh dan pengertian kepada masyarakat untuk selalu meneladani Rasulullah SAW, atau orang yang berbuat kebijakan.

Islam memerintahkan agar kita mengambil contoh dari ahlul khoir (orang-orang yang berpikir) ahli kebenaran dan mereka yang berkaidah yang lurus.42 Secara tegas islam menyuruh ummatnya untuk mengambil teladan Nabi Muhammad SAW.

42

۴ ܕ ݛ ܂ ݂ ﷲ۴ ܕ ݂ ܒ ݕ ۺ ܕ ܏ݜ ۴ ݈ ݕ ݛ݇ ۴ ݕ ﷲ۴ ݕ ܇ ܕ ݛ ݍ ۵ ݂ ݍ ݊ڲ݇ ۻ ݎ ܛ ܋ ۺ ݕ ܛ ۪ ﷲ۴ ﻞ ݕ ܛ ܕ ݙ ܺ ݉ ݂ ݇ ݌ ۵ ݂ ܑ ܾ ݇ ۤ ﺐ۴ܗ܋ݞ۴ : ۣ

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada kaum sekalian pada diri Rasulullah, suri tauladan yang baik bagi orang-orang yang mengharapkan ridha Allah dan hari akhir serta berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak” (QS. Al-Ahzab: 21).

Sebagai seorang yang membawa misi menyampaikan ajaran islam kepada manusia, seorang juru dakwah berkewajiban meneladani Rasulullah dalam sikap yang baik (akhlaqul karimah), sekaligus berkewajiban memberikan teladan bagi mad‟unya.