• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

6. Tujuan Media Puzzle

Dalam pengertian teknologi pendidikan, media bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping pesan, orang, teknik latar dan peralatan. Adapun beberapa tujuan penggunaan media puzzle

sebagai berikut:

a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari tiga ranah yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik.

Adapun macam-macam tipe hasil belajar dalam kognitif: 1. Tipe hasil belajar: Pengetahuan.

18

Azhar Arsyad,Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 33.

19

2. Tipe hasil belajar: Pemahaman. 3. Tipe hasil belajar: Aplikasi. 4. Tipe hasil belajar: Analisis. 5. Tipe hasil belajar: Sintesis. 6. Tipe hasil belajar: Evaluasi.20

Dari pemaparan di atas bisa di artikan semua pemahaman yang menyangkut hasil belajar intelektual dapat memberikan satu hasil belajar yang sangat baik karna memiliki enem karakter penting di dalam pembelajaran.

b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif).

Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.

1. Attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang.

2. Jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang keapada dirinya.

3. Penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman.

4. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll.

5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristikny.21

Dalam artian di atas maka satu nilai kepribadian atau sikap efektif yang memiliki tingkatan masing-masing poin secara tidak langsung telah memberikan potensial dalam tingkatan belajar dari

20

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 188.

21

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 188.

yang sederhana hingga yang efektif dalam penilaian belajar atau hasil belajar.

c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik). Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: 1. Gerakan refleks (keterampialn pada gerakan yang tidak sadar). 2. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.

4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, kehormonisan dan ketepatan.

5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

6. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.22

Dari penjelasan di atas kita dapat melihat keterampilan dan penampilan psikomotorik yang berdampak pada kemampuan individu yang memiliki tingkatan keterampilan gerak refleks keterampilan maupun perseptual bagian dari kemampuan di bidang fisik.

7. Secara umum media pendidikan mempunyai Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Media Pengajaran sebagai berikut:

a. Objektivitas

“Unsur subjektivitas guru dalam memilih media pengajaran harus dihindarkan”23

. Artinya, guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas dasar kesenangan pribadi. Apabila secara objektif, berdasarkan hasil penelitian atau percobaan, suatu media pengajaran menunjukkan keefektifan dan efisiensi yang tinggi, maka guru jangan merasa bosan menggunakannya. Untuk menghindari pengaruh unsur subjektivitas guru, alangkah baiknya apabila dalam memilih media pengajaran itu guru

22

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 188.

23

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.13.

meminta pandangan atau saran dari teman sejawat dan atau melibatkan siswa.

b. Program pengajaran

“Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didiik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya”.24

Meskipun secara teknis program itu sangat baik, jika tidak sesuai dengan kurikulum ia tidak akan banyak membawa manfaat, bahkan mungkin hanya menambah bebas, baik bagi anak didik maupun bagi guru di samping akan membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. Terkecuali jika program itu hanya dimaksudkan untuk mengisi waktu senggang saja, daripada anak didik bermain-main tidak karuan. c. Sasaran Program

“Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akan menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran”.25

Pada tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu anak didik mempunyai kemampuan tertentu pula, baik cara berpikirnya, daya imajinasinya, kebutuhannya, maupun daya tahan dalam belajarnya. Untuk itu maka media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaianya dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, simbol-simbol yang digunakan, cara dan kecepatan penyajiannya, ataupun waktu penggunaannya.

d. Situasi dan Kondisi

“Situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapat perhatian dalam menentukan pilihan media pengajaran yang akan digunakan”.26

Situasi dan kondisi yang dimaksud meliputi:

1. Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya.

24

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.13.

25

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.13.

26

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.13.

2. Situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran mengenai jumlahnya, motivasi dan kegairahannya. Anak didik yang sudah melakukan praktik yang berat, seperti praktik olahraga, biasanya kegairan belajarnya sangat menurun.

e. Kualitas Teknik

Dari segi teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat. Barangkali ada rekaman audionya atau gambar-gambar atau alat-alat bantunya yang kurang jelas atau kurang lengkap, sehingga perlu penyempurnaan sebelum digunakan. Suara atau gambar yang kurang jelas bukan saja menarik, tetapi juga dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.27

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan hasil belajar adalah teknik dari media pengajaran yang akan digunakan. Faktor yang kurang maksimal membuat murid kurang dalam menerima pelajaran.

f. Keefektifan dan Efesiensi Penggunaan

“Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut”.28

Keefektifan dalam penggunaan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh anak didik dengan optimal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah lakunya. Sedangkan efisiensi meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedikit mungkin. Ada media yang dipandang sangat efektif untuk mencapai suatu tujuan, namun proses pencapaiannya tidak efisien, baik dalam pengadaannya maupun di penggunaannya. Demikian pula sebaliknya, ada media yang efisien dalam pengadaannya atau penggunaannya, namun tidak efektif dalam pencapaian hasilnya. Memang sangat sulit untuk mempertahankan keduanya (efektif

27

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.13.

28

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.13.

dan efisien) secara bersamaan, tetapi di dalam memilih media pengajaran guru sedapat mungkin menekan jarak di antara keduanya.

Ada enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu ia mengajar dengan mempergunakan media. Langkah-langkah itu adalah:

a. Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media. b. Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan

menetapkan memadai mana yang akan dimanfaatkan guru mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip pemilihan dan dasar pertimbangannya patut diperhatikan.

c. Persiapan kelas. Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan, sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media. Guru harus dapat memotivasi mereka agar dapat menilai, mengantisipasi, menghayati pelajaran dengan menggunakan media pengajaran.

d. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatkan media. Pada fase ini penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran. Keahlian guru dituntut di sini. Media diperbantukan oleh guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran. Media dikembangkan penggunaannya untuk keefektifan dan efisiensi pencapaian tujuan.

e. Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan memanfaatkan media pengajaran. Pemanfaatan media di sini bisa siswa sendiri yang mempraktikkannya ataupun guru langsung memanfaatkannya, baik di kelas atau di luar kelas. f. Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar

disampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, yang sekaligus dapat dinilai sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa. Hasil evaluasi dapat dijadikan dasar atau bahan bagi proses belajar berikutnya.29

Dari paparan di atas dapat dijelaskan bahwa langkah-langkah seorang guru untuk melakukan pembelajaran telah menggunakan media puzzle diantaranya adalah persiapan baik materi atau bahan puzzle, cara melakukan dan terakhir adalah melakukan evaluasi.

Selama ini masih banyak orang yang awam dengan istilah puzzle. “Kata

puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang,

29

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.13.

media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang”.30

Media puzzle yang dimaksud oleh penulis dalam skripsi adalah mainan yang biasanya terbuat dari papan yang bisa untuk bongkar pasang.

Dengan demikian media puzzle bisa dikatakan sebagai salah satu media bermain yang dapat dimainkan diatas nampan atau bingkai (tempat memainkan potongan-potongan puzzle yang diletakkan diatas meja) sehingga si anak dapat mengambil dan mengembalikan sendiri media puzzle tersebut ke tempat penyimpangan media semula.

Puzzle yang sekarang beredar di toko-toko tersedia dalam berbagai macam bentuk, ukuran, fungsi dan tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Adapun macam mediapuzzle dari segi tingkat kualitas antara lain:

a. Puzzle tomax.Puzzle tomax merupakan puzzle kualitas tinggi.

b. Koakai puzzle. Puzzle kaokai mempunyai kualitas yang sama dengan

puzzle toma, hanya saja berbeda dari pemilihan gambarnya saja.

c. Nextpuzzle.Puzzle next mempunyai kualitas yang sama denganpuzzle

tomax.

d. Timmypuzzle. Puzzle timmy memiliki kualitas dibawah puzzletomax dan puzzle kaokai, tapi tidak usah khawatir, ketebalannya cukup baik sehingga tidak akan mengecewakan ketika menyusunnya.

e. Hologrampuzzle. Puzzle hologram merupakanpuzzleyang sangat unik karena puzzle ini memiliki gambar yang bias mematulkan cahaya berwarna warni (hologram).

f. Future puzzle. Puzzle future merupakan puzzle termurah dari semua jenis puzzle yang ada.

g. Photo puzzle. Puzzle photo di buat menggunakan digital printing dengan ukuran A4 dan A5 dengan harga yang sangat murah.

h. Woodem puzzle. Woodem puzzle adalah puzzle 3D yang terbuat dari bahan kayu.31

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa terdapat macam-macam mediapuzzleyang berbeda tingkat kesulitannya sehingga guru bisa menyesuaikan mediapuzzle yang sesuai dengan materi.

30 Muzamil Misbach, “Media Puzzle”, dari http://www.economicjurnal. Blogspot.com/2010/06/media-puzzle.html, 14 Juli 2010.

31 Muzamil Misbach, “Media Puzzle”, dari http://www.economic jurnal.Blogspot.com/2010/06/media-puzzle.html, 14 Juli 2010.

Berikut adalah langkah-langkah seorang guru pada saat melakukan pembelajaran dengan menggunakan mediapuzzle:

a. Persiapan yaitu guru hendaknya melakukan persiapan hal-hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

b. Menyiapkan bahan-bahan yang hendak di buat puzzle dari materi pembelajaran.

c. Guru mengajak siswa untuk memperhatikan materi yang akan di pelajari

d. Memberikan penjelasan terhadap materi yang di ajarkan

e. Menjelaskan langkah-langkah dalam penggunaan media puzzle

terhadap materi pembelajaran.

f. Evaluasi terhadap materi pembelajaran dengan materi penggunaan materipuzzle.32

Suatu puzzle merupakan suatu masalah atau misteri yang dipecahkan dengan kepandaian dan kreativitas. Dari puzzle anak akan belajar misalnya puzzle

tentang warna dan bentuk. Anak dapat belajar tentang warna-warna dan bentuk yang ada. Anak juga dapat belajar konsep dasar, binatang, alam sekitar, jenis buah alphabet dan lain-lain. Solusi untuk puzzle mungkin membutuhkan pola yang sudah ada dan menciptakan aturan khusus. Puzzle berdasar pada proses penyelidikan dan penemuan untuk menyelesaikannya, yang mungkin dapat dipecahkan oleh mereka yang mempunyai kemampuan deduktif yang bagus. Media puzzle sebenarnya cocok untuk materi-materi pembuktian dalam matematika dan biologi. Namun tidak ada salahnya digunakan pada mata pelajaran ekonomi.

Tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran melalui media puzzle: a. Mempersiapkan diri

b. Membangkitkan kesiapan siswa c. Mengerjakan media puzzle

d. Diskusi materi program mediapuzzle

e. Menindaklanjuti program.33

32Dian Fajarwati, “MediaPuzzle”, darihttp://www.alfarabydane. Blogspot.com/2009/01/media-puzzle-untuk-mapel-al-quran.html, 14 Juli 2010.

33

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 ), h.150.

Media puzzle yang baik buat siswa adalah yang dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Dokumen terkait