• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PUTUSAN MAISIR DI MAHKAMAH SYAR’IYAH LHOKSEUMAWE

B. Pengertian dan Tujuan Hukuman 1 Pengertian Hukuman

2. Tujuan Hukuman

Tujuan hukuman dalam Syari’at Islam merupakan realisasi dari tujuan hukum Islam itu sendiri, yakni sebagai pembalasan perbuatan jahat, pencegahan secara umum dan pencegahan secara khusus serta perlindungan terhadap hak-hak si korban. Pemidanaan dimaksudkan untuk mendatangkan kemaslahatan ummat dan mencegah kedhaliman atau kemudaratan.112

Moelyatno mengatakan bahwa tujuan pemidanaan menyangkut bukan saja terpidana sendiri, tetapi juga masyarakat pada umumnya, satu sama lain tanpa melupakan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.113 Kata-kata yang dipergunakan oleh Moelyatno, “Keridhaan Tuhan Yang Maha Esa” merupakan kata lain dari “atas berkat rahmat Allah” sebagaimana tercantum dalam alenia kedua Pembukaan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia. Keberhasilan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan penjajah, tidak hanya karena

____________________

111

Ahmad Wardi Muslich, op cit., hal. 137. 112Makhrus Munajat, op cit., hal. 39.

113

Moelyatno, Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1985, hal. 67.

perjuangan bangsa Indonesia melainkan juga karena “berkat rahmat Allah”. Dengan demikian untuk mengisi alam kemerdekaan bangsa Indonesia seyogianya harus berpegang teguh pada aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

Tujuan pemidanaan sebagai sociale defence (perlindungan masyarakat) merupakan tujuan yang sangat luas dan merupakan induk dari keseluruhan teori-teori tujuan pemidanaan. Bentuk-bentuk perlindungan masyarakat untuk mencapai tujuan pemidanaan dapat dibagi menjadi:114

1. Dilihat dari perlunya perlindungan masyarakat terhadap perbuatan anti-sosial yang merugikan masyarakat, maka timbullah teori tujuan pemidanaan sebagai penanggulangan kejahatan, pengurangan kejahatan (reduction of crime), pencegahan kejahatan (prevention of crime), pengendalian kejahatan (control

of crime).

2. Dilihat dari sudut perlunya perlindungan masyarakat terhadap sifat berbahayanya orang (si pelaku), maka timbul teori pemidanaan untuk memperbaiki si pelaku, seperti: rehabilitasi, reformasi, treatment of offender, reedukasi, readaptasi sosial, resosialisasi, pemasyarakatan, dan pembebasan.

3. Dilihat dari sudut perlunya perlindungan masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan dalam menggunakan sanksi pidana, maka tujuan pemidanaan ____________________

114Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan

dengan Pidana Penjara, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1996, hal. 92-95.

warga masyarakat pada umumnya.

4. Aspek lain perlindungan masyarakat adalah perlunya mempertahankan keseimbangan atau keselarasan berbagai kepentingan dan nilai yang terganggu oleh adanya kejahatan, maka tujuan pemidanaan untuk memelihara atau memulihkan keseimbangan dalam masyarakat.

Berdasarkan keempat tujuan pemidanaan sebagai perlindungan masyarakat tersebut di atas maka tujuan pemidanaan mengandung dua aspek pokok, yaitu:115

1. Aspek perlindungan masyarakat terhadap tindak pidana. Dalam aspek ini, tujuan pemidanaan tersebut untuk pencegahan, mengurangi atau mengendalikan tindak pidana, dan memulihkan keseimbangan masyarakat, seperti menyelesaikan konflik, mendatangkan rasa aman, memperbaiki kerugian atau kerusakan yang timbul, menghilangkan noda-noda yang ditimbulkan, memperkuat kembali nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. 2. Aspek perlindungan terhadap pelaku tindak pidana. Dalam aspek ini tujuan

pemidanaan sering disebut untuk rehabilitasi dan memasyarakatkan kembali si pelaku, mempengaruhi tingkah laku si pelaku untuk tertib atau patuh pada hukum.

Tujuan pemidanan sebagai pengajaran serta pendidikan adalah untuk mendidik dan mengusahakan kebaikan terhadap diri si pelaku agar ia menjadi orang yang baik ____________________

dengan menyadari kesalahan yang telah dilakukan sehingga dapat menjauhkan diri dari perbuatan pidana bukan karena takut akan hukuman melainkan karena kesadaran diri dan kebencian terhadap perbuatan pidana serta dengan harapan mendapatkan ridho dari Allah SWT. Hukuman yang diberikan pada pelaku perbuatan pidana dimaksudkan untuk memberi rasa derita yang harus dialami oleh si pembuat, sebagai alat penyucian dirinya dengan demikian maka terwujudlah rasa keadilan.116

Abdul Qadir Audah mengatakan bahwa tujuan penjatuhan hukuman adalah untuk memperbaiki keadaan manusia, melindungi dari kehancuran, menyelamatkan dari kebodohan, membimbing mereka dari kesesatan, mencegah dari kemaksiatan dan mendorong untuk taat kepada Allah SWT. Allah SWT tidak mengutus Rasulnya untuk menguasai dan memaksa manusia, tetapi sebagai rahmat bagi semesta alam. Untuk menegakkan tujuan pemidanaan, ditentukan prinsip-prinsip:117

1. Pemidanaan haruslah dapat mencegah kejahatan, baik pada pelaku, maupun orang lain;

2. Batasan hukuman yang dijatuhkan didasarkan pada kebutuhan dan kemaslahatan masyarakat;

3. Apabila si pelaku belum bertaubat, untuk mencegah terulangnya kejahatan maka si pelaku harus dipenjarakan atau dihukum mati;

____________________

116Makhrus Munajat, op cit., hal. 56.

117Ahsin Sakho Muhammad (Ed), Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III, Alih Bahasa:

4. Hukuman yang disyariatkan adalah hukuman yang didasarkan pada kemaslahatan individu dan memelihara kemaslahatan masyarakat;

5. Pemidanaan bertujuan untuk mendidik si pelaku memperbaiki diri bukan untuk balas dendam.

Tujuan utama dari penetapan dan penerapan hukuman dalam Syari’at Islam adalah sebagai berikut:

a. Pencegahan (arrad’u wazzajru)

Pengertian pencegahan adalah menahan orang yang berbuat jarimah agar ia tidak mengulangi perbuatan jarimahnya, atau agar ia tidak terus-menerus melakukan jarimah tersebut. Di samping mencegah pelaku, pencegahan juga mengandung arti mencegah orang lain selain pelaku agar ia tidak ikut-ikutan melakukan jarimah, sebab ia bisa mengetahui bahwa hukuman yang dikenakan kepada pelaku juga akan dikenakan terhadap orang lain yang juga melakukan perbuatan yang sama. Dengan demikian, kegunaan pencegahan adalah rangkap, yaitu menahan orang yang berbuat itu sendiri untuk tidak mengulangi perbuatannya, dan menahan orang lain untuk tidak berbuat seperti itu serta menjauhkan diri dari lingkungan jarimah.

Oleh karena perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman adakalanya pelanggaran terhadap larangan (jarimah positif) atau meninggalkan kewajiban maka arti pencegahan pada keduanya tentu berbeda. Pada keadaan yang pertama (jarimah positif) pencegahan berarti upaya untuk menghentikan perbuatan yang dilarang, sedang pada keadaan yang kedua (jarimah negatif) pencegahan berarti menghentikan

hukuman diharapkan ia mau menjalankan kewajibannya. Contohnya seperti penerapan hukuman terhadap orang yang meninggalkan shalat atau tidak mau mengeluarkan zakat.118

Oleh karena tujuan hukuman adalah pencegahan maka besarnya hukuman harus sesuai dan cukup mampu mewujudkan tujuan tersebut, tidak boleh kurang atau lebih dari batas yang diperlukan, dengan demikian terdapat prinsip keadilan dalam menjatuhkan hukuman. Apabila kondisinya demikian maka hukuman terutama hukuman ta’zir, dapat berbeda-beda sesuai dengan perbedaan pelakunya, sebab di antara pelaku ada yang cukup hanya diberi peringatan, ada pula yang cukup dengan beberapa cambukan saja, dan ada pula yang perlu dijilid dengan beberapa cambukan yang banyak. Bahkan ada di antaranya yang perlu dimasukkan ke dalam penjara dengan masa yang tidak terbatas jumlahnya atau bahkan lebih berat dari itu seperti hukuman mati.

Berdasarkan uraian tersebut di atas jelaslah bahwa tujuan yang pertama itu, efeknya adalah untuk kepentingan masyarakat, sebab dengan tercegahnya pelaku dari perbuatan jarimah maka masyarakat akan tenang, aman, tenteram, dan damai. Meskipun demikian, tujuan yang pertama ini ada juga efeknya terhadap pelaku, sebab dengan tidak dilakukannya jarimah maka pelaku akan selamat dan ia terhindar dari penderitaan akibat dari hukuman itu.

____________________

b. Perbaikan dan Pendidikan (al ishlaahu wattahziibu)

Tujuan yang kedua dari penjatuhan hukuman adalah mendidik pelaku jarimah agar ia menjadi orang yang baik dan menyadari kesalahannya. Di sini terlihat bagaimana perhatian Syari’at Islam terhadap diri pelaku. Dengan adanya hukuman ini, diharapkan akan timbul dalam diri pelaku suatu kesadaran bahwa ia menjauhi jarimah bukan karena takut akan hukuman, melainkan karena kesadaran diri dan kebenciannya terhadap jarimah serta dengan harapan mendapat ridho dari Allah SWT. Kesadaran yang demikian tentu saja merupakan alat yang sangat ampuh untuk memberantas jarimah, karena seseorang sebelum melakukan jarimah, ia akan berpikir bahawa Tuhan pasti mengetahui perbuatannya dan hukuman akan menimpa dirinya, baik perbuatannya itu diketahui oleh orang lain atau tidak. Demikian juga jika ia dapat ditangkap oleh penguasa negara kemudian dijatuhi hukuman di dunia, atau ia dapat meloloskan diri dari kekuasaan dunia, namun pada akhirnya ia tidak akan dapat menghindarkan diri dari hukuman akhirat.

Di samping kebaikan pribadi pelaku, Syariat Islam dalam menjatuhkan hukuman juga bertujuan membentuk masyarakat yang baik yang diliputi oleh rasa saling menghormati dan mencintai antara sesama anggotanya dengan mengetahui batas-batas hak dan kewajibannya. Pada hakikatnya, suatu jarimah adalah perbuatan yang tidak disenangi dan menginjak-injak keadilan serta membangkitkan kemarahan masyarakat terhadap perbuatannya, di samping menimbulkan rasa iba dan kasih sayang terhadap korbannya. Hukuman atas diri pelaku merupakan salah satu cara menyatakan reaksi

kehormatannya sekaligus juga merupakan upaya menenangkan hati korban. Dengan demikian, hukuman itu dimaksudkan untuk memberikan rasa derita yang harus dialami oleh pelaku sebagai imbangan atas perbuatannya dan sebagai sarana untuk menyucikan dirinya. Dengan demikian akan terwujudlah rasa keadilan yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.119

Dokumen terkait