• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Pembelajaran

Dalam dokumen Post (Halaman 122-136)

MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN A Model Pembelajaran

KISAH SUARSIH Oleh Zackir El Makmur

1. Tujuan Pembelajaran

Penyusunan bahan ajar implementasi pendekatan tematik dalam Model Pembelajaran Seni Terpadu untuk SMP/MTs ini pada dasarnya merupakan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Secara rinci, kompetensi yang ingin dicapai diantaranya :

a. mampu memahami segi konseptual Pembelajaran Terpadu khususnya model Terkait, model Terjala/Tematik dan model Integrasi/Terpadu; b. mampu merancang pusat minat atau fokus pembelajaran dalam

pembelajaran Seni Terpadu sesuai SK KD dalam Kurikulum, minat dan perkembangan anak;

c. mampu menyusun rencana pembelajaran (memetakan kompentensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran) sesuai dengan model pembelajaran Seni Terpadu yang bersifat kontekstual;

d. mampu mengimplementasikan pendekatan tematik dalam praktik pembelajaran Seni Terpadu di jenjang pendidikan menengah.

2. Uraian Materi

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam Standar Isi kurikulum yang digunakan saat ini merupakan hasil refleksi, pemikiran, dan pengkajian ulang dari kurikulum yang telah berlaku

122

sebelumnya. Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan.

Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum.

Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615). Pendekatan antar atau lintas disiplin ilmu ini diintegrasikan melalui suatu pusat minat atau fokus kajian yang muncul dari adanya konsep atau prinsip yang sama dalam satu bidang ilmu atau bidang ilmu yang serumpun atau lintas bidang ilmu yang berbeda (Fogarty, 1991).

Melalui pembelajaran Seni Terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara penyajian pengalaman belajar yang dirancang guru secara kreatif sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan hasil pembelajaran bagi para peserta didik.

Keragaman pengalaman belajar yang secara nyata menunjukkan kaitan unsur unsur konseptual, keterampilan dan perilaku akan menjadikan proses belajar lebih bermakna. Keterkaitan konseptual yang dipelajari

123

antar atau lintas bidang ilmu Seni yang relevan akan membentuk skema kognitif yang bersifat holistik. Sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Keutuhan belajar tentang Seni, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena budaya hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran Seni Terpadu. Pembelajaran terpadu dalam bidang Seni dapat dikemas secara integratif dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran Seni Terpadu, suatu konsep atau tema dapat dibahas dari berbagai aspek bidang kajian Seni dan bidang ilmu lainnya yang relevan. Misalnya tema ”Bencana Alam” dapat dibahas secara luas segi konseptualnya dari sudut IPA, lalu dapat pula dieksplorasi segi kreativitasnya melalui beragam bidang Seni (seni tari, seni musik, seni tari dan bidang seni lainnya) dan direfleksikan makna peristiwanya dari sudut IPS dan Agama.

Pembahasan tema juga dimungkinkan terbatas hanya pada beberapa aspek tertentu saja. Dengan kata lain cakupan bahasan materi pembelajarannya dapat dirancang luas atau sempit sesuai dengan kebutuhan belajar dan tingkat perkembangan anak serta muatan kurikulumnya. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep atau prinsip yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif.

Dalam pelatihan ini akan dipelajari tentang pendekatan tematik dan bagaimana merencanakan implementasinya di sekolah dasar maupun menengah. Penerapan model pembelajaran terpadu ini merujuk pada teori dan konsep keterpaduan dari Robin Fogarty (1991). Dalam bukunya yang berjudul The Mindful School: How to Integrate the Curricula, ia mengembangkan 10 macam model pembelajaran terpadu yang dikelompokkan dalam 3 kategori yakni : 1) Keterpaduan dalam satu disiplin ilmu, 2) Keterpaduan lintas beberapa disiplin ilmu dan 3) Keterpaduan dalam dan lintas pelaku pembelajaran. Untuk kategori Keterpaduan dalam satu disiplin ilmu ada 3 model yaitu : Fragmented, Connected, Nested. Sedang untuk kategori Keterpaduan lintas beberapa disiplin ilmu ada 5 model yaitu: Sequence, Shared, Webbed, Thread dan Integrated. Untuk kategori Keterpaduan dalam dan lintas pelaku pembelajaran ada 2 model yaitu: Immersed dan Network.

124

Selanjutnya dalam pelatihan ini peserta hanya akan menelaah secara mendalam 3 model pembelajaran terpadu yang diterapkan di sekolah, yaitu: model Connected (Terkait), model Webbed (Terjala/ Tematik), dan model Integrated (Integrasi/Terpadu). Ketiga jenis model pembelajaran terpadu ini lazim digunakan di berbagai jenjang pendidikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Implementasinya dalam pembelajaran di kelas perlu memperhatikan prosedur perencanaan dari setiap model pembelajaran karena karakteristiknya yang berbeda sesuai dengan kategori keterpaduannya.

Materi pembelajaran Seni Terpadu secara khusus akan menguraikan 3 model pembelajaran terpadu yakni : model Connected (Terkait), model Webbed (Terjala) dan model Intergrated (Integrasi/Terpadu) berikut dengan perencanaan prosedur pembelajaran Seni Terpadu di sekolah dan latihan latihan pembelajaran yang tertuang dalam beberapa Lembar Kerja. Berikut ini deskripsi uraian materinya :

a. Model Connected (Terkait)

Model Connected atau Terkait merupakan model pembelajaran terpadu yang paling sederhana polanya. Model ini menekankan pada hubungan keterkaitan yang eksplisit antara satu topik dengan topik lainnya; satu konsep dengan konsep lainnya; satu keterampilan dengan keterampilan lainnya; keterkaitan suatu pekerjaan atau ide/gagasan yang berkelanjutan (Fogarty, 1991). Inti dari model pembelajaran ini adalah upaya terencana dalam merancang keterkaitan hubungan beberapa konsep atau topik di dalam satu bidang ilmu.

Para guru atau pengajar umumnya telah menerapkan model pembelajaran ini dalam pembelajaran di kelas namun acapkali hal tersebut dilakukan secara tidak disadari dan belum terencana dengan baik dalam Silabus dan RPP. Oleh karenanya implementasi model ini dalam pembelajaran

sesungguhnya lebih mudah dilakukan, khususnya bagi para

guru/pengajar pemula dalam pembelajaran terpadu. Dalam

implementasinya perlu diperhatikan bahwa prosedur perencanaan pembelajaran dengan model Terkait akan berbeda dengan pendekatan konvensional yang umumnya hanya menguraikan pengetahuan tentang konsep konsep, topic topik bahasan secara terpisah.

Rancangan model Terkait dalam pembelajaran terpadu dapat dijelaskan melalui bagan berikut ini :

125

Gambar 3.7. Bagan Model Terkait (AdaptasidariFogarty,1991)

Pada bagan di atas terlihat bahwa keterkaitan antara topik, unit, konsep yang berbeda dalam satu disiplin ilmu dihubungkan oleh satu fokus pembelajaran yang dikembangkan dari suatu konsep atau keterampilan atau sikap yang merupakan materi pembelajaran dalam satu disiplin ilmu. Sebagai contoh, guru Seni Budaya di sekolah menengah dapat mengaitkan materi bahasan Seni Rupa dengan materi bahasan Seni Musik dengan fokus pembelajaran tentang konsep ’Unsur Seni’. Peserta didik dapat mengkaji kedua pokok bahasan tersebut secara khusus dan selanjutnya memahami hubungan keterkaitan yang eksplisit diantara keduanya.

Dalam mengimplementasikan model Terkait seorang guru atau pengajar selain penting mempelajari dan memahami karakteristik bagan perencanaannya, ia harus pula memahami berbagai keunggulan dan kelemahan yang terdapat pada model tersebut.

Keunggulan

• Keterlibatan peserta didik dalam mengkaji hubungan keterkaitan

yang terdapat dalam satu disiplin ilmu akan membantu dirinya mampu memahami suatu konsep secara komprehensif dan menyeluruh sama baiknya dengan pemahamannya tentang suatu aspek yang lebih khusus.

• Secara bertahap konsep konsep inti yang dipelajari peserta

__________________ (topik, unit, konsep)

___________________ ____

(konsep, keterampilan, sifat)

126

didik semakin berkembang dan bermakna.

• Kemampuan peserta didik dalam melihat hubungan keterkaitan

antara ide ide secara eksplisit akan menjadikan dirinya lebih kritis dan mampu mengkaji kembali, mengkonsep ulang, mengedit dan mengasimilasikan ide secara bertahap.

Kelemahan

• Penyajian pembelajaran antar satu disiplin ilmu dengan disiplin

ilmu lainnya masih terpisah. Oleh karenanya peserta didik hanya memahami hubungan keterkaitan dalam satu bidang ilmu saja walau lebih rinci.

• Motivasi guru/pengajar untuk membina kerjasama dengan

guru/pengajar lain dalam team teaching kurang terpacu sehingga

sulit dikembangkan model keterpaduan lainnya yang

membutuhkan kerjasama tim yang baik dan kompak. Rambu-Rambu

• Tidak semua konsep pada materi bahasan yang berbeda dalam satu

disiplin ilmu harus saling dikaitkan. Lakukan kajian terhadap beberapa materi bahasan dalam kurikulum mengenai konsep, topik, unit yang memiliki hubungan keterkaitan.

• Pilih secara cermat kesamaan konsep, topik, unit yang dapat

dijadikan ide ide keterkaitan yang eksplisit atau nyata sebagai fokus pembelajaran dalam satu disiplin ilmu.

• Ide ide keterkaitan yang nyata hendaknya dikembangkan dengan

mempertimbangkan karakteristik bidang ilmunya, karakteristik peserta didik (tingkat perkembangan dan gaya belajar), minat dan kondisi lingkungan sekitar.

• Kembangkan keterkaitan antara konsep, topik, unit dalam materi

bahasan di semester 1 dengan semester 2 sesuai dengan SK KD dalam Kurikulum.

• Kembangkan keterkaitan antara konsep, topik, unit dalam materi

bahasan yang berbeda secara intensif agar pembelajaran dalam satu disiplin ilmu dapat dipahami secara rinci dan mendalam.

• Perhatikan pemilihan fokus pembelajaran agar tidak sebatas

pengetahuan saja, namun melibatkan kompetensi apresiasi (sikap) dan kreasi (keterampilan) yang memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi peserta didik.

b. Model Webbed (Terjala)

127

paling populer digunakan dalam pembelajaran di segala jenjang pendidikan, khususnya di pendidikan dasar. Model Terjala dikenal dengan sebutan model Tematik yang memfokuskan pembelajaran pada hubungan antara dua atau lebih disiplin ilmu melalui tema atau topik (Fogarty, 1991). Seperti layaknya sebuah kaca pembesar, pendekatan ini memberi wawasan pemahaman yang luas dan mendalam tentang sebuah tema keterpaduan dari beragam disiplin ilmu yang memiliki jaringan komponen aspek yang berbeda. Melalui pendekatan ini diharapkan peserta didik mampu mencermati dan memahami suatu konsep secara menyeluruh sehingga wawasan dan pengalaman belajarnya lebih bermakna dan bermanfaat. Tema atau topik keterpaduan dalam model ini merupakan pusat minat yang dikembangkan dari berbagai sudut padang disiplin ilmu yang berbeda. Tema dipilih melalui pengkajian terhadap peta kompetensi dasar dan materi bahasan yang relevan untuk dipadukan dalam sebuah pembelajaran. Setiap disiplin ilmu mengacu pada tema yang sama dan diuraikan secara rinci menjadi jaringan komponen aspek pembelajaran yang saling terjala. Di dalam komponen aspek pembelajaran yang saling terjala dan variatif ini peserta didik dapat mempelajari segi konseptual, segi keterampilan dan segi sikap (apresiatif) dari berbagai disiplin ilmu secara terpadu dan utuh.

Dalam pemilihan tema atau topik penting diperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangannya. Tema ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara guru dan peserta didik. Agar pelaksanaan pembelajaran terpadu di sekolah tetap menarik, aktual dan kontekstual maka penting pula diperhatikan peristiwa atau kejadian kejadian penting di lingkungan dan kehidupan sehari hari peserta didik untuk dikembangkan sebagai tema.

Keberhasilan pembelajaran dengan model ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam memilih tema dan mengembangkan tema yang tepat dan menarik. Jika cakupan tema terlalu luas maka dapat dilakukan pengembangan sub sub tema yang lebih spesifik sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Sub-sub tema yang dikembangkan harus tetap terkait dengan bidang bidang ilmu yang akan dipadukan. Oleh karenanya diperlukan kerjasama tim guru/pengajar yang kompak dari berbagai disiplin ilmu dalam merancang pembelajaran terpadu yang efektif untuk satu tahun ajaran dalam rapat kerja tahunan.

128

Rancangan model Terjala atau Tematik dalam pembelajaran terpadu dapat dijelaskan melalui bagan berikut

Gambar 3.8. Bagan Model Terjala (Adaptasi dari Fogarty, 1991)

Implementasi model Terjala atau Tematik dalam pembelajaran dapat dilakukan antara disiplin ilmu satu rumpun (misalnya: Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari dan Sastra) dan lintas disiplin ilmu (misalnya: Seni Rupa, Olah Raga, Matematika). Agar kebermaknaan hasil belajar lebih nyata, sebaiknya ruang lingkup keterpaduannya jangan terlalu sempit/dangkal atau terlalu banyak/luas memadukan bidang ilmu. Idealnya mencakup 3 hingga 6 bidang ilmu yang dipadukan. Bidang ilmu yang akan dipadukan dipilih berdasarkan hasil kajian Kurikulum dan peta konsep yang dikembangkan sesuai tema.

Karakteristik Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Tematik 1) Berpusat pada peserta didik

Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student center), pengalaman dan kegiatan belajar sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator.

2) Memperikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik yang bersifat kontekstual akan memberikan pengalaman langsung (direct experiences) kepada peserta didik. Mereka dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar

Mapel 6 Mapel 1

Mapel 5

Mapel 4 Mapel 3

Mapel 2 TEMA

129

memahami hal hal yang lebih abstrak. Kegiatan belajar jadi lebih bermakna dan berkesan, sehingga hasil belajar lebih lama tertanam di memori mereka. Kegiatan belajar disajikan secara pragmatis sesuai permasalahan yang sering ditemui anak di lingkungannya.

3) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran secara holistik

Pembelajaran tematik menyajikan konsep konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, sehingga peserta didik mampu memahami konsep konsep tersebut secara utuh. Hal ini akan memudahkan peserta didik memecahkan masalah dalam kehidupan sehari hari. Pendekatan tematik menjadikan peserta didik mampu berpikir kritis dan kreatif.

4) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat fleksibel, keterpaduan pembelajaran dapat dirancang antara bidang ilmu yang serumpun atau lintas bidang ilmu. Jumlah bidang ilmu yang dipadukan dapat disesuaikan dengan tema yang dikembangkan dari kehidupan dan lingkungan sekitar anak.

5) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat serta kebutuhan peserta didik

Pembelajaran tematik memberi kesempatan peserta didik

mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya. Kegiatan kegiatan yang dipilih dalam pembelajaran disesuaikan dengan minat dan tingkat perkembangan anak.

6) Menggunakan prinsip belajar yang menyenangkan

Pembelajaran tematik dilaksanakan dalam suasana belajar yang menyenangkan. Pembelajaran dapat dilakukan di dalam dan di luar kelas/sekolah dalam kelompok kecil, kelompok besar atau secara individual. Peserta didik juga dilibatkan dalam memilih topik dan kegiatan kegiatan belajarnya sehingga aktivitas belajar berlangsung dengan suasana belajar yang aktif, interaktif, kreatif, kolaboratif dan menyenangkan

7) Mengembangkan keterampilan sosial

Pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik mengembangkan keterampilan sosial dalam bekerjasama, memiliki sikap toleran dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Berbagai aktivitas diskusi, kerja kelompok dan belajar langsung dari nara sumber menjadikan peserta didik lebih terbuka, komunikatif dan mampu beradaptasi dengan beragam situasi.

Keunggulan

• Model pembelajaran tematik memiliki keunggulan dalam

membangkitkan motivasi belajar peserta didik melalui aktivitas memilih topik atau tema yang diminatinya.

130

• Tema sebagai pusat minat dan fokus pembelajaran memudahkan

peserta didik mempelajari pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya dalam bidang ilmu yang berbeda namun dengan tema yang sama.

• Pembelajaran tematik berlangsung dengan suasana

menyenangkan sehingga lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik. Manfaat nya dirasakan langsung karena pembelajaran disajikan dalam konteks tema yang nyata dan jelas.

• Kompetensi apresiasi, kreasi dan kompetensi lainnya dapat

lebih baik dikembangkan melalui berbagai mata pelajaran yang dikaitkan pengalaman pribadi peserta didik.

• Bagi para guru/pengajar pemula, model ini relatif mudah

dirancang dan dilaksanakan di sekolah karena melibatkan tim guru/ pengajar dari bidang ilmu yang berbeda.

• Pendekatan tematik menjadikan cakupan payung konsep lebih jelas

sehingga memudahkan guru/pengajar menelaah SK KD dalam Kurikulum yang dapat diintegrasikan agar pembelajaran berlangsung lebih efektif.

Kelemahan

• Guru dan peserta didik sering kali kurang tepat dalam memilih

tema, terkadang terlalu luas atau terlalu dangkal. Pemilihan tema yang terlalu dangkal akan menyulitkan guru dalam melakukan pengembangan tema ke subtema. Guru seringkali terjebak hanya terfokus pada satu kompetensi saja, misalnya hanya berorientasi pada kemampuan kognisi saja atau aktivitas kreasi saja sehingga hasil pembelajaran kurang optimal. Sebaliknya jika pemilihan tema terlalu luas maka pembelajaran jadi kurang bermakna.

• Pendekatan ini akan memerlukan waktu perencanaan yang cukup

lama khususnya jika akan mengembangkan model terjala yang lintas bidang ilmu. Diawal semester perlu dilakukan koordinasi dengan beberapa guru/pengajar dari berbagai bidang ilmu untuk membentuk team teaching dan melakukan kajian SK KD dalam Kurikulum serta memilih tema yang relevan dengan kurikulum dan kebutuhan peserta didik.

Rambu-Rambu

• Dimungkinkan terjadi penggabungan Kompetensi Dasar lintas

semester agar pembelajaran lebih efisien.

131

Kompetensi Dasar yang tidak tercakup dalam tema tetap harus diajarkan tersendiri agar seluruh Kompetensi Dasar dapat dikuasai oleh peserta didik secara utuh.

• Tema tema yang dipilih haruslah sesuai dengan karakteristik anak,

karakteristik bidang ilmu yang dipadukan, SK KD dalam Kurikulum, minat anak dan kondisi lingkungan setempat.

c. Model Integrated (Integrasi) :

Model Integrated atau Integrasi merupakan model pembelajaran terpadu yang paling kompleks. Fokus dari model pembelajaran ini adalah pada pendekatan lintas disiplin ilmu yang mengintegrasikan kompetensi dan materi bahasan dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Fokus pembelajaran muncul dari berbagai prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang saling tumpang tindih antar bidang ilmu yang diintegrasikan (Fogarty, 1991). Model ini berbeda dari model pembelajaran tematik yang keterpaduannya diawali dengan suatu pusat minat sebagai tema yang memayungi kompetensi dan materi bahasan dari berbagai bidang ilmu yang berbeda.

Perencanaan implementasi model Integrasi diawali dengan telaah Kurikulum dan substansi dari materi bahasan ditiap bidang ilmu yang berbeda. Melalui proses penyusunan peta konsep dan materi bahasan dari berbagai bidang ilmu di semester tertentu akan ditemukan unsur konsep, keterampilan dan sikap yang sama untuk diangkat sebagai fokus integrasi dalam pembelajaran terpadu. Semakin banyak bidang ilmu yang diintegrasikan semakin kompleks dan sulit memilih fokus integrasinya. Model ini sangat cocok digunakan untuk kondisi Kurikulum di Indonesia dalam hal mengefisiensikan muatan Kurikulum yang padat dan sarat, sehingga beban belajar peserta didik dapat diringankan dan pemanfaatan waktu belajar menjadi lebih efektif.

Rancangan model Integrasi dalam pembelajaran terpadu dapat dijelaskan melalui bagan berikut ini :

132

Gambar 3.9. Bagan Model Integrasi/Terpadu (Adaptasi dari Fogarty, 1991)

Implementasi model Integrasi atau Terpadu dalam pembelajaran dilakukan lintas disiplin ilmu (misalnya: Matematika, IPA, IPS dan Bahasa). Agar kebermaknaan hasil belajar lebih nyata, sebaiknya ruang lingkup keterpaduannya jangan terlalu sedikit atau terlalu banyak mengintegrasikan bidang ilmu. Idealnya mencakup 3 hingga 4 bidang ilmu yang berbeda. Bidang ilmu yang akan diintegrasikan dipilih berdasarkan hasil kajian Kurikulum dan peta materi bahasan yang sama ditiap bidang ilmu.

Karakteristik Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Integrasi :

Pada prinsipnya karakterisik pembelajaran terpadu dengan model Integrasi sama degan model tematik. Yang membedakan keduanya adalah proses menggali dan meemukan fokus pembelajaran terpadu. Pembelajaran dengan model Integrasi relative lebih sulit dan kompleks

133

prosedurnya karena harus menemukan unsur unsur yang sama dalam peta konsep dan materi pembelajaran untuk ’dimerger’ atau dilembur menjadi satu fokus keterpaduan antar disiplin ilmu yang berbeda.

Secara garis besar karakteristik pembelajaran terpadu dengan model Integrasiialah: 1) berpusat pada peserta didik, 2) memberikan pengalaman langsung, 3) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran secara holistik, 4) bersifat fleksibel, 5) hasil pembelajaran sesuai dengan minat serta kebutuhan peserta didik, 6) menggunakan prinsip belajar yang menyenangkan 7) mengembangkan keterampilan sosial.

Keunggulan

• Pembelajaran berlangsung lebih efisien karena terjadi penghematan

waktu dalam pembelajaran.

• Pembelajaran berlangsung lebih efektif karena beberapa materi

bahasan yang mencakup konsep, keterampilan dan sikap yang sama atau tumpang tindah dapat diintegrasikan dalam satu pembelajaran terpadu yang utuh sehingga beban belajar peserta didik dapat diringankan dan hasil pembelajaran lebih bermakna.

• Peserta didik memiliki wawasan yang lebih luas dan menjadi lebih

kritis dalam melihat hubungan yang bermakna dalam materi bahasan antar bidang/disiplin ilmu yang berbeda.

• Peserta didik menjadi lebih mudah memahami suatu konsep karena

disajikan secara terpadu dengan bidang ilmu lainnya sehingga kemampuan penguasaan konsep menjadi meningkat lebih baik.

• Motivasi belajar peserta didik menjadi meningkat karena

pemahaman mereka tentang konsep dan prinsip baru dapat diperoleh secara utuh.

• Peserta didik dapat mempelajari konsep, melakukan praktik

keterampilan dan mengembangkan sikap apresiatif secara terpadu dan menyeluruh (holistik) sehingga hasil pembelajaran

Dalam dokumen Post (Halaman 122-136)