Tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi seseorang secara bertahap agar semakin tumbuh menjadi dewasa, bukan hanya dalam hal kemampuan atau keterampilan saja, tetapi juga berkembang dalam hal rohani. Tujuan pendidikan adalah membantu seseorang semakin sadar akan karunia iman yang diterimanya, sehingga dapat menghayati hidup dengan jujur, suci dan benar (Mardiatmadja, 1986:53).
Pendidikan membentuk pribadi seseorang secara bertahap, artinya pendidikan membantu seseorang untuk tumbuh dan berkembang semakin menjadi dewasa. Pendidikan secara bertahap membantu setiap insani semakin sadar akan karya Allah dan karunia iman, sehingga dengan kesadaran iman yang dimilikinya memampukan setiap insani menghayati hidupnya dengan tulus dan jujur.
Pendidikan harus mengembangkan semua segi-segi kepribadian lahir dan batin setiap insani secara menyeluruh, sehingga sikap dan tindakannya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Tujuan pendidikan Nasional dalam Undang-Undang no 20, Tahun 2003 pasal 3 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya ialah mencapai pembinaan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya dan demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat bahwa manusia termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas kewajibannya (GE, 2002: 293).
Pendidikan sangat penting dalam hidup manusia, serta dampak pengaruhnya yang makin besar atas perkembangan masyarakat zaman sekarang. Memang benarlah pendidikan kaum muda, bahkan juga semacam pembinaan terus-menerus kaum dewasa, dalam situasi zaman sekarang menjadi lebih muda, tetapi sekaligus juga lebih mendesak. Sebab orang makin menyadari martabat maupun tugas kewajiban mereka sendiri, dan ingin berperanserta makin aktif dalam kehidupan sosial, terutama di bidang ekonomi dan politik. Kemajuan-kemajuan yang mengagungkan di bidang teknologi dan penelitian ilmiah, begitu pula upaya komunikasi sosial yang baru membuka peluang bagi khalayak ramai, yang acap kali mempunyai lebih banyak waktu bebas dari kesibukan-kesibukan dengan lebih mudah memanfaatkan harta warisan rohani dan budaya, untuk saling memperkaya
melalui jaringan hubungan antar kelompok maupun antar bangsa yang lebih erat.
(GE, 2002: 29-292).
Tujuan pendidikan adalah demi pertumbuhan dan perkembangan keseluruhan diri setiap insani agar menjadi pribadi yang matang dan dewasa, mampu menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan diharapkan menghasilkan pribadi yang lebih manusiawi, bertanggung jawab, proaktif dan kooperatif, sekaligus memiliki pribadi yang berwatak dan berbudi pekerti luhur (Ryanto Theo,2002: 3).
Tujuan pendidikan menurut UNESCO upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain, kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan.
Berangkat dari pemikiran itu Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui lembaga UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan yang baik untuk masa depan maupun untuk masa yang akan datang yakni learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together. Pendidikan Agama merupakan bagian dari pendidikan pada umumnya maka pendidikan agama juga sungguh memperhatikan pendekatan secara holistik terhadap manusia yang utuh kognitif, afektif, dan tingkah laku maka menamai kegiatan dengan pendidikan yang memberikan kita tradisi dengan literatur dan penelitian, L. Tarpin, di dalam buku visi pendidikan Ki Hadjar Dewantara tantangan dan relevansi (Samho, 2013: 14).
Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan mengenai tujuan pendidikan maka penulis dapat mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu setiap insani untuk berkembang secara menyeluruh dan utuh. Tujuan pendidikan adalah membantu setiap insani untuk matang dan dewasa, baik dari segi jasmani maupun
rohani sehingga mampu mewujudkan sikap konkrit dengan mewujudkan nilai-nilai hidup seperti; memiliki kebebasan pribadi, kesadaran akan martabat, tekad yang teguh, kemampuan, konsistensi, kebersamaan lewat tindakannya dalam hidup sehari-hari. Pendidikan yang dialami oleh setiap insani tidak cukup hanya berkembang dari segi intelektual tetapi sungguh-sungguh membawa setiap insani untuk berkembang menjadi pribadi yang matang dan dewasa demi mencapai masa depannya.
B. Pendidikan Agama 1. Pengertian Agama
Agama adalah sebuah konsep yang kompleks. Definisinya biasanya mencakup beberapa atau semua elemen, seperti keyakinan akan keberadaan supernatural (atau sesuatu); doa dan komunikasi dengan sesuatu itu (being);
realistis yang diluar batas kewajaran (trancendent) yang mungkin mencakup beberapa bentuk surga atau neraka, perbedaan atau tindakan suci dan profan antara tindakan ritual dan benda-benda suci, sebuah pandangan yang menjelaskan baik dunia secara keseluruhan dan peran seseorang yang tepat (Achmad Djatmiko, 2019: 32).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya, yang sesuai dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan. Sebagai “ajaran”, sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya: Islam, Kristen, Budha. Dari sini, kita melihat adanya dimensi iman, ibadah, moralitas di dalamnya. Kata “Agama” berasal dari bahasa Sansakerta agama yang berarti “tradisi” (Sudiarja, 2010: 205).
Agama harus dipahami sebagai anugerah rahmat Tuhan dan hadiah tak ternilai harganya yang datang dari Tuhan sendiri. Manusia menganut agama tertentu pertama-tama bukan karena jasa manusia itu sendiri, tetapi terlebih karena Tuhanlah yang memanggil, Tuhanlah yang mempunyai rencana atas manusia yang satu dengan manusia yang lain. Melalui Agama, Tuhan menyatakan cintanya kepada manusia secara utuh dan istimewa (Kierkegaard, 1953: 211).
Agama adalah bagian dari kebudayaan manusia dan agama sebagai institusi sosial. Agama sebagai suatu sistem sosial yang merangkum suatu kompleks pola kelakuan lahir dan batin yang ditaati penganut-penganutnya. Dengan cara itu pemeluk-pemeluk agama baik secara pribadi maupun bersama-sama berkontak dengan “Yang Suci” dan dengan saudara-saudara seiman. Mereka mengungkapkan pikirannya, isi hatinya dan perasaannya kepada Tuhan menurut pola-pola tertentu dan lambang-lambang tertentu. Agama terkena proses sosial dan institusionalisasi dan menggunakan mekanisme kerja yang berlaku (Hendropuspito, 1984: 111).
Dari penjelasan tentang agama di atas bisa disimpulkan bahwa agama mengajarkan satu perangkat kepercayaan atau iman dan bagaimana mewujudkan iman atau kepercayaan ini baik dengan doa, ritual atau liturgi, yang mengatur
bagaimana menyembah Tuhan yang dipercayai, maupun dengan satu pengajaran moral, yang mengatur bagaimana hidup dengan baik sesuai dengan apa yang dipercayai.