• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A.Persepsi

C. Pelaksanaan Shalat 1.Pengertian1.Pengertian

3. Tujuan dan Manfaat Shalat a.Tujuan Shalat a.Tujuan Shalat

Tujuan Shalat Yang Tertulis Dalam Al-Qur'an, surat Thoha ayat 14 menyebutkan:

يﺮْآﺬ ة ﱠﺼ ا أو ْﺪ ْ ﺎ ﺎ أ إ ﻪ إ ﻪﱠ ا ﺎ أ ﻨﱠإ

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini Allah tidak ada illah melainkan Aku, maka berbaktilah kepada-Ku dan dirikanlah Shalat untuk mengingat Allah. (QS. Thoha 14).

Ayat di atas menjelaskan bahwa tujuan Allah memerintahkan shalat dalam rangka untuk mengingat Allah. Para ilmuwan berbeda pendapat dalam menafsirkan kalimat mengingat Allah, mereka ada yang menafsirkan mengingat zat-Nya, mengingat sifat-sifat-Nya, mengingat kenikmatan-kenikmatan dan ancaman/siksa Allah Mengingat sunnatullah yang diberlakukan-Nya. Pada Surat al-Ankabut ayat 45 disebutkan:

أو

ة ﱠﺼ ا

ﱠنإ

ة ﱠﺼ ا

ﻰﻬْﻨ

ءﺎﺸْ ْا

ْاو

ﺮﻜْﻨ

ﺮْآﺬ و

ﻪﱠ ا

ﺮ ْآأ

ﻪﱠ او

ْ

نﻮ ﻨْﺼ

Artinya: “dan dirikanlah Shalat. Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar dan sesungguhnya mengingat Allah lebih besar lagi (dalam mencegah perbuatan keji dan mungkar). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Pada ayat itu disebutkan bahwa aktivitas shalat memiliki

33

“Macam-macam Shalat Sunat”, artikel ini diaskses 5 April 2010 pada http://id.wikipedia.org/wiki/macam-macam+shalat+sunat.

potensi mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, tapi yang harus diperhatikan zikir kepada Allah jauh lebih utama dalam menanggulangi perbuatan keji dan mungkar. Pada ayat sebelumnya dikatakan bahwa tujuan shalat untuk mengingat hukum Allah, berfungsi sebagai pemecahan masalah, diantaranya masalah dari perbuatan keji dan mungkar, tapi mengingat hukum Allah secara khusus, jauh lebih efektif, karena waktu yang digunakan lebih panjang.

Kebebasan yang digunakan untuk mempelajari permasalahan dan pemecahan lebih bebas, misalnya orang Islam yang memiliki kebiasaan mencela saudaranya sendiri, bahkan seperti ada kebanggaan dan kesenangan dapat menyudutkan atau mempermalukan saudaranya, untuk memperbaiki kekejian ini diperlukan evaluasi yang berhubungan dengan beberapa variabel (data) yang memungkinkan menjadi sebab mereka melakukan kekejian, hal itu tentu lebih sedikit sekali dilakukan pada waktu shalat.

Biasanya sifat pemecahan masalah pada shalat berlaku umum hanya sebagai sarana membuka kesadaran saja, misalnya pada waktu kita menjalankan Shalat mengucapkan Ihdinash-Shirothol Mustaqim, Shirothol-Ladzinaa An 'Amta Alaihim Ghoiril Maghdhuubi Alaihim Waladh-Dhol-Liin, artinya: “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, sebagaimana jalan orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, bukan jalan orang-orang yang dholim.”34

Permohonan dan ikrar ini apabila terus diucapkan dan

34

41

diucapkan secara hikmat dan penuh kekhusukan akan membuka kesadaran dan mengevaluasi diri akan segala perbuatan-perbuatan keji yang telah dilakukan selama ini, kalau ia benar-benar taubat dan mau meninggalkan jalan orang-orang dholim dan ingin memasuki jalannya orang-orang shalih, niscaya ia akan berzikir lebih banyak di luar shalat dengan zikir khusus yaitu mendalami hukum-hukum sunnatullah yang berhubungan dengan masalah kerusakan moral yang dihadapi. Misalkan dalam menanggulangi sifat kebanggaan pada diri ketika menganiaya saudaranya. Insya Allah akan berhasil.

Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar menjalankan Shalat dengan khusuk dan membaca ayat-ayat al-Qur'an sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi, tentunya mereka harus memahami apa yang dibaca. Tahap mengerti maknanya, Shalat tidak dapat berfungsi sebagai pencegahan perbuatan keji dan mungkar. Apabila shalat lima waktu belum mencukupi, Allah memerintahkan shalat sunnah, khususnya shalat malam sebagai langkah tambahan pemecahan masalah.

Pada sebagian malam hari tegakkanlah shalat tahajud sebagai tambahan bagimu mudah-mudahan penguasamu akan mengangkat kami ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah :

ْ و

ءﺎﺟ

ْا

هزو

ﺎ ْا

ﱠنإ

ﺎ ْا

نﺎآ

ﺎ ﻮهز

Artinya: “Ya Tuhanku masukkanlah aku ke jalan masuk yang benar dan keluarkanlah aku ke jalan keluar yang benar dan berikanlah kepada-Ku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” Dan katakanlah : “Yang benar telah datang dan yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al-Isra': 81).

Pada ayat sebelumnya, jelasnya pada ayat 76-78 dikisahkan bahwa orang-orang kafir telah membuat kegelisahan dan mereka akan

mengusirmu, lalu Allah memerintahkan Shalat wajib dan Shalat tahajud di malam hari, untuk menghadapi masalah tersebut. Apabila Shalat itu dilakukan dengan kesungguhan dan kekhusukan, akan dapat mengangkat umat Islam pada tempat yang terpuji, mereka akan dapat menemukan jalan keluar dari kemelut itu yaitu jalan kemenangan, mengalahkan orang kafir atau mati dalam mempertahankan keimanan.

b. Manfaat Shalat

Pertama, shalat adalah pencegah dari perbuatan buruk. Perbuatan keji adalah semua perkataan dan perbuatan yang buruk, sementara yang mungkar adalah apa saja yang dilarang oleh agama.

أو

ة ﱠﺼ ا

ﱠنإ

ة ﱠﺼ ا

ﻰﻬْﻨ

ءﺎﺸْ ْا

ﺮﻜْﻨ ْاو

…..

Artinya: “Sesungguhnya shalat (yang benar) mencegah dari perbuatan keji dan mungkar…” (QS. al-Ankabut : 45).

Kedua, shalat adalah sumber petunjuksumber cahaya.” Barang siapa yang menjaganya, maka kelak di hari kiamat ia akan mendapatkan cahaya dan petunjuk. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka tiada cahaya atau petunjuk baginya.

Ketiga, shalat adalah sarana kita meminta pertolongan dari Allah Swt.

ﻦﻴ ﺎﺨْا ﻰ إ ةﺮﻴ ﻜ ﺎﻬﱠإو ة ﱠﺼ او ﺮْﱠﺼ ﺎ اﻮﻨﻴ ْﺳاو

Artinya: “Mintalah pertolongan dengan sabar (dalam sebagian tafsir, sabar diartikan sebagai puasa dan shalat. Sesungguhnya keduanya itu sulit kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (QS. al-Baqarah: 45).

Keempat, shalat adalah pelipur jiwa. Allah Swt berfirman:

يﺮْآﺬ ة ﺼ ا أو

43

Artinya: “…dirikanlah shalat untuk mengingatku” (QS. Thaahaa: 14).

أ

ﺮْآﺬ

ﻪﱠ ا

ﻦﺌ ْ

بﻮ ْا

Artinya: “Dan bukankah dengan mengingatku hati menjadi tenteram?” (QS. 13: 28).

Diriwayatkan bahwa setiap kali Rasul mengalami kesulitan beliau akan memerintahkan kepada Bilal: “Buatlah kami merasa tenteram dengannya wahai Bilal”. Maksud beliau, hendaklah Bilal mengumandangkan iqamat agar Rasul dan para sahabatnya dapat melakukan shalat setelah itu. Pada kesempatan lain beliau menyatakan: “Dijadikan bagiku shalat sebagai penyejuk jiwa.”

Kelima, psikologi mutakhir, yang biasa disebut sebagai psikologi positif-telah menunjukkan besarnya pengaruh ketenangan terhadap kreativitas. Tokohnya yang paling terkemuka adalah Mihaly Csiksenmihayi. Ahli psikologi ini memperkenalkan suatu keadaan dalam diri manusia yang disebutnya sebagi “flow”. Bukan saja “flow” adalah sumber kebahagian, ia sekaligus adalah sumber kreativitas. Shalat yang khusyuk menghasilkan kondisi “flow” dalam diri pelakunya. Dengan demikian, dapat diduga bahwa, selain mendatangkan kebahagian, shalat yang dilakukan secara teratur akan dapat melahirkan kreativitas.

Keenam, berdasar penemuan-penemuan mutakhir yang menyatakan bahwa kesehatan tubuh dan penyakit sebenarnya berasal dari penyakit jiwa, dan bahwa banyak penyakit tubuh sesungguhnya dapat disembuhkan melalui ketenangan jiwa, maka shalat dapat dilihat sebagi sarana kesehatan tubuh juga. Sehubangan dengan ini, telah

banyak dilakukan penelitian untuk melihat manfaat mengerjakan shalat secara teratur bagi kesehatan tubuh.35

Dapat disimpulkan dari berbagai manfaat shalat tersebut di atas bahwa sesungguhnya shalat, disamping fungsi-utamanya sebagai sarana beribadah kepada-Nya, mengembangkan keimanan kepada suatu zat Maha Kuasa dan Maha Penyayang yang kepadanya kita dapat mempertautkan kecintaan dan keimanan, serta memperhalus akhlak adalah fasilitas yang dianugerahkan-Nya kepada kita untuk meningkatkan kualitas hidup kita sehari-hari.

Banyak orang bersusah-payah mencari jalan dalam mencapai hal ini dengan mengembangkan berbagai bentuk meditasi transendental, hipnosis, mencari konsultasi psikologis dan medis, bahkan lari kepada obat-obat penenang atau, kalau tidak, mesti hidup dalam kebingungan serta tekanan stress dan depresi, sementara sebagai Muslim telah diajari teknik-teknik yang fool proof yang datang dari Dia Yang Maha tahu.

Dokumen terkait