Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
SUHAEBA 105 3306414 10
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
vii
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui metode double loop problem solving pada siswa kelas X MA Assalam Takalar. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I sebanyak 4 kali pertemuan dan siklus II sebanyak 4 kali pertemuan.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 30 orang siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes hasil belajar pada siswa di setiap akhir siklus. Data yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, hal ini ditandai dengan meningkatnya skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 65,83 dengan standar deviasi 7,71 dan pada siklus II skor rata-rata menjadi 75,30 dengan standar deviasi 8,17 dengan skor maksimal 100,00. Sedangkan secara kualitatif terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu ditandai dengan meningkatnya kehadiran siswa, keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, semakin banyak siswa yang memperhatikan penjelasan guru, semakin banyak siswa yang mengajukan pertanyaan dan mengerjakan soal dengan benar, semakin banyaknya siswa yang mampu memecahkan masalah, semakin berkurangnya siswa yang meminta bimbingan dan meminta dijelaskan tentang suatu konsep serta semakin berkurangnya siswa yang memperhatikan hal-hal lain di luar jam pelajaran.
Kata kunci: Peningkatan, Metode Double Loop Problem Solving
viii
Rintangan dan kebahagiaan adalah bagian dari kehidupan. Seketika rintangan menghampirimu jangan membuat rintangan itu sebagai hambatan untuk beraktivitas tapi buatlah rintangan itu sebagai pembelajaran hidup untuk menyambut kebahagiaan yang abstrak karena sesungguhnya tidak ada kebahagiaan yang hakiki.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih". (Q.S. Ibrahim: 7)
ix
Kupersembahkan Skripsi ini untuk Ayahanda dan Ibunda tersayang yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya dan mendoakanku, kepada Suami tercinta yang selalu memberikan dukungan dan motivasi, kepada saudara-saudaraku, keluarga
besarku, serta sahabat-sahabatku yang juga senantiasa
memberikan semangat dan motivasi demi keberhasilanku.
x
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Metode Louble Loop Problem Solving pada Siswa Kelas X MA Assalam Kabupaten Takalar.
”Ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dari awal hingga akhir penyusunan ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan tantangan. Namun, semuan yaitu dapat diatasi dengan baik berkat petunjuk oleh Allah swt. yang disertai dengan kesabaran, ketekunan, dan kerja keras penulis. Dari awal penulisan skripsi ini berbagai pihak memberikan bantuannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: Prof. DR. M. Said Ide DM.,M. Pd. Pembimbing I dan Haslinda, S.Pd., M. Pd. Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
xi
Dr. H. IrwanAkib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dra. Munirah, M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Para dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada khususnya dan seluruh Dosen serta staf akademik FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar pada umumnya yang telah banyak memberikan ilmunya sebagai bekal masa depan yang sangat berguna bagi penulis dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Sulaeman unjung, S.Pd.I yang telah memberi izin dan memberi arahan kepada kami selama melakukan penelitian di Sekolah. Saudara-saudaraku yang telah memberikan segala macam fasilitas, kasih sayang, pengorbanan, kepercayaan dan dukungan, doa serta nasihatnya. Terima kasih atas segala yang diberikan kepada penulis, Semua pihak yang telah banyak membantu, yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Kiranya Allah swt. yang akan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada kami.
Sebagai manusia biasa, disadari pula bahwa apa yang tertuang dalam skripsi ini belumlah sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran yang konstruktif dari berbagi pihak
xii
Akhir kata, semoga Allah swt. senantiasa tetap melindungi dan memberkati kita semua, Amin.
Makassar, Oktober 2014
Penulis
xiii
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
SURAT PERJANJIAN ... vi
ABSTRAK ... vii
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ... 6
A. Kajian Pustaka ... 6
1. Hasil Penelitian yang Relevan ... 6
2. Hakikat membaca ... 6
3. Tujuan Membaca ... 8
4. Jenis Membaca ... 9
5. Konsep Metode Double Loop Problem Solving ... 12
xiv
A. Jenis Penelitian ... 24
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 24
C. Fokus Penelitian ... 24
D. Prosedur Penelitian ... 25
E. Instrumen Penelitian ... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ... 29
G. Teknik Analisis Data ... 30
H. Indikator Keberhasilan ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Hasil Penelitian ... 31
B. Pembahasan ... 48
BAB V PENUTUP ... 51
A. Simpulan ... 51
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xv
1 A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan mengadakan perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan terprogram mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan administrasi dan informasi serta kualitas pembelajaran secara utuh.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik- teknik atau metode mengajar. Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku anak didik.
Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode dan pendekatan yang tepat.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru
adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan. Belajar Bahasa Indonesia memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan guru.
Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa memuaskan.
Hasil pengamatan guru (peneliti) menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas X Madrasah Aliyah Assalam Takalar terlihat menurun dan terlihat kurang bergairah dalam menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran serta hanya beberapa yang memahami mata pelajaran khususnya memahami isi bacaan yang terkandung dalam teks mata pelajaran bahasa Indonesia. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka secara klasikal rendah. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator dituntut dapat menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan meningkatkan keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar yang benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning). Sehingga tuntutan kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu siswa diharapkan mampu menguasai semua keterampilan berbahasa dengan menerapkan standar penilaian rata-rata 65 (Kriteria Ketuntasan Minimal) dapat tercapai.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin memberikan suatu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antarsiswa.
Di samping itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperative untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Pendidikan memilki peran penting dalam peradaban manusia. Dan memasuki millenium baru ini, kesadaran akan pentingnya pendidikan semakin nyata dan meningkat. Berbagai upaya dan usaha telah dilakukan unuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia. Seperti dengan cara menyusun dan menerapkan metode pembelajaran yang dianggap dapat menunjang keberhasilan dalam pendidikan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Menggunakan Metode Double Loop Problem Solving pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Assalam Takalar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :”Bagaimanakah Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Assalam Takalar Dengan Menggunakan Metode Double Loop Problem Solving?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan metode Double Loop Problem Solving pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Assalam Takalar.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yaitu : 1. Manfaat Teoretis
a. Mendapatkan pengetahuan tentang penerapan metode pembelajaran nondirektif melalui teknik wawancara.
b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Penulis memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan metode pembelajaran Double-Loop Problem Soving (DLPS) dan pengembangan kreativitas siswa.
b. Bagi siswa penelitian ini akan menambah rasa percaya diri dalam rangka meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia khususnya membaca.
c. Bagi guru penelitian ini dapat membantu menuntaskan pembelajaran dan pengembangan kompetensi guru serta memcari masalah dalam setiap topic pembelajaran Bahasa Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kemampuan membaca pemahaman maupun penggunaan metode pembelajaran Double Loop Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan belajar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Yuliana (2012) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melaui Teknik Skrambel pada Murid Kelas V SD Negeri 167 Mattoanging Kabupaten Jeneponto”. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus 1 persentase murid tidak tuntas adalah 78,57% dan tuntas 21,83%, sedangkan pada siklus II kategori tuntas meningkat yaitu 81,57%.
b) Sukmawati (2012) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Metode Global (Ganze Method) siswa kelas VIII C SMP Negeri 5 Sinjai Selatan”. Nilai rata-rata yang diperoleh dari tes awal yaitu 63,7 dan tes akhir yaitu 84,3. Data tersebut menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada tes akhir lebih tinggi daripada tes awal.
2. Hakikat Membaca
Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap individu. Tarigan (2008: 7), membaca adalah proses yang dilakukan
serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Somadyo (2011: 1), membaca merupakan kegiatan interaktif untuk memetik dan memahami makna yang terkandung dalam bahan tertulis. Lebih lanjut , dikatakan bahwa membaca merupakan proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis.
Nuriadi (2008: 29), membaca adalah proses yang melibatkan aktivitas fisik dan mental. Salah satu aktivitas fisik dalam membaca adalah saat pembaca menggerakkan mata sepanjang baris-baris tulisan dalam sebuah teks bacaan.
Membaca melibatkan aktivitas mental yang dapat menjamin pemerolehan pemahaman menjadi maksimal. Membaca bukan hanya sekadar menggerakkan bola mata dari margin kiri ke kanan tetapi jauh dari itu, yakni aktivitas berpikir untuk memahami tulisan demi tulisan.
Menurut Harjasujana (1996: 5), membaca adalah kemampuan yang kompleks. Pembaca tidak hanya memandangi lambang-lambang tertulis semata,melainkan berupaya memahami makna lambang-lambang tertulis tersebut.
Rahim 89 (2008: 2), membaca adalah aktivitas rumit yang melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Subyantoro (2011: 9), membaca merupakan keterampilan yang lambat laun akan menjadi perilaku keseharian seseorang. Pembaca memiliki sikap tertentu, pada awal sebelum keterampilan membaca ini terbentuk.
Berdasarkan pengertian membaca yang dipaparkan di atas, penulis sependapat dengan Tarigan, bahwa membaca merupakan proses yang dilakukan
serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui bahasa tulis. Dengan membaca, pembaca memperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut, yaitu dapat memperluas pengetahuannya dan menggali pesan-pesan tertulis yang terdapat dalam bahan bacaan.
3. Tujuan Membaca
Kegiatan membaca bukan merupakan kegiatan yang tidak bertujuan.
Menurut Ahuja (2010: 15), merumuskan sembilan alasan seseorang membaca.
Alasan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Untuk tertawa.
b) Untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman sehari-hari.
c) Untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain.
d) Untuk memuaskan kepenasaran, khususnya kenapa orang berbuat sesuatu dengan cara mereka.
e) Untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri.
f) Untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati.
g) Untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat-tempat yang belum pernah kita lihat.
h) Untuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak dan memecahkan masalah dari pengarang.
Menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008: 9-11), terdapat 7 tujuan membaca.
Ketujuh tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
b. Memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
c. Mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca bertujuan untuk menyimpulkan isi yang terkandung dalam bacaan (reading for inference)
e. Mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis bacaan (reading to classify).
f. Menilai atau mengevaluasi isi wacana atau bacaan (reading to evaluate).
g. Membandingkan atau mempertentangkan isi bacaan dengan kehidupan nyata (reading to compare or contrast).
Berbagai tujuan membaca yang dikemukakan di atas, merupakan tujuan- tujuan yang bersifat khusus. Tujuan membaca secara umum adalah memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Dengan membaca, seseorang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
4. Jenis-jenis membaca
Ada beberapa jenis membaca yang dapat dilakukan oleh seseorang. Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca, proses membaca terbagi atas membaca nyaring dan membaca dalam hati. Tarigan (2008: 23), membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang merupakan alat bagi guru, murid, atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan pengarang. Membaca dalam hati adalah membaca dengan tidak bersuara. Lebih lanjut, dikatakan bahwa membaca dalam hati dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) membaca ekstensif dan (2)
membaca intensif. Kedua jenis membaca ini,memiliki bagian-bagian tersendiri.
Pembagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Membaca ekstensif adalah membaca sebanyak mungkin teks bacaan dalam waktu sesingkat mungkin (Tarigan, 2008: 32). Tujuan membaca ekstensif untuk memahami isi yang penting dengan cepat secara efisien. Membaca ekstensif meliputi, (1) membaca survai (survey reading), (2) membaca sekilas (skimming), dan (3) membaca dangkal (superficial reading).
b. Membaca intensif (intensive reading) meliputi, membaca telaah isi dan telaah bahasa. Membaca telaah isi terbagi atas, (1) membaca teliti, (2) membaca pemahaman, (3) membaca kritis, dan (4) membaca ide (Tarigan, 2008 :40).
Membaca telaah bahasa mencakup, membaca bahasa dan membaca sastra.
5. Membaca Pemahaman
Dalam memahami isi bacaan, sarana yang dibutuhkan adalah membaca. Membaca pemahaman ini berkaitan dengan beberapa aspek- aspek pemahaman. Aspek-aspek tersebut akan dijelaskan di bawah ini.
Menurut Nurhadi (1989: 57) terdapat tiga tingkatan kemampuan membaca yaitu (1) kemampuan membaca literal, (2) kemampuan membaca kreatif dan (3) kemampuan membaca kritis.
Kemampuan membaca literal adalah kemampuan membaca yang dilakukan tidak hanya untuk menyerap isi atau informasi yang terkandung dalam teks saja, melainkan juga menilai unsur-unsur yang terdapat dalam teks, kemudian mengevaluasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
Kemampuan membaca kreatif adalah kemampuan menangkap tidak hanya sekedar menangkap makna tersurat, tetapi mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Tarigan (1987:56) menyebutkan bahwa membaca pemahaman yang dimaksud adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami (a) standar- standar atau norma kesastraan, (b) resensi kritis, (c) pola-pola diksi.
Resensi kritis merupakan suatu keterampilan membaca dengan waktu yang sangat singkat, tetapi tetap mendapatkan informasi mengenai apa yang terdapat dalam buku dan artikel yang tidak mungkin memahami secara keseluruhan dengan waktu yang sangat singkat.
Sehubungan dengan itu, Tampubolon (1987:26) mengatakan bahwa bahasa lisan maupun tulisan mengandung satuan-satuan tata bahasa yang bersifat hierarkis. Satuan-satuan yang dimaksud adalah morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Karena tujuan membaca adalah untuk morfem informasi dan satuan-satuan informasi dalam arti lain memahami isi bacaan untuk memahami makna bacaan diperlukan aspek (1) memahami makna kata, (2) memahami makna kalimat, (3) memahami makna wacana.
Sehubungan dengan hal tersebut Bloom (dalam Asihono) menyatakan bahwa terdapat enam tataran kemampuan yang harus dikuasai oleh pembaca untuk memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan yang dibaca. Keenam tatanan tersebut adalah (1) kemampuan membaca tingkat ingatan, (2) kemampuan membaca tingkat pemahaman, (3) kemampuan membaca tingkat penerapan, (4) kemampuan membaca tingkat analisis, (5)
kemampuan membaca tingkat sintesis, dan (6) kemampuan membaca tingkat evaluasi.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman suatu bacaan memerlukan adanya sarana yang berupa unsur bahasa dan proses berpikir atau bernalar.
6. Konsep Metode Double Loop Problem Solving (DLPS) a. Hakikat pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Sedangkan material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri ruangan kelas, perlengkapan audio visual, komputer. Prosedur meliputi jadwal, metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya (Hamalik:
2007:57).
Dalam pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada ”Bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada ”Apa yang dipelajari siswa”. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai (Uno: 2006: 135).
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar lebih baik. Proses pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa dengan mengembangkan metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
b. Pengertian Metode Double Loop Problem Solving (DLPS)
Menurut Yuari (2009) metode pembelajaran DLPS (Doule Loop Problem Solving) adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah.
Metode DLPS juga dikenal dengan metode pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil dalam metode ini menyangkut proses mempertimbangkan berbagai macam pilihan, yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan diadopsi. Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) adalah bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode- metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
DPLS (Double Loop Problem Solving) adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut. DLPS juga merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menunjang
pendekatan pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Metode DLPS adalah sebuah metode yang di adopsi dari Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) adalah bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Metode DLPS juga dikenal dengan Metode Pengambilan keputusan.
Keputusan seperti apa? Keputusan yang diambil dalam metode ini menyangkut proses mempertimbangan berbagai macam pilihan, yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan diadopsi. Pada saat suatu kelompok diminta untuk membuat keputusan, mereka berusaha untuk mencari konsensus, yang dalam hal ini berarti setiap partisipan, paling tidak, dapat menerima pilihan yang telah diambilnya.
Metode DLPS dapat digunakan dalam institusi pendidikan formal maupun nonformal dan digunakan juga pada program pelatihan. Baik pelatihan off job training (di dalam kelas) maupun on job training (di tempat kerja).
c. Alasan memakai Metode Double Loop Problem Solving
Apa alasan metode Double Loop Problem Solving (DLPS) dapat dipilih sebagai penunjang pembelajaran? Itu adalah pertanyaan yang pertama kali timbul dibenak kita. Jadi alasan kita harus memilih metode pembelajaran yang mengacu pada pemecahan masalah sebanyak dua kali atau Double Loop Problem Solving adalah karena metode lain seperti metode ceramah, metode demonstrasi dan
metode konvensional lainnya dianggap dapat membuat para siswa pasif di dalam kelas. Dapat menimbulkan kecenderungan para peserta didik kepada para pendidik (teacher centered). Selain itu metode konvensional juga dapat menimbulkan rutinisme, peserta didik tidak lagi melihat proses belajar sebagai hal yang menarik serta lebih mudah untuk dilupakan.
Seperti metode pemecahan masalah yang lain seperti PBL yang dibunyinya seperti berikut :“Problem-based learning (PBL) is a method of learning in which learners first encounter a problem followed by a systematic, learner-centered inquiry and reflection process” (Teacher & Educational Development, 2002: 2). Artinya: problem-based learning (PBL) adalah suatu metode pembelajaran di mana pembelajar bertemu dengan suatu masalah yang tersusun sistematis; penemuan terpusat pada pembelajar dan proses refleksi (Teacher & Educational Development, 2002: 2). Metode DLSP juga metode pembelajaran yang dimana pembelajar disodorkan berupa suatu problem atau masalah untuk dipecahkan oleh para peserta didik yang sebelumnya telah dibentuk dalam kelompok kecil yang dipandu oleh para pendidik.
Jadi, DLPS adalah lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Yaitu sebelum peserta didik memulai pelajaran, mereka diberikan suatu masalah. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para peserta didik menemukan kebutuhan belajar mereka sendiri tentang pengetahuan baru sebelum peserta didik dapat memecahkan masalah tersebut.
Adapun ciri utama yang terdapat dalam metode Double Loop Problem Solving adalah pembelajarannya yang berpusat pada pemberian masalah untuk
dibahas oleh para peserta didik untuk melatih para peserta didik bisa berfikir dengan kreatif. Dan masalah tersebut dipecahkan melalui dua loop. Dalam hal ini DLPS memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan tujuan belajarnya sendiri. Tapi dalam hal ini juga para pendidik atau guru bukan cuma diam tidak berbuat apa–apa. Para pendidik harus bisa jadi pelatih (coach), fasilitator, dan motivator buat para peserta didik atau siswa. Misalnya apabila para peserta didik mendapati suatu masalah, para pendidik harus bisa memberikan clue agar si peserta didik tadi berfikir lebih kritis akan masalah yang kita berikan kepada mereka. Dengan begitu secara tidak langsung, para pendidik sudah membuat peserta didik untuk berkreatifitas.
Pengambilan keputusan menyangkut proses mempertimbangan berbagai macam pilihan, yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan diadopsi. Pada saat suatu kelompok diminta untuk membuat keputusan, mereka berusaha untuk mencari konsensus, yang dalam hal ini berarti setiap partisipan paling tidak dapat menerima pilihan yang telah diambilnya.
d. Langkah Penyelesaian Masalah dalam Metode DLPS
Suatu masalah adalah suatu kesenjangan yang tidak diinginkan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual dari sesuatu yang dianggap penting. Penyebab dari masalah itu sendiri dapat sesuatu yang diketahui atau sesuatu yang tidak diketahui.
Pemecahan masalah menyangkut diambilnya suatu tindakan korektif untuk menutup kesenjangan masalah dengan menghilangkan atau memindahkan
penyebab masalah. Oleh karena itu untuk mencapai pemecahan masalah yang tuntas diperlukan identifikasi semua penyebab dari masalah tersebut.
Sebagian besar masalah dapat diketahui penyebab langsungnya, yang jarak waktunya relatif dekat dengan efek masalah yang dihasilkannya. Penyebab langsung ini lebih jelas, dan oleh karena itu lebih mudah dideteksi. Namun demikian, ada juga penyebab yang berada pada aras yang lebih tinggi yang merupakan akar dari penyebab dari masalah yang signifikan. Akar masalah ini berada dalam jarak dan waktu yang lebih jauh, oleh karena itu lebih sulit untuk dideteksi.
Pendekatan Double-Loop Problem Solving, yang disarankan adalah mengakomodasi adanya perbedaan dari penyebab suatu masalah, termasuk mekanisme bagaimana sampai terjadi suatu masalah. Oleh karena itu para peserta didik perlu bekerja pada dua loop pemecahan yang berbeda, tetapi saling terkait.
Loop solusi 1 ditujukan untuk mendeteksi penyebab masalah yang paling langsung, dan kemudian merancang dan menerapkan solusi sementara.
Loop solusi 2 berusaha untuk menemukan penyebab yang arasnya lebih tinggi, dan kemudian merancang dan mengimplementasikan solusi dari akar masalah.
Adapun langkah penyelesaian masalah yang lain yang termasuk dalam kriteria metode Double Loop Problem Solving antara lain, yaitu :
1. Menuliskan pernyataan masalah awal,
2. Mengelompokkan gejala,
3. Menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi,
4. Mengidentifikasui kausal,
5. Implementasi solusi,
6. Identifikasi kausal utama,
7. Menemukan pilihan solusi utama, dan
8. Implementasi solusi utama.
Tapi untuk memudahkan peserta didik, alangkah baiknya kita memakai langkah penyelesaian masalah yang lebih sederhana dan lebih efisien. Jadi yang paling cocok adalah pendekatan pemecahan masalah yang menggunakan loop 1 dan loop 2.
e. Pendekatan Metode DLPS
Banyak dari masalah tersebut yang tidak dapat menunggu sampai ditemukan solusi atas akar masalah, dan perlu solusi sementara yang segera. Kadang-kadang, solusi sementara tersebut sudah cukup memadahi, khususnya jika solusi tersebut tidak mahal untuk diimplementasikan, atau tidak menguras sumberdaya penting lainnya. Selain itu, ada banyak kasus yang menunjukkan bahwa solusi sementara dapat efektif sehingga solusi sementara itu akhirnya menjadi solusi permanen dari masalah yang ada. Dalam hal yang terakhir ini berarti tidak ada penyebab masalah tingkat tinggi yang perlu dicarikan solusinya. Oleh karena itu pendekatan Double- Loop Problem Solving meliputi:
1. Mengidentifikasi masalah, tidak hanya gejalanya (Identifying the problem, not
just the symptoms)
2. Mendeteksi penyebab langsung, dan secara cepat menerapkan solusi
sementara (Detecting direct causes, and rapidly applying temporary solutions)
3. Mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara (Evaluating the success of the temporary solutions)
4. Memutuskan apakah analisis akar masalah diperlukan, jika ya (Deciding if
root cause analysis is needed; and if so)
5. Mendeteksi penyebab masalah yang arasnya lebih tinggi (Detecting higher
level causes; and)
6. Merancang solusi akar masalah (Designing root cause solutions)
Masalah dapat dievaluasi atas dasar tingkat kepentingannya dan kemungkinan dari tingkat kompleksitas solusinya. Penting-tidaknya suatu masalah ditentukan oleh biaya (finansial atau pun non finansial) yang akan muncul jika masalah tetap tidak dipecahkan. Kompleksitas tergantung pada jumlah variabel yang saling terkait dan ketertarikan pada solusi yang kemungkinan akan diterapkan.
f. Kelebihan Metode DLPS
Setelah kita membahas pengertian, alasan, langkah pemecahan masalah, dan pendekatan pada metode DLPS, tentu terlintas dibenak kita juga apakah manfaat atau kelebihan dari metode DLPS. Adapun manfaat atau kelebihan dari metode DLPS antara lain, yaitu :
1. Dapat menambah wawasan tentang efektivitas penggunaan pembelajaran
double loop problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati) nilai-
nilai ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana
yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.
g. Kekurangan Metode Double Loop Problem Solving
Seperti metode yang lainnya, metode Double Loop Problem Solving juga mempunyai beberapa kelemahan yang wajib diperhatikan oleh seorang peserta didik dalam menerapkan meode DLPS ini, antara lain, yaitu :
1. Tidak semua pelajaran dapat mengandung masalah / problem, yang justru
harus dipecahkan. Akan tetapi memerlukan pengulangan dan latihan-latihan tertentu. Misalnya pada pelajaran agama, mengenai cara pelaksanaan shalat yang benar, cara berwudhu, dan lain-lain.
2. Kesulitan mencari masalah yang tepat/sesuai dengan taraf perkembangan dan
kemampuan siswa.
3. Banyak menimbulkan resiko. Terutama bagi anak yang memiliki kemampuan
kurang. Kemungkinan akan menyebabkan rasa frustasi dan ketegangan batin, dalam memecahkan masalah-masalah yang muskil dan mendasar dalam agama.
4. Kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat. Mengenai proses pemecahan
masalah yang ditempuh siswa.
5. Memerlukan waktu dan perencanaan yang matang
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas dapatlah disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas kesalahan yang timbul. Prosedur penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tidakan atau perbaikan dari rencana tindakan yang terdahulu.
Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas dengan pendekatan pembelajaran yang tepat yang mengacu pada perencanaan tindakan yang telah tersusun sebelumnya.
Pada kondisi awal siswa kelas X Madrasah Aliyah Assalam Takalar mempunyai hasil belajar dan kreativitas membaca dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang rendah. Hal ini dikarenakan guru masih kurang optimal dalam memanfaatkan metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa.
Salah satu metode pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran matematika adalah metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving). Prosedur metode pembelajaran DLPS adalah 1) menuliskan pernyataan masalah awal, 2) mengelompokkan gejala, 3) menuliskan pernyataan masalah yang direvisi, 4) mengidentifikasi kausal, 5) implementasi solusi permasalahan, 6) identifikasi kausal utama, 7) menemukan pilihan solusi utama, 8) implementasi solusi utama.
Kondisi akhir yang diharapkan dengan penggunaan metode DLPS (Double Loop Problem Solving) dalam proses mengajar adalah dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas belajar siswa, sehingga akan memenuhi dan mencapai prestasi belajar yang memuaskan.
Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :
2.1 BAGAN KERANGKA PIKIR
Kondisi Awal
Tindakan
- Guru belum melaksanakan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving
Penerapan metode
pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving)
Hasil belajar Bahasa Indonesia meningkat
Kondisi Akhir
Siswa :Hasil belajar Bahasa Indonesia rendah
Siklus I
Siklus II
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah jika menerapkan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) maka kemampuan membaca pemahaman siswa kelas X Madrasah Aliyah Assalam Takalar dapat meningkat.
20 24 A. Jenis Penelitian
Ditinjau dari segi pendekatan penelitian, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru atau teman sejawat di lapangan. Peneliti terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Madrasah Aliyah Assalam Takalar yang belajar mata pelajaran bahasa Indonesia dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa.
C. Fokus Penelitian
Yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini yaitu metode Double Loop Problem Solving. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah:
1. Faktor siswa, untuk melihat kehadiran siswa dan keaktifan siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
2. Faktor Proses, dengan memperhatikan teknik yang digunakan dalam pembelajaran di Kelas dengan melihat sejauh mana keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode Double Loop Problem Solving.
3. Faktor hasil, untuk melihat hasil belajar bahasa Indonesia apakah terjadi peningkatan atau tidak setelah diadakan tes.
D. Prosedur Penelitian
Dalam bahasa Inggris penelitian tindakan kelas (PTK) diartikan dengan classroom action research, karena itu Arikunto (2006) mengemukakan bahwa ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut yaitu, penelitian, tindakan dan kelas. Sehubungan dengan itu Arikunto (2006) mengartikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
1. Siklus Pertama a. Tahap perencanaan
i. Membuat skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan penerapan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving). ii. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika pendekatan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Prossblem Solving) diterapkan
iii. Menggunakan alat bantu dan media yang sesuai dengan materi kegiatan proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini diterapkan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) pada beberapa materi kurikulum yang telah ditelaah pada tahap perencanaan dengan mengarahkan siswa untuk belajar berkelompok/berpasanagan dengan menemukan sendiri tugas-tugas yang diberikan, dinilai secara kualitatif dan kuantitatif dengan menemukan masalah yang ada pada pembelajaran setelah itu dibahas dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
c. Tahap observasi
i. Mengidentifikasi dan mencatat tingkat perkembangan siswa tentang pemahamannya dalam membaca dan menyimak bacaan dari temannya diajarkan dengan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) selama proses belajar mengajar berlangsung.
ii. Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar dari hasil memahami bacaan dari pasanagan tiap siswa untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi.
d. Tahap refleksi
Refleksi diadakan berdasarkan pada hasil yang diperoleh selama observasi awal dan evaluasi. Data hasil observasi dan evaluasi tersebut selanjutnya dianalisis dan direfleksi untuk penyempurnaan tindakan berikutnya.
2. Siklus Kedua a. Tahap perencanaan
Rencana kegiatan yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan siklus I yaitu :
a) Membuat skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan penerapan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving).
b) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika pendekatan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) diterapkan.
c) Menggunakan alat bantu dan media yang sesuai dengan materi kegiatan proses belajar mengajar dengan pendekatan kontekstual.
d) Merancang tindakan perbaikan dari siklus I.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini diterapkan pembelajaran metode Double Loop Problem Solving pada beberapa materi kurikulum yang telah ditelaah pada tahap perencanaan dengan mengarahkan siswa untuk belajar berkelompok dan berpasangan dengan menemukan sendiri tugas-tugas yang diberikan, dinilai secara kualitatif dan kuantitatif.
c. Tahap Observasi
Proses observasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus I, yaitu:
i. Mengidentifikasi dan mencatat tingkat perkembangan siswa tentang pemahamannya dalam membaca dan menyimak bacaan dari temannya
diajarkan dengan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) selama proses belajar mengajar berlangsung.
ii. Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar dari hasil memahami bacaan dari pasanagan tiap siswa untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi.
d. Tahap refleksi
Refleksi diadakan berdasarkan pada hasil yang diperoleh selama observasi awal dan evaluasi. Data hasil observasi dari evaluasi tersebut selanjutnya dianalisis dan direfleksi untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar dengan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving).
Bagan Siklus
SIKLUS I
Perencanaan Tindakan
Observasi Refleksi
SIKLUS II Perencanaan
Tindakan
Observasi Refleksi
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui data tentang kemampuan siswa dalam membaca pemahaman terhadap buku tes yang telah diberikan. bentuk instrumen berupa materi, soal tes berupa uraian, metode penyusunan perangkat tes data atau dokumen berupa hasil tes awal siswa, tes membaca pemahaman siswa pada setiap tindakan dan daftar nilai siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber data: Sumber data penelitian ini adalah dari siswa dan guru
2. Jenis data: Jenis data yang didapatkan dalam peneltiian ini adalah data kuantitatif yang terdiri dari wacana dalam memahami isi bacaan yang diberikan dan data dari lembar observasi yakni : Data hasil belajar siswa dari pemahaman membaca wacana yang diperoleh dari tes yang diberikan kepada siswa.
3. Data tentang situasi belajar mengajar diambil pada saat dilaksanakannya penelitian dengan menggunakan lembar observasi dengan menggunakan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving)
4. Cara pengumpulan data : Data hasil belajar diperoleh dengan memberikan kepada siswa setiap akhir siklus dan tentang situasi pembelajaran yang diperoleh melalui hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi.
G. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya di analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan statistik deskriptif untuk menggambarkan karakteristik responden. Untuk keperluan analisis kualitatif digunakan teknik kategori penguasaan menurut Suherman (dalam Nurdin, 2004) yaitu :
1. Untuk tingkat penguasaan 90%-100% dikategorikan sangat tinggi 2. Untuk tingkat penguasaan 75%-74% dikategorikan tinggi
3. Untuk tingkat penguasaan 55%-74% dikategorikan sedang 4. Untuk tingkat penguasaan 40%-54% dikategorikan rendah 5. Untuk tingkat penguasaan 0%-39% dikategorikan sangat rendah.
H. Indikator Keberhasilan
Berkaitan dengan indikator kinerja Suwandi dan Madyo Eko Susilo (2007:36) menyatakan bahwa ”Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian,
”Diharapkan dengan penerapan metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelas Madrasah Aliyah Assalam Takalar Tahun Ajaran 2013/2014 dapat meningkat minimal 85%. Sehingga tuntutan kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu siswa diharapkan mampu menguasai semua keterampilan berbahasa dengan menerapkan standar penilaian rata-rata 65 (Kriteria Ketuntasan Minimal) dapat tercapai.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang hasil-hasil penelitian setelah pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran Double Loop Problem Solving pada siswa kelas X MA Assalam Kabupaten Takalar. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa hasil penelitian akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu hasil dan pembahasan akan diuraikan berdasarkan data kuantitatif dan data kualitatif yang diperoleh yaitu sebagai berikut.
A. HASIL PENELITIAN
1. Pelaksanaan pembelajaran siklus I
Data setiap siklus dipaparkan secara terpisah, untuk melihat adanya persamaan, perbedaan, dan perkembangan setiap siklus. Setiap siklus memiliki tahap-tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,dan evalusi serta refleksi.
a. Tahap perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
1. Membuat skenario pembelajaran berdasarkan teknik pembelajaran untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga (RPP}.
2. Pada akhir pertemuan siklus I siswa diberikan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa.
31
3. Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas dan perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada pelaksanaan tindakan siklus I.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Siklus I diadakan 3 kali pertemuan dan I kali pertemuan untuk pemberian ulangan harian atau tes evaluasi siklus. Materi yang akan diajarkan pada siklus I adalah membaca pemahaman. Proses belajar mengajar pada siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pada pertemuan pertama, guru menyampaikan bahwa metode pembelajaran yang akan diterapkan selama penelitian ini yaitu metode pembelajaran double loop problem solving.
2) Guru menyampaikanlangkah-langkah dalam pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa, serta menginformasikan bahwa setiap siswa diharapkan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3) Guru memulai pelajaran dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa agar mengikuti pelajaran dengan serius.
4) Guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa untuk dianalisis, yaitu bagaimana masalah itu dapat terjadi kemudian mencari solusi bagaimana masalah itu dapat diselesaikan atau dipecahkan.
5) Untuk memudahkan siswa dalam menganalisis masalah tersebut maka siswa dibagi menjadi 5 kelompok, kelompok yang dibentuk
tersebut anggotanya heterogen artinya berdasarkan hasil akademis dan jenis kelamin yang jumlahnya 6 orang.
6) Guru tetap memantau kegiatan kelompok dalam menganalisis sambil mengarahkan dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan, serta menegur siswa yang melakukan kegiatan lain.
7) Guru memanggil dan mempersilakan salah satu kelompok untuk mempresentasekan hasil analisisnya di depan.
8) Guru meminta kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil analisis kelompok di atas dan memberikan pertanyaan.
9) Pada akhir pertemuan, guru memberikan pekerjaan rumah untuk dikerjakan secara individu.
10) Pada pertemuan kedua dan ketiga pada dasarnya hampir sama dengan pertemuan I, yakni diawali dengan mengajukan materi beberapa menit, kemudian guru kembali memberikan suatu masalah untuk dianalisis baik secara individu maupun secara kelompok dan akhir pertemuan guru memberikan pekerjaan rumah untuk dikerjan secara individu.
c. Tahap Observasi
Sebagai bahan evaluasi, maka dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dicatat pada lembar observasi siswa. Berikut ini data yang diperoleh selama siklus I berlangsung (3 kali pertemuan).
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Siklus I
No Indikator yang diamati Pertemuan Ke- ∑ %
1 2 3 4
1 Kehadiran siswa 26 27 29
Tes Siklus I
79 91,11 2 Siswa yang mengajukan solusi
ketika guru memberikan masalah untuk memotivasi di awal pembelajaran
10 11 13 34 37,77
3 Siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan
4 6 10 20 22,22
4 Siswa yang mengajukan solusi dalam kelompok terhadap masalah yang diberikan
7 8 10 25 27.77
5 Siswa yang menanggapi solusi permasalahan yang diajukan oleh siswa lain dalam kelompok
8 8 10 26 28,88
6 Siswa yang aktif bekerja sama dalam kelompok untuk
menyelesaikan masalah
7 9 10 26 28,88
7 Siswa yang melakukan kegiatan lain ketika proses pembelajaran berlangsung
15 17 13 45 50,00
Secara umum gambaran pelaksanaan siklus I sebagai berikut:
Pada siklus I siswa masih kurang termotivasi belajar sehingga kurang terfokus pada materi. Hal ini nampak pada banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan pada masalah yang diberikan masih tergolong rendah selain itu, terlihat dari siswa yang mengajukan solusi kurang. Sikap siswa umumnya masih kurang memberikan respon positif terhadap model yang digunakan. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa diberikan pertanyaan sebelum proses pembelajaran apalagi bekerja secara berkelompok untuk menyelesaikan masalah.
d. Hasil belajar siswa
Pada siklus ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan harian, setelah selesai pelaksanaan tindakan untuk siklus I. Adapun analisis deskriptif skor hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas X MA Assalam Kabupaten.
Takalar setelah penerapan metode pembelajaran double loop problem solving, disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Membaca Pemahaman Siswa Kelas X MA Assalam Kabupaten Takalar pada Tes Akhir Siklus I
Statistik Nilai Statistik
Subyek 30
Skor Ideal 100
Skor Tertinggi 75
Skor Terendah 50
Rentang Skor 25
Skor Rata-Rata 65,83
Standar Deviasi 7,71
Jika skor hasil belajar membaca pemahaman siswa pada siklus I tersebut dikelompokkan kedalam 4 kategori (kelas Interval), maka diperoleh distribusi frekuensi sebagai berikut:
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Series 3 30.00% 70.00% 0 0
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Persentase Skor Hasil Belajar Membaca pemahaman Siswa Kelas X MA Assalam Kabupaten. Takalar Akhir Siklus I.
Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 64 Rendah 9 30
65 – 84 Sedang 21 70
85 – 95 Tinggi - -
96 – 100 Sangat tinggi - -
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2, maka dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelas X MA Assalam Kabupaten Takalar pada siklus I sebesar 65,83 berada pada kategori sedang. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa dari 30 siswa yang menjadi subjek penelitian, 9 siswa (30%) memperoleh skor berada dalam kategori rendah sedangkan 21 siswa (70%) memperoleh skor berada dalam kategori sedang.
Berikut ini adalah gambar grafik diagram batang dari hasil belajar dari siklus I sebagai berikut:
e. Refleksi siklus I
Pada saat guru memantau dan membimbing penyelidikan yang dilakukan tiap kelompok, ternyata masih terdapat kelompok yang kurang aktif melainkan menunggu jawaban dari teman atau dari guru. Selain itu masih ada beberapa siswa yang melakukan kegiatan lain saat proses pembelajaran.
Data diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I belum menunjukkan hasil yang optimal.Pada awal siklus I ini, khususnya pada pertemuan I, tindakan yang dilakukan belum menunjukkan perubahan yang berarti. Siswa belum memahami apa yang harus dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran double loop problem solving, ini disebabkan karena mereka belum terbiasa dengan metode pembelajaran double loop problem solving. Masih banyak siswa yang bingung dengan model pembelajaran ini.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat mereka diminta untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang diberikan.
Selain itu, juga masih kurangnya siswa yang menjawab pertanyaan pada saat guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Adanya siswa yang melakukan aktivitas lain pada saat proses pembelajaran seperti ribut, bermain, keluar masuk kelas sehingga mengganggu proses belajar mengajar yang berimplikasi pada tidak maksimalnya pemanfaatan waktu belajar merupakan salah satu kendala belum optimalnya pelaksanaan tindakan pada siklus I ini.
Pada akhir siklus I, guru memberikan tes hasil belajar membaca pemahaman dan berusaha memperketat pengawasan dengan harapan bahwa hasil yang
diperoleh adalah hasil yang murni dan betul-betul mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang diberikan. Meskipun demikian, masih ada siswa yang berusaha meniru pekerjaan temannnya disebabkan oleh kebiasaan mereka sebelumnya.
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama siklus I, yang belum menunjukkan hasil yang maksimal, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan ke siklus berikutnya.
2. Pelaksanaan pembelajaran siklus II
Data setiap siklus dipaparkan secara terpisah, untuk melihat adanya persamaan, perbedaan, dan perkembangan setiap siklus. Setiap siklus memiliki tahap-tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evalusi serta refleksi.
a. Tahap perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
1. Membuat skenario pembelajaran berdasarkan teknik pembelajaran untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga (RPP}.
2. Pada akhir pertemuan siklus I siswa diberikan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa.
3. Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas dan perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada pelaksanaan tindakan siklus I.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melanjutkan pembelajaran pada siklus ke II yaitu masih banyak siswa melakukan aktivitas-aktivitas negatif seperti ribut, kurang aktif,
memberikan komentar setelah kelompok lain tampil melaporkan hasil kerja kelompoknya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II pada umumnya merupakan hasil refleksi pada siklus I, selanjutnya dikembangkan dan dimonifikasi tahapan-tahapan pada siklus I dengan bebrapa perbaikan dan penambahan sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan. Pada tahap ini dirumuskan perencanaan siklus II yang sama dengan pelaksanaan siklus I dengan memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa pada setiap siklus.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Siklus I diadakan 3 kali pertemuan dan 1 kali pertemuan untuk pemberian ulangan harian atau tes evaluasi siklus. Materi yang akan diajarkan pada siklus I adalah membaca pemahaman. Proses belajar mengajar pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Pada pertemuan pertama, guru menyampaikan bahwa metode pembelajaran yang akan diterapkan selama penelitian ini yaitu metode pembelajaran double loop problem solving.
2. Guru menyampaikanlangkah-langkah dalam pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa, serta menginformasikan bahwa setiap siswa diharapkan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Guru memulai pelajaran dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa agar mengikuti pelajaran dengan serius.
4. Guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa untuk dianalisis, yaitu bagaimana masalah itu dapat terjadi kemudian mencari solusi bagaimana masalah itu dapat diselesaikan atau dipecahkan.
5. Untuk memudahkan siswa dalam menganalisis masalah tersebut maka siswa dibagi menjadi 5 kelompok, kelompok yang dibentuk tersebut anggotanya heterogen artinya berdasarkan hasil akademis dan jenis kelamin yang jumlahnya 6 orang.
6. Guru tetap memantau kegiatan kelompok dalam menganalisis sambil mengarahkan dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan, serta menegur siswa yang melakukan kegiatan lain.
7. Guru memanggil dan mempersilakan salah satu kelompok untuk mempresentasekan hasil analisisnya di depan.
8. Guru meminta kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil analisis kelompok di atas dan memberikan pertanyaan.
9. Pada akhir pertemuan, guru memberikan pekerjaan rumah untuk dikerjakan secara individu.
10. Pada pertemuan kedua dan ketiga pada dasarnya hampir sama dengan pertemuan I, yakni diawali dengan mengajukan materi beberapa menit, kemudian guru kembali memberikan suatu masalah untuk dianalisis baik secara individu maupun secara kelompok dan akhir pertemuan guru memberikan pekerjaan rumah untuk dikerjan secara individu.
Sebagaimana telah dijelaskan pada siklus I bahwa siklus II berlangsung selama 4 kali pertemuan, yang terdiri dari 3 kali pertemuan pelaksanaan tindakan
dan 1 kali pertemuan tes siklus. Materi yang diajarkan pada siklus II adalah pengertian membaca, proses membaca pemahaman dan langkah-langkah membaca pemahaman pada sebuah teks. Langkah-langkah pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan siklus I, langkah-langkah metode pembelajaran double loop problem solving tetap dilaksanakan dengan melakukan beberapa pengembangan dan perbaikan masalah yang ditemukan. Setelah merefleksi hasil tindakan pada siklus I maka dilakukan beberpa perbaikan yaitu:
1) Guru berusaha lebih keras lagi dalam memberikan bimbingan kepada siswa bagaimana menganalisis suatu masalah kemudian menghubungkan dengan keadaan lingkungan kehidupan mereka sehari-hari agar siswa mampu memberikan solusi terhadap masalah tersebut sehingga materi pelajaran tersebut dapat lebih mudah diingat dan lebih bermakna bagi siswa.
2) Guru memulai pelajaran setelah suasana kelas betul-betul kondusif dan siswa telah siap belajar sehingga siswa lebih fokus terhadap materi yang akan dipelajari. Guru menginstruksikan agar semua aktivitas diluar pelajaran membaca pemahaman dihentikan terlebih dahulu dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada materi yang akan dipelajari.
3) Guru lebih memotivasi siswa untuk berani mengajukan pertanyaan, memberi tanggapan serta berani tampil kedepan saat guru memberikan soal-soal latihan. Guru menginformasikan bahwa keberanian siswa merupakan salah satu aspek yang dinilai oleh guru.
4) Guru lebih mengontrol aktivitas siswa dalam pembelajaran dan berusaha semaksimal mungkin meminimalisir kegiatan siswa yang kurang positif seperti bermain, ribut, keluar masuk ruangan dan sebagainya.
5) Guru memperbanyak latihan soal dan pekerjaan rumah agar lebih memperdalam pemahaman materi yang telah dipelajari.
c. Tahap Observasi
Selama pelaksanan tindakan siklus II ini diperoleh beberapa kemajuan dimana keaktifan siswa semakin meningkat, baik pada saat diskusi bersama dengan anggota kelompoknya maupun pada saat diskusi kelas. Interaksi antar siswa maupun antara guru juga mengalami peningkatan. Mereka semakin berani dan antusias mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, menanggapi jawaban temannya dan termotivasi untuk mempresentasekan hasil kegiatan kelompoknya meskipun tanpa diminta oleh guru. Selain itu, jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain semakin berkurang. Mereka mulai sadar bahwa tujuan bersama dapat dicapai melalui kerjasama dan partisipasi aktif dalam kelompok. Secara umum, siswa sudah terbiasa dan semakin menyukai metode pembelajaran double loop problem solving.
Berikut adalah hasil observasi yang diperoleh selama siklus II berlangsung.
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Siklus II
No Indikator yang diamati Pertemuan Ke- ∑ %
1 2 3 4
1 Kehadiran siswa 28 28 29
Tes Siklus II
85 94,44
2
Siswa yang mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah untuk memotivasi di awal pembelajaran
13 12 14 39 43,33
3
Siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan
6 9 13 28 31,11
4
Siswa yang mengajukan solusi dalam kelompok terhadap masalah yang diberikan
7 9 12 28 31,11
5
Siswa yang menanggapi solusi permasalahan yang diajukan oleh siswa lain dalam kelompok
8 10 13 31 34,44
6
Siswa yang aktif bekerja sama dalam kelompok untuk
menyelesaikan masalah
8 11 13 32 35,55
7
Siswa yang melakukan kegiatan lain ketika proses pembelajaran berlangsung
11 9 8 28 31,11
Secara umum gambaran pelaksanaan siklus I sebagai berikut:
Minggu pertama pelaksanaan tindakan siklus II, seperti biasanya kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan memberikan permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa secara berkelompok. Disini sudah nampak adanya kelompok yang bersaing dan kelihatan bahwa sudah muncul rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dibahas.
Pada Minggu kedua siklus II ini pada dasarnya hampir sama dengan minggu pertama siklus II hanya saja pada minggu kedua ini, perhatian dan motivasi siswa
semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya frekuensi siswa yang mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah di awal pembelajaran, mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan, mengajukan solusi atau memberikan tanggapan dalam kelompok. Hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan siswa untuk belajar.
Memasuki pertemuan ketiga, terlihat proses belajar mengajar telah menemukan strategi yang tepat sesuai yang diharapkan. Setiap siswa mulai terbiasa dengan kegiatan yang dilakukan yaitu setelah guru mengajukan permasalahan dan memberikan informasi tentang materi secara garis besar, siswa sudah mulai aktif dalam pemecahan masalah secara berkelompok.
Secara umum dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan pada siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Hal ini dapat terlihat dari keseriusan siswa memperhatikan pelajaran yang diberikan, keaktifan siswa yang mengajukan solusi di awal pembelajaran, kehadiran siswa, mengajukan pertanyaan, mengajukan ataupun memberikan tanggapan dalam kelompok, keaktifan dalam bekerja secara berkelompok juga semakin meningkat.
Jika hasil observasi diatas dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I maka diperoleh beberapa informasi yaitu:
a. Meningkatnya persentase kehadiran siswa dari siklus I yaitu 91,11% menjadi 94,44% pada siklus II. Ini menandakan model metode pembelajaran double loop problem solving dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dan semakin berkurangnya siswa yang tidak senang belajar membaca pemahaman.