BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
3. Tujuan Membaca
Kegiatan membaca bukan merupakan kegiatan yang tidak bertujuan.
Menurut Ahuja (2010: 15), merumuskan sembilan alasan seseorang membaca.
Alasan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Untuk tertawa.
b) Untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman sehari-hari.
c) Untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain.
d) Untuk memuaskan kepenasaran, khususnya kenapa orang berbuat sesuatu dengan cara mereka.
e) Untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri.
f) Untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati.
g) Untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat-tempat yang belum pernah kita lihat.
h) Untuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak dan memecahkan masalah dari pengarang.
Menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008: 9-11), terdapat 7 tujuan membaca.
Ketujuh tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
b. Memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
c. Mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca bertujuan untuk menyimpulkan isi yang terkandung dalam bacaan (reading for inference)
e. Mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis bacaan (reading to classify).
f. Menilai atau mengevaluasi isi wacana atau bacaan (reading to evaluate).
g. Membandingkan atau mempertentangkan isi bacaan dengan kehidupan nyata (reading to compare or contrast).
Berbagai tujuan membaca yang dikemukakan di atas, merupakan tujuan-tujuan yang bersifat khusus. Tujuan membaca secara umum adalah memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Dengan membaca, seseorang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
4. Jenis-jenis membaca
Ada beberapa jenis membaca yang dapat dilakukan oleh seseorang. Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca, proses membaca terbagi atas membaca nyaring dan membaca dalam hati. Tarigan (2008: 23), membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang merupakan alat bagi guru, murid, atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan pengarang. Membaca dalam hati adalah membaca dengan tidak bersuara. Lebih lanjut, dikatakan bahwa membaca dalam hati dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) membaca ekstensif dan (2)
membaca intensif. Kedua jenis membaca ini,memiliki bagian-bagian tersendiri.
Pembagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Membaca ekstensif adalah membaca sebanyak mungkin teks bacaan dalam waktu sesingkat mungkin (Tarigan, 2008: 32). Tujuan membaca ekstensif untuk memahami isi yang penting dengan cepat secara efisien. Membaca ekstensif meliputi, (1) membaca survai (survey reading), (2) membaca sekilas (skimming), dan (3) membaca dangkal (superficial reading).
b. Membaca intensif (intensive reading) meliputi, membaca telaah isi dan telaah bahasa. Membaca telaah isi terbagi atas, (1) membaca teliti, (2) membaca pemahaman, (3) membaca kritis, dan (4) membaca ide (Tarigan, 2008 :40).
Membaca telaah bahasa mencakup, membaca bahasa dan membaca sastra.
5. Membaca Pemahaman
Dalam memahami isi bacaan, sarana yang dibutuhkan adalah membaca. Membaca pemahaman ini berkaitan dengan beberapa aspek-aspek pemahaman. Aspek-aspek-aspek tersebut akan dijelaskan di bawah ini.
Menurut Nurhadi (1989: 57) terdapat tiga tingkatan kemampuan membaca yaitu (1) kemampuan membaca literal, (2) kemampuan membaca kreatif dan (3) kemampuan membaca kritis.
Kemampuan membaca literal adalah kemampuan membaca yang dilakukan tidak hanya untuk menyerap isi atau informasi yang terkandung dalam teks saja, melainkan juga menilai unsur-unsur yang terdapat dalam teks, kemudian mengevaluasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
Kemampuan membaca kreatif adalah kemampuan menangkap tidak hanya sekedar menangkap makna tersurat, tetapi mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Tarigan (1987:56) menyebutkan bahwa membaca pemahaman yang dimaksud adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami (a) standar-standar atau norma kesastraan, (b) resensi kritis, (c) pola-pola diksi.
Resensi kritis merupakan suatu keterampilan membaca dengan waktu yang sangat singkat, tetapi tetap mendapatkan informasi mengenai apa yang terdapat dalam buku dan artikel yang tidak mungkin memahami secara keseluruhan dengan waktu yang sangat singkat.
Sehubungan dengan itu, Tampubolon (1987:26) mengatakan bahwa bahasa lisan maupun tulisan mengandung satuan-satuan tata bahasa yang bersifat hierarkis. Satuan-satuan yang dimaksud adalah morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Karena tujuan membaca adalah untuk morfem informasi dan satuan-satuan informasi dalam arti lain memahami isi bacaan untuk memahami makna bacaan diperlukan aspek (1) memahami makna kata, (2) memahami makna kalimat, (3) memahami makna wacana.
Sehubungan dengan hal tersebut Bloom (dalam Asihono) menyatakan bahwa terdapat enam tataran kemampuan yang harus dikuasai oleh pembaca untuk memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan yang dibaca. Keenam tatanan tersebut adalah (1) kemampuan membaca tingkat ingatan, (2) kemampuan membaca tingkat pemahaman, (3) kemampuan membaca tingkat penerapan, (4) kemampuan membaca tingkat analisis, (5)
kemampuan membaca tingkat sintesis, dan (6) kemampuan membaca tingkat evaluasi.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman suatu bacaan memerlukan adanya sarana yang berupa unsur bahasa dan proses berpikir atau bernalar.
6. Konsep Metode Double Loop Problem Solving (DLPS) a. Hakikat pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Sedangkan material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri ruangan kelas, perlengkapan audio visual, komputer. Prosedur meliputi jadwal, metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya (Hamalik:
2007:57).
Dalam pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada ”Bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada ”Apa yang dipelajari siswa”. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai (Uno: 2006: 135).
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar lebih baik. Proses pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa dengan mengembangkan metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
b. Pengertian Metode Double Loop Problem Solving (DLPS)
Menurut Yuari (2009) metode pembelajaran DLPS (Doule Loop Problem Solving) adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah.
Metode DLPS juga dikenal dengan metode pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil dalam metode ini menyangkut proses mempertimbangkan berbagai macam pilihan, yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan diadopsi. Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) adalah bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
DPLS (Double Loop Problem Solving) adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut. DLPS juga merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menunjang
pendekatan pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Metode DLPS adalah sebuah metode yang di adopsi dari Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) adalah bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Metode DLPS juga dikenal dengan Metode Pengambilan keputusan.
Keputusan seperti apa? Keputusan yang diambil dalam metode ini menyangkut proses mempertimbangan berbagai macam pilihan, yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan diadopsi. Pada saat suatu kelompok diminta untuk membuat keputusan, mereka berusaha untuk mencari konsensus, yang dalam hal ini berarti setiap partisipan, paling tidak, dapat menerima pilihan yang telah diambilnya.
Metode DLPS dapat digunakan dalam institusi pendidikan formal maupun nonformal dan digunakan juga pada program pelatihan. Baik pelatihan off job training (di dalam kelas) maupun on job training (di tempat kerja).
c. Alasan memakai Metode Double Loop Problem Solving
Apa alasan metode Double Loop Problem Solving (DLPS) dapat dipilih sebagai penunjang pembelajaran? Itu adalah pertanyaan yang pertama kali timbul dibenak kita. Jadi alasan kita harus memilih metode pembelajaran yang mengacu pada pemecahan masalah sebanyak dua kali atau Double Loop Problem Solving adalah karena metode lain seperti metode ceramah, metode demonstrasi dan
metode konvensional lainnya dianggap dapat membuat para siswa pasif di dalam kelas. Dapat menimbulkan kecenderungan para peserta didik kepada para pendidik (teacher centered). Selain itu metode konvensional juga dapat menimbulkan rutinisme, peserta didik tidak lagi melihat proses belajar sebagai hal yang menarik serta lebih mudah untuk dilupakan.
Seperti metode pemecahan masalah yang lain seperti PBL yang dibunyinya seperti berikut :“Problem-based learning (PBL) is a method of learning in which learners first encounter a problem followed by a systematic, learner-centered inquiry and reflection process” (Teacher & Educational Development, 2002: 2). Artinya: problem-based learning (PBL) adalah suatu metode pembelajaran di mana pembelajar bertemu dengan suatu masalah yang tersusun sistematis; penemuan terpusat pada pembelajar dan proses refleksi (Teacher & Educational Development, 2002: 2). Metode DLSP juga metode pembelajaran yang dimana pembelajar disodorkan berupa suatu problem atau masalah untuk dipecahkan oleh para peserta didik yang sebelumnya telah dibentuk dalam kelompok kecil yang dipandu oleh para pendidik.
Jadi, DLPS adalah lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Yaitu sebelum peserta didik memulai pelajaran, mereka diberikan suatu masalah. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para peserta didik menemukan kebutuhan belajar mereka sendiri tentang pengetahuan baru sebelum peserta didik dapat memecahkan masalah tersebut.
Adapun ciri utama yang terdapat dalam metode Double Loop Problem Solving adalah pembelajarannya yang berpusat pada pemberian masalah untuk
dibahas oleh para peserta didik untuk melatih para peserta didik bisa berfikir dengan kreatif. Dan masalah tersebut dipecahkan melalui dua loop. Dalam hal ini DLPS memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan tujuan belajarnya sendiri. Tapi dalam hal ini juga para pendidik atau guru bukan cuma diam tidak berbuat apa–apa. Para pendidik harus bisa jadi pelatih (coach), fasilitator, dan motivator buat para peserta didik atau siswa. Misalnya apabila para peserta didik mendapati suatu masalah, para pendidik harus bisa memberikan clue agar si peserta didik tadi berfikir lebih kritis akan masalah yang kita berikan kepada mereka. Dengan begitu secara tidak langsung, para pendidik sudah membuat peserta didik untuk berkreatifitas.
Pengambilan keputusan menyangkut proses mempertimbangan berbagai macam pilihan, yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan diadopsi. Pada saat suatu kelompok diminta untuk membuat keputusan, mereka berusaha untuk mencari konsensus, yang dalam hal ini berarti setiap partisipan paling tidak dapat menerima pilihan yang telah diambilnya.
d. Langkah Penyelesaian Masalah dalam Metode DLPS
Suatu masalah adalah suatu kesenjangan yang tidak diinginkan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual dari sesuatu yang dianggap penting. Penyebab dari masalah itu sendiri dapat sesuatu yang diketahui atau sesuatu yang tidak diketahui.
Pemecahan masalah menyangkut diambilnya suatu tindakan korektif untuk menutup kesenjangan masalah dengan menghilangkan atau memindahkan
penyebab masalah. Oleh karena itu untuk mencapai pemecahan masalah yang tuntas diperlukan identifikasi semua penyebab dari masalah tersebut.
Sebagian besar masalah dapat diketahui penyebab langsungnya, yang jarak waktunya relatif dekat dengan efek masalah yang dihasilkannya. Penyebab langsung ini lebih jelas, dan oleh karena itu lebih mudah dideteksi. Namun demikian, ada juga penyebab yang berada pada aras yang lebih tinggi yang merupakan akar dari penyebab dari masalah yang signifikan. Akar masalah ini berada dalam jarak dan waktu yang lebih jauh, oleh karena itu lebih sulit untuk dideteksi.
Pendekatan Double-Loop Problem Solving, yang disarankan adalah mengakomodasi adanya perbedaan dari penyebab suatu masalah, termasuk mekanisme bagaimana sampai terjadi suatu masalah. Oleh karena itu para peserta didik perlu bekerja pada dua loop pemecahan yang berbeda, tetapi saling terkait.
Loop solusi 1 ditujukan untuk mendeteksi penyebab masalah yang paling langsung, dan kemudian merancang dan menerapkan solusi sementara.
Loop solusi 2 berusaha untuk menemukan penyebab yang arasnya lebih tinggi, dan kemudian merancang dan mengimplementasikan solusi dari akar masalah.
Adapun langkah penyelesaian masalah yang lain yang termasuk dalam kriteria metode Double Loop Problem Solving antara lain, yaitu :
1. Menuliskan pernyataan masalah awal,
2. Mengelompokkan gejala,
3. Menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi,
4. Mengidentifikasui kausal,
5. Implementasi solusi,
6. Identifikasi kausal utama,
7. Menemukan pilihan solusi utama, dan
8. Implementasi solusi utama.
Tapi untuk memudahkan peserta didik, alangkah baiknya kita memakai langkah penyelesaian masalah yang lebih sederhana dan lebih efisien. Jadi yang paling cocok adalah pendekatan pemecahan masalah yang menggunakan loop 1 dan loop 2.
e. Pendekatan Metode DLPS
Banyak dari masalah tersebut yang tidak dapat menunggu sampai ditemukan solusi atas akar masalah, dan perlu solusi sementara yang segera. Kadang-kadang, solusi sementara tersebut sudah cukup memadahi, khususnya jika solusi tersebut tidak mahal untuk diimplementasikan, atau tidak menguras sumberdaya penting lainnya. Selain itu, ada banyak kasus yang menunjukkan bahwa solusi sementara dapat efektif sehingga solusi sementara itu akhirnya menjadi solusi permanen dari masalah yang ada. Dalam hal yang terakhir ini berarti tidak ada penyebab masalah tingkat tinggi yang perlu dicarikan solusinya. Oleh karena itu pendekatan Double-Loop Problem Solving meliputi:
1. Mengidentifikasi masalah, tidak hanya gejalanya (Identifying the problem, not
just the symptoms)
2. Mendeteksi penyebab langsung, dan secara cepat menerapkan solusi
sementara (Detecting direct causes, and rapidly applying temporary solutions)
3. Mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara (Evaluating the success of the temporary solutions)
4. Memutuskan apakah analisis akar masalah diperlukan, jika ya (Deciding if
root cause analysis is needed; and if so)
5. Mendeteksi penyebab masalah yang arasnya lebih tinggi (Detecting higher
level causes; and)
6. Merancang solusi akar masalah (Designing root cause solutions)
Masalah dapat dievaluasi atas dasar tingkat kepentingannya dan kemungkinan dari tingkat kompleksitas solusinya. Penting-tidaknya suatu masalah ditentukan oleh biaya (finansial atau pun non finansial) yang akan muncul jika masalah tetap tidak dipecahkan. Kompleksitas tergantung pada jumlah variabel yang saling terkait dan ketertarikan pada solusi yang kemungkinan akan diterapkan.
f. Kelebihan Metode DLPS
Setelah kita membahas pengertian, alasan, langkah pemecahan masalah, dan pendekatan pada metode DLPS, tentu terlintas dibenak kita juga apakah manfaat atau kelebihan dari metode DLPS. Adapun manfaat atau kelebihan dari metode DLPS antara lain, yaitu :
1. Dapat menambah wawasan tentang efektivitas penggunaan pembelajaran
double loop problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati)
nilai-nilai ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana
yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.
g. Kekurangan Metode Double Loop Problem Solving
Seperti metode yang lainnya, metode Double Loop Problem Solving juga mempunyai beberapa kelemahan yang wajib diperhatikan oleh seorang peserta didik dalam menerapkan meode DLPS ini, antara lain, yaitu :
1. Tidak semua pelajaran dapat mengandung masalah / problem, yang justru
harus dipecahkan. Akan tetapi memerlukan pengulangan dan latihan-latihan tertentu. Misalnya pada pelajaran agama, mengenai cara pelaksanaan shalat yang benar, cara berwudhu, dan lain-lain.
2. Kesulitan mencari masalah yang tepat/sesuai dengan taraf perkembangan dan
kemampuan siswa.
3. Banyak menimbulkan resiko. Terutama bagi anak yang memiliki kemampuan
kurang. Kemungkinan akan menyebabkan rasa frustasi dan ketegangan batin, dalam memecahkan masalah-masalah yang muskil dan mendasar dalam agama.
4. Kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat. Mengenai proses pemecahan
masalah yang ditempuh siswa.
5. Memerlukan waktu dan perencanaan yang matang
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas dapatlah disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas kesalahan yang timbul. Prosedur penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tidakan atau perbaikan dari rencana tindakan yang terdahulu.
Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas dengan pendekatan pembelajaran yang tepat yang mengacu pada perencanaan tindakan yang telah tersusun sebelumnya.
Pada kondisi awal siswa kelas X Madrasah Aliyah Assalam Takalar mempunyai hasil belajar dan kreativitas membaca dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang rendah. Hal ini dikarenakan guru masih kurang optimal dalam memanfaatkan metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa.
Salah satu metode pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran matematika adalah metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving). Prosedur metode pembelajaran DLPS adalah 1) menuliskan pernyataan masalah awal, 2) mengelompokkan gejala, 3) menuliskan pernyataan masalah yang direvisi, 4) mengidentifikasi kausal, 5) implementasi solusi permasalahan, 6) identifikasi kausal utama, 7) menemukan pilihan solusi utama, 8) implementasi solusi utama.
Kondisi akhir yang diharapkan dengan penggunaan metode DLPS (Double Loop Problem Solving) dalam proses mengajar adalah dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas belajar siswa, sehingga akan memenuhi dan mencapai prestasi belajar yang memuaskan.
Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah jika menerapkan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) maka kemampuan membaca pemahaman siswa kelas X Madrasah Aliyah Assalam Takalar dapat meningkat.
20 24 A. Jenis Penelitian
Ditinjau dari segi pendekatan penelitian, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru atau teman sejawat di lapangan. Peneliti terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Madrasah Aliyah Assalam Takalar yang belajar mata pelajaran bahasa Indonesia dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa.
C. Fokus Penelitian
Yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini yaitu metode Double Loop Problem Solving. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah:
1. Faktor siswa, untuk melihat kehadiran siswa dan keaktifan siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
2. Faktor Proses, dengan memperhatikan teknik yang digunakan dalam pembelajaran di Kelas dengan melihat sejauh mana keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode Double Loop Problem Solving.
3. Faktor hasil, untuk melihat hasil belajar bahasa Indonesia apakah terjadi peningkatan atau tidak setelah diadakan tes.
D. Prosedur Penelitian
Dalam bahasa Inggris penelitian tindakan kelas (PTK) diartikan dengan classroom action research, karena itu Arikunto (2006) mengemukakan bahwa ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut yaitu, penelitian, tindakan dan kelas. Sehubungan dengan itu Arikunto (2006) mengartikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
1. Siklus Pertama a. Tahap perencanaan
i. Membuat skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan penerapan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving). ii. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika pendekatan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Prossblem Solving) diterapkan
iii. Menggunakan alat bantu dan media yang sesuai dengan materi kegiatan proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini diterapkan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) pada beberapa materi kurikulum yang telah ditelaah pada tahap perencanaan dengan mengarahkan siswa untuk belajar berkelompok/berpasanagan dengan menemukan sendiri tugas-tugas yang diberikan, dinilai secara kualitatif dan kuantitatif dengan menemukan masalah yang ada pada pembelajaran setelah itu dibahas dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
c. Tahap observasi
i. Mengidentifikasi dan mencatat tingkat perkembangan siswa tentang pemahamannya dalam membaca dan menyimak bacaan dari temannya diajarkan dengan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) selama proses belajar mengajar berlangsung.
ii. Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar dari hasil memahami bacaan dari pasanagan tiap siswa untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi.
d. Tahap refleksi
Refleksi diadakan berdasarkan pada hasil yang diperoleh selama observasi awal dan evaluasi. Data hasil observasi dan evaluasi tersebut selanjutnya dianalisis dan direfleksi untuk penyempurnaan tindakan berikutnya.
2. Siklus Kedua a. Tahap perencanaan
Rencana kegiatan yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan siklus I yaitu :
a) Membuat skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan penerapan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving).
b) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika pendekatan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) diterapkan.
c) Menggunakan alat bantu dan media yang sesuai dengan materi kegiatan proses belajar mengajar dengan pendekatan kontekstual.
d) Merancang tindakan perbaikan dari siklus I.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini diterapkan pembelajaran metode Double Loop Problem Solving pada beberapa materi kurikulum yang telah ditelaah pada tahap perencanaan dengan mengarahkan siswa untuk belajar berkelompok dan berpasangan dengan menemukan sendiri tugas-tugas yang diberikan, dinilai secara kualitatif dan kuantitatif.
c. Tahap Observasi
Proses observasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus I, yaitu:
i. Mengidentifikasi dan mencatat tingkat perkembangan siswa tentang pemahamannya dalam membaca dan menyimak bacaan dari temannya