BAB IV GAMBARAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
2. Tujuan
Pasal 3, Bab 2 UU No 1/ 2013.:
a) Meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat.
b) Membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan
produktivitas masyarakat; dan
c) Membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
3. Kepemilikan Lembaga Keuangan Mikro
Pasal 8, Bab 2 UU No 1/ 2013.:
LKM hanya dapat dimiliki oleh :
a) Warga Negara Indonesia
b) Badan Usaha milik desa/kelurahan
c) Pemerintah daerah kabupaten/kota; dan/atau
d) Koperasi
4. Kegiatan Usaha dan Cakupan Wilayah Usaha
Pasal 11 Bab 4 UU No.1/2013.:
a) Kegiatan usaha LKM meliputi jasa pengembangan usaha dan
pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan
dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,
pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha.
b) Ketentuan mengenai suku bunga pinjaman atau imbal hasil
pembiayaan diatur dalam peraturan pemerintah.
B. Kredit
1. Pengertian Kredit
Pasal 1 ayat 11 UU. No 10/1998 tentang perubahan UU No.7/1992
tentang perbankan; Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
2. Prinsip Dasar Pemberian Kredit
Prinsip dasar pemberian kredit 5C menurut Ismail (2010: 112-114)
a. Character
Character menggambarkan watak dan kepribadian calon debitur.
Bank perlu melakukan analisis terhadap karakter calon debitur,
tujuannya adalah untuk mengetahui bahwa calon debitur
mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar
pinjamannya sampai dengan lunas.
b. Capacity
Analisis terhadap capacity ini ditujukan untuk mengetahui
kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai
jangka waktu kredit. Bank perlu mengetahui dengan pasti
kemampuan calon debitur tersebut. Kemampuan keuangan calon
debitur sangat penting karena merupakan sumber utama
pembayaran kembali kredit yang diberikan oleh bank. Semakin
baik kemampuan keuangan calon debitur, maka akan semakin
kemungkinan kualitas kreditnya, artinya dapat dipastikan bahwa
kredit tersebut dapat dibayar dengan jangka waktu yang
c. Capital
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek kredit perlu
dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal merupakan
jumlah modal yang dimiliki oleh calon debitur atau berapa banyak
dana yang akan diikut sertakan dalam proyek yang dibiayai oleh
calon debitur. Semakin besar modal yang dimiliki oleh calon
debitur akan semakin meyakinkan bagi bank akan keseriusan
calon debitur dalam mengajukan kredit. Dalam hal debitur ialah
perusahaan, maka struktur modal ini penting untuk menilai tingkat
debt to equity ratio. Perusahaan dianggap kuat dalam menghadapi
berbagai macam resiko apabila jumlah modal sendiri yang dimiliki
cukup besar. Analisis ratio keuangan dapat dilakukan oleh bank
untuk dapat mengetahui modal perusahaan. Analisis ratio
keuangan ini dilakukan apabila calon debitur merupakan
perusahaan. Dalam hal calon debitur merupakan perorangan, dan
tujuan penggunaan kreditnya jelas, misalnya kredit untuk
pembelian rumah, maka anlisis capital tersebut dapat diartikan
sebagai uang muka yang dibayarkan oleh calon debitur kepada
pengembang.
d. Collateral
Collateral merupakan jaminan/agunan yang diberikan oleh calon
pembayaran kedua, artinya apabila debitur tersebut tidak dapat
membayar angsurannya dan termasuk dalam kredit macet, maka
bank dapat melakukan eksekusi terhadap agunan. Hasil penjualan
agunan digunakan sebagai sumber pembayaran kedua.
Bank tidak akan memberikan kredit yang melebihi dari nilai
jaminan, kecuali kredit program atau kredit khusus yang
kadang-kadang juga tidak ditutup dengan agunan yang menandai.
e. Condition of economy
Condition of economy merupakan analisis terhadap kondisi
perekonomian. Bank perlu mempertimbangkan sektor usaha calon
debitur dikaitkan dengan kondisi ekonomi, apakah kondisi
ekonomi tersebut akan berpengaruh pada usaha calon debitur
dimasa yang akan datang. Beberapa analisis yang perlu dilakukan
terkait dengan vondition of economy adalah kebijakan pemerintah.
Apabila kebijakan pemerintah sering berubah, maka hal ini juga
akan sulit bagi bank untuk melakukan analisis condition of
economy.
1. Tujuan Pemberian Kredit :
Menurut Faisal, ( 2002 : 72-76) dalam pendekatan mikro ekonomi,
tujuan pemberian kredit guna mendapatkan suatu nilai tambah baik
Bagi nasabah sebagi debitur dengan mendapatkan kredit bertujuan
untuk mengatasi kesulitan pembiayaan dan meningkatkan usaha dan
pendapatan dimasa depan.
Sedangkan bagi bank sendiri juga diharapkan melalui pemberian kredit
akan menghasilkan pendapatan bunga sebagai pengganti harga dari
pinjaman itu sendiri.
Sedangkan dalam pendekatan makro ekonomi pemberian kredit
merupakan salah satu instrument untuk menjaga keseimbangan jumlah
uang beredar di masyarakat.
2. Fungsi Kredit :
Menurut Faisal, (2002 : 72-76) yang mengutip Muchardarsyah
Sinungan (1993:211), fungsi-fungsi itu dalam garis besarnya adalah
sebagai berikut :
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.
b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.
c. Kredit meningkatkan peredaran dan lau lintas uang.
d. Kredit adalah alat stabilisasi ekonomi.
e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan
nasional.
3. Klasifikasi Kredit menurut Faisal, (2002 : 72-76) :
Kredit dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek pendekatan
berikut :
a. Menurut Tujuan Pemberian/Penggunaan
Berdasarkan tujuan penggunaan dana yang diperoleh, kredit dapat
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1) Kredit Komersial, yaitu kredit yang ditujukan untuk
membiayai kebutuhan dunia usaha, baik dalam bentuk kredit
revolving, maupun non-revolving.
2) Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk
pembelian barang tertentu bukan keperluan usaha (aktivitas
yang produktif) melainkan untuk pemakaian (konsumsi) dan
merupakan pinjaman yang bersifat non-revolving.
b. Menurut Jangka Waktu Kredit
Menurut jangka waktu kredit dapat dibedakan menjadi ;
1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka
waktu maksimum satu tahun. Dalam kredit jangka pendek,
ini termasuk juga kredit untuk tanaman musiman yang
berjangka waktu lebih dari satu tahun.
2) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang memiliki jangka
waktu diatas satu tahun sampai dengan tiga tahun, kecuali
3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya
lebih dari tiga tahun.
c. Menurut Bentuk Jaminan
1) Kredit dengan jaminan yaitu kredit yang diberikan karena
adanya jaminan dari debitur, baik berupa harta bergerak
maupun harta tidak bergerak.
2) Kredit tanpa jaminan, yaitu pemberian kredit dengan tidak
berdasarkan barang jaminan. Kredit tanpa jaminan biasanya
diberikan kepada nasabah lama yang oleh pihak diketahui
benar-benar memiliki reputasi baik dalam membayar
angsuran pinjaman.
d. Menurut Status Hukum Debitur
1) Kredit berdasar debitur korporasi, yaitu kredit yang
diberikan kepada debitur berstatus badan hukum (corporate
loans) dan dalam jumlah kredit berskala menengah/besar.
2) Kredit bagi debitur perorangan, yaitu kredit yang diberikan
kepada debitur berstatus perorangan (personal loans) dan
jumlah kredit berskala kecil.
e. Menurut Segmen Usaha
1) Whole Loans, yaitu kredit yang diberikan kepada individu
maupun korporasi untuk menjalankan bidang usaha,
tambahan modal kerja. Kredit semacam ini ada kesamaan
dengan kredit komersial.
2) Retail Loans, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah
(debitur) untuk tujuan konsumsi. Kredit semacam ini ada
kesamaan dengan kredit konsumtif.
f. Menurut Sifat Pemakaian Dana
1) Kredit Revolving, yaitu kredit yang dananya dapat ditarik
berulang-ulang, artinya kredit dapat ditarik sekaligus atau
secara bertahap bergantung pada kebutuhan debitur.
2) Kredit non-Revolving yaitu kredit yang dananya dilakukan
sekaligus dan pelunasannya dilakukan secara bertahap
maupun sekaligus.
g. Menurut Sumber Dana Pembiayaan
1) Kredit Likuiditas yaitu kredit yang sebagian sumber dana
pembiayaan diperoleh melalui kredit Likuiditas Bank
Indonesia (LKBI).
2) Kredit pihak ketiga, yaitu kredit yang sebagian sumber dana
pembiayaannya diperoleh dari dana pihak ketiga (giro,
C. Usaha Kecil dan Mikro
1. Pengertian UKM (Usaha Kecil dan Mikro)
Dalam bukunya Hubeis (2009 :20) disebutkan seperti di bawah :
a. Menurut BPS, UKM adalah perusahaan atau industri dengan
pekerja antara 5-19 orang.
b. Menurut Bank Indonesia: UKM adalah perusahaan atau industri
dengan karakteristik berupa :
1) Modalnya kurang dari Rp 20 juta.
2) Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana
Rp 5 juta.
3) Memiliki asset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan
bangunan, dan
4) Omzet tahunan kurang atau sama dengan Rp 1 Miliar.
c. Menurut Departemen Perindustran dan Perdagangan :
1) Perusahaan memiliki asset maksimum Rp 600 juta di luar
tanah dan bangunan (Menurut Departemen Perindustrian
sebelum digabung)
2) Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta
(Menurut Departemen Perdagangan sebelum digabung)
d. Menurut Departemen Keuangan: UKM adalah perusahaan yang
memiliki omzet maksimum Rp 600 juta per tahun dan atau asset
e. Menurut Departemen Kesehatan: Perusahaan yang memiliki
penandaan standar mutu berupa sertifikat penyuluhan (SP), Merk
Dalam Negeri (MD), dan Merk Luar Negeri (ML).
2. Kriteria UMKM
Tabel 2.1 Kriteria UMKM
Usaha Mikro
a. Memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 50.000.000,00 tidak
termasuk tanah dan barang bangunan.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
Usaha Kecil
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
Usaha Menengah
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 sampai paling banyak Rp 10.000.000.000,00, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00
3. Pembinaan dan Pengembangan
Dalam Bab V pasal 14 UU No.25 tahun 1992, tentang Usaha Kecil,
Mikro, dan Menengah, menyebutkan bahwa:
Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melakukan pembinaan dan
pengembangan Usaha Kecil dalam bidang:
a) Produksi
b) Pemasaran
c) Sumber Daya Manusia, dan
d) Teknologi
Dalam pasal 15 menyebutkan bahwa:
Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melakukan pembinaan dan
pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan dan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf a dengan:
a) Meningkatkan kemampuan manajemen serta teknik produksi dan
pengolahan.
b) Meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan.
c) Memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana
produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan
4. Kemitraan
Dalam Bab VII pasal 26 UU No.25 tahun 1992, tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, menyebutkan bahwa:
1) Usaha Menengah dan Usaha Besar melaksanakan hubungan
kemitraan dengan Usaha Kecil, baik yang memiliki maupun
yang tidak memiliki keterkaitan usaha.
2) Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diupayakan kearah terwujudnya keterkaitan usaha.
3) Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan
pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan
pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia, dan
teknologi.
4) Dalam melakukan hubungan kemitraan kedua belah pihak
mempunyai kedudukan hukum yang setara.
D. Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang
mempunyai keinginan dan kemampuan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan, pada tingkat gaji atau upah tertentu dalam rentang waktu
2. Pengertian Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik
sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena
suatu sebab, seperti patani yang sedang menunggu panen/hujan,
pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Disamping itu
mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari
pekerjaan atau mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja secara
tidak optimal disebut pengangguran. Bukan angkatan kerja adalah
mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga tanpa
mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan tidak
melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan kedalam kategori
bekerja, sementara tidak bekerja, atau mencari pekerjaan.
3. Pengertian Kesempatan Kerja.
Kegiatan ekonomi di masyarakat membutuhkan tenaga kerja.
Kebutuhan akan tenaga kerja itu dapat juga disebut sebagai
kesempatan kerja. Kesempatan kerja itu sendiri adalah suatu keadaan
yang menggambarkan terjadinya lapangan kerja (pekerjaan) untuk diisi
pencari kerja. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam UUD
1945 pada pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Dari bunyi UUD
menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat karena hal ini
berhubungan dengan usaha masyarakat untuk mendapat penghasilan.
E. Modal
1. Pengertian Modal
Gilarso (2002:97) Dalam ilmu ekonomi istilah modal adalah sumber
daya yang dihasilkan oleh manusia untuk membantu proses produksi
menghasilkan barang dan jasa. Capital juga berarti dana uang yang
diperlukan untuk membiayai pembelian barang-barang produksi. Modal
juga dapat berupa Capital Goods, yakni segala sumber daya selain kerja
manusia dan pemberian alam, yang dipergunakan dalam proses
produksi, atau hasil produksi yang dipakai sebagai sarana atau alat
untuk menghasilkan barang lain. Modal dalam arti barang modal sering
disebut modal konkret atau sumber daya misalnya bangunan dan
konstruksi, mesin-mesin, dan alat-alat produksi lainnya (Gilarso,
2002:96).
2. Jenis Modal
Jenis-jenis modal terdiri dari :
a. Modal Asing/Utang
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi
yang pada saatnya harus dibayar kembali. Selanjutnya modal asing
atau utang ini dibagi lagi menjadi tiga golongan yaitu :
1) Modal asing/utang jangka pendek (short-term debt) yaitu
jangka waktunya pendek berkisar kurang dari 1 tahun.
2) Modal asing/utang jangka menengah (intermediate- term debt)
dengan jangka waktu antara 1 sampai 10 tahun.
3) Modal asing/utang jangka panjang (long- term debt) dengan
jangka waktu lebih dari 10 tahun.
b. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan
dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak
tertentu lamanya. Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut
likuiditas merupakan “dana jangka panjang yang tidak tertentu
likuiditasnya. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern (dari
dalam perusahaan) yaitu modal yang dihasilkan sendiri di dalam
perusahaan dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang
F. Hasil Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan Penelitian Enggar Pradipta Widyaresti, dan Achma Hendra
Setiawan (2012) yang berjudul “Analisis peran BRI Unit Ketandan dalam pemberian kredit usaha rakyat bagi pengusaha mikro dan kecil di
Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten”, menunjukkan:
1. Modal
Terjadi peningkatan variabel modal usaha mikro dan kecil di
Kecamatan Ngawen dari rata-rata sebelum mendapatkan KUR dari BRI
Unit Ketandan sebesar Rp 2.545.882,00 menjadi Rp 8.417.647,00
setelah mendapatkan pinjaman KUR dari BRI Unit Ketandan, atau
mengalami peningkatan sebesar 230 %.
2. Produksi
Terjadi peningkatan variabel produksi usaha mikro dan kecil di
Kecamatan Ngawen dari rata-rata sebelum mendapatkan KUR dari BRI
Unit Ketandan adalah sebesar Rp 2.184.706,00 namun setelah
mendapatkan KUR dari BRI Unit Ketandan meningkat dengan rata-rata
sebesar Rp 7.500.000,00 atau meningkat sebesar 243 %.
3. Omzet Penjualan
Terjadi peningkatan pada variabel omzet penjualan usaha mikro dan
kecil di Kecamatan Ngawen dari rata-rata sebelum mendapatkan KUR
mendapatkan pinjaman KUR dari BRI Unit Ketandan meningkat
sebesar Rp 8.618.824,00 atau meningkat sebesar 202 %.
4. Keuntungan
Terjadi peningkatan pada variabel keuntungan Usaha Mikro dan Kecil
dari rata-rata sebelum mendapatkan KUR dari BRI Unit Ketandan
adalah sebesar Rp 715.294,00 menjadi Rp 2.067.647,00 atau
mengalami peningkatan sebesar 189 %.
G. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Kerangka Berpikir
Mengingat Krisis Ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997,
Usaha Mikro dan Kecil mampu bertahan dalam keadaan tersebut.
Keberadaannya mampu mendongkrak kembali keterpurukan ekonomi
yang dialami oleh Indonesia. Sejak itu pemerintah mulai
memperhatikan perkembangan Usaha Mikro, dan Kecil masyarakat
melalui berbagai kebijakan kredit mikro yang disalurkan salah satunya
lewat Lembaga Keuangan Mikro. Di LKM-KUBE “Sejahtera”
Kecamatan Pandak, Usaha Mikro dan Kecil bergerak dalam berbagai
macam usaha, misalnya perdagangan, peternakan, pertanian, dan jasa.
Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro KUBE “Sejahtera” di Kecamatan Pandak sebagai pihak penyalur kredit bagi Usaha Mikro
Kecil dan Mikro yang menjadi nasabah LKM-KUBE “Sejahtera”
Kecamatan Pandak mampu mengembangkan usahanya.
2. Hipotesis
Berdasarkan Rumusan masalah dan kajian teori yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
a. Ada perbedaan modal Usaha Mikro dan Kecil Masyarakat,
sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari LKM-KUBE
“Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.
b. Ada perbedaan jumlah mitra Usaha Mikro dan Kecil Masyarakat,
sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari LKM- KUBE
“Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.
c. Ada perbedaan jumlah tenaga kerja Usaha Mikro dan Kecil
Masyarakat, sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari LKM-
KUBE “Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.
d. Ada perbedaan jumlah omzet penjualan Usaha Mikro dan Kecil
Masyarakat, sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari LKM-
KUBE “Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.
e. Ada perbedaan jumlah keuntungan Usaha Mikro dan Kecil
Masyarakat, sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
a. Kuantitatif Deskriptif
Penelitian Kuantitatif deskriptif ini bertujuan untuk menjelaskan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, dan berbagai variabel
yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu
berdasarkan apa yang terjadi Bungin, (2011:44).
b. Studi Komparasi
Jenis penelitian studi komparasi adalah jenis penelitian perbandingan.
Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan variabel modal, mitra,
jumlah tenaga kerja, jumlah omzet penjualan dan jumlah keuntungan,
sebelum dan sesudah mendapatkan kredit. Jadi dalam penelitian ini
berhubungan dengan perbedaan modal, mitra, tenaga kerja, dan omzet
penjualan, pada Usaha Mikro dan Kecil, sebelum dan sesudah
mendapatkan kredit dari LKM-KUBE “Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul. Sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya
berlaku untuk Usaha Kecil dan Mikro yang mendapatkan kredit LKM-
B. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di LKM-KUBE “Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul. Peneliti memilih lokasi ini dengan alasan,
Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul
yang menjadi nasabah LKM-KUBE “Sejahtera” berprofesikan sebagai
pemilik Usaha Mikro dan Kecil, dan LKM-KUBE “Sejahtera” sendiri
memiliki tujuan menyalurkan dana untuk masyarakat yang memiliki
usaha yang sedang berkembang seperti halnya Usaha Mikro dan Kecil.
b. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2013.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah Usaha Mikro dan Kecil Masyarakat yang
mendapatkan kredit dari LKM- KUBE “Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.
2. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah perkembangan Usaha Mikro dan Kecil
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto, (2006 : 130).
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan Usaha Mikro
dan Kecil masyarakat yang mendapatkan kredit dari LKM-KUBE
“Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul yang berjumlah 30
Usaha Mikro dan Kecil.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut Sugiyono, (2008:81).
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam Penelitian ini karena jumlah populasi kurang dari 100 dan
peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang kecil maka
peneliti memilih sampelnya adalah sampel jenuh yang terdiri dari
semua anggota populasi yaitu 30 Usaha Mikro dan Kecil yang
memperoleh kredit dari LKM- KUBE “Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran
1. Variabel Penelitian
a. Modal usaha (X1) adalah jumlah uang dan barang yang digunakan
oleh Usaha Mikro dan Kecil dalam kegiatan usahanya yang terdiri
sedangkan modal kerja yaitu, piutang, sediaan barang, sediaan
bahan, dan perlengkapan. Pengukuran dilakukan dengan
menjumlahkan modal tetap dan modal kerja yang dimiliki tiap
Usaha Mikro dan Kecil Masyarakat, dalam kurun waktu 6 bulan
sebelum dan sesudah mendapatkan kredit pertama dari
LKM-KUBE “Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul, dinilai dengan satuan rupiah.
b. Mitra (X2) adalah jumlah pihak pendukung yang terkait dan
berkepentingan di dalam Usaha Mikro dan Kecil, yaitu pemasok,
pelanggan (Distributor) dan pengecer (Konsumen), yang bersama
Usaha Mikro dan Kecil sudah membangun hubungan bisnis.
Pengukuran Mitra usaha dilakukan dengan menjumlahkan
pihak-pihak yang terkait dalam mendukung berkembangnya Usaha
Mikro dan Kecil yang terdiri dari pelanggam, pemasok, penyalur,
dan pengecer, dalam kurun waktu 6 bulan sebelum dan sesudah
mendapatkan kredit pertama dari LKM-KUBE “Sejahtera”
Kecamatan Pandak Kabupaten Bantuk, dinilai dengan satuan unit.
c. Tenaga kerja (X3) adalah jumlah sumber daya manusia yang
terkait dalam membantu berjalannya Usaha Mikro dan Kecil,
dalam hal produksi dan manajemen, yang mendapatkan gaji dari
pemilik usaha. Pengukuran jumlah tenaga kerja dapat diketahui
produksi dan manajemen yang mendapatkan gaji pemilik usaha
dalam kurun waktu 6 bulan sebelum dan sesudah mendapatkan
kredit pertama dari LKM-KUBE “Sejahtera” Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul, dan dinilai dengan satuan orang.
d. Omzet penjualan (X4) adalah jumlah keseluruhan atas penjualan
produk Usaha Mikro, dan Kecil perbulan. Pengukran Omzet
Penjuaan berdasarkan jumlah pendapata kotor perbulan yang
diperoleh dari hasil penjualan dinilai dengan satuan rupiah, dalam