• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KERANGKA TEORI DAN KONSEPTUAL

D. Diversi

2. Tujuan Diversi

Tujuan utama dari diversi adalah guna mengurangi residivis bagi peserta program. Dengan adanya kesempatan ini, para anak muda diberikan kesempatan untuk menjadi sosok baru yang bersih dari catatan kejahatan. Di Indonesia tujuan diversi dapat dilihat dalam manual Pelatihan Untuk Polisi.

Dalam Manual tersebut disebutkan tujuan dari diversi, yaitu untuk menghindari penahanan, untuk menghindari cap jahat/label sebagai penjahat, untuk meningkatkan keterampilan hidup bagi pelaku, agar pelaku bertanggung jawab atas perbuatannya, untuk mencegah pengulangan tindak pidana, untuk

mengajukan intervensi-intervensi yang diperlukan bagi korban dan pelaku tanpa harus melalui proses formal, program diversi akan menghindari anak mengikuti proses-proses sistem pengadilan. Langkah lanjut program ini akan menjauhkan anak-anak dari pengaruh-pengaruh dan implikasi negatif dari proses peradilan tersebut.45

Tujuan secara khusus penelitian ini adalah untuk meneliti penuangan ide-ide diversi dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, sebagai dasar dan acuan penegak hukum dalam proses peradilan bagi anak yang berkonflik dengan hukum.

Pendorong lahirnya diversi pada perkara anak di Indonesia antara lain dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Terjadi labelisasi pada anak yang pernah diproses oleh penegak hukum berdasarkan hukum pidana anak. Bahkan pada beberapa kasus, dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak terjadi prisonisasi.

2. Pihak Lapas Anak, Lapas dan Rumah Tahanan (RUTAN) Dewasa yang di dalamnya ada blok khusus Anak, belum semuanya mempunyai kemampuan yang memadai untuk pembinaan dan pembimbingan anak. Selain itu, anak berisiko terkena “prisonisasi” di dalam lembaga tersebut. Karena itu, perlu ada langkah meminimalisasi prisonisasi dengan cara menghindarkan anak dari institusionalisasi di Rutan atau Lapas.

45 Apong Herlina, dkk. Perlindungan Terhadap Anak yang Berhadapan Dengan Hukum. Manual Pelatihan Untuk Polisi. Jakarta : Polri dan UNICEF. 2004. Hlm. 21.

3. Ada keinginan serius dari para pihak untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak negatif dari proses peradilan pidana bagi anak. Hal ini didasarkan pada data bahwa dalam tahap penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan, hak-hak anak (pelaku) ada yang terlanggar, misalnya anak tidak dapat sekolah karena ditahan di Rutan dan Lapas.

4. Selama proses peradilan, pihak korban dan masyarakat belum mendapatkan restitusi (pemulihan) secara memadai sehingga putusan pengadilan sering dianggap belum mencerminkan keadilan bagi korban dan masyarakat. Hal ini terjadi karena keadilan sering ditafsirkan oleh orang sebagai keadilan terhadap pelaku saja, bukan pada korban dan masyarakat.

5. Beberapa putusan pengadilan kadang belum menunjukkan keberpihakan negara pada anak, anak korban, dan masyarakat.

Mayoritas putusan pengadilan anak adalah penjatuhan pidana, dan jenisnya pidana penjara

6. Penegak hukum dan para pihak yang terkait belum terbiasa melakukan diversi pada anak yang berhadapan dengan hukum secara melembaga, bahkan budaya masyarakat menghendaki agar penyelesaian perkara anak lebih suka pengunaan jalur litigasi dibandingkan dengan jalur litigasi. Beberapa anggota masyarakat bahkan sering menganggap diversi pada perkara anak yang dilakukan oleh Polri merupakan upaya

membela pihak tertentu (terutama membela pelaku), sehingga perlu ada klarifikasi yuridis.

7. Perlunya dasar hukum diversi yang jelas dalam peraturan perundang-undangan (lex certa) yang dapat digunakan anak oleh Polisi, Jaksa, dan Hakim agar tidak terjadi salah sangka dalam masyarakat. Sebelum ada UU Sistem Peradilan Anak, dasar hukum diversi di kepolisian adalah pada kebijakan diskresi (discretion) yang kemudian dituangkan dalam dasar hukum dari Kapolri untuk lingkungan Polri atau kesepakatan-kesepakatan tertulis lain antar-penegak hukum atau antara Polri dengan Kementerian lain.

Lebih lanjut tujuan diversi diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang berbunyi :

Pasal 6

a). Mencapai perdamaian antara korban dan anak ;

b). Menyelesaikan Perkara Anak di Luar Proses Peradilan;

c). Menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;

d). Mendorong Masyarakat Untuk Berpartisipasi; dan e). Menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.

Pasal 7

(1). Pada Tingkat Penyidikan , Penuntutan, dan pemeriksaan perkara anak di Pengadilan Negeri wajib diupayakan diversi

(2). Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan :

a). Diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun ; dan b). Bukan merupakan pengulangan tindak pidana

Pasal 8

(1). Proses Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak dan orang tua/walinya, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional berdasarkan pendekatan keadilan restoratif .

(2). Dalam Hal diperlukan, musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan tenaga Kesejahteraan sosial, dan / atau masyarakat.

(3). Proses Diversi Wajib Memperhatikan

(a) Kepentingan korban;

(b) Kesejahteraan dan tanggung jawab anak;

(c) Penghindaran stigma Negatif;

(d) Penghindaran pembalasan;

(e) Keharmonisan Masyarakat; dan

(f) Kepatutan, kesusilaan, dan keterlibatan umum.

Pasal 9

(1). Penyidik, Penuntut umum, dan hakim dalam melakukan diversi harus mempertimbangkan :

(a) Kategori anak;

(b) Umur Anak;

(c) Hasil Penelitian Kemasyarakatan dari Bapas; dan (d) dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat.

(2). Kesepakatan Diversi harus mendapatkan persetujuan korban dan/atau Keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya, kecuali untuk :

(a) tindak pidana yang berupa pelanggaran;

(b) tindak pidana ringan;

(c) tindak pidana tanpa korban; atau

(d) nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsisetempat.

Pasal 10

(1). Kesepakatan Diversi untuk menyelesaikan tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) dapat dilakukan oleh penyidik bersama pelaku dan/atau keluarganya, pembimbing kemasyarakatan, serta dapat melibatkan tokoh masyarakat.

(2). Kesepakatan diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh penyidik atas rekomendasi pembimbing kemasyarakatan dapat berbentuk :

(a) pengembalian kerugian dalam hal ada korban;

(b) rehabilitasi medis dan psikososial

(c) penyerahan kembali kepada orang tua/wali;

(d) keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau LPKS paling lama 3 (tiga) bulan.

Pasal 11

Hasil Kesepakatan diversi dapat berbentuk antara lain : (a) perdamaian dengan atau tanpa ganti kerugian;

(b) penyerahan kembali kepada orang tua/wali;

(c) keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau LPKS paling lama 3 (tiga) bulan ; atau

(d) Pelayanan Masyarakat

Pasal 12

(1) Hasil Kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dituangkan dalam bentuk kesepakatan diversi.

(2) Hasil Kesepakatan diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh atasan langsung pejabat yang bertanggung jawab di setiap tingkat pemeriksaan ke Pengadilan Negeri sesuai dengan daerah hukumnya dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak kesepakatan dicapai untuk memperoleh penetapan.

(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya kesepakatan diversi.

(4) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada pembimbing kemasyarakatan , penyidik, penuntut umum, atau hakim dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak ditetapkan.

(5) Setelah menerima penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), penyidik menerbitkan penetapan penghentian penuntutan.

Pasal 13

Proses peradilan pidana anak dilanjutkan dalam hal :

(a). Proses diversi tidak menghasilkan kesepakatan; atau (b). Kesepakatan Diversi Tidak Dilaksanakan.

Pasal 14

(1) Pengawasan atas proses diversi dan pelaksanaan kesepakatan yang dihasilkan berada pada atasan langsung pejabat yang bertanggung jawab di setiap tingkat pemeriksaan.

(2) Selama Proses Diversi Berlangsung sampai dengan kesepakatan diversi dilaksanakan, pembimbing kemasyarakatan wajib melakukan pendampingan pembimbingan, dan pengawasan.

(3) Dalam Hal Kesepakatan Diversi tidak dilaksanakan dalam waktu yang ditentukan, pembimbing kemasyarakatan segera melaporkannya kepada pejabat yang bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Pejabat Yang bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari.

Pasal 15

Ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan proses diversi, tata cara, dan koordinasi pelaksanaan diversi diatur dengan peraturan pemerintah.

Tujuan diversi atau penyelesaian perkara secara informal diatur dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak tahun 2012. Dengan diversi, anak yang berhadapan dengan hukum akan diupayakan untuk menyelesaikan persoalan hukumnya secara musyawarah, dan dengan demikian tidak dikenai

sanksi pidana pemenjaraan, melainkan lebih kepada pembinaan. Penerapan diversi didasarkan pada pertimbangan masa depan dari si anak. Dalam prosesnya, akan dilibatkan psikolog, polisi, advokat, jaksa, hakim, petugas Bapas, petugas Lapas dan warga masyarakat.

Namun diversi hanya bisa diterapkan kepada anak yang bukan resedivis dan tindak kejahatan yang dilakukan ancamannya tidak di atas tujuh tahun penjara. Pasal 8 (1) Proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan Anak dan orangtua/Walinya, korban dan/atau orang tua/Walinya, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif. Pasal 10 (1) UU SPPA pada intinya menyatakan bahwa kesepakatan Diversi untuk menyelesaikan tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih dari upah mimimum provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) UU SPPA dapat dilakukan oleh Penyidik bersama pelaku dan/atau keluarganya, Pembimbing Kemasyarakatan, serta dapat melibatkan tokoh masyarakat.

Manfaat pelaksanaan program diversi adalah :

a. Membantu anak-anak belajar dari kesalahannya melalaui intervensi selekas mungkin;

b. Memperbaiki luka-luka karena kejadian tersebut, kepada keluarga, korban dan masyarakat;

c. Kerjasama dengan pihak orang tua, pengasuh dan diberi nasehat hidup sehari-hari;

d. Melengkapi dan membangkitkan anak - anak untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab;

e. Berusaha untuk mengumpulkan dana untuk restitusi kepada korban;

f. Memberikan tanggung jawab anak atas perbuataannya dan memberikan pelajaran tentang kesempatan mengamati akibat-akibat dan efek kasus tersebut;

g. Memberikan pilihan bagi pelaku untuk berkempatan untuk menjaga agar tetap bersih atas cacatan kejahatan;

h. Mengurangi beban pada peradilan dan lembaga penjara;

i. Pengendalian kejahatan anak/remaja.

Dokumen terkait